Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL OBSERVASI KE SKHU

( SEKOLAH KHUSUS)
PENGAMATAN ANAK AUTIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PDGK4407


Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
(PDGK4407)

Disusun Oleh :

AJENG SRI RATULANGI


NIM. 857238357

Pokjar Labuan
Kabupaten Pandeglang
Masa Registrasi 2023.1

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
SERANG
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR i
ISI ............................................................................................................. ii
KATA 1
PENGANTAR................................................................................................... 1
BAB I 1
PENDAHULUAN.............................................................................................. 2
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................... 3
BAB II 4
PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
A. Pengertian Autis ……..............…………………………………………… 5
B. Klasifikasi Anak Autis …….............……………………………………... 6
C. Karakteristik Anak Autis.................................……………………………. 7
D. 10 Ciri umum Anak Pengidap Autis........................................................... 7
E. Penyebab Autis............................................................................................ 7
F. Layanan Pendidikan Anak Autis................................................................. 8
BAB III SIMPULAN DAN SARAN TINDAK 9
LANJUT ..................................................
A. Simpulan ......................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. Photo Kegiatan

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

syukur selalu terucap kepada Allah SWT yang sampai saat ini telah
memberikan nikmat sehat, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
tanpa terkendala masalah berarti. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada
kedua orang tua, dosen, teman kuliah yang turut membantu. Keterbatasan waktu
menjadi salah satu hal yang menjadi kesulitan dalam pembuatan makalah ini.
Namun berkat dukungan dari mereka, akhirnya yang diperjuangkan bisa selesai
tepat waktu. Sebagai mahasiswa, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu penulis secara pribadi memohon
maaf atas kesalahan yang mungkin ada pada isi makalah.

harap isi makalah yang berjudul “Anak Berkebutuhan Khusus Autis” bisa
bermanfaat bagi pembaca. Mohon untuk memaklumi jika terdapat penjelasan
yang sulit untuk dimengerti. Untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun
saran, sehingga penulis bisa memperbaikinya dikemudian hari. Terimakasih atas
ketertarikan Anda untuk segan membaca makalah yang penulis buat.

Panimbang, 8 Juni 2023

Penulis

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami
perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko
sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus atau anak luar biasa. Dalam memahami anak berkebutuhan
khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai
jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi
pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat
dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya
mengalami penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta
sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang normal.
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam
Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autis. Anak autis juga
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan,
maupun secara akademik. Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang
tidak mengetahuitentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih
dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi
mengenai siapa anak autis,penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik
itu pendidikan secara umum.Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat
lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan
dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena
itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita mengeahui anak autis tersebut.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian anak autis?
2. Apa saja klasifikasi anak autis?
3. Apa saja karakteristik anak autis?
4. Apa saja ciri-ciri anak pengidap autis?
5. Apa saja penyebab autis?
6. Apa saja layanan pendidikan yang layak untuk anak autis?

1
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian anak autis
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak autis
3. Untuk mengetahui karakteristik anak autis
4. Untuk mengetahui ciri-ciri anak pengidap autis
5. Untuk mengetahui penyebab autis
6. Untuk mengetahui layanan pendidikan yang layak untuk anak autis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Autisme

Istilah Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner.
Autisme berasal dari kata auto yang berarti menyendiri, maka kita akan mendapat
kesan bahwa individu autisme itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Jadi,
autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut
komunikasi, interaksi sosial, kognisi, dan aktivitas imajinasi. Indonesia mengenal
masalah autisme sejak tahun 1977. Ada beberapa para ahli berpendapat bahwa
pengertian autis adalah:

1. Triantoro Safaria (2005:1), autisme sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi


dengan orang lain, ekolalia, adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipe,
mutism, pembalikkan kalimat , gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan yang tertunda, rute ingatan yang kuat serta keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.
2. Gerlach (Yosfan Azwandi, 2005 : 13) menjelaskan bahwa autis memiliki masalah
gangguan perkembangan yang kompleks yang muncul sebelum umur tiga tahun
sebagai dampak adanya gangguan neurobiologis sehingga berdampak pada fungsi
otak. Gangguan pada otak mengakibatkan anak autis mempunyai hambatan baik
dalam komunikasi, interaksi sosial, maupun perila Berbagai hambatan yang
dimiliki anak autis menyebabkan mereka membutuhkan pendidikan khusus dan
layanan khusus.

B. Klasifikasi Anak Autis

Menurut Yatim (2002) dalam YAI, anak autis dapat dikelompokkan


menjadi tiga yaitu:

1. Autisme persepsi: dianggap autisme yang asli kerana kelainan sudah timbul
sebelum lahir. Ketidak mampuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga kemampuan anak bekerjasama
dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.
2. Autisme reaksi: terjadi karena beberapa permasalahan yang di menimbulkan
kecemasan seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah/sekolah dan
sebagainya. Autisme ini akan memuncukan gerakan-gerakan tertentu berulang
–ulang, kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia
lebih besar enam sampai tujuh tahun sebelum anak memasuki tahapan berfikir
logis.
3. Autisme yang timbul kemudian: terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit
dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat.

C. KARAKTERISTIK ANAK AUTIS


Setiap individu pastilah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Secara
umum karakteristik anak autis adalah sebagai berikut :

3
1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial anak autis tidak bagus. Kembali pada pengertian autis, auto artinya
sendiri. Maka anak autis memang lebih suka menyendiri/ asyik dengan dirinya
sendiri. Mereka tidak tertarik untuk bermain bersama teman dan mereka sangat
menghindari kontak mata (bertatapan). Jika mereka memiliki keinginan yang harus
segera dituruti, mereka hanya akan menarik tangan orang lain, itu sebagai tanda
perintah untuk melakukan apa yang diinginkannya.
2. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi)
Kemampuan berkomunikasi mencakup bicara dan bahasanya. Untuk anak autis,
perkembangan bahasanya lambat. Bicaranya pun tidak digunakan untuk
berkomunikasi. Tampak dari luar seperti anak yang tuli dan sukar bicara.
Terkadang kata yang keluar dari mulutnya tidak bermakna dan berulang-ulang.
Selain itu, Anak autis juga suka meniru apa yang dikatakan orang lain dan
membeo. Sebagai contoh anak autis yang saya jumpai saat observasi, dia suka
sekali berkata “asia dot kom, asia dot kom, asia dot kom” begitu seterusnya sampai
disuruh berhenti barulah dia berhenti.
3. Pola bermain
Anak autis tidak bisa bermain layaknya anak pada umumnya, karena memang
karakter mereka yang senang menyendiri. Seolah sedang bermain, mereka terlihat
asyik dengan dunianya. Mereka lebih senang pada benda-benda yang berputar. Jika
anak pada umumnya bermain mobil-mobilan, maka anak autis hanya tertarik pada
roda mobil itu dan dimainkannya dengan diputar-putar secara berkelanjutan. Jadi
mereka itu tidak senang memainkan mainan sesuai dengan fungsinya. Mereka tidak
kreatif dan tidak imajinatif, ini terlihat saat kelekatan anak dengan suatu benda
tertentu. Dia akan marah jika benda itu tidak ada/berubah.
4. Gangguan Sensoris
Anak autis memiliki gangguan sensoris. Yang bisa diidentifikasi dari gangguan
sensorisnya antara lain : Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga,
Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, Sangat sensitif terhadap
sentuhan tetapi tidak sensitif terhadap rasa sakit maupun rasa takut.
5. Perkembangan terlambat atau tidak normal
Banyak juga anak autis yang dulunya mengalami perkembangan layaknya anak
normal pada umumnya. Mereka sudah memiliki kemampuan pada hal tertentu
seperti ketrampilan sosial, komunikasi maupun kognisi. Akan tetapi,  kemudian
mengalami penurunan dan bahkan menghilang.

D. 10 ciri umum anak pengidap autis yang perlu Anda  pahami :

1. Perkembangan yang tidak seimbang : Perkembangan yang tidak seimbang


pada bayi atau anak autis, dikarenakan sistem motorik anak mengalami
gangguan, sehingga perkembangan otaknya pun tidak bisa berkembang dengan
baik sebagai mana mestinya. Mereka cenderung tidak tertarik dengan segala
jenis interaksi dengan orang lain, bahkan tidak tertarik pada mainan, seperti
anak lainnya. Padahal umumnya usia kanak-kanak sangat responsif terhadap
hal baru seperti mainan dan hal-hal baru.
2. Menyukai kegiatan yang mengulang : Coba Anda perhatikan kegiatan si
kecil, jika ia menyukai kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan
dalam frekuensi yang sangat tinggi, kemungkinan ia mengidap autis. Misalnya

4
sering melompat, apalagi jika kegiatan ini dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Karena ciri-ciri anak autis sejak bayi apabila si Kecil menyukai suatu kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang.
3. Gangguan komunikasi : Salah satu ciri yang mudah untuk Anda kenali pada
anak autis adalah dari gaya bicaranya. Anak autis memiliki gaya bicara yang
khas yaitu gagap, terlambat dan kurang bisa mengerti kata-kata yang sering
digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Anak autis terkadang juga
memiliki bahasa dan istilah sendiri yang membuat lawan bicara bingung. Tapi
Anda sebagai orang tua harus memaklumi dan Anda lah yang harus belajar
bahasa mereka. Namun  Anda harus tetap memberikan pengetahuan mengenai
bahasa pada umumnya.
4. Membenci suara bising : Sebaiknya jika sedang melakukan pembicaraan
dengan anak autis jangan menggunakan nada dan intonasi yang keras. Karena
salah satu tanda Anak autis adalah tidak menyukai suara yang terlalu keras dan
bising. Ketika anak autis mendengar suara terlalu keras atau bising maka
dirinya akan langsung gelisah dan tidak tenang bahkan respon mereka bisa
berlebihan, bahkan bisa menjerit keras.
5. Tidak suka kontak fisik : Anak autis juga tidak menyukai jika adanya kontak
fisik, apalagi dengan orang yang tidak ia kenal. Jika anak autis disentuh, maka
ia cenderung menghindar dan bersembunyi. Anak autis juga tidak menyukai
ada pembicaraan dengan orang lain, sekalipun berbicara maka mereka tidak
akan memandang orang yang menjadi lawan bicaranya.
6. Emosi yang tidak stabil : Anak yang mengalami autis juga tidak bisa
mengontrol dan mengendalikan emosi mereka. Anak autis akan meluapkan
segala emosinya dan biasanya terjadi pada waktu yang tidak terduga dan dalam
situasi apapun. Misalnya tiba-tiba menangis, tiba-tiba menjerit, tertawa tanpa
sebab yang jelas.
7. Asyik dengan dunianya sendiri : Anak autis memiliki dunianya sendiri dan
hanya dia yang tahu bagaimana cara menikmati dunianya tersebut. Oleh
karenanya, Anak autis tidak menyukai bermain dan berinteraksi dengan anak-
anak yang sebaya bahkan ia akan  menghindari mereka. Saat bermain dengan
dunianya sendiri ini lah, anak autis akan mengekspresikan kemampuan
bicaranya.
8. Tidak mau melakukan kontak mata : Anak autis akan menghindari kontak
mata secara langsung pada lawan bicaranya bahkan ia akan cendrung
menunduk ke bawah. Maka ajari anak untuk menatap lawan bicara, dan jangan
segan-segan untuk mengarahkan wajahnya agar menatap Anda.
9. Kaku jika digendong : Saat anak berusia 6 - 12 bulan, jika Anda
menggendongnya maka tubuhnya akan kaku dan tegang serta tidak memiliki
ketertarikan untuk disentuh dan dibelai seperti anak lainnya. Padahal biasanya
bayi sangat suka digendong, dibelai-belai, disayang dan dimanja.
10. Belum bisa berjalan saat usianya sudah menginjak 2  - 3 tahun : Umumnya
memasuki usia 2 - 3 tahun anak sedang aktif-aktifnya  karena sudah bisa
berjalan dan suka mengeksplorasi  hal-hal yang ada disekitarnya. Namun lain
halnya bagi anak yang mengalami autis, mereka belum bisa berjalan dan masih
digendong. Karena, perkembangan sel motoriknya yang lambat, sehingga
mengakibatkan terjadinya hal ini, bahkan Anak enggan menggerakan tubuhnya

5
E. Penyebab Autisme

1. Faktor Genetik: Autisme disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan


genetik, kognitif, dan neourologis. Walaupun masalah autisme adalah masalah
yang bersifat komplek dan sulit dijelaskan apakah disebabkan oleh Autism
Spectrum Disorder (ASD) atau lebih jauh lagi disebabkan oleh mutasi gen yang
bersifat langka atau disebabkan oleh multigene interactions of common genetic
varians atau interaksi diantara multigen dalam variasi normal. Kompleksitas
autisme menjadi peningkat setelah faktor lingkungan berinteraksi dengan
interaksi multigen dan faktor epigenetik yang tidak mengubah DNA yang dapat
diturunkan dan mempengaruhi gene expression (I. Rapin & F.R Tuchman,
28:1129-1146).
2. Faktor Lingkungan: Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan autisme
adalah bahan makanan tertentu, penyakit yang disebabkan oleh infeksi, logam
berat, limbah diesel, solvent, bahan plastik yang mengandung phenols,
pestisida, alkohol, rokok, obat bius, vaksin, dan lain-lain (J.C.Newschaffer, et
al. 2007: 235-258).
3. Faktor Pathophysiology: Autisme juga dapat disebabkan oleh berbagai
perubahan yang terjadi pada sistem pusat susunan syaraf atau otak, yang
mencakup dua area, yaitu pathophysiology dari struktur dan proses otak yang
diikuti oleh autisme dan pertautan neuropsychological antara struktur otak
dengan perilaku.
4. Faktor Neuropsychology: Dua kelompok utama dari teori kognitif, yaitu teori
sosial kognitif dan teori proses informasi mengemukakan bahwa ada hubungan
antara otak individual autistik dengan tingkah laku yang ditampilkannya.

a. Teori sosial kognitif, yang menjelaskan bahwa proses internal yang terjadi
didalam otak, yang mengendalikan berbagai kegiatan didalam otak kurang
berkembang pada individu autistik. Selanjutnya, individu autistik disebabkan
oleh ketidakmampuannya dalam memahami dasar-dasar emosi dan tujuan
orang lain, khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara emosi dan
peristiwa-peristiwa sosial dan pandangan serta pendapat orang lain (Hamilton
AFdC, 2009).

b. Teori Pengolahan Informasi, kelainan perilaku dari individu autistik


disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengolah dan melakukan kegiatan
berdasarkan informasi yang diterima oleh pancaindra. Hal ini disebabkan oleh
kelemahan pengolahan informasi yang berkaitan dengan working memory
(ingatan yang dapat diaktifkan), perencanaan, dan pelaksanaan.

F. layanan pendidikan yang layak untuk anak autis

Pendidikan secara umum diperuntukkan untuk anak-anak di dunia terutama


bagi anak yang memiliki kekurangan atau sering disebut dengan anak autis.
Walaupun mereka terbilang banyak memiliki kekurangan, tetapi anak autispun
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seperti halnya yang
tercantum dalam Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 1 yang berisikan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tidak terkecuali
anak-anak yang memiliki kekurangan mental dan sebagainya seperti yang dialami

6
anak autis. Pendidikan anak autis sebenarnya sudah dijalankan oleh beberapa
lembaga kemasyarakatan dengan dibentuknya kelas transisi, program pendidikan
inklusi, program pendidikan di rumah, termasuk dengan adanya lembaga panti
atau griya rehabilitasi anak autis dan bahkan bisa dengan sekolah autis.

Banyak cara seperti yang disebutkan diatas untuk memberikan pendidikan kepada
anak autis.

1. Kelas transisi. Kelas transisi ini dipergunakan oleh anak yang sudah menjalani
terapi dan setelah itu wajib mendapatkan layanan khusus. Pada kelas ini
diberikan persiapan dan pengenalan dengan standar pendidikan seperti sekolah
dasar dan dengan diberikan guru pembimbing yang memang khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak autis tersebut.

2. Program Pendidikan Inklusi. Program ini dilakukan di sekolah-sekolah reguler


atau sekolah biasa pada umumnya. Tetapi, sekolah tersebut harus memiliki
ruangan khusus yang mana dapat difungsikan khusus untuk anak autis dan
diharuskan juga memiliki guru yang mampu mengatasi anak autis.

3. Program lainnya yaitu Program Pendidikan di Rumah. Program ini dilakukan


oleh para orang tua untuk anaknya yang memiliki kekurangan dengan
mendatangkan guru pembimbing khusus untuk anak autis. Biasanya dialami
untuk anak autis yang non verbal atau yang mengalami gangguan motorik dan
auditorinya.

4. Panti atau Griya Rehabilitasi Autis. Lembaga ini diperuntukkan untuk anak autis
yang kemampuannya sangat rendah dan memiliki gangguan parah pada organ
tubuhnya. Tetapi, pada lembaga ini anak-anak dikenalkan dengan sensorik
motorik tubuhnya, dikenalkan dengan bakat serta minatnya, dan juga diajarkan
untuk berketerampilan supaya anak autis tidak dipandang gagal atau tidak bisa
apa-apa.

5. Sekolah Anak Autis. Lembaga ini sebenarnya memiliki sedikit sisi negatif,
karena ketika anak dimasukkan ke sekolah autis mereka akan sulit
berkonsentrasi karena adanya distraksi pada lingkungannya. Tetapi, di sekolah
inilah anak autis biasanya ditingkatkan kemampuannya untuk mengenal minat
dan bakatnya. Pendidikan sangatlah wajib dan diperuntukkan untuk seluruh anak
di dunia termasuk anak yang memiliki kekurangan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Autisme merupakan keadaan yang disebabkan oleh kelainan otak yang ditandai
dengan kelainan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang sangat kaku dan
pengulangan perilaku. Autisme dapat dibagi ke dalam tiga jenis yaitu autism spectrum
disorder (ASD) dan asperger syndrome, kedua jenis autism ini mengalami kelambatan
dalam perkembangan kognitif dan bahasa, dan PDD-NOS apabila kriteria dari kedua jenis
autisme yang terdahulu tidak cocok dengan karakteristik autism yang dialami anak. Di
Indonesia, saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah anak penyandang autisme,
namun diperkirakan jumlah anak autis dapat mencapai 150-200 ribu orang. Perbandingan
antara laki dan perempuan adalah 2,6-4:1, namun anak perempuan yang terkena akan
menunjukkan gejala yang lebih berat.
Upaya terapi juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak
autistik agar dapat berfunggsi di dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri. Salah
satu metoda intervensi dini yang banyak diterapkan di Indonesia adalah modifikasi
perilaku atau lebih dikenal sebagai metoda Applied Behavioral Analysis (ABA)
Kelebihan metode ini dibanding metode lain adalah sifatnya yang sangat
terstruktur, kurikulumnya jelas, dan keberhasilannya bisa dinilai secara objektif.

B. Saran

Makalah yang kami buat ini jauh dari pada kesempurnaan, maka dari itu kami
minta kepada pembaca agar memberikan kritikan kepada penulis agar makalah
kedepannya dapat kami perbaiki, terimakasih, semoga bermanfaat. Billahi taufik
walhidayah.

8
Kegiatan Observasi

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Endang Supartini. (2009). Program Son-Rise untuk Pengembangan Bahasa Anak Autis.
Jurnal  Pendidikan  Khusus.  Nomor  2,  volume  5,  44-54  diakses melalui
journal.uny.ac.id pada tanggal 31 Maret 2013.

Hallahan,  D.  P.  &  Kauffman,  J.  M.  (2009).  Exceptional  Learners  :  An Introduction
to Special Education. USA: Pearson Education, Inc.

Haryanto. (2011). Asesmen Pendidikan Luar Biasa. Yogyakarta : Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Joko Yuwono. (2012). Memahami Anak Autistik : Kajian Teoritik dan Empirik. Bandung :
Alfabeta.

Triantoro Safaria. (2005). Autisme : Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orang
Tua. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yosfan Azwandi. (2005). Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

11

Anda mungkin juga menyukai