Anda di halaman 1dari 47

TUGAS MAKALAH

PROSES BELAJAR
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN ANAK BERBAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8 – MPI MADIN

1. A’AN ROHIMAH (202031200055)


2. NURMAZAYA KHURIN’IN (202031200076)
3. SHABRINA RAMADHANI (202031200082)

DOSEN PENGAMPU:
PRIYANTO, S.Pd.I, M.Psi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahanrahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam
kepada baginda Rasulullah SAW karena berkat perjuangan beliau kita bisa
merasakan nikmat Iman dan Islam sampai saat ini.
Makalah ini memuat pembahasan tentang Proes Belajar Anak
Berkebutuhan Khusus dan Anak Berbakat, disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah psikologi pendidikan.Terima kasih kepada ustadz Priyanto, S.Pd.I,
M.Psiyang telah memberikan ilmu dan tugas ini serta diharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan makalah ini. Semoga hadirnya makalah ini menambah manfaat
untuk para pembaca di dunia dan akhirat nanti.
Kepada Allah SWT kami memohon taufiq dan hidayah-Nya. Semoga usaha
kami ini senantiasa dalam keridhoan-Nya. Aamiin.

Surabaya, 05 Desember 2022


Tim Penyusun,

(Kelompok 8)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Tahapan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus .................... 3
B. Metode Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus .......................... 5
C. Proses Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Jenisnya
........................................................................................................ 8
1. Anak Disabilitas Penglihatan .................................................. 8
2. Anak Disabilitas Pendengaran .............................................. 16
3. Anak Disabilitas Intelektual (Tunagrahita) ........................... 22
4. Anak Disabilitas Fisik (Tunadaksa) ...................................... 26
5. Anak Disabilitas Sosial ......................................................... 28
6. Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder (ADHD) .................................................................. 31
7. Anak dengan Gangguan Spektrum Autisma ......................... 34
8. Anak Berkesulitan Belajar .................................................... 35
9. Anak Berbakat Istimewa ....................................................... 37
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 40
A. Kesimpulan ................................................................................. 40
B. Saran .............................................................................................40

iii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ........................................................................................................... 15


Gambar 2.2 ........................................................................................................... 15
Gambar 2.3 ........................................................................................................... 16
Gambar 2.4 ........................................................................................................... 16
Gamber 2.5 ............................................................................................................16
Gambar 2.6 ........................................................................................................... 16
Gambar 2.7 ........................................................................................................... 16
Gambar 2.8 ........................................................................................................... 16

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ............................................................................................................... 23

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah kebutuhan khusus pertama kali dicantumkan dalam dokumen
kebijakan internasional dalam pernyataan salamanca dan kerangka aksi
mengenai pendidikan kebutuhan khusus dalam konferensi dunia tentang
pendidikan kebutuhan khusus, salamanca,spanyol 1994 bekerjasama
dengan UNESCO.Undang –undang RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa anak yang memiliki kelainan
fisik dan mental disebut dengan istilah anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan
penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan
kelainan yang dialaminya karena tidak ada obatnya untuk menyembuhkan
anak secara medis. Anak tersebut membutuhkan metode, material,
pelayanan dan perlalatan khusus agar dapat mencapai perkembangan yang
optimal. Secara umum anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori,
yakni: 1) Anak berkebutuhan khusus bersifat permanen yaitu anak yang
memiliki hambatan belajar dan perkembangan yang bersifat internal
dikarenakan kecacatan atau bawaan sejak lahir (Hurlock, 1995:23); 2) Anak
berkebutuhan khusus besifat temporer yaitu anak yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi
lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer jika tidak mendapatkan
intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi
permanen (Depdiknas,2007)
Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan belajar yang berbeda.
Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor dalam diri anak sendiri
dan kombinasi keduanya antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri
anak.

1
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan melebihi dari
kemampuan orang lain pada umumnya dan kemampuan untuk menunjukkan
hasil kerja yang sangat tinggi.anak berkebutuhan dan anak berbakat
memiliki kebutuhan belajar juga berbeda, dengan mengetahui kebutuhan
belajar pendidik bisa menentukancara dalam proses belajar yang tepat
sesuai kebutuhannya agar dapat berkembang secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan pembelajaran anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana metode pengajaran bagi anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus sesuai
karakteristik?
4. Bagaiamana proses belajar anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui tahapan pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
2. Dapat mengetahui metode pengajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
3. Dapat mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus sesuai
karakteristiknya.
4. Dapat mengetahui proses belajar anak berkebutuhan khusus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahapan Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus


Seorang anak dalam perkembangannya memiliki zona perkembangan
proximal/zone of proximal development/ZPD. Zona ini disebut oleh Vygotsky
sebagai tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak,
tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa
atau anak-anak yang lebih terampil. Apalagi untuk anak berkebutuhan khusus
perlu tindakan-tindakan agar kemampuan siswa dapat berkembang secara
optimal. Maksud tindakan guru tersebut meliputi: pengkomunikasian secara
jelas tugas-tugas belajar yang diperlukan, mengajak siswa untuk aktif, terus
menerus memantau kemajuan, dan selalu umpan balik dengan segera. Berbagai
tindakan itu perlu dilakukan guru saat proses mengajar dalam rangka ajakan ke
siswa agar aktif melalui tahapan tugas belajar.Saat proses mengajar perlunya
guru menciptakan kondisi agar siswa melakukan tugas-tugas belajar. Tugas-
tugas itu sebagai proses siswa memperoleh berbagai kemampuan atau
kecakapan, dengan tahapan sebagai berikut (Polloway & Patton, 1993:20) :

1. Tahap perolehan (Acquisition)


Pembelajaran dalam proses memperoleh sesuatu yang belum diketahui
atau dimiliki. Mereka juga tidak tahu cara untuk membentuk tugas-tugas
yang tepat, dan selanjutnya responnya juga belum tepat, serta tidak
memungkinkan untuk diuji. Tahapan ini guru memberikan pengajaran
secara langsung, dilanjutkan praktek untuk melancarkan hal yang
dipelajari. Modeling dan contoh-contoh digunakan saat ini. Tujuan
pengajaran adalah ketepatan respon.

2. Tahap ulangan (Reversion)


Pembelajaran merupakan proses perolehan keterampilan dan merespon
secara tidak menentu. Pada saat ini pembelajar kadang-kadang merespon

3
secara benar, menunjukkan beberapa pengetahuan dari yang telah
terbentuk secara benar, tetapi kadang juga merespon secara tidak benar,
menunjukkan pengulangan untuk menuju masuk level perolehan. Guru
harus memperkuat respon yang benar dan mengabaikan respon yang tidak
benar atau menanggalkan kekeliruan pada saatrespon itu tidak benar.
Sekali lagi, tujuan pengajaran adalah ketepatan respon.

3. Tahap kecakapan (Proficiency)


Pembelajar telah merespon secara benar tetapi dengan kecepatan yang
tidak cukup. Pembelajar telah terbentuk secara benar, menunjukkan
perolehan informasi yang diharuskan, tetapi membutuhkan untuk
pembentukan keterampilan dengan cukup lancar sehingga dapat
digunakan secara otomatis, dan pengetahuan lainnya dapat juga dibangun
saat ini, dan tidak terganggu oleh keterampilan yang masih lambat. Tujuan
dari pengajaran adalah tugas guru menguatkan respon pembelajar yang
telah lancar.

4. Tahap mempertahankan (Maintenance)


Pembelajaran tahap ini diharapkan mempertahankan keterampilan yang
telah tepat dan lancar. Pembelajar dapat saja tidak continue/terus menerus
untuk membentuk pada suatu level kecakapan (proficient).
Konsekwensinya guru harus secara periodik mengevaluasi daya ingat dan
sekali lagi penggunaan pengajaran langsung bilamana diperlukan untuk
memelihara ketepatan dan kecepatan dari respon. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah mempertahankan dari keterampilan.

5. Tahap perluasan(Generalization)
Pada tahap ini pembelajar diharapkan mengalihkan (menstransfer)
keterampilan yang telah dimiliki kepada situasi dan setting baru, tanpa
memperhatikan setting atau cara response yang diperlukan. Guru
menyediakan pengajaran langsung secara bergantian setting dan cara
responnya jika siswa gagal menggeneralisasikan. Program guru untuk
menggeneralisasikan dalam setting dan cara-cara yang berbeda, berbagai

4
kondisi stimulant, sebagaimana latihan-latihan lain dalam setting
pengganti untuk memelihara prosedur yang sama. Tujuan dari pengajaran
ini adalah menerampilkan dengan berbagai situasi, tingkah laku, dan
waktu.

6. Tahap penyesuaian (Adaptation)


Pembelajar harus mampu mengenal cara mengaplikasikan keterampilan
kepada situasi baru yang sepenuhnya. Pembelajar harus mempergunakan
pengalaman sebelumnya dan memperluas pengetahuan dan keterampilan
tersebut yang telah diperoleh sebelumnya. Situasi baru untuk pemecahan
masalah memanggil rekaman pembelajaran sebelumnya. Guru harus
menyediakan kesempatan untuk aplikasi informasi lama kepada problem
dan situsi baru. Pembelajaran penemuan dapat digunakan pada tahap ini.
Tujuan dari pengajaran adalah memperluas pengetahuan dan keterampilan
ke bidang baru.1

Tahapan-tahapan belajar tersebut agar efektif dilakukan oleh siswa perlu


suatu model yang dilakukan guru dan penggunaan dorongan (prompt). Model
dilakukan guru untuk memberi contoh kepada siswa dan siswa tahu tugas
belajar.

B. Metode Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus


Dalam proses pembelajaran terdapat banyak metode pengajaran yang
digunakan oleh seorang guru bagi anak berkebutuhan khusus. Namun dari
sekian banyak metode pengajaran yang ada, terdapat beberapa metode yang
dianggap paling efektif. Berikut beberapa metode pengajaran yang tepat bagi
anak berkebutuhan khusus.
1. Communication Oriented
Sebagaimana namanya, communication merupakan metode pengajaran
untuk anak berkebutuhan khusus yang selalu melibatkan aktivitas

1
Dr. Mumpuniarti, M Pd., Adaptasi Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Universitas
Negeri Yogyakarta, 11 Desember 2011

5
komunikasi. Dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak lepas dari
komunikasi dengan siswa lain, fasilitas belajar, dan dengan guru sebagai
pembimbing. Metode pendidikan communication bisa membantu anak
untuk berkomunikasi dengan baik untuk mendapat hasil belajar yang baik
pula. Proses pembelajaran ini mencakup keterampilan verbal dan non
verbal, serta berbagai simbol, seperti gambar dan faco.

2. Task Analysis
Metode task analysis atau analisis tugas yang dibuat untuk
mendeskripsikan tugas yang harus dilakukan dalam beberapa indikator
kompetensi. Dalam metode ini, tugas akan dipecah dalam rangkaian
komponen langkah. Metode ini membantu anak untuk mewujudkan target
pembelajaran yang telah ditentukan.

3. Direct Instruction
Metode pengajaran ini bertujuan untuk menunjang belajar anak
berkebutuhan khusus demi memberi perkembangan dalam kemampuan
kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dalam metode ini
menggunakan pendekatan yang bertahap dan terstruktur untuk
memberikan pengalaman belajar yang positif pada anak. Pemberian
pengalaman belajar yang positif bisa meningkatkan rasa percaya diri
dalam diri anak. Selain itu, metode instruksi langsung juga memberikan
motivasi pada anak untuk selalu berprestasi. Pembelajaran yang
disampaikan dengan metode pembelajaran ini ummnya tersaji dalam
bentuk yang mudah dipahami oleh anak berkebutuhan khusus, dengan
begitu anak bisa mencapai keberhasilan di setiap tahap pembelajarannya.
Metode ini berpusat pada guru (teacher centered), tetapi peserta didik tetap
berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dari segi fisik dan mental.

4. Prompts
Metode ini dilakukan pendidik untuk memberikan bantuan kepada anak
berkebutuhan khusus berupa informasi penjelas atau tambahan untuk

6
menghasilkan respon yang benar dan tepat. Metode pengajaran ini terdiri
dari 6 jenis, yaitu:
a. Verbal Prompts
Verbal prompts merupakan bantuan berbentuk verbal yang
memberikan informasi tambahan pada instruksi tugas. Instruksi tugas
ini nantinya memberi tahu anak tentang apa yang harus dilakukan.
Dengan kata lain, verbal prompts memberikan tambahan informasi
mengenai cara menyelesaikan tugas. Sebagai contoh, misalnya dalam
belajar menggunakan komputer, anak akan diberikan bantuan
informasi dengan instruksi tata cara yang harus dilakukan. Misalnya
guru memberitahu anak tentang tahapan untuk menyalakan komputer.
b. Gestural Prompts
Gestural prompts merupakan bantuan dalam bentuk isyarat tangan,
lengan, muka, dan gerakan tubuh lain. Gestural prompts memberikan
informasi tambahan pada anak dalam bentuk visual spesial spesifik.
Metode ini bisa digunakan untuk membentuk anak yang mengalami
tunarungu dan tunawicara.
c. Physical Prompts
Physical prompts melibatkan kontak fisik dan digunakan jika prompts
lain belum bisa memberikan informasi yang cukup pada anak. Selain
itu, metode pengajaran ini juga dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan fisik anak yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
yang diberikan.
d. Modeling
Metode modeling dilakukan dengan cara mendemonstrasikan tugas
supaya anak bisa mengetahui bagaimana dan apa yang harus
dilakukan. Metode modeling bisa dilakukan jika anak tidak
memahami instruksi verbal tapi bisa meniru perilaku tanpa bantuan
fisik secara langsung.
e. Peer Tutorial

7
Peer tutorial merupakan metode pengajaran yang memasangkan siswa
yang mampu dengan temannya yang masih mengalami kesulitan.
Dalam metode ini siswa yang mampu nantinya bisa bertindak sebagai
pengajar atau tutor. Metode pengajaran anak berkebutuhan khusus ini
menjadi metode yang memberikan waktu akurat dengan keterlibatan
siswa yang tinggi.
f. Cooperative Learning
Terakhir ada metode cooperative learning yang dilakukan untuk
mengarahkan siswa dengan berbagai derajat kemampuan untuk
bekerja sama menyelesaikan tugas. Cooperative learning menjadi
salah satu metode yang paling efektif dan menyenangkan dalam
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Metode pengajaran ini
mengembangkan lingkungan yang positif dan mendukung, sehingga
bisa mendorong penghargaan pada diri anak. Selain itu, metode ini
bisa membantu anak untuk menghargai pendapat orang lain dan
menerima perbedaan individu.

C. Proses Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Jenisnya


1. Anak Disabilitas Penglihatan (Tunanetra)
a. Pengertian
Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan
daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian
(low vision).
b. Faktor Penyebab
1) Pre-natal (dalam kandungan)
Masa pre-natal sangat erat kaitannya dengan adanya riwayat dari
orangtuanya atau adanya kelainan pada masa kehamilan.
a) Keturunan
Pernikahan dengan sesama tunanetra dapat menghasilkan
anak dengan kekurangan yang sama, yaitu tunanetra.
b) Pertumbuhan anak di dalam kandungan

8
Disebabkan pertumbuhan anak dalam kandungan biasa
disebabkan oleh:
 Gangguan pada saat ibu masih hamil;
 Adanya penyakit menahun, seperti TBC sehingga
merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin
dalam kandungan;
 Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat
terkena rubella atau cacar air dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, telinga, jantung, dan sistem
susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang;
 Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma,
dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang
berhubungan dengan indra penglihatan atau pada bola
mata; dan
 Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan
gangguan pada mata sehingga kehilangan fungsi
penglihatan.
2) Natal (proses persalinan)
a) Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan,
akibat benturan alat-alat atau benda keras;
b) Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe
sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada
akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat
hilangnya daya penglihatan.
3) Post natal (masa perkembangan)
a) Mengalami penyakit mata yang menyebabkan
ketunanetraan, misalnya:
 Xeropthalmia, yakni penyakit mata karena kekurangan
vitamin A;
 Trachoma, yaitu penyakit mata karena virus
chilirnidezoon trachomanis;

9
 Catarac, penyakit mata yang menyerang bola mata
sehingga lensa mata menjadi keru, akibatnya terlihat dari
luar mata menjadi putih;
 Diabetik Retinopathy, yaitu gangguan pada retina yang
disebabkan oleh penyakit diabetes melitus. Retina penuh
dengan pembulu-pembulu darah dan dapat dipengaruhi
oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak
penglihatan;
 Macular Degeneration, yaitu kondisi umum yang agar
baik, ketika daerah tengah retina secara berangsur
memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih
memiliki kemampuan untuk melihat secara jelas objek-
objek di bagian tengah bidang penglihatan;
 Retinopathy of prematurity, biasanya anak yang
mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada
saat lahir, bayi maih memiliki potensi penglihatan yang
normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya
ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan
kadar tinggi sehingga pada saat bayi dikeluargakan dari
inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat
menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi
tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka
pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan
kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.
b) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan,
seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang
berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dan lain-lain.2
c. Karakteristik
1) Anak Low Vision:

2
Utomo, M.Pd , Nadyah muniroh, M.Pd, Pendidikan anak dengan hambatan penglihatan,
Banjarbaru Kal-Sel, maret 2019, hal 15-17

10
 Mata tampak merah.
 Bola mata tampak keruh (putih-putih ditengah), dan kadang-
kadang seperti mata kucing (bersinar).
 Bola mata bergerak sangat cepat.
 Penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya, benda
ukuran besar dengan warna mencolok.
 Memicingkan mata pada saat terkena sinar matahari.
 Melihat obyek, menonton televisi, membaca buku atau
melihat gambar di buku sangat dekat.
 Menonton televisi sangat dekat.
 Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung
dan menabrak.
 Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun
senja).
 Sering membentur-benturkan kepala ke tembok.
2) Anak Buta Total :
 Tidak mampu melihat cahaya.
 Kerusakan nyata pada kedua bola mata.
 Sering meraba-raba bila mencari sesuatu benda dan jika
berjalan sering menabrak dan tersandung.
 Bagian bola mata tampak jernih tetapi tidak bisa melihat
cahaya maupun benda.
 Sering menekan bola mata dengan jari
d. Proses Belajar
Prinsip-prinsip penting dalam pembelajaran yang perlu diketahui oleh
guru sebagai berikut:
1) Optimalisasi Indra yang Tersisa
Hambatan penglihatan membatasi akses mereka terhadap
informasi atau pembelajaran yang bersifat
visual.Membantupembelajaran dengan mengoptimalkan sisa

11
indrawi lain yang masih berfungsi, seperti pendengaran,
penciuman, serta peraba dan taktil. Guru dapat mengembangkan
pembelajaran yang lebih banyak berbasis pengalaman auditori
(mendengar) dan pengalaman langsung berupa menyentuh,
meraba, mencium bau dari benda, tempat, atau peristiwa tertentu.
optimalisasi pengalaman visual dapat diberikan kepada peserta
didik yang memiliki sisa penglihatan (low vision).

2) Pembelajaran Multisensori dan Menyeluruh


Hambatan penglihatan menyebabkan keterbatasan kemampuan
untuk melihat keseluruhan dari suatu benda atau
kejadian.Pembelajaran multisensori memberikan pengalaman
belajar yang terpadu dan utuh bagi peserta didik. contoh, guru
ingin mengenalkan buah "jeruk". Akan lebih baik apabila peserta
didik disabilitas netra diberi buah jeruk asli untuk dipegang
bentuknya, diraba teksturnya, dicium baunya, dan dikecap
rasanya. peserta didik yang masih mempunyai sisa penglihatan
(low vision), pengalaman aktivitas visual seperti "warna buah
jeruk" merupakan tambahan dari eksplorasi yang dapat
dilakukan.

3) Pengalaman Nyata
Salah satu dampak dari hambatan penglihatan dan intelektual
adalah minimnya pemahaman konsep. Pemahaman konsep
diperoleh melalui pengalaman nyata. Contoh, guru ingin
mengenalkan "pasar" kepada peserta didik. Guru berceramah
tentang "apa itu pasar", tetapi perlu memberikan kesempatan
peserta didik untuk mengenal pasar secara "nyata”. Peserta didik
dapat mendengar dan mengamati para penjual antusias
menjajakan dagangannya. Peserta didik mendengar pembeli yang
menawar barang untuk mendapatkan harga lebih murah. Peserta
didik dapat mencium bau ikan, daging, dan berbagai bau

12
dagangan di pasar. Peserta didik juga dapat membeli suatu barang
dan memegang barang yang ingin dibelinya tersebut. Selain
mengembangkan pemahaman konsep, mengajak peserta didik
bepergian ke tempat umum seperti pasar dapat meningkatkan
kemampuan Orientasi dan Mobilitas serta sosialisasi dan
komunikasi mereka.

4) Media Konkret
Memerlukan media konkret agar memiliki pemahaman
menyeluruh tentang konsep atau benda. Contoh, guru ingin
mengenalkan konsep "peralatan makan". Guru tidak hanya
berceramah tentang "apa itu piring, sendok, dan gelas", tetapi
perlu memberikan kesempatan peserta didik untuk mengenalnya
secara "konkret".Peserta didik perlu menyentuh dan
mengorientasi piring, sendok, dan gelas secara langsung, serta
meraba bentuk dan teksturnya. Guru juga dapat memberikan
piring dan gelas berbahan kaca dan plastik untuk mengetahui
jenis bahan yang digunakan. Jika diperlukan, guru dapat
menjatuhkan sebuah piring kaca, agar peserta didik dapat
memiliki pemahaman "apa itu pecah" dan "bahaya".

5) Komunikasi yang Sederhana dan Bermakna


Aspek komunikasi yang penting dikembangkan antara lain
mengekspresikan perasaan, berbagi informasi, bercanda, dan
mengungkapkan keinginan kepada orang lain. Peserta didik perlu
dilatih keterampilan komunikasi sederhana, tetapi bermakna.
Pengembangan komunikasi dapat dilakukan melalui kegiatan
seperti menjadi petugas upacara. Kemampuan bahasa dapat
dikembangkan melalui penggunaan rutinitas dan media kotak
cerita. Sementara itu, penggunaan huruf cetak yang diperbesar
atau foto sebagai alat bantu komunikasi akan bermanfaat dan

13
bermakna bagi peserta didik yang masih memiliki sisa
penglihatan.

6) Pembelajaran Fungsional
Keterampilan akademik fungsional bermakna bagi kehidupan dan
kemandirian peserta didik. Keterampilan yang dipilih untuk
pembelajaran sebaiknya dilakukan secara alami. Sebagai contoh,
konsep "uang" dalam mata pelajaran Matematika diajarkan
melalui kegiatan belanja di kantin sekolah. Dengan demikian,
pembelajaran Matematika lebih fungsional dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

7) Layanan Individual
Setiap peserta didik memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar
berbeda. Mereka membutuhkan layanan pembelajaran yang dapat
mengakomodasi kebutuhan individual peserta didik. Layanan
individual ini berupa penentuan tujuan pembelajaran, modiikasi
materi dan media, penyediaan alat bantu pembelajaran, serta
pembelajaran yang spesiik berdasarkan kondisi, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik.

8) Penggunaan Langkah-Langkah Kecil


Analisis tugas atau task analysis merupakan langkah-langkah
kecil yang sistematis dan uraian dari tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan untuk peserta didik. Tujuannya agar peserta didik
dapat mempelajari tugas (task) dari suatu keterampilan yang
diharapkan agar dikuasai secara bertahap. Selain itu, analisis
tugas dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap keberhasilan
suatu pembelajaran.
Contoh Analisis Tugas Kegiatan Pengembangan Diri Mencuci
Piring:
 Menaruh piring di wastafel.
 Membuka keran air.

14
 Membasahi piring dengan air.
 Menutup keran air.
 Mengambil spons dari tempat sabun cuci.
 Menggosok piring dengan sabun.
 Mengembalikan spons ke tempat sabun cuci.
 Membuka keran air.
 Membilas piring dengan air sampai bersih.
 Menutup keran air.
 Menyimpan piring ke rak piring.3

Alat Bantu Pembelajaran untuk Low Vision

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Kacamata Magnifer atau Kaca Pembesar

3
Muhammad Khambali,Silvia Nurtasila, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan
Teknologi Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Pusat Perbukuan, Buku Panduan
GuruSDLB, SMPLB, dan SMALB Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Disabilitas Netra
Disertai Hambatan Intelektual, Jakarta Selatan,2022, Hal 27-35

15
Alat Bantu Pembelajaran untuk Disabilitas Netra Total (Blind)

Gambar 2.3 Gambar 2.4


Reglet dan Stilus Mesin Ketik Braile

Alat untuk menulis huruf Braille

Gambar 2.5 Gambar 2.6


Printer Braile Komputer Screen Reader

Gambar 2.7 Gambar 2.8


Buku dengan tulisan Penyangga Buku
diperbesar

2. Anak Disabilitas Pendengaran (Tunarungu)


a. Pengertian
Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya
memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara.

16
b. Faktor Penyebab
1) Faktor Internal
a) Keturunan dari salah satu kedua orangtuanya yang
mengalami ketunarunguan. Banyak kondisi genetik yang
berbeda sehingga dapat menyebabkan ketunarunguan.
Transmisi yang disebabkan oleh gen yang dominan represif
dan berhubungan dengan jenis kelamin. Meskipun sudah
menjadi pendapat umum bahwa keturunan merupakan
penyebab dari ketunarunguan, namun belum ada kepastian
berapa persen ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor
keturunan.

b) Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak


Jerman (Rubella). Penyakit Rubella pada masa kandungan
tiga bulan pertama akan berpengaruh buruk pada janin.
Penelitian melaporkan 199 anak-anak yang ibunya terkena
Virus Rubella selagi mengandung selama masa tahun 1964
sampai 1965, 50% dari anak-anak tersebut mengalami
kelainan pendengaran. Rubella dari pihak ibu merupakan
penyebab yang paling umum yang dikenal sebagai penyebab
ketunarunguan.

c) Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah


Toxaminia, hal ini bisa menyebabkan kerusakan pada
plasenta yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin.
Jika hal tersebut menyerang syaraf atau alat-alat pendengaran
maka anak tersebut akan terlahir dalam keadaan tunarungu.

2) Faktor Eksternal
a) Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran.
Misal, anak terserang Harpes Imlex, jika infeksi ini
menyerang alat kelamin ibu dapat menular pada saat anak
dilahirkan. Demikian pula pada penyakit kelamin yang lain,

17
dapat ditularkan melalui terusan jika virusnya masih dalam
keadaan aktif. Penyakit-penyakit yang ditularkan kepada
anak yang dilahirkannya dapat menimbulkan infeksi yang
dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat atau syaraf
pendengaran.
b) Meningitis atau radang selaput otak, dari hasil penelitian para
ahli ketunarunguan yang disebabkan karena meningitis yang
dilakukkan oleh Vermon (1968) sebanyak 8,1%, Ries (1973)
melaporkan 4,9%, sedangkan Trybus (1985) memberikan
keterangan sebanyak 7,33%.
c) Otitis media (radang pada bagian telinga tengah) adalah
radang pada bagian telinga tengah, sehingga menimbulkan
nanah, dan nanah tersebut mengampil dan mengganggu
hantaran bunyi. Jika kondisi ini kronis tidak segera diobati,
penyakit ini bisa menimbulkan kehilangan pendengaran yang
tergolong ringan sampai sedang. Otitis media adalah salah
satu penyakit yang sering terjadi pada kanak-kanak sebelum
mencapai usia enam tahun.
d) Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan
kerusakan alat-alat pendengaran bagian tengah dan dalam.
c. Karakteristik
1) Bahasa
Miskin dalam kosakata, sulit dalam mengartikan ungkapan-
ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan
kata-kata abstrak, kurang menguasai irama dan gaya bahasa. Hal
ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan
bicara dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan
bicara merupakan hasil proses peniruan sehingga para anak
tunarungu sangat terbatas dalam segi bahasa

2) Fisik

18
Cara berjalannya kaku dan sedikit bungkuk, gerakan matanya
cepat, agak beringas, gerakan tangan dan kakinya cepat atau
lincah, pernafasannya pendek dan agak terganggu.

3) Secara kognitif tidak terlalu banyak berbeda dengan anak normal


Namun demikian secara fungsional anak tunarungu di bawah
anak normal disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam
memahami bahasa karena terbatasnya pendengaran. Anak-anak
tunarungu sulit dapat menangkap pengertian yang abstrak, sebab
untuk dapat menangkap pengertian yang abstrak diperlukan
pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Tidak semua aspek intelegensi anak tunarungu terhambat, yang
mengalami hambatan hanya bersifat verbal, misalnya dalam
merumuskan pengertian, menarik kesimpulan, dan meramalkan
kejadian.

4) Secara akademik biasanya agak menonjol bidang matematika,


namun untuk bahasa dan membaca masih terus harus mendapat
dukungan dari lingkungan sekitar agar terus berkembang

5) Secara social emosional Emosi anak tunarungu selalu bergolak,


di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan di lain pihak
karena pengaruh-pengaruh dari luar yang diterimanya.
Keterbatasan yang terjadi dalam komunikasi pada anak tunarungu
mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Anak
tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak
mampu untuk memahami dan mengikutinya secara menyeluruh
sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga,
dan kurang percaya diri.
d. Proses Belajar
1) Pengembangan ketrampilan berbahasa meliputi pengajaran
ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam
menyimak anak tunarungu menggunakan isyarat (speech

19
reading), ekspresi wajah, dan isyarat situsional. Guru sebaiknya
Menyampaikan materi menggunakan bahasa verbal yang singkat
dan jelas .Dalam pembelajaran ketrampilan berbicara lebih
efektif jika melalui urutan :
a) Mengajarkan pelafalan dengan pola-pola sederhana.
b) Mengajarkan system dasar-dasar vocal dan titik artikulasi
konsonan jelas
c) Mengajarkan proses perpaduan dalam berbicara yaitu
perpaduan vocal dan konsonan.

 Proses Komunikasi Tunarungu


Menurut Melinda (2013), proses komunikasi yang terjadi
pada seseorang yang mengalami tunarungu digambarkan
dalam diagram di bawah ini:

 Pengirim pesan dan isi pesan atau materi


Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk
disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat
dipahami orang yang menerima peran sesuai dengan yang
dimaksudkannya. Peran adalah informasi yang akan
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Materi
pesan dapat berupa informasi, ajakan, rencana kerja,
pertanyaan dan lain sebagainya.
 Simbol isyarat

20
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol
sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya
seseorang manager menyampaikan pesan dalam bentuk kata-
kata, gerakan anggota badan. Tujuan penyampaian pesan
adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap,
perilaku atau menunjukan arah tertentu.
 Media/penghubung
Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti; tv, radio,
surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya.
Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang
akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi, dsb.
 Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indra (telinga, mata, dan
seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan
simbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti.
 Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan
dari si pengirim meskipun dalam bentuk kode/isyarat tanpa
mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
 Balikan
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Tanpa balikan seseorang pengirim pesan tidak akan tahu
dampak pesannya terhadap si penerima pesan4

2) Bina persepsi bunyi dan irama, pembinaan dan penghayatan


bunyi yang dilakukan secara sistematis dengan sengaja / tidak
sengaja sehingga sisa pendengaran, perasaan dan pengalaman

4
Muchlisin Riadi , Tunarungu (Pengertian, Jenis, Penyebab, Karakteristik dan Proses
Komunikasi), Tunarungu (Pengertian, Jenis, Penyebab, Karakteristik dan Proses Komunikasi)
(kajianpustaka.com), Juli 25, 2020

21
kontak yang dimiliki dapat digunakan untuk berintegrasi dengan
sekelilingnya yang penuh bunyi, dan diharapkan mereka akan
tumbuh menjadi manusia yang mendekati normal sehingga
mereka tidak bergantung pada indera penglihatrannya saja.
3) Menuliskan penjelasan materi pelajaran yang disampaikan di
papan tulis atau dalam slide presentasi.
4) Menggunakan tampilan visual ketika mengajar. Memanfaatkan
tampilan visual dalam materi pelajaran yang Anda tuliskan.
Visual yang digunakan bisa berupa infografis, foto-foto yang
sesuai materi pelajaran, grafik, tabel, atau video beranimasi.5

3. Anak Disabilitas Intelektual (Tunagrahita)


a. Pengertian
Anak disabilitas intelektual adalah ketidakmampuan memecahkan
persoalan disebabkan kecerdasan, kurang berkembang serta
kemampuan adaptasi perilaku terhambat, memiliki inteligensi rendah
dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Disabilitas ini
kesulitan penyesuaian perilaku dan mengalami masalah dalam
akademik dan berpartisipasi dengan usia sebayanya. Klasifikasi
disabilitas intelektual:

Menurut AAMD PP No Menurut tingkat Menurut tipe


72 tahun 1991 IQ klinis
Tunagrahita ringan (Mild ) IQ 55-70 Down syndrome
(mongoloid)
Tunagrahita sedang IQ 40-55 kretin
(Moderate)

5
Andrea Lidwina , Membantu Murid dengan Gangguan Pendengaran untuk Belajar di Kelas, Des
24, 2018

22
Tunagrahita berat dan Dibawah 40 Hydrocephal
sangat berat (Severe – Microcephalic,
profound ) macrocephalic

Tabel 2.1

b. Faktor Penyebab
1) Kondisi genetic
Disabilitas intelektual pada anak dapat disebabkan oleh kondisi
genetika yang diturunkan oleh orang tua, meliputi genetika yang
abnormal, kombinasi gen yang rusak, dan kasus genetika lainnya.
Contoh sindrom genetika adalah Down Syndrom, Sindrom
Fragile X, dan phenylketonuria.

2) Komplikasi kehamilan
Disabilitas intelektual juga dapat terjadi karena janin tidak
berkembang dengan baik di rahim ibu. Faktor pemicunya adalah
apabila ibu mengkonsumsi alkohol atau narkoba saat hamil,
kurang gizi untuk ibu dan janin, atau terinfeksi virus rubella.
Komplikasi kehamilan tersebut mengakibatkan perkembangan
otak janin terganggu.

3) Masalah kelahiran
Walaupun janin sehat saat di rahim ibu, risiko bayi lahir terkena
disabilitas intelektual dapat terjadi jika bayi kekurangan oksigen
saat proses kelahiran atau jika bayi dilahirkan dengan kondisi
sangat prematur.

4) Penyakit / cedera serius


Tunagrahita dapat terjadi karena perkembangan dari penyakit
serius seperti meningitis, campak, batuk rejan, terpapar racun,
tidak mendapatkan perawatan medis yang baik, dan gizi buruk
ekstrim.

23
5) Penyebab belum diketahui
Tunagrahita dapat terjadi karena perkembangan dari penyakit
serius seperti meningitis, campak, batuk rejan, terpapar racun,
tidak mendapatkan perawatan medis yang baik, dan gizi buruk
ekstrim.

c. Karakteristik
1) Wajah ceper, jarak kedua mata jauh, hidung pesek, mulut terbuka,
lidah besar.
2) Kepala kecil/besar/datar.
3) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya atau semua
harus dibantu orang lain.
4) Perkembangan bicara/bahasa terlambat atau tidak dapat bicara.
5) Kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut.

d. Proses Belajar
Pembelajaran bela diri / activities of daily living (ADL ) adalah
mengurus diri ( self care) dan menolong diri ( self help ). Menurut
Copeland et al pembelajaran tersebut meliputi : mengenakan pakaian,
membuka pakaian, makan minum, menggosok gigi, dan mengurus
diri. Siswa dengan intellectual disability dapat diidentifikasi dengan
baik ketika dalam pendidikan tingkat dasar. Pada tahap usia 7-11
tahun secara kognitif sampai pada tahap operasional konkrit yang
mana anak mulai belajar berpikir logis. Terdapat beberapa strategi
pembelajaran yang dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif.
1) Pembelajaran Menggunakan Alat Bantu
Ratty, Kontu & Pirttimaa (2016) menekankan adanya gambar,
video, rekaman suara, dan alat peraga lain yang dapat
membantu guru dalam mengajari anak dengan intellectual
disability. Tehnik yang dipakai interactive white board (IWB)
dengan cara pemberian video mengenai langkah dalam

24
menyelesaikan tugas seperti membersihgkan cermin, wastafel,
lantai, dll kemudian siswa diminta untuk memantau secar
amandiri kebenaran dari langkah-langkahnya dan siswa di uji
kembali dengan praktek langsung tanpa IWB dengan
mengerjakan tugas yang sama dengan video.dalam berhitung
mereka menggunakan alat bantu seperti penjumlahan
permen.Mereka butuh strategi yang lebih nyata dengan
penglihatan, pendengaran dan praktek langsung. Dalam hal ini
harus dilakukan berulang -ulang agar menjadi kebiasaan
perilakunya.

2) Melibatkan siswa sebagai pelaku


Perkembangan Pendidikan secara umum sudah mulai
menerapkan pembelajaran dengan siswa menjadi pelaku baik
siswa normal maupun disabilitas. Tahapan yang harus dilakukan
adalah mengatur sasaran, action dan menyesuaikan antara tujuan
dan planning. Guru wajib mendampingi siswanya untuk
mengetahui kemampuan dan ketrampilan dari masing-masing
siswa. Semakin siswa terlibat dalam pembelajaran semakin
mudah siswa memahami tugas yang diberikan.

3) Pengalaman flow
Yaitu pengalaman ketika individu melakukan sesuatu dan dia
menikmatinya. Perkembangan ini penjabarannya melalui 6
dimensi dan 3 kondisi. Enam dimensi tersebut adalah tingkat
konsentrasi, merasa dikontrol dalam kegiatan, hilangnya
kesadaran diri, penggabungan tindakan dan kesadaran, hilangnya
persepsi waktu saat kegiatan dan perasaan otonomi. Tiga kondisi
yaitu memiliki kegiatan dengan tujuan yang jelas, memberikan
umpan balik secara langsung dan keseimbangan antara
ketrampilan dan tantangan (soltani,dkk, 2011) contohnya
mencapai pengalaman flow dengan musik.

25
Terdapat 4 kondisi yang diuji coba, yakni dengan tantangan
optimal (peserta diberi tugas membuat melodi dari yang
sederhana hingga kompleks), tanpa tantangan (peserta
dibebaskan, tidak ada tugas baru, hanya mengulang kondisi
pertama dan diperbolehkan berinovasi), dengan tantangan
optimal sebagaimana pada kondisi pertama (ada tugas baru
yang jelas), tidak ada tugas yang pasti tetapi mereka harus
melakukan eksperimen melodi untuk memperoleh musik yang
original.
Keempat kondisi tersebut menunjukkan hasil yang berbeda,
pada kondisi satu, tiga dan empat, para siswa memiliki tingkat
pengalaman flow yang tinggi karena adanya tantangan yang
optimal. Sedangkan pada kondisi dua, siswa mengalami
penurunan terhadap pengalaman flow, mereka merasa bosan
dengan kondisi tersebut karen atidak ada tantangan
optimal.Ketika siswa mampu mencapai pengalaman flow
dalam pembelajaran yang diikuti, mereka akan dengan lebih
mudah mengikuti pelajaran tersebut dan menikmatinya6

4. Anak Disabilitas Fisik (Tunadaksa)


a. Pengertian
Anak Disabilitas Fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak
akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan
fungsi tubuh atau anggota gerak.

6
Ida Fitri Shobihah , Seminar Nasional Unisla 2018, Strategi Pembelajaran Pada Siswa Dengan
Intellectual Disability , Litbang Pemas – Universitas Islam Lamongan Litbang Pemas Unisla,3
Oktober 2018

26
Spastic
Disertai
CEREBRAL PALSY pengejangan otot
Ketidakmampuan motorik
akibat tidak berfungsinya
otakkarena luka , infeksi lainnya Atheroid
Sukar mengontrol
tangan & kaki dalam
POLIO melakukan aktifitas
Kelainan fisik akibat virus polio
saat dalam dan atau setelah
Ataxia
kelahiran.
Memiliki indra
Klasifikasi AMPUTI
keseimbangan dari
posisi badan yang
Seseorang yang mengalami kurang
putus bagian tangan, dan atau
kaki. atau lahir tanpa
kelengkapan anggota tubuh Type Rigid
sejak lahir Memperlihatkan
kekakuan yang
MUSCULAR DISTROPHY ekstrim pada
PROGRESIVE anggota tubuh
Penyakit kongenital terkait Tremor
kromosom X yang disebabkan Gerakan tidak
adanya mutasi pada gen berirama & tidak
distrofin terkontrol

b. Faktor penyebab
1) Kelainan bawaan
Kelainan sejak lahir seperti telapak kaki rata, jumlah anggota
tubuh tidak lengkap/berlebih
2) Penyakit seperti terkena virus poliomyelitis, TBC tulang,dll
3) Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan yang
menyebabkap celebral palsy,spina,bifida, amputasi, dll

c. Karakteristik
1) Secara intelektual cenderung normal namun secara psikologi
berdampak somatopsikhis.
2) Dalam hal mobilitas dan penyelesaian tugas harus menggunakan
anggota tubuh tidak secepat anak normal.
3) Anak celebral palsy biasanya disertai dengan gangguan
komunikasi.

27
d. Proses belajar
Pembelajaran menggunakan bina gerak yang bertujuan mengubah,
memperbaiki, dan membentuk pola gerak wajar. Bina gerak
merupakan perpaduan dari beberapa macam terapi yang tidak bisa
dipisahkan karena saling menunjang.pendapat depdikbud (1985;9-10)
bahwa fungsi bina gerak mencakup :
1) Bina gerak dengan terapi bermain (play therapy) untuk
mengatasi kondisi psikologis dan emosional ringan, sedang,
hingga kronis yang menimbulkan masalah perilaku dan/atau
membuat anak tidak menyadari potensinya . contoh : bermain
peran, bermain pasir
2) Bina gerak dengan terapi fisik (physio therapy)untuk menjaga
otot, struktur tulang, dan mencegah dislokasi sendi. Contoh :
berlatih jalan dan duduk sendiri
3) Bina gerak dengan terapi psikis (psycho therapy)
4) Bina gerak dengan terapi bicara (speech therapy) membantu
mengendalikan otot-otot mulut dan rahangnya serta membantu
mereka dalam meningkatkan komunikasi.
5) Bina gerak dengan terapi musik (musical therapy) contoh
bermain marakas,dll
6) Bina gerak dengan terapi kerja (occupational therapy)okupasi
untuk memaksimalkan fungsi otot mereka, beradaptasi dengan
keterbatasan mereka dan hidup semandiri mungkin dan berfokus
pada sensori. Contoh bermain puzzle, menggenggam benda,dll

5. Anak Disabilitas Sosial


a. Pengertian
Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta
berperilaku menyimpang. Ragam disabilitas sosial : gangguan cemas,

28
gangguan depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan
kepribadian.

b. Faktor Penyebab
Sulitnya berinteraksi dengan lingkungan sosial disebabkan oleh cemas
berlebihan, trauma, sering dikucilkan, kenakalan yang tidak wajar,dll

c. Karakteristik
1) Bersikap membangkang dan suka berbohong.
2) Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
3) Sering melakukan tindakan agresif, merusak, dan mengganggu.
4) Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/norma
hukum.
5) Kurang/tidak mampu menjalin hubungan dengan orang lain.

6) Mempunyai perasaan yang tertekan dan selalu merasa tidak


bahagia

d. Proses belajar
1) Dukungan keterampilan dan pengetahuan
Keterampilan dan pengetahuan mengarah pada kompetensi dan
kapasitas untuk mengatasi tuntutan dan tekanan hidup dan untuk
mengelola hubungan dengan baik.

2) Kesejahteraan emosional dan spiritual, dan


Kesejahteraan emosional adalah kapasitas individu untuk
menjalani kehidupan yang penuh dan kreatif serta fleksibilitas
untuk menghadapi tantangan hidup yang tak terelakkan. Area
intrapersonal menyangkut kemampuan individu untuk
mengetahui dan mengelola dirinya sendiri. Ini menentukan
bagaimana berhubungan dengan perasaan seseorang, bagaimana
perasaan seseorang tentang dirinya sendiri dan apa yang dia
wakili atau lakukan dalam hidup mereka. Ini termasuk kesadaran
diri dan rasa harga diri, kontrol atas perilaku, keyakinan realistis,

29
apresiasi spiritual atau keyakinan pada tujuan, kemandirian,
perasaan aman dan bahagia, penghargaan terhadap orang lain dan
harapan untuk masa depan.

3) Kesejahteraan sosial
Area interpersonal menyangkut kemampuan untuk berinteraksi
dan bergaul dengan orang lain. Kesejahteraan sosial mengacu
pada tingkat dan kualitas interaksi sosial anak-anak dan remaja,
keluarga dan masyarakat. Ini termasuk hubungan dengan anggota
keluarga dan kelompok sebaya, mengembangkan jaringan sosial,
rasa memiliki komunitas, kemampuan untuk berkomunikasi,
tanggung jawab sosial, empati dan partisipasi dalam kegiatan
sosial dan budaya.

Kerangka tersebut membedakan kelompok usia berikut:


1) 0–6 tahun : kelompok berisiko tinggi dengan kebutuhan
kesehatan, nutrisi dan psikososial tertentu serta kebutuhan
perkembangan anak usia dini
2) 7-12 tahun: biasanya anak-anak sekolah dasar dengan
pendidikan khusus dan kebutuhan perkembangan dan usia
ketika pembelajaran kecakapan hidup harus dimulai.
3) 13-17 tahun: biasanya anak-anak dan remaja sekolah
menengah. Beberapa akan putus sekolah dan kemungkinan
akan melakukan pekerjaan berbahaya, dan akan memiliki
kebutuhan khusus dalam hal kesehatan seksual dan
reproduksi dan dukungan psikososial serta kebutuhan
pendidikan, perkembangan dan keterampilan hidup.
4) 18–24 tahun: biasanya pemuda atau dewasa muda di lembaga
pendidikan tinggi atau pelatihan keterampilan kejuruan, di

30
luar sekolah atau dalam pekerjaan awal Selain itu ada juga
tingkat keluarga, komunitas dan nasional7

6. Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas


(GPPH) Atau Attention Deficit And Hyperactivity Disorder (ADHD)
a. Pengertian
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)
adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai
dengan sekumpulan masalah berupa ganggguan pengendalian diri,
masalah rentang atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas,
yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir, dan
mengendalikan emosi.

b. Faktor penyebab
1) Faktor fisiologis seperti kerusakan otak, keturunan, dan
ketidakseimbangan proses kimia dalam tubuh
2) Faktor lingkungan seperti gizi buruk, kemiskinan, keracunan, dll
c. Karakteristik
1) Berkaitan dengan atensi (kesulitan memusatkan perhatian),
Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan) persepsi, gangguan
memori, proses informasi
2) Secara akademik bermasalah pada kegiatan menulis, membaca,
matematika, dan berbahasa verbal
3) Secara social dan emosional umumnya memiliki harga diri yang
rendah karena dianggap anak tidak mampu
4) Secara perilaku, sulit mengendalikan gerak tubuhnya, tidak mau
duduk diam, berbicara terus, melakukan agresi fisik dan verbal.

7
Tasyia Zharifah Arindayani, Dewi Retno Suminar, Stimulasi Psikososial Untuk Mendukung
Pengelolaan Emosi Anak Kebutuhan Khusus,
https://media.neliti.com/media/publications/375784-none-d00e747b.pdf , diakses 14 desember
2022 pukul 13.00

31
d. Proses belajar
1) Kebutuhan pengendalian diri
a) Rutinitas, struktur, dan konsistensi.
Dibuat jadwal harian dalam bentuk visual dan tempelkan di
tempat yang mudah dilihat. Tetapkan peraturan secara jelas
beserta konsekuensinya bila anak melanggar peraturan
tersebut. Konsistensi dalam penerapan disiplin, pemberian
reward bagi tingkah laku positif dan penerapan konsekuensi
atau hukuman haruslah konsisten agar anak tidak bingung.

b) Fokuskan pada hal-hal positif Untuk meningkatkan rasa


percaya diri anak, beri perhatian lebih pada keunggulan anak
dan saat-saat ia melakukan tingkah laku positif. Berikan
reward dan penghargaan atas usaha-usaha yang telah ia
lakukan walaupunhasilnya belum memuaskan. Temukan
aktivitas-aktivitas yang disukai anak dan kembangkan
kemampuan anak secara optimal agar dapat dibanggakan.

c) Penjelasan yang sederhana dan singkat


penjelasan harus diberikan dengan kata-kata sederhana,
singkat, dan dalam situasi yang tenang. Penting untuk
menarik perhatian anak sebelum memulai penjelasan.
Pastikan bahwa ia mendengarkan perkataan orang lain dan
tidak sedang melamun atau asik melakukan aktivitas tertentu.
Amat disarankan untuk menggunakan nada suara datar,
monoton, dan tegas bila berbicara dengan anak.

d) Hindari argumentasi dan eskalasi Untuk menghindari konflik


yang berlarut-larut, sedapat mungkin hindarilah argumentasi.
Beri perintah atau larangan dengan singkat dan tegas.
Abaikan saja komentar-komentar protes dari anak, jangan
terlalu banyak memberikan penjelasan karena justru akan
menimbulkan argumentasi. Yang penting adalah

32
menjelaskan konsekuensi dari pilihan anak: bila ia memilih
mengikuti perintah, maka ia akan memperoleh reward;
sementara kalau ia memilih menolak, maka yang diperoleh
adalah konsekuensi negative.

e) Abaikan yang tidak penting


prioritas dalam kehidupan anak seperti misalnya mampu
menghindarkan diri dari bahaya, tidak bertindak agresif,
mengerjakan tugas sebaik mungkin. Hal-hal lain yang tidak
menjadi prioritas sebaiknya tidak terlalu dijadikan masalah
sehingga anak tidak frustasi.8
2) Kebutuhan Belajar
Dalam belajar anak ADHD membutuhkan lingkungan yang
kondusif, tenang, dan terkendali agar dorongan emosionalnya
dapat diminimalisasikan. Pengelolaan kelas yang baik dengan
memperhatikan keragaman peserta didik jika diterapkan secara
konsisten akan lebih mudah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi anak. Dalam pembelajaran guru sebaiknya
melakukan
a) Komunikasi yang baik dengan orang tua
Orangtua dapat memberitahu apa saja yang dibutuhkan
anaknya, agar pihak sekolah dapat memberikan metode
pembelajaran yang tepat.
b) Berikan sentuhan dan kontak mata
c) Berikan kesempatan bagi anak untuk memberi tanggapan/
pendapat secara lisan
d) Buang energinya terlebih dahulu dengan bermain trampolin
e) Lakukan pelukan sesering mungkin agar anak merasa
nyaman.

8
Mohamad Sugiarmin, BAHAN AJAR ANAK DENGAN ADHD,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/ADHD.pdf diakses 14 Desember 2022 pukul 18.00

33
f) Memberikan pijatan di area sensitif (punggung) Padukan
kegiatan belajar dengan aktivitas gerak yang sederhana.

7. Anak Dengan Gangguan Spektrum Autisma


a) Pengertian
Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga
area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi
dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan
stereotipi.

b) Faktor penyebab
Kerusakan / masalah pada otak, factor biologis,factor psikososial,
faktor keluarga

c) Karakteristik
1) Secara tingkah laku bisa dilihat dari tingkah laku yang
terinternalisasikan dan tingkah laku yang dieksternalisasikan
2) Secara emosional memiliki pengalaman kecemasan yang
bersumber dari rasa ketakutan yang berlebihan sehingga ada
depresi yang muncul
3) Secara sosial ada hambatan dalam mempertahankan sebuah
hubungan dengan orang lain
4) Secara kognitif memiliki rentang kemampuan dari yang rendah
hingga yang tinggi. Namun seringkali gangguan emosinya
tersebut menghambat hasil pembelajaran.

d) Proses belajar
1) Melatih setiap ketrampilan yang dimiliki anak mulai dari respon
sederhana, misalnya kontak mata, merespon terhadap panggilan
nama, memerintahkan anak untuk memanggil dan menunjukkan
temannya.

34
2) Memerintah perintah sederhana yang singkat, jelas dan konsisten
dan jika dilakukan, misalnya: lihat!; masukkan!; ikuti!,dll
3) Guru dapat menggunakan peragaan untuk memberikan perintah
ke siswa, misalnya: menirukan gerakan motoric kasar,
menyebutkan benda yang memiliki kesamaan bentuk dan warna.
4) Reward yang diberikan ke anak hendaknya berupa aktifitas
positif, seperti: pemberian makanan (rendah kalori dan gula),
pelukan, ciuman dan pujian.

8. Anak Berkesulitan Belajar


a. Pengertian
Adalah suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik
seperti membaca, menulis, mengeja atau dalam bidang ketrampilan
yang bersifat umum seperti mendengarkan, berbicara dan berpikir.
Seperti dyslexia, dysgraphia, dyscalculia
b. Faktor penyebab
1) Gangguan fisik
Meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan
keseimbangan, dan orientasi ruang, body image yang rendah,
hiperaktif, serta kurang gizi.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah yang kurang
menguntungkan bagi anak, akan menghambat perkembangan
sosial, psikologi, dan pencapaian prestasi akademis.
3) Faktor motivasi dan afeksi.
Anak yang selalu gagal dalam suatu mata pelajaran atau beberapa
pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan
tugas, dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi
belajar dan muncul perasaan-perasaan negatif terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan sekolah.

35
c. Karakteristik
1) Masalah persepsi penglihatan dan pendengaran serta Koordinasi
motorik
2) Gangguan dalam Perhatian dan Hiperaktif
3) Mengalami gangguan dan masalah mengigat dan berfikir
4) Kurang mampu Menyesuaikan Diri
5) Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif
6) Pencapaian hasil Belajar yang Rendah

d. Proses belajar
1) Dyslexia ( kesulitan membaca)
Memilih cerita yang menarik pada level dimana 98% bisa
memahami kata-kata dalam cerita tersebut. Mintalah siswa
membacakan satu paragraf secara keras lalu guru menanyakan
pemahaman cerita itu. Jika siswa tidak bisa, mintalah siswa untuk
mengulang bacaan tanpa suara. Ketika sudah paham tambahkan
jumlah paragraph sampai dengan keseluruhan paragraph. `

2) Dysgraphia ( ketidakmampuan menulis)


a) Membuat kegiatan kordinasi mata-tangan : membuat
lingkaran dan menyalin bentuk geometri,dll
b) Pengembangan diskriminasi visual : kegiatan membedakan
bentuk, ukuran, dan detail
c) Menulis huruf lepas/cetak : anak menelusuri huruf dengan
jarinya sambil mengucapkan dengan jelas arah garis untuk
membuat huruf itu.
d) Huruf transisi : untuk melatih siswa sebelum menguasai
huruf sambung
3) Dyscalculia ( sulit memecahkan masalah matematika)
a) Perbanyak contoh konkrit untuk memastikan pemahaman
yang kuat.

36
b) Berikan kesempatan menggunakan gambar, grafik, kalimat,
atau kartu untuk membantu dalam hal pemahaman soal
c) Berikan bantuan dalam mempelajari symbol matematika dan
bahasa matematika contohnya (-) minus berarti pergi / hilang
dan (+) plus berarti dating/muncul.9

9. Anak Berbakat dan/atau Cerdas Istimewa


a. Pengertian
Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak
yang memiliki skor inteligensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang
unggul dalam bidang-bidang khusus (talented) seperti musik, seni,
olah raga, dan kepemimpinan.Seorang anak dapat dikatakan berbakat
apabila la memiliki kemampuan yang di atas rata-rata, memiliki komitmen
terhadap tugas yang tinggi dan juga kreatif. Cerdas istimewa berbakat
istimewa dapat dilihat dari berbagai area seperti: kemampuan intelektual
secara umum, akademis yang khusus, berfikir kreatif, kepemimpinan, seni,
dan psikomotor.

b. Faktor penyebab
Faktor genetis (keturunan) dan faktor lingkungan

c. Karakteristik
Karakteristik yang dimiliki oleh anak berbakat adalah:
1) Secara kognitif. Anak-anak berbakat secara umum memiliki
kemampuan dalam memanipulasi dan memahami simbol abstrak,
konsentrasi dan ingatan yang baik, perkembangan bahasa yang
lebih awal dari pada anak-anak seusianya, rasa ingin tahu yang
tinggi, minat yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara
mandiri, serta memunculkan ide-ide yang original

9
Workshop Pendidikan Pos PAUD dan TPA, Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(Abk), Surabaya, 2015

37
2) Secara akademis, mereka sangat termotivasi untuk belajar di area-
area dimana menjadi minat mereka. Namun mereka bisa
kehilangan motivasinya apabila dihadapkan pada area yang tidak
mereka minati

3) Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang


idealis, perfeksionis dan kepekaan terhadap rasa keadilan, Selalu
terlihat bersemangat, memiliki komitmen yang tinggi, dan peka
terhadap seni.

d. Proses belajar
Dalam menangani anak cerdas Istimewa dan berbakat istimewa Jika
salah penanganan dapat berimplikasi negatif bagi kemampuannya.
Strategi dalam proses belajar yang dapat dilakukan antara lain
(Ormrod, 2009: 259)10
1) Berikan tugas-tugas mandiri (tugas-tugas yang disesuaikan
dengan kemampuan anak): sesuaikan tugas dengan hal yang
menjadi minat dan kemampuan utama anak.

2) Bentuklah kelompok belajar yang berisikan anak yang memiliki


minat dan kemampuan berupa mengelompokkan anak dengan
minat dan kemampuan serupa memungkinkan untuk mengkaji
suatu permasalahan secara lebih mendalam dan analisis yang
lebih tajam

3) Ajarkan keterampilan kognitif yang kompleks dalam konteks


mata pelajaran tertentu: kreativitas dalam menulis, keterampilan
bermalar atau memecahkan masalah akan berimplikasi positif
terhadap kognitif anak

4) Berikan kesempatan untuk melakukan kajian secara mandiri


tentang suatu topik: motivasi yang tinggi serta strategi belajar

10
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat, PP-PAUD dan Dikmas Jawa Barat, 2017, Pengenalan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Modul Diklat Dasar PAUD Melalui Daring, hal 31

38
yang lebih efektif memungkinkan anak mengelola
kemampuannya secara lebih maksimal

5) Dorong kemampuan anak untuk menetapkan sasaran yang tinggi:


anak berbakat cenderung akan mencapai level prestasi yang
tinggi ketika mereka menetapkan sasaran atau target yang tinggi
pula

6) Carilah sumber daya dari luar: suatu ide yang baik untuk
mendatangkan mentor tamu yang memiliki kapasitas untuk
menjelaskan suatu topik khusus di luar kapasitas guru.

39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan
khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang
dialaminya karena tidak ada obatnya untuk menyembuhkan anak secara medis.
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan perlalatan
khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.Anak berkebutuhan
khusus memiliki hambatan belajar yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
faktor lingkungan, faktor dalam diri anak sendiri dan kombinasi keduanya
antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.
Pendidik yang menangani anak ABK adalah pendidik khusus yang sudah
profesional dibidangnya. Pendidik ABK harus mengetahui
karakteristik,kebutuhan anak ABK karena dengan mengetahuinya pendidik
dapat menentukan strategi, pendekatan, metode apa yang akan digunakan
dalam proses belajar. Pendidik harus membangun komunikasi aktif ke orang
tua. Karena peran orang tua juga ikut serta dalam perkembangan anak.
Adaptasi dalam model pembelajaran cara penyesuaian aktivitas belajar yang
sesuai dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. Penyesuaian tersebut
dilakukan pada tahapan belajar perolehan, tahap ulangan, tahap kecakapan,
tahap mempertahankan, tahap perluasan, tahap penyesuaian, dan tahap penyesuaian.
Selain itu ABK juga butuh penangan medis dari dokter spesialis dibidangnya.

B. Saran
Dari kesimpulan yang penyusun uraikan di atas, penyusun sadar masih
banyak pembahasan dan kekurangan dalam hal sajian, susunan dan dasar
rujukannya. Oleh karena itu, saran yang membangun, sangat penyusun
harapkan agar bisa menjadi lengkap dan bisa membantu semua pihak.

40
DAFTAR PUSTAKA

Mumpuniarti. 2011. Diklat Peningkatan Profesional Pendidik dan Tenaga


Kependidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, Adaptasi Proses
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Negeri Yogyakarta
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. 2013. Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi
Pendamping (Orang Tua, Keluarga, Dan Masyarakat). Jakarta
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. 2017. Pengenalan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) Modul Diklat Dasar PAUD Melalui Daring. PP-PAUD dan
Dikmas Jawa Barat.
Khambali, Muhammad dan Nurtasila, Silvia. 2022. Buku Panduan Guru SDLB,
SMPLB, dan SMALB Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Disabilitas Netra
Disertai Hambatan Intelektual. Jakarta Selatan: Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Pusat Perbukuan
Riadi, Muchlisin. 2020. Tunarungu (Pengertian, Jenis, Penyebab, Karakteristik
dan Proses Komunikasi)
Workshop Pendidikan Pos PAUD dan TPA. 2015. Layanan Pendidikan Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (Abk). Surabaya

41

Anda mungkin juga menyukai