Proposal Tematik
Proposal Tematik
Ventia Salsabiil/I0218086
Dosen Pengampu :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga berhasil menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Arsitektur Tematik “Sekolah Luar
Biasa Autisme di Bantul” ini dengan baik.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur Tematik. Dalam
penelitian ini tidak lepas dari berbagai hambatan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya;
2. Bapak Dr. Ars. Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch., selaku Ketua Program Studi
Arsitektur UNS;
3. Dr. Ir. Wiwik Setyaningsih, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah Arsitektur
Tematik.
4. Serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca. Penulis juga
berharap semoga penyusunan tugas ini bisa memberi manfaat bagi penulis dan bagi
masyarakat.
Ventia Salsabiil V
DAFTAR SKEMA
Bab ini membahas esensi judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
lingkup dan batasan pembahasan dan sistematika pembahasan sebagai pedoman dan dasar
dalam perancangan Sekolah Luar Biasa Autisme.
Judul “Sekolah Luar Biasa Autisme di Bantul” dapat diuraikan sebagai berikut:
1.1.1 Sekolah
1.1.3 Autisme
Dapat disimpulkan Sekolah Luar Biasa Autisme adalah Satuan pendidikan yang
ditujukan bagi anak dengan gangguan pada perkembangan neurobiologisnya atau dapat
disebut dengan autisme.
Salah satu hal paling mendasar bagi kehidupan adalah pendidikan. Pendidikan
meliputi proses mencapai pengetahuan, mengembangkan penalaran, dan
mempersiapkan diri sendiri atau orang lain secara intelektual untuk kehidupan yang
matang. Selain itu, pendidikan juga merupakan sebuah aktivitas yang ditujukan untuk
mengarahkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki manusia baik sebagai
manusia ataupun sebagai masyarakat dengan sepenuhnya (Nurkholis, 2013). Proses
pendidikan dapat ditempuh dengan dua cara yaitu secara formal dan non formal. Secara
formal, pendidikan didapatkan melalui sekolah. Sedangkan pendidikan nonformal
didapatkan secara mandiri, dari keluarga maupun lingkungan sekitar.
Pendidikan yang bersifat fundamental menjadi salah satu sektor penting dalam
pembangunan di setiap negara. Bahkan, salah satu sarana paling kuat untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan dapat diraih melalui pendidikan. Sehingga,
pendidikan menjadi investasi bagi suatu negara. Untuk itu, pendidikan menjadi
kebutuhan utama yang harus dipenuhi.
Hal ini menjadikan pendidikan sebagai perhatian bersama dan termasuk dalam
salah satu dari 17 isu Sustainable Development Goals yang ditetapkan oleh PBB. Isu
nomor empat yaitu mengenai quality education atau pendidikan yang berkualitas.
Kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 64 dari 120 negara di seluruh
dunia(Henry et al., 2020). Target yang akan dicapai oleh isu quality education yaitu
menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan
kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua pada tahun 2030. Pada target quality
education poin ke-5 “eliminate all discrimination in education”, menegaskan bahwa
diskriminasi terhadap pendidikan baik dari segi disabilitas, gender, umur, agama, ras
harus dihilangkan.
Peningkatan kualitas pendidikan berlaku juga bagi pendidikan luar biasa. Anak
berkebutuhan khusus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan sama seperti anak
normal pada umumnya. Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2003)
Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang
kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan
1.3.1 Permasalahan/Isu
1.3.2 Persoalan
1.4.1 Tujuan
1.4.2 Sasaran
Potensi yang dimiliki oleh site yaitu berada di lokasi dengan tingkat kebisingan
rendah. Tingkat kebisingan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar anak
autis yang membutuhkan fokus tinggi. Lokasi site juga mudah dijangkau kendaraan
pribadi dan umum karena terhubung dengan jalan utama yaitu Jalan Wonosari.
Posisi site yang memanjang dari utara ke selatan otomatis menyebabkan site
berorientasi ke arah barat. Site yang menghadap barat mengakibatkan bangunan akan
terpapar panas matahari lebih intens. Hal ini berpengaruh pada kenyamanan termal
bangunan sekolah. Sehingga perlu penanganan khusus untuk meminimalisir panas
matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Bab ini berisi tinjauan berdasarkan referensi teoritik mengenai sekolah luar biasa, autisme,
dan arsitektur perilaku, serta kebijakan eksternal yang akan digunakan sebagai bahan untuk
membuat analisa guna memecahkan permasalahan.
Pendidikan tidak hanya bagi peserta didik yang normal, namun juga peserta
didik dengan disabilitas. Pendidikan bagi penyandang disabilitas diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991. Sekolah Luar Biasa
(SLB) merupakan Lembaga pendidikan yang dikhususkan dalam menangani dan
memberikan pelayanan pendidikan bagi penyandang disabilitas. PP No. 17 Tahun 2010
Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta
didik yang:
a. Tunanetra; h. Lamban belajar
b. Tunarungu i. Autis
c. Tunawicara j. Memiliki gangguan motorik
d. Tunagrahita k. Korban penyalahgunaan narkotika, obat
e. Tunadaksa terlarang, dan zat adiktif lain
f. Tunalaras l. Memiliki kelainan lain.
g. Berkesulitan belajar
Salah satu sekolah luar biasa yaitu untuk penyandang autis memiliki prinsip
desain yang memfokuskan terhadap integrasi, predictability, dan kontrol terhadap
informasi sensorik. Integrasi sebagai inti dari desain bangunan diartikan sebagai
bagaimana bangunan dapat terhubung dengan lingkungan di sekitarnya. Prinsip
integrasi ini mencakup hubungan antara ruang interior dengan eksterior(Yates, 2016).
Suara memiliki kaitan dengan privasi pengguna dengan hubungan sosial dengan
lingkungan sekitar. Suara yang terlalu keras dapat mengganggu ketenangan
lingkungan. Dalam arsitektur, suara dapat diatur sehingga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Pengaturan tersebut dapat menggunakan peredam suara untuk ruangan
kedap suara, gorden, pelapis lantai, furniture, dan peralatan lainnya.(Widyakusuma,
2020)
Temperatur atau suhu mempengaruhi kenyamanan termal pengguna suatu
ruangan atau bangunan. Suhu yang terlalu panas maupun terlalu dingin dapat
mempengaruhi psikologis. Pencahayaan suatu ruangan berpengaruh terhadap perilaku
pengguna. Kualitas pencahayaan yang kurang dapat menghambat aktivitas pengguna.
Pencahayaan tidak hanya didapatkan dari cahaya buatan berupa lampu, tetapi juga dari
cahaya alami dari sinar matahari.
Berdasarkan ketiga teori di atas dapat disimpulkan bahwa Sekolah Luar Biasa
Autisme harus dirancang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan dari penyandang
autis. Selain itu, perencanaan dan perancangan Sekolah Luar Biasa Autisme juga haru
mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku. Proses belajar mengajar
penyandang autis berkaitan erat dengan lingkungan di sekitarnya sehingga memerlukan
beberapa pertimbangan aspek. Dalam hal ini, teori arsitektur yang tepat untuk
digunakan adalah teori arsitektur perilaku yang membahas mengenai hubungan tingkah
laku manusia dengan lingkungan binaan. Arsitektur perilaku sesuai dengan kebutuhan
kegiatan belajar mengajar penyandang autis yang memperhatikan aspek ruang, warna,
suara atau kebisingan, dan suhu atau temperatur.
Northern School for Autism di Australia dibagi menjadi beberapa sub sesuai
dengan tingkatan usia, yaitu early years (5-8 tahun), middle years (9-12 tahun), dan
later years (13-18 tahun). Tujuan dari sekolah ini agar siswa siap untuk bersosialisasi
dengan masyarakat ketika lulus.
Bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam proses perencanaan dan
perancangan Sekolah Luar Biasa Autisme di Bantul.
Metode perencanaan yang digunakan pada Sekolah Luar Biasa Autisme ini
terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Membangun gagasan atau ide
Gagasan atau ide dapat diperoleh melalui fenomena yang terjadi di
sekitar. Fenomena-fenomena tersebut dapat berupa fenomena empiris dan
3. Sintesis Data
Proses membangun gagasan atau ide,berlanjut ke tahap melakukan
sintesis berdasarkan gagasan. Fenomena yang terjadi Sintesis dilakukan
untuk menentukan objek apa yang perlu dirancang berdasarkan fenomena
yang terjadi.
Referensi yang didapat dari studi literatur kemudian dirumuskan
menjadi kriteria-kriteria perancangan yang dapat dijadikan dasar
perancangan.
Metode perancangan yang digunakan pada Sekolah Luar Biasa Autisme ini
terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Transformasi Desain
Kriteria perancangan yang telah didapatkan kemudian dijadikan dasar
dalam mengeksplorasi gagasan dan ide rancangan. Gagasan tersebut
disajikan dalam bentuk visual.
2. Analisis perancangan
Tahap analisis ini dilakukan untuk mengetahui peruangan pada sekolah
austisme seperti kebutuhan ruang, besaran ruang, dan konfigurasi massa
berdasarkan kriteria. Hasil dari tahap ini akan dijadikan pedoman dalam
perancangan.