Dosen Pengampu :
Aditya Aditama Putri Hk.
Disusun oleh :
Kelompok 6
Ezha Putri Andafani (2005451)
Yuliani Siti Ruswana (2000769)
Zahra Nur Halisa (2004474)
Zata Amani Santosa Putra (2005230)
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Desain Indonesia Di Negara Asia Dan
Indonesia” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 2.15. Buncheong...................................................................................... 37
Gambar 2.17. Goryeo Cheongja ........................................................................... 37
Gambar 2.18. Joseon Baekja ................................................................................. 38
Gambar 2.19. Onggi .............................................................................................. 38
Gambar 3.1. Villa Isola ......................................................................................... 41
Gambar 3.2. Gedung Sate ..................................................................................... 41
Gambar 3.3. De Bataviase Nouvelles ................................................................... 43
Gambar 3.4. Poster Boeng, Ajo Boeng oleh Affandi ............................................ 45
Gambar 3.5. Komik Si Buta dari Gua Hantu ........................................................ 46
Gambar 3.6. Patung Garuda Wishnu .................................................................... 47
Gambar 3.7. Wisma Darmala ................................................................................ 48
Gambar 3.8. Raden Saleh ...................................................................................... 49
Gambar 3.9. ‘Antara Hidup dan Mati’ karya Raden Saleh ................................... 50
Gambar 3.10. Sujoyono ........................................................................................ 50
Gambar 3.11. Lukisan karya Sujoyono ................................................................. 51
Gambar 3.12. Persagi ............................................................................................ 51
Gambar 3.13. Salah satu karya Persagi ................................................................. 52
Gambar 3.14. Bangunan Lawang Sewu ................................................................ 54
Gambar 3.15. Cover buku Max Havelar ............................................................... 55
Gambar 3.16. Komedi Stamboel ........................................................................... 55
Gambar 3.17. Menara Mulia ................................................................................. 56
Gambar 5.1. Hanok ............................................................................................... 57
DAFTAR TABEL
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain adalah proses perencanaan dan perancangan sesuatu yang memiliki
fungsi dan bertujuan untuk menyelesaikan atau mengatasi suatu masalah teretentu.
Desain dapat menghasilkan ragam produk mulai dari benda fisik atau benda pakai
seperti baju, peralatan rumah tangga, kriya, dsb. Kontradiktif dengan berbagai
benda tersebut, desain juga digunakan untuk membuat hal yang lebih psikis seperti
menghasilkan kenyamanan visual pada tampilan antarmuka website, aplikasi
ponsel, dsb. Arsitektur dan interiornya juga dapat menjadi produk hasil dari proses
desain.
Karena ragam hasilnya yang sangat luas, maka desain dapat diturunkan ke
beberapa cabang ilmunya masing-masing, yaitu Desain Grafis, Desain Produk,
Desain Interior, dan desain Arsitektur.
B. Tujuan
Mengetahui isu dan perkembangan desain di Asia, khususnya Jepang, Indonesia,
dan Korea dari zaman ke zaman sehingga dapat menambah wawasan mengenai
sejarah dan tinjauan desain.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dan apa saja isu desain di Jepang?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan desain di Jepang?
3. Bagaimana dan apa saja isu dan perkembangan desain di Korea?
4. Bagaimana sejarah dan perkembangan desain di Jepang?
5. Bagaimana dan apa saja isu dan perkembangan desain di Indonesia?
6. Bagaimana sejarah dan perkembangan desain di Jepang?
1
BAB II PEMBAHASAN
A. DESAIN JEPANG
Jepang merupakan Negara yang memiliki berbagai macam karya seni rupa
dan berbagai macam peninggalan peninggalan bersejarah. Hal itu menjadikan
Negara jepang sebagai Negara yang banyak memiliki karya seni rupa yang menarik.
Banyak hal yang menarik yang kita bisa amati sendiri dari Negara jepang tersebut.
Berbagai macam dan bentuk seni rupa yang di miliki oleh Negara jepang
diantaranya seni rupa dalam membuat lukisan, animasi, dan lain-lain.Selain itu
jepang merupakan salah satu Negara yang memiliki sejarah dan peninggalan seni
rupa jepang yang mendorong terbentuknya berbagai macam hasil karya seni rupa
mulai dari makanan, pertanian, ataupun hal di dalam bidang kosmetik.
Seni rupa kontemporer Jepang memiliki watak khas yang bersumber pada
peradaban klasik yang didasarkan pada Zen Budhisme. Pengaruh Budhisme yang
datang dari Cina dan Korea dan kemudian berasimilasi dengan kepercayaan Shinto
di Jepang membuahkan sekte Budha yang kemudian dikenal dengan Zen Budhisme.
Prinsip kesederhanaan yang menjadi inti ajaran Budha bertemu dengan inti ajaran
Shinto yang melebur dengan alam menjadi inti dasar dari paham estetik Zen, yang
lebih cenderung bersifat esoterik. Semua ekspresi seni Jepang mulai periode Nara
2
hingga sekarang tetap menjadi sumber inspirasi dan atruran normatif terhadap
berbagai ekspresi seni seperti arsitektur, taman, interior, pakaian, lukisan, patung,
dan sebagainya merujuk pada norma-norma estetik Zen Budhisme. Demikian pula
spiritualitas Zen Budhisme terdapat pada karya-karya perupa kontemporer Jepang,
antara lain Shigeo Toya,Tsuguo Yanai, Kurita Hiroshi, Maeyana Tadashi, dan
Yukio Fujimoto. Prinsip-prinsip dasar estetik Zen Budhisme baik secara intuitif
maupun formalistik serta simbolik menelusup pada dimensi estetik karya-karya
mereka sebagai perupa kontemporer Jepang, sehingga membentuk identitas, karena
itu berbeda dengan mainstream seni rupa Barat. Sejak awal 2000-an, seni rupa
kontemporer Jepang identik dengan kecenderungan untuk menampilkan pengaruh
budaya pop Jepang yang mengglobal, terutama anime dan manga. Meskipun bukan
hal yang sama sekali baru—telah muncul sejak awal 1990-an—kecenderungn
dominan itu tentu tidak lepas dari kiprah beberapa gelintir seniman Jepang,
terutama Yoshitomo Nara dan Takashi Murakami dalam sepuluh tahun terakhir.
Tampilnya kedua nama tersebut dalam perhelatan-perhelatan besar internasional,
dan kesuksesan komersial mereka yang mengagumkan telah memberikan pengaruh
besar pada perkembangan mutakhir dan citra seni rupa Jepang pada milenium baru.
Selain Nara dan Murakami, beberapa seniman lain seperti Aida Makoto, Akira
Yamaguchi dan Tenmyouya Hisashi yang juga muncul dalam periode yang sama.
Sebagai sosok-sosok berpengaruh dalam seni rupa Jepang. Sejak awal 1990-
an, Murakami dikenal melalui konsep superflat yang dicetuskannya. Secara
sederhana, superflat adalah konsep estetik yang menjelajahi ‘kedataran’ yang
radikal. Murakami menganggap bahwa ada hubungan yang erat antara kedataran
dalam penggambaran anime dan manga dengan tradisi visual Jepang kuno (nihon-
ga). Karya-karya Murakami, ratarata menampilkan berbagai karakter visual yang
lahir dari narasi dan fantasi, dengan warna-warna dan karakter grafis pop yang
mencolok, namun tak jarang mengandung ironi dan sarkasme yang meledak-ledak.
Mengadopsi pola produksi dalam industri manga dan anime, ia memperkerjakan
beberapa sejumlah seniman muda sebagai asistennya. Beberapa penulis
menyebutnya sebagai ‘Andy Warhol versi Jepang’, karena keberhasilannya dalam
menyintesakan kebudayaan pop Jepang dengan seni tinggi. Nyaris serupa dengan
3
Murakami, Nara juga banyak menggunakan subkultur otaku sebagai referensi
estetiknya. Pokok-soal dalam karya-karya Nara selalu nampak sederhana,
seringkali berupa seorang anak perempuan atau hewan peliharaan, dengan warna-
warni pastel dan lembut, menyerupai karakter visual dalam komik anak-anak.
Gestur dan wajah karakter-karakter itu seringkali ditampilkan polos, lugu, tanpa
dosa. Tapi tak jarang, Nara juga menampilkan mereka sebagai karakter yang nakal,
jahil dan jahat, penuh kekerasan dan kebencian: Anak perempuan dalam karya Nara
juga digambarkan tengah menyembunyikan dan mengayunkan senjata seperti pisau
dan gergaji. Beberapa sumber tertulis menghubungkan karakter dalam lukisan-
lukisan Nara dengan kehidupan masa kecil seniman yang serba keras dan kesepian.
1) Zaman Paleolitik
2) Zaman Jōmon
3) Zaman Yayoi
4
Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM hingga 250
Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō, Tokyo ditemukan artefak
asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi. Pada awal zaman Yayoi, orang
Yayoi sudah mulai dapat menenun, bertanam padi, mengenal perdukunan serta
pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dipelajari dari Korea atau
Cina.[5] Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan teknik menanam padi di
sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan
menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM.
1) Zaman Kofun
Helm besi dan baju besi dengan hiasan berkilat dari perunggu (zaman
Kofun, abad ke-5). Koleksi Museum Nasional Tokyo. Zaman Kofun dimulai sekitar
250 M. Nama zaman ini berasal dari tradisi orang zaman itu untuk membuat
gundukan makam (tumulus) yang disebut kofun. Pada zaman ini sudah terdapat
negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan berpengaruh sebagai penguasa.
2) Zaman Asuka
Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato secara bertahap
menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki undang-
undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taihō dan butir-butir Reformasi
Taika. Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi
membuat makam berbentuk kofun. Dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645,
Jepang semakin giat mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan
reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana (Ritsuryō)
dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada waktu itu. Istilah Nihon (日本?)
juga mulai dipakai sebagai nama negara sejak zaman Asuka.
3) Zaman Nara
5
Buddharupang berukuran besar asl tahun 752 M). Masa Nara (710-
794).Masuknya agama Buddha ke Jepang tahun 538 M membawa banyak arsitek
dari Cina (Wei Utara) dengan tekhnik-tekhnik baru Buddhis.
4) Zaman Heian
c. Zaman feodal
1) Zaman Kamakura
2) Zaman Muromachi
Bangunan yang paling terkenal pada zaman ini adalah Kinkaku-ji dan
Ginkaku-ji .Kinkaku-ji atau paviliun emas didirikan oleh Ashikaga Yoshimitsu.
6
Bangunannya mengambil gaya arsitektur bangsawan dan gaya kuil Zen di Cina
yang seluruhnya dilapisi emas. Sedangkan Ginkaku-ji atau paviliun perak didirikan
oleh Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil gaya arsitektur kuil Zen yang
disebut Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya bangunan yang di dalamnya
terdapat Tokonoma, Chigaidana (rak), Tatami (lantai tikar), Fusuma (pintu geser
dari kertas), dan Akarishōji (jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar rumah gaya
Jepang sekarang.
3) Zaman Azuchi-Momoyama
Masa Edo (1603-1868) Selama masa 265 tahun ini rakyat biasa menjadi
keuatan sentral dalam pengembangan kebudayaan dibawah shogunat Tokugawa
yang berdiri kokoh yang menerapkan politik pengasingan diri nasional.Meskipun
begitu Kyoto tetap mempertahankan kebudayaan tradisionalnya.Ogata Korin
mengembangkan sebuah gaya lukisan yang dekoratif maha indah dengan
mempergunakan emas dan daun perak dan juga menciptakan banyak karya elok
berupa laka emas atau maki-e. Zaman Edo adalah zaman keemasan seni lukis
ukiyo-e dan seni teater kabuki dan bunraku. Sejumlah komposisi terkenal untuk
koto dan shakuhachi berasal dari zaman Edo.
Kontak penuh dengan seni barat telah menciptakan di Jepang sebuah tradisi
baru dari lukisan gaya barat,terutama dengan cat minyak,selain lukisan gaya Jepang
yang kuno dan dihormati.Banyak pelukis dan pemahat besar timbul setelah itu
,beberapa diantaranya memperoleh latihan dimluar negeri terutama
7
diPrancis.Pertunjukan kesenian tahuanan yang tertua dijepang ialah Pameran
Kesenian Nitten yang sangat lengkap.
8
arsitektur Jepang ialah koeksistensi semua gaya, mulai dari gaya tradisional yang
diwarisi dari generasi ke generasi, sampai ke struktur-struktur modern yang
menggunakan teknik rekayasa yang paling piawai.
Arsitektur tempat suci: Salah satu arsitektur yang tertua yang masih ada di
Jepang masa kini adalah arsitektur tempat suci. Tempat suci (kuil) Ise Jingu di Ise
di Prefektur Mie, yang tidak diketahui alasannya, adalah monumen arsitektur yang
teristimewa pentingnya, dan tiap 20 tahun dibangun kembali dengan menggunakan
teknik bangunan aslinya. Pembangunan ulang yang berikut dijadwalkan untuk
tahun 1993. Konstruksinya yang sederhana dari kayu sipres Jepang yang tidak dicat
mencerminkan penampilan dan jiwa arsitektur Jepang kuno yang dirancang
sedemikian rupa sehingga berpadu dan serasi dengan lingkungan sekelilingnya.
Shinden-zukuri gaya arsitektur gedung-gedung dan rumah-rumah kaum ningrat,
mewakili arsitektur perumahan zaman Heian. Atapnya yang ditutupi dengan kulit
kayu sipres Jepang, didudukkan di atas tiang dan kasau di dalam terdapat lantai
kayu, tanpa pemisah kamar yang permanen dan dengan menggunakan sekat tunggal
dan sekat lipat, tatami dan bahan ringan lain, ruang keluarga dapat dibagi secara
bebas. Kyoto Gosho (Istana Kaisar) yang menjadi tempat kediaman beberapa
generasi Kaisar, masih memperlihatkan pengaturan itu dengan baik. Beberapa ciri-
ciri pemandangan luar, seperti bahan bangunannya, atapnya yang curam, pinggiran
atap yang lebar, sampai kini masih terlihat pada rumah-rumah Jepang. Beberapa
contoh bangunan gaya Arsitektur Tradisional seperti : Kuil Besar Ise di Prefektur
Mie, tempat pemujaan, kuil pelindung Keluarga Kaisar. Hoo-do (Ruang Phonix)
Kuil Byodin di Kyoto, dibangun tahun 1052. Rumah Teh Shokintei di Istana
Terpisah Katsura di Kyoto, yang dibangun pada abad ketujuhbelas. Puri Himeji,
semula dibangun pada abad ketujuhbelas. Stasiun kereta api Tokyo, dibuka pada
tahun 1914, dan sekarang dikagumi arsitekturnya yang berbatubata merah. Stadion
Nasional Yoyogi yang dibangun untuk Olimpiade Tokyo tahun 1964. Pencakar
langit Shinjuku, lambang pertumbuhan ekonomi Jepang.
9
Arsitektur Jepang membangun dengan bahanbahan yang sangat ringan.
Material yang dipakai pada arsitektur tradisional Jepang adalah material organik
berupa kayu, bambu, kertas, sutera, jerami. Kepolosan dinding-dinding geometrik
sebagai penanda1.
10
dari Dinasti Han China melalui Korea melihat pengenalan toko gandum lebih
kompleks dan ruang pemakaman seremonial. Periode masa prasejarah (ternasuk
Jomon, Yayoi dan periode Kofun) sekitar 5000 SM sampai awal abad ke delapan.
Selama tiga fase periode Jomon terutama pemburupengumpul dengan beberapa
keterampilan pertanian primitif dan perilaku mereka terutama ditentukan oleh
perubahan kondisi iklim dan stimulan alami lainnya. Tempat tinggal awal yang
terdiri dari rumah-rumah pit dengan menggali lubang dangkal dengan lantai tanah
dipadatkan dan atap dari rumput dirancang untuk mengumpulkan air hujan dengan
bantuan stoples. Kemudian dalam periode ini, iklim yang lebih dingin dengan curah
hujan yang lebih besar menyebabkan penurunan populasi, yang memberikan
konstribusi untuk kepentingan ritual. Konsentris lingkaran batu pertama kali
muncul selama ini. Selama periode Yayoi masyarakat Jepang mulai berinteraksi
dengan Dinasti Han China, pengetahuan dan keterampilan teknis tentang bangunan
mulai mempengaruhi mereka. Orang Jepang mulai membangun gudang dengan
bentuk panggung sebagai lumbung yang dibangun menggunakan alat seperti gergaji
dan pahat yang mulai muncul saat itu. Sebuah rekonstruksi di Toro, Shizuoka
adalah kotak kayu yang terbuat dari papan tebal bergabung di sudut-sudut dalam
gaya log kabin dan didukung pada delapan pilar. Atap jerami tetapi tidak seperti
atap biasanya berpinggul dari tempat tinggal pit, itu adalah bentuk V atap pelana
sederhana. Periode Kofun ditandai munculnya banyak gundukan bilik pemakaman
atau tumuli (Kofun harfiah berarti “gundukan lama”). Gundukan di Semenanjung
Korea diperkirakan telah dipengaruhi oleh Jepang. Pada awal periode makam, yang
dikenal sebagai “lubang kunci Kofun” atau zenpo-zenpo Kofun, sering
memanfaatkan topografi yang ada, membentuk dan menambahkan parit untuk
membentuk lubang kunci bentuk yang khas, yaitu bahwa lingkaran saling
berhubungan dengan segitiga. Akses adalah melalui poros vertikal yang ditutup
setelah pemakaman selesai. Ada ruang di dalam ruang untuk peti mati dan barang
kuburan. Gundukan sering dihiasi dengan batu nisan yang disebut Haniwa.
Kemudian dalam periode gundukan mulai berada di tanah datar dan skala mereka
sangat meningkat. Di antara banyak contoh di Nara dan Osaka, yang paling penting
adalah Daisen-Kofun, ditunjuk sebagai makam Kaisar Nintoku. Makam mencakup
11
32 hektar (79 hektar) dan diperkirakan telah dihiasi dengan 20.000 angka Haniwa.
Menjelang akhir periode Kofun, makam penguburan berangsur-angsur menghilang
dan upacara kremasi Budha mebdapatkan popularitas. Pengaruh Zen pada zaman
Kamakura, kaum samurai tampil menggantikan kaum ningrat sebagai golongan
andalan dalam masyarakat. Kedatangan Budhisme Zen dari cina pada zaman ini
menyebabkan timbulnya arsitektur gaya Tang pada kuil-kuil dan biara-biara Kyoto
dan Kamakura, dan akhirnya berkembang menjadi arsitektur kuil bertingkat seperti
Kinkakuji (Kuil Emas) dan Ginkakuji (Kuil Perak) di Kyoto. Taman lanskap kering
yang menggunakan pasir, batu dan tanaman semak untuk melambangkan gnung
dan ait, menjadi populer. Namun membawa berkembangnya suatu budaya seni
yang unik dan khas Jepang. Teh yang dibawa dari Cina ke Jepang, menjadi populer
di kalangan golongan teratas di zaman Muromachi (1338-1573). Suasana rumah teh
yang khusus dibangun untuk upacara minum teh, lama-kelamaan mempengaruhi
arsitektur perumahan. Maka berkembanglah gaya arsitektur yang disebut sukiya-
zukuri atau gaya rumah upacara minum teh. Katsura Rikyu di Kyoto, dahulu villa
kekaisaran, adalah contoh baik dari gaya ini. Dibangun pada awal periode Edo
(1603-1868), struktur bangunannya termahsyur karena kekaisarannya yang luar
biasa dan kesederhanaannya yang langka. Taman dianggap salah satu contoh
tercantik dari seni lanskap Jepang.
12
peningkatan jumlah penduduk, dan di kota-kota besar di mana tanah mulai langka,
rekayasa arsitektur supertinggi mengalami kemajuan besar guna memenuhi
kebutuhan uang kantor yang sangat meningkat. Sebuah blok pencakar langit di
Shinjuku di Tokyo pusat bagian barat, yang disebut sub-pusat ibukota, berdiri
sebagai lambang status ekonomi Jepang.
13
usul di Cina dan mulai berpengaruh ke Jepang sekitar akhir abad ke-13, di mana
“Suiboku-ga” menjadi sangat populer.
14
School, Mary Stribley, menyimpulkan bahwa ada 10 desain grafis Jepang yang
terdapat di berbagai media, hal tersebut antara lain:
1) Warna yang cerah. Jika kamu sering berjalan-jalan di Tokyo, maka kamu
tak akan terkejut melihat warna yang kontras menyelimuti berbagai hal di
sana. Mulai fashion hingga dunia percetakan menggunakan perpaduan
warna yang sangat kontras dan cerah dalam desainnya.
2) Perpaduan Bahasa. Desain-desain dari Jepang seringkali menampilkan
perpaduan kata dalam bahasa Inggris khususnya untuk desain yang
diaplikasikan pada t-shirt..
3) Tata Letak Huruf. Desain-desain yang digunakan untuk Olimpiade Tokyo
2020 mengundang berbagai kontroversi dikarenakan oleh pembuatan tata
letak huruf .
4) Goresan Kuas. Kaligrafi atau dalam bahasa Jepang biasa disebut
shodo.Layaknya dalam bela diri, shodo memiliki sistem kelas atau level,
sejak usia dini anak-anak telah diajarkan bagaimana cara untuk membuat
shodo.
5) Gradasi. Dalam dunia fashion dan tata rambut saat ini “Ombre” adalah
sebuah trend yang sedang naik daun, namun ternyata penggunaan transisi
warna yng lirih ini termasuk hal yang cukup populer di Jepang.
6) Pola Bunga dan Tanaman. Layaknya shodo, ikebana atau seni merangkai
bunga adalah sebuah kultur yang sudah sangat kental di masyarakat Jepang.
Ikebana juga berhubungan dengan hanakotoba yang dapat diartikan dengan
“bahasa bunga”.Tiap-tiap jenis dari bunga memiiki karakteristik yang
berhubungan dengan sebuah ide yang spesifik, simbol, dan emosi.
7) Lingkaran dan Hal Simetris. Lingkaran dan pola yang simetris telah lama
menjadi suatu ciri khas dari desain grafis Jepang, penggunaan lingkaran dan
kesimetrisan banyak ditemukan pada lambang keluarga.
8) Menampilkan Hal Lucu (Imut). Tidak perlu diperdebatkan lagi, beberapa
nama seperti Hello Kitty, Kumamon, dan Funasshi telah menjawab hal ini.
“Cute Culture” bukan hanya diperuntukkan untuk anak-anak saja di Jepang,
15
saat ini gambar-gambar lucu digunakan juga oleh beberapa perusahaan
telekomunikasi dan berbagai macam perusahaan lainnya.
9) Intensitas Informasi yang Tinggi. Banyak desainer dan perusahaan
menganggap bahwa akan lebih baik apabila semakin banyak infomasi yang
dapat mereka berikan di dalam sebuah poster.
10) Kolase dan Permainan Layer. Kolase dan permainan layer yang nakal
adalah salah satu yang membuat desain Jepang menjadi sangat unik dan eye-
cathing. Kesepuluh elemen tersebut tidak berarti satu-satunya hanya
digunakan pada desain di Jepang.Elemen tersebut juga bisa ditemukan
diluar Jepang. Namun sepuluh elemen inilah yang sering dimanfaatkan
dalam tekhnik kerajinan oleh seniman grafis Jepang.
Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga
dimensi.Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan
bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Seiring dengan perkembangan seni
patung modern, maka karya-karya seni patung menjadi semakin beragam, baik
bentuk maupun bahan dan teknik yang digunakan, sejalan dengan perkembangan
teknologi serta penemuan bahan-bahan baru.Di Jepang, karya patung dan lukisan
yang tak terhitung banyaknya, seringkali di bawah sponsor pemerintah.
Kebanyakan patung di Jepang dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan
berkurangnya peran tradisi Buddhisme, jenis penggunaan bahannya juga
berkurang.
16
Karya yang paling mewakili seni pahat dari Periode Edo adalah Kuil
“Tosho-gu” di Nikko yang terkenal. Dibangun atas perintah Shogun ketiga Jepang
“Tokugawa Iemitsu“ dan dihiasi dengan lebih dari 5.000 patung yang berbeda.Seni
pahat Jepang berkembang hampir pada setiap hari yang dilewatinya, namun tidak
pernah meninggalkan estetika tradisional dan metodenya sama sekali.Jumlah
festival seni yang diselenggarakan meningkat diseluruh Jepang, beberapa darinya
secara khusus menampilkan para seniman lokal dan karya-karyanya. Terlepas dari
daerah perkotaan, banyak festival yang tersebar diatas ladang hijau yang luas dan
dikelilingi oleh alam yang subur, atau kadang-kadang berada tepat di pantai.
c. Komik
17
Gambar 1.6. Nara dan Murakami
Selain Nara dan Murakami, beberapa seniman lain seperti Aida Makoto,
Akira Yamaguchi dan Tenmyouya Hisashi yang juga muncul dalam periode yang
sama sebagai sosok-sosok berpengaruh dalam seni rupa Jepang.
18
Beberapa sumber tertulis menghubungkan karakter dalam lukisan-lukisan
Nara dengan kehidupan masa kecil seniman yang serba keras dan kesepian.
Dominasi ‘seni otaku’ yang dipromosikan oleh Murakami dan Nara, pada akhirnya
melahirkan beberapa stereotipe seni rupa Jepang yang semakin dominan di
lingkaran internasional. Tak bisa dipungkiri, kesuksesan superflat—sebagai suatu
gaya estetik—bahkan berpengaruh besar pada karya-karya seniman-seniman muda
Asia non-Jepang. Pasca Nara dan Murakami, terdapat beberapa seniman muda
Jpeang yang secara sadar mengadopsi dan mengembangkan seni rupa otaku dan
superflat. Tampilnya karya-karya seniman muda Jepang, seperti Mr., Aya Takano
dan Chiho Aoshima, terutama dalam pasar arus utama—sebagaimana tercermin
dalam berbagai art fair dan lelang internasional dalam lima tahun terakhir—adalah
buktinya. Stereotipe ini pada akhirnya mengecilkan perkembangan aktual seni rupa
Jepang yang karya ragam dan punya sejarah panjang.
Meskipun dikenal sebagai negara industri yang maju, fakta bahwa Jepang
adalah bangsa yang masih sangat menghargai keterampilan tangan adalah fakta
yang tak bisa ditolak. Karya-karya seniman-seniman yang berpameran kali ini—
Atshushi Fukui, Satoshi Hirose, Maywa Denki, Tomoyasu Murata, Tetsuya
Nakamura, Masafumi Sanai, Katsuhiro Saiki, Yoshihiro Suda, Tabaimo, Nobuyuki
Takahashi dan Miyuki Yokomizo—memang membuktikan hal itu. Menurut Ito,
meskipun aspek-aspek ini belum relatif dikenal secara luas, kecenderungan untuk
mengangkat persoalan ini telah muncul sejak pertengahan 1990-an.
19
Saya ingin menggunakan pameran ini untuk membicarakan konteks
perkembangan seni rupa Jepang yang lebih luas. Jika Masanobu Ito memanfaatkan
superflat dan otaku sebagai tonggak/pijakan perkembangan estetik, saya justru
tertarik untuk melihat kembali sejarah seni rupa Jepang melalui beberapa gerakan
artistik seperti Mono-Ha dan Gutai, yang menariknya memiliki stigma sebagai
‘varian’/’turunan’ dalam sejarah seni rupa. Selain Nara dan Murakami, menurut
saya terdapat sosok seniman Jepang seperti Yoko Ono, Hiroshi Sugimoto dan
Yayoi Kusama yang tak kalah penting.
Agar bisa relevan dengan konteks lokal, menganggapi pameran ini, saya
juga tertarik untuk mendiskusikan bagaimana identitas suatu bangsa dapat
terproyeksikan melalui agenda kebudayaan pemerintah, seperti selalu tercermin
dalam program-program seni rupa yang diselenggarakan The Japan Foundation.
Akan sangat menarik membicarakan bagaimana representasi seni rupa Indonesia
juga bisa diproyeksikan melalui pameran-pameran internasional.
Pelaku Seni
Manga adalah bahasa Jepang yang berarti komik atau cerita bergambar.
Keunikan manga yang membedakan dari komik-komik lainnya bisa dilihat dari cara
penggambaran wajah tokohnya. Matanya dibuat besar, tapi hidung dan mulut
digambar relatif kecil. Bentuk rambut yang khas dan warnanya bisa bennacam-
macam. Hasilnya adalah karakter tokoh yang lain daripada yang lain. Karya Seni
Selain memilki ciri khas dalam pelukisan tokoh, ternyata komik Jepang memiliki
keunikan lain. Manga juga dikelompokkan berdasar dari komik tersebut. Berikut
adalah macam-macam manga:
Komik Shonen
Komik Seinen
20
Jenis komik Jepang ini hamper sama dengan shonen namun ditujukan bagi
membaca laki-laki yang sudah dewasa. Biasanya komik ini mengandung adegan
perkelahian atau kekerasan yang relatif kasar dan vulgar.
Komik Shoujo
Komik Jepang ini kebalikan dari shonen, yaitu komik yang ceritanya seputar
percintaan dan sangat romantis. Tokoh utama dari komik ini umumnya adalah gadis
usia remaja yang mengalami konflik percintaan.
Komik Josei
Bila shoujo dibuat untuk dibaca gadis remaja, maka manga josei diperuntukkan
bagi wanita dewasa. Temanya sama dengan shoujo, yaitu tentang cinta, namun
komik ini dibuat seromantis mungkin dengan cerita cinta yang lebih rumit.
Komik Kodomo
Komik Jepang ini diciptakan dengan tokoh utama anak-anak, karena manga jenis
ini memang diperuntukkan bagi pembaca anak-anak. Ceritanya tentu bukan
percintaan atau kekerasan, namun umumnya bertema petualangan dan fantasi.
Komik Mecha
Komik Jepang ini memiliki cerita tentang dunia robot. Tokoh utamanya bisa robot
atau manusia.
Komik Jidaigeki
Jenis manga ini umumnya bercerita tentang sejarah dan dibuat dengan latar
belakang zaman dahulu.
Komik Hentai
Komik Jepang ini dibuat khusus bagi orang-orang dewasa karena di dalam komik
ini mengandung adegan pornografi yang sangat vulgar.
Pengembangan Seni
21
Kompetisi adalah elemen penting dalam manga di Jepang, Ada keinginan untuk
menjadi lebih baik dari yang lainnya, untuk menjadi terobosan yang besar.
Kesadaran berkompetisi membuat orang-orang Jepang maju dan saling membantu
mengembangkan keahliannya dalam menghasilkan manga yang berkualitas.
Hingga kini, manga merambah ke hampir seluruh penjuru dunia.
Seni Kriya merupakan seni dua dimensi dimana karya seni ini lebih
menekankan pada ketrampilan tangan,seperti batik,hiasan dinding,perabot,keramik
dan lainlain.
Ikebana
22
Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang banyak
dipergunakan untuk perayaan keagamaan.Gaya ini menampilkan keindahan
landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan
dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi,
nagashi dan maeoki.
Shok aadalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal tetapi masih
tradisional.Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur utama
dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan perkembangan zaman,
sesudah Restorasi Meiji 1868, gaya ini lebih berkembang karena adanya pengaruh
Eropa Nageire arti bebasnya “dimasukan” (rangkaian dengan vas tinggi dengan
rangkaian hampir bebas)dan Moribana.rangkaian menggunakan wadah rendah dan
mulut lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru yaitu Shoka Shimputai, yang
lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan unsur pelengkapnya,
ashirai. Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas dimana rangkaiannya
berdasarkan kreativitas serta imaginasi.Gaya ini berkembang setelah perang dunia
ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan kawat,logam dan batu secara
menonjol.
Shodo
Shodo dalam bahasa Jepang yang artinya Kaligrafi (the Way of Brush)
adalah salah satu bentuk seni yang telah dipelajari selama lebih dari 3000 tahun
yang lalu. Pengetahuan akan seni kaligrafi adalah salah satu langkah yang penting
di dalam memahami budaya Jepang. Kaligrafi bukan hanya sebuah latihan menulis
yang baik, tetapi lebih merupakan awal mulanya bentuk seni dari oriental. Kaligrafi
23
adalah sebuah kombinasi antara skill dan imajinasi seseorang yang telah belajar
secara intensif penggunaan kombinasi-kombinasi garis-garis.Karakter yang ditulis
di sebuah karya seni kaligrafi hanya boleh di tulis satu kali coretan. Pengetahuan
akan seni kaligrafi adalah salah satu langkah yang penting di dalam memahami
budaya Jepang.
24
Gambar 1.10. perhiasan manik-manik dari kaca ditemukan di sebuah makam kuno ‘Utsukushi’
Penemuan artefak dari masa Romawi Kuno di kawasan Italia atau di Eropa,
pasti tidak aneh. Bagaimana kalau artefak itu ditemukan di sebuah makam kuno di
Jepang? Hal itulah yang akan menjadi perhatian para arkeolog. Pasalnya, jarak
antara Italia dan Jepang mencapai 9.656 kilometer. Tiga buah perhiasan manik-
manik dari kaca ditemukan di sebuah makam kuno ‘Utsukushi’ yang berasal dari
Abad ke-5 di Nagaoka, dekat Kota Kyoto, Jepang. Diperkirakan, perhiasan bergaris
tengah 5 milimeter (mm) itu dibuat pada masa Abad ke-1 sampai Abad ke-4. Pada
bagian tengahnya terdapat sebuah lubang yang dibuat dengan suatu tehnik multi
lapisan, sebuah metode yang mutahir yang digunakan pengrajin dalam melapisi
lapisan kaca, sering kali diantaranya ada lapisan daun emas.
Bagaimana dapat diketahui perhiasan dari kaca itu berasal dari masa
Romawi Kuno? Begini. Perhiasan berwarna kuning itu dibuat dari natron, yaitu
bahan campuran dari sodium karbonat dekahidrat. Bahan kimia itu digunakan untuk
melumerkan kaca oleh para pengrajin di kerajaan Romawi Kuno, yang kemudian
berganti menjadi Republik Romawi pada tahun 27 Sebelum Masehi. Pada akhirnya
Republik Romawi itu berakhir setelah peristiwa ‘Kejatuhan Konstantinopel’ pada
tahun 1453.“Ada satu produk kaca dengan tehnik multi lapisan tua ditemukan di
Jepang, dan aksesoris itu langka yang kami perkirakan dibuat dari masa Kerajaan
Romawi Kuno dan dikirimkan ke Jepang,” kata Tomomi Tamura dari Nara
National Research Institute for Cultural Properties (NNRICP). Saat ini institut
tersebut dan pemerintah Jepang tengah berada di akhir pengujian artefak berupa
perhiasan manik-manik yang ditemukan itu.
25
c. Lukisan
Museum yang beralamat di 100 North Central Avenue itu diresmikan tahun
1992. Di dalamnya banyak tersimpan peninggalan sejarah Jepang – Amerika yang
telah berusia lebih dari 130 tahun. Koleksinya meliputi artefak, pakaian, foto,
maupaun kisah sejarah. Lukisan karya Henry Sugimoto tersimpan di ruang Henry
Sugimoto Collection. Lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh seniman keturunan
Jepang-Amerika itu antara tahun 1930-an sampai 1950-an. Pengunjung bisa
mengamati 137 karya yang diantaranya berjudul Oakland City Skyline from Merritt
Park (1928), Village of Villiers (1930), The Mouth of the Kumano River in Autumn
(1930), Self Portrait (1931), dan sebagainya.
26
d. Patung Hachiko
Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di
Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana. Untuk memuji
dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung
Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini,
sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.
e. Patung Tomasubureku
27
seorang wanita Jepang, dan daerah teluk anak dan nama terakhir setelah
naturalisasi.
Mamiya Rinzou (Gajah apel dan Mami, Yasunaga 1997 (1780) Tempo 15,
02, 26 (13 April 1844)) adalah rahasia akhir periode Edo, explorer. Kondou
Shigezou , Hirayama dengan "Sanzo disebut" Masa Aya. Zong Lun nama (dengan
payudara). Dan petani yang bekerja sebagai petugas shogun rahasia.
Penari Izu adalah karya pertama Kawabata Yasunari yang membikin para
pengamat sastra berdecak kagum. Cerita pendek yang ditulis pada tahun 1925 ini
mengisahkan tentang seorang pelajar SMA yang menghabiskan liburannya dengan
melakukan perjalanan ke berbagai sumber air panas di semenanjung Izu. Kawabata
Yasunari adalah nafas baru bagi dunia sastra Jepang. Dia membawa rasa yang
28
berbeda dari karya-karya sastra yang sudah ada. Kemampuannya dalam
menuangkan kata mempunyai kadar sensibilitas estetik yang begitu lembut. Hingga
banyak sekali sastrawan dunia selanjutnya yang bercermin padanya seperti Gabriel
Garcia Marquez.
h. Patung Clark
William Smith Clark (1826 Juli 31 – 1886 9 Maret) adalah wakil kepala
sekolah Sapporo Agricultural College (sekarang Universitas Hokkaido ) kata-
katanya yg terkenal yaitu ‘Boys Be (Ambisius’ Boys, Idake aspirasi) “Anak laki-
laki, akan ambisius” Jadilah ambisius bukan untuk uang atau untuk membesarkan
egois, tidak untuk hal yang cepat berlalu dr ingatan pria panggilan ketenaran!.
Jadilah ambisius untuk pengetahuan, untuk kebenaran. Jadilah ambisius untuk
pencapaian semua bahwa seorang pria seharusnya.
29
B. DESAIN KOREA
1. Sejarah Desain Di Korea
a. Neolitikum
Korea telah dihuni manusia kira-kira sejak 50.000 SM, temuan desain
pertama berupa pot/wadah pada 7.000 SM yang terbuat dari tanah liat yang
dipanaskan dalam perapian terbuka/semi terbuka dengan suhu 700 dejarat celsius
• Gaya Jeulmun (6000 SM), dihias bermotif sisik, mirip dengan gaya Siberia
• Gaya Mumun (2000 SM), tidak bermotif, digunakan untuk rumah tangga.
seperti memasak dan penyimpanan
30
b. Zaman Perunggu (2000-300 SM)
Pengaruh Cina masuk, Korea banyak terdampak oleh Cina. Teknologi yang
dibawakan terus berkembang, hingga diteruskan ke perkembangan 3 kerajaan
besar.
31
• Gaya, Kota yang tidak terhubung kerajaan manapun, pandai membuat zirah
dibanding 3 kerajaan di atas.
Menyatunya Silla (668–935) , adalah masa hasil seni yang besar di Korea,
terutama dalam seni Buddhis. Contohnya termasuk gua Seokguram dan kuil
Bulguksa. Dua pagoda di tanah, Seokgatap dan Dabotap juga merupakan contoh
unik dari batu dan seni Silla. Pengrajin juga menciptakan lonceng kuil besar, relik,
dan undang-undang. Ibu kota Unified Silla dijuluki "kota emas" karena penggunaan
emas di banyak benda seni.
Balhae, Sifat gabungan seni Kerajaan Balhae Korea utara (698–926) dapat
ditemukan di dua makam Putri Balhae. Tampil beberapa bangsawan, pejuang, dan
pemusik dan pelayan orang Balhae, yang digambarkan dalam lukisan mural di
Makam Putri Jeonghyo, putri Raja Mun (737-793), raja ketiga kerajaan. Mural
menampilkan citra orang Balhae dalam kelengkapannya.
Dinasti Goryeo, Dinasti Goryeo berlangsung dari 918 M hingga 1392. Seni
paling terkenal yang diproduksi oleh pengrajin Goryeo adalah tembikar seladon
Korea yang diproduksi dari sekitar 1050 M hingga 1250 M. Sementara seladon
berasal dari Cina, tembikar Korea menciptakan gaya tembikar unik mereka sendiri
yang sangat dihargai sehingga orang Cina menganggapnya "pertama di bawah
langit" dan salah satu dari "dua belas hal terbaik di dunia." Jinsa "underglaze red",
teknik menggunakan pigmen tembaga oksida untuk membuat desain tembaga-
merah, dikembangkan di Korea selama abad ke-12, dan kemudian mengilhami
keramik "underglaze red" dari dinasti Yuan
32
Seiring runtuhnya dinasit Ming pula, Korea pun mulai membangun gaya
baru dalam model artistiknya. sehingga muncul gaya lukisan seperti Chaekgori
(lukisan buku), munjado (lukisan surat), dan minhwa (lukisan rakyat).
a. Karakteristik umum
Dalam arsitektur korea, bangunan-bangunan terstruktur secara vertical dan
horizontal. Arsitektur dibangun berdasarkan sistem perhitungan tradisional yang
disebut Kan. 1 kan didefinisikan sebagai ruang sekitar 2 meter atau 6-8 kaki.
Konsol, atau struktur braket, adalah elemen arsitektur khusus yang telah
dirancang dengan berbagai cara sepanjang waktu. Jika sistem braket sederhana
sudah digunakan di bawah kerajaan Goguryeo (37 SM – 668 M)—di istana-istana
di Pyongyang, misalnya—versi lengkung, dengan kurung yang hanya ditempatkan
pada kepala kolom bangunan, dikembangkan pada awal Dinasti Goryeo (Koryo)
33
(918–1392). Aula Amita dari kuil Buseok di Yeongju adalah contoh yang baik.
Kemudian (dari periode pertengahan Koryo hingga awal dinasti Joseon), sistem
multi-kurung, atau sistem set braket antar-kolom, dikembangkan di bawah
pengaruh dinasti Han kuno di Tiongkok selama dinasti Yuan Mongolia (1279–
1368).
b. Arsitektur bersejarah
Gambar 2.7. pagoda of the Mireuksa Temple Gambar 2.8. Pagoda at Jeongnimsa
Temple
34
Gambar 2.9. Bulguk Temple Gambar 2.10. Muryangsujeon at Buseoksa
Temple
Pasca perang Korean yang terjadi pada tahun 1950-1953, banyak bangunan
hancur, situs arsitektur penting diserbu dan dibakar. Dengan gencatan senjata, dan
gaya arsitektur yang berbeda yang ditentukan oleh pemerintah asing memulai
periode pembangunan yang panjang.
35
Bangunan cenderung dibangun dengan cepat tanpa memperhatikan identitas
lokal. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan bagi para pekerja,
desa-desa tradisional hanok dihancurkan, ratusan apartemen murah sederhana
dibangun dengan sangat cepat, dan komunitas kamar tidur di pinggiran pusat kota
tumbuh, dibangun dan dibiayai sebagai perumahan perusahaan.
Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an generasi baru arsitek Korea memiliki
kebebasan dan pendanaan untuk membangun arsitektur Korea dengan cara khas
Korea. Ini adalah hasil dari para arsitek yang belajar dan berlatih di Eropa, Kanada,
dan bahkan di Amerika Selatan, dan melihat kebutuhan akan rasa gaya yang unik,
dan bahan yang lebih canggih. Ada tekad baru bahwa elemen arsitektur
nasionalistik harus dihidupkan kembali dan disempurnakan. Bangunan harus
berarti sesuatu dalam konteks budaya mereka.
Sebagian besar pertumbuhan arsitektur baru berasal dari toko ritel, toko
pakaian, bistro, kafe, dan bar. Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah proyek
modernis besar dan ikonik telah dikembangkan di Seoul seperti gedung Dominique
Perrault 2008 di Ewha Womans University
36
zaman prasejarah hingga saat ini orang-orang korea masih banyak yang
menggunakan tembikar dalam aktifitas sehari hari.
5. Macam-macam Keramik
• Buncheong : keramik hijau biru atau abu-abu kehitaman
37
• Joseon Baekja: keramik putih
38
C. NUSANTARA TEMPO DOLOE
Di Indonesia sendiri istilah desain pada mulanya tidak sepopuler di negara-
negara maju, selain itu desain belum menjadi wacana yang bermakna. Namun,
dikarenakan desain merupakan salah satu bagian penting dari karya kebudayaan
umat manusia, sehingga perubahan dan dinamika dari desain itu sendiri merupakan
refleksi kondisi masyarakatnya.
Pergeseran pola pikir di Indonesia terjadi pada awal abad ke 20, hal tersebut
berjalan dengan proses Panjang transformasi budaya di Indonesia yang berlangsung
selama berabad-abad. sedangkan proses pergeseran pola pikir modern dimulau
sejak belanda mengekspansi wilayah Nusantara sekaligus membawa kebudayaan.
Awal terjadinya pergeseran budaya kearah kebudayaan modern yakni sejak
dicanangkannya politik etis dengan dibukanya Pendidikan barat yang rasionalitis di
Indonesia. Hal tersebut dianggap sebagai salah satu fase penting terjadinya dialog
budaya antara kebudayaan barat dengan kebudayaan Hindu-Islam-Jawa yang telah
menjadi bentuk baru kebudayaan di Indonesia.
39
c. terjadinya masa transisi dari tradisional ke modern
1) Arsitektur
Sejak surutnya masa kejayaan kebudayaan Hindu-Islam di Indonesia, pada
masa kolonialisasi awal, pembangunan perumahan dan Kawasan hunian memiliki
kecenderungan mengadopsi kebudayaan arsitektur Eropa. Terutama berdirinya
bangunan dengan corak klasik, Neo klasik, Gothic, Rokoko dan berbagai bangunan
Benteng. Pada awal abad ke 20, arsitetur gaya Eropa semakin meluas, bangunan-
bangunan banyak dihiasi dengan gaya Kubisme, Klasikisme, hingga
Fungsionalisme.
40
Gambar 3.1. Villa Isola
Pada akhir masa penjajahan Belanda sebelum ditaklukan oleh Jepang, para
arsitek dari Belanda latah terhadap gaya Art Deco, kemudian menerapkannya di
Indonesia. Contoh bangunan bergaya Art Deco yang dapat kita temukan
diantaranya adalah Hotel Preanger, Hotel Savoy Homan, Villa Isola, dan masih
banyak lagi.
41
tradisional Indonesia, hal tersebut diterapkan pada bangunan Gedung Sate di
Bandung. Lalu bangunan vernacular juga banyak lahir dari tradisi penduduk
setempat atau etnis lainnya.
42
Gambar 3.3. De Bataviase Nouvelles
43
a) Gaya romantik yang dikerjakan para perupa yang menekuni keindahan
potret dan serba menghiaas
b) Gaya kritis yang dikerjakan oleh perupa yang sensitive terhadap keadaan,
ataupun merasa tidak puas terhadap perilaku birokrasi yang korup
c) Gaya eksperimental yang banyak dikerjakan oleh kalangan akademisi yang
mencoba mencari alternatif dalam pembaruan dalam berungkap estetik.
1) Spirit Modernisme
2) Modernisme Bandung
44
3) Nasionalisme Dan Heroisme
Jiwa kejuangan para pahlawan pada masa kemerdekaan awal amat tinggi
sehingga mengilhami sejumlah seniman untuk terlibat dalam pembuatan poster dan
memanfaatkan karya kesenian sebagai alat untuk memberikan semangat. Heroisme
yang melanda para seniman tersebut, setelah masa revolusi masih berkobar sebagai
manifestasi revolusioner yang dikumandangkan oleh Bung Karno, yakni agar
Indonesia dapat sejajar dengan negara-negara maju lainnya.
45
Gambar 3.5. Komik Si Buta dari Gua Hantu
Heroisme secara lebih popular dapat dilihat dari berbaga wujud komik dan
film film nasional, berikut adalah beberapa komik popular pada masa itu.
Pada saat saat keruntuhan pemerintahan orde lama, nilai nilai estetik di
Indonesia banyak dimuati unsur kritik sosial, terutama karya yang secara praktis
dapat menggugah masyarakat banyak seperti karikatur, poster, surat kabar, dan
media cetak lainnya.
46
Setelah kejatuhan pemerintahan Soekarno, muncul kebebasan dalam
berkarya sehingga menghasilkan nilai-nilai estetik yang lebih pluralistic, karena
perancangannya secara bebas mengekspresikan kepribadian diri. Sedangkan pada
masa pembangunan, nasionalisme dan heroisme memiliki kecenderungan sebagai
karya karya monumental yang dijadikan tanda keberhasilan pembangunan atau
mengenang masa lalu.
Selain itu, pembangunan perumahan rakyat, baik itu rumah BTN, rumah
susun, hingga perumahan mewah menjadi bagian dari strategi pembangunan.
Akibatnya gaya arsitektur menjadi sangat beragam, mulai dari replica gaya
bangunan klasik Eropa hingga gaya bangunan Posmodern hadir di kota kota besar.
Demikian pula gaya ‘gado-gado’dan eklektisisma estetik diterapkan, sehingga para
arsitek mual dan mempertanyakan jati diri arsitektur Indonesia.
47
Gambar 3.7. Wisma Darmala
Pada era tahun 80an, dunia seni Lukis di Indonesia menginjak masa
komoditasi yang dikenal dengan ‘boom seni lukis’. Sejalan dengan hal tersebut,
tumbuh galeri-galeri di berbagai pelodok kota yang memamerkankarya seni dan
pelelangan benda seni.
Pada awal tahun 90an berbagai gaya yang popular di negara lain seperti gaya
Memphis, Dekonstruksi, gaya Posmodern dan sebagainya baru diadopsi oleh para
desainer Indonesia melalui berbagai produk karya, ilustrasi, iklan dan arsitektur.
Pada akhir tahun 2000, terjadi pergeseran orientasi estetik ditanah air, yaitu
bangkitnya seni rupa kritis yang mengekspresikan ketidak adilan, penderitaan
48
rakyat kecil, hingga kritik-kritik satiris terhadap pelaku politik dalam berbagai
media desain grafis terutama sampul buku dan majalah.
49
Gambar 3.9. ‘Antara Hidup dan Mati’ karya Raden Saleh
Karya Raden Saleh antara lain "Antara Hidup dan Mati", "Pangerang
Diponegoro", "Gunung Merapi" merupakan karya master piece. Raden Saleh juga
banyak melukis potret para penguasa Belanda di Jawa serta keluarga bangsawan
Jawa. Oleh kritikus seni Indonesia (alm. Dan Suwaryono), Raden Saleh dinobatkan
sebagai pendiri seni modern Indonesia.
Sujoyono
50
Gambar 3.11. Lukisan karya Sujoyono
Persagi
Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) didirikan pada tahun 1939, yang
anggotanya sebagian besar adalah tukang-tukang gambar di biro-biro reklame dan
percetakan. Pada periode ini karya rupa kaum pribumi, termasuk para perupa
Tionghoa banyak didominasi oleh karya karikatur dan pamflet perjuangan. Baik
yang bertemakan "pesan" yang sloganistik untuk menggugah semangat, atau
51
sindiran terhadap keadaan. Nilai-nilai yang diungkap lebih banyak ditekankan
kepada unsur komunikasi praktis perjuangan daripada nilai-nilai estetis.
Ciri karya rupa kelompok PERSAGI adalah banyaknya karya diberi narasi
yang verbalistik untuk memperjelas kandungan atau makna gambar perjuangan
akan pentingnya persatuan Indonesia.
Eksotisme gaya Indies (suatu sebutan bagi segala produk budaya pada masa
akhir kolonialisme Hindia Belanda pada awal abad 20) diterapkan pada rancangan
52
desain grafis dengan kekuatan kontur garis pembentuk obyek yang sangat luwes,
rapi, dan artistic dipadu dengan warna-warna datar cenderung kusam proses cetak
handpress. Gaya ini menjadi arus utama visualisasi perancangan desain cetak awal
abad 20.
Kata Indies sendiri berasal dari Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda
yaitu satu sebutan bagi daerah jajahan kerajaan Belanda yang secara geografis
meliputi kepulauan Nusantara di Hindia Timur (Nederlandsche Oost Indie), yang
dibedakan dengan wilayah jajahan Nederlandsche West Indie yang meliputi
wilayah Suriname dan Curascao). Kata Indies sebenarnya lebih diartikan sebagai
sebutan pelecehan atau penghinaan para tuan penjajah kulit putih terhadap warga
pribumi (inlander) atau kaum indo/mestizo hasil kawin campur antara pria kulit
putih dengan perempuan pribumi yang menempati stratifikasi sosial di bawah
warga kelas satu kulit putih dan warga kelas dua Cina dan Arab (vremde
oosterlingen). Sebagai suatu ekspresi kebudayaan, kebudayaan Indies merupakan
suatu bentuk percampuran kebudayaan (melting pot) dari kebudayaan modern
Barat, Cina, Islam, dan eklektisme agraris tradisional Jawa sebagai wilayah jajahan
utama yang dimulai ketika VOC berkuasa di Batavia lama (oud Batavia).
53
kolonial yang dididik sekolahsekolah modern Belanda, dan pribumisasi
kebudayaan barat modern masyarakat elit kulit putih Belanda sebagai ciri
kebudayaan Indies tercermin pada:
54
Gambar 3.15. Cover buku Max Havelar
4) Berkembangnya seni pertunjukan dan seni rupa Indies seperti musik
keroncong, komedi stamboel, sandiwara (teater), film, lukisan-lukisan
bertema mooi Indies, seni grafis, patung, seni tekstil (batik
Belanda/Kompeni), dan mode busana (pantalon, baju takwo, kebaya, jas
tuxedo dipadukan destar dan kain jarik).
b. Postmodern
55
tampilannya di Barat. Gejala ini terlihat pada desain produk industri, pusat
pertokoan dan perkantoran, kota satelit, kondominium, gaya busana, kompleks
perumahan hingga rumah tinggal.
Dalam dunia seni rupa, seni instalasi kerapkali dianggap sebagai manifestasi
kehadiran pemikiran "Posmodernisme" di Indonesia. Jika titik tolak itu dipakai
landasan, sebenarnya seni instalasi telah lahir di Indonesia pada tahun 1970-an
ketika setiap mahasiswa seni murni diwajibkan mengikuti perkuliahan Eksperimen
Kreatif. Para mahasiswa dengan berbagai media mencoba "menginstalasi" ruang
lingkungan, dan menerobos bidang kanvas untuk berekspresi bebas dengan media
apapun.
56
D. SATU KARYA PILIHAN YANG KHAS
Hanok merupakan rumah tradisional asal Korea yang sudah ada sejak
zaman Dinasti Joseon pada abad ke-14 Masehi. Sebenarnya, Hanok sendiri dulunya
lebih dikenal sebagai Jooga (Rumah Tinggal) atau Jaetaek (ragam rumah),
sedangkan kata Hanok sendiri berasal dari bangunan rumah yang dibangun di suatu
tempat namun tidak diketahui spesifiknya dimana. Sekarang, penggunaan kata
Hanoka diinterpretasikan sebagai rumah tradisional saja.
Hanok sama seperti rumah pada umumnya, sebagai tempat tinggal. Namun,
Hanok juga dibangun berdasarkan kelas/strata sosial. makanya Hanok memiliki
beberapa macam seperti Yangban (kelas tinggi), Jungin (kelas menengah), dan
masyarakat biasa. Ketiganya
Baik Korea Utara dan Selatan sama-sama memiliki Hanok karena dulunya
memang satu kesatuan. Hanok Korea Utara dibuat persegi untuk menjaga suhu
panas, sedangkan Korea Selatan berbentuk huruf L untuk suhu yang lebih sejuk
dalam rumah.
57
Korea mendapatkan banyak pengaruh dari jepang maupun china dalam
masalah desain arsitekturnya. Negara-negara berjulukan macan asia seperti Jepang,
Cina, dan Korea memang memiliki rumah tradisional masing-masing, tetapi baik
Minka, Siheyuan, maupun Hanok memiliki gaya desain tersendiri. Pertama dari
atap, atap Minka cenderung datar, namun tidak bergelombang pada
pinggirnya,ujungnya terlihat lebih melancip, struktur atapnya tipis. Atap Siheyuan
terlihat melengkung tetapi hanya pada bangunan bangunan besar, konstruksi
dengan ketebalan sedang pinggirnya bergelombang, ujungnya diberi ornamen
seperti tanduk. Atap Hanok terlihat melengkung di semua jenis ukuran bangunan,
konstruksinya terlihat tebal nan kokoh, pingginya menebal, ujungnya membundar.
Kedua, dinding Minka sebagian besar menggunakan kayu, difaktori oleh
topografinya yang bertaut dengan Ring of Fire, sehingga rumahnya pun didesain
lebih simpel karena berfokus pada utility sehingga mudah untuk penggunanya
berevakuasi dan tidak menghasilkan kerugian lebih besar , dibanding dengan
Siheyuan yang menggunakan bata, difaktori oleh topografinya yang diapit banyak
gunung-gunung, sehingga konstruksi batu lebih efektif dalam mencegah longsor.
Untuk hanok, hanok menggunakan dinding campuran dari gaya Jepang dan Cina,
yakni kayu dan bata. Hal ini terjadi karena kondisi geografis Korea merupakan
campuran Jepang dan Cina, banyak gunung maupun sungai. Jadi, pada zaman mulai
diramaikannya Hanok, rumah ini dibangun dengn prinsip Baesaminsu (Rumah
Ideal yang dibangun dengan sungai di depan dan pegunungan di belakang).
Oiya,Hanok selalu didekorasikan oleh tulisan Hanji agar lebih terlihat estetik di
dalam rumah.
58
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Isu-isu desain yang berkembang di negara Asia, khususnya Jepang, Korea,
dan Indonesia tentu memiliki poin poin yang menarik untuk dikaji. Setiap negara
pasti memiliki ciri khas maupun gaya desain masing-masing. Meskipun beberapa
diantaranya saling berkaitan antara satu dengan yang lain namun hal tersebut
membawa pengaruh untuk terus tumbuh dan berkembang sehingga menghasilkan
ciri khas serta memiliki nilai jualnya tersendiri. Perkembangan desain pada setiap
negara baik itu kultur tradisional maupun percampuran dengan kultur negara lain
sangat berdampak pada hadirnya desain yang banyak digunakan pada saat ini.
59
DAFTAR PUSTAKA
Best, Michael L., “What are the differences between Japanese, Korean, and Chinese
architecture?” (2019), diakses dari https://www.quora.com/What-are-the-
differences-between-Japanese-Korean-and-Chinese-
architecture#:~:text=Japanese%20has%20no%20curve%2C%20some,wo
oden%20and%20all%20look%20beautiful.
KapanLagi, Sejarah Hanbok dirancang pada masa kerajaan goguryeo hingga dibuat
modern style ala K-pop Idol (2021). diakses dari
https://www.kapanlagi.com/korea/sejarah-hanbok-dirancang-pada-masa-
kerajaan-goguryeo-hingga-dibuat-modern-style-ala-k-pop-idol-
ec49b6.html
Kardinata, Hanny (2011). Garis Waktu Desain Grafis Indonesia 1659–1999. Desain
Geafis Indonesia. Diakses dari http://dgi.or.id/in-depth/history/garis-
waktu-desain-grafis-indonesia-1659-1999.html
Purnomo, Setianingsih. (2014). Seni Rupa Masa Kolonial : Mooi Indie VS Persagi.
Jurnal Komunikasi Visual. Diakses dari
https://ejournals.umn.ac.id/index.php/FSD/article/view/391/357
60
Sachari, Agus; Sunarya Yan Yan (2002). Sejarah dan Perkembangan Desain &
Dunia Kesenirupaan di Indonesia. Bandung : ITB Press
Tembikar dan keramik Korea. (2010). Diakses pada 1 Agustus 2021, dari
http://kelaskaryawan.untara.ac.id/en3/2770-2657/Tembikar-Dan-
Keramik-Korea_35463_kelaskaryawan-untara.html
Wikipedia, Korean Crown and Belt from Silla (2021). diakses dari
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a1/Korean_cr
own_and_belt_from_Silla-01.jpg/220px-
Korean_crown_and_belt_from_Silla-01.jpg
61