MODUL
PENGANTAR
PENDIDIKAN
KELOMPOK 4
LECTURER
Dr. H. Syamsuddin, M.Si
Dr. Faizal, M.Si
AUTHOR
Group 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini dengan judul
"Pengantar Pendidikan". Buku ini disusun dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Buku ini merupakan pengantar bagi para pembaca dalam memahami konsep
dasar dalam bidang pendidikan. Dalam buku ini, terdapat pembahasan tentang arti
penting pendidikan, peran guru, strategi pembelajaran, dan juga berbagai masalah
yang seringkali dihadapi di dalam dunia pendidikan.
Kami berharap buku ini dapat menjadi referensi bagi para pendidik,
mahasiswa, dan masyarakat yang tertarik dalam pengembangan dunia pendidikan
di Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan buku ini.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
MATERI 1 .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Pendidikan..................................................................................... 2
MATERI 2 .......................................................................................................... 7
A. Pengertian Sifat Hakikat Manusia dan Wujud Sifat Hakikat Manusia ........ 7
MATERI 3 ........................................................................................................ 11
MATERI 4 ........................................................................................................ 17
MATERI 5 ........................................................................................................ 21
ii
B. Landasan Pendidikan............................................................................... 21
MATERI 6 ........................................................................................................ 26
MATERI 7 ........................................................................................................ 30
MATERI 8 ........................................................................................................ 34
MATERI 9 ........................................................................................................ 37
iii
MATERI 10 ...................................................................................................... 41
MATERI 11 ...................................................................................................... 45
MATERI 12 ...................................................................................................... 48
MATERI 13 ...................................................................................................... 52
B. Aktivitas Pembelajaran............................................................................ 52
iv
NUR ALIFIA “220405500012”
MATERI 1
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
1
bisa di pisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai
dengan perkembangan budayanya.
3. Masyarakat
Philip H. Coombs (Uyoh Sadulloh 1994:65) mengemukakan
beberapa bentuk pendidikan di masyarakat antara lain:
a. Program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau
putus sekolah.
b. Program pemberantasan buta huruf.
c. Penitipan bayi dan penitipaan anak pra sekolah.
d. Kelompok pemuda tani.
e. Perkumpulan olahraga dan rekreasi.
f. Kursus kursus ketrampilan
Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup di laksanakan di
lingkungan keluarga dan masyarakat saja. Akan tetapi dalam masyarakat
modern, keluarga tidak dapat lagi memenuhi semua kebutuhan dan
aspirasi pendidikan bagi anak anaknya, baik menyangkut pengetahuan,
sikap, maupun ketrampilan untuk melaksanakan perannya di dalam
masyarakat.
B. Fungsi Pendidikan
C. Tujuan Pendidikan
2
pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak
dicapainya.
Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda
dengan Orde Baru, demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang,
rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita
sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan
masyarakat dan negara Indonesia.
Ada empat macam tujuan pendidikan yang tingkatan dan luasnya
berlainan. Yaitu tujuan umum atau pendidikan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler dan tujuan instruksional.
1. Tujuan umum atau pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada
tujuan ini digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri
seorang manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang
terdidik. Adapun yang dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional
adalah tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia
dan merupakan rumusan kualifikasi terbentuknya setiap warga negara
yang dicita-citakan bersama.
2. Tujuan Intitusional
Tujuan Institusional adalah tujuan pendidikan yang akan di capai
oleh suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan Institusianal itu sendiri
harus bersumber dari tujuan umum pendidikan dan merupakan
penjabaran tujuan umum yang telah digariskan oleh negara.
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola
kemampuan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
lembaga, yang sebenarnya merupakan tujuan intitusional dari oleh
bagan pendidikan tersebut. Atau dapat juga diartikan sebagai tujuan
yang ingin dicapai dari suatu bidang studi pada suatu sekolah/lembaga
pendidikan, yang masih bersifat umum. Tujuan Kurikuler adalah tujuan
yang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada
3
lembagalembaga pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus
jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh
menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan
kurikulum di sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan
yang berbeda dibandingkan dengan SMP.
4. Tujuan instruksional
Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah
selesai proses belajar mengajar/program pengajaran. Tujuan tersebut
merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler, yang merupakan
perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas. Tujuan Instruksional
dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan
Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
D. Batasan-Batasan Pendidikan
4
E. Batasan-Batasan Pendidikan Menurut Fungsinya
F. Unsur-Unsur Pendidikan
5
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Oleh karena itu peserta
didik adalah subjek atau pribadi yang otonom yang ingin diakui
keberadaannya.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah peserta didik.
6
MATERI 2
KONSEP HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
7
adanya individualitas itu, setiap orang memiliki aspek kehendak, perasaan,
cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda
(Tirtarahardja dan Sulo, 2005:17). Aspek-aspek tersebut melekat kuat pada
setiap manusia dan sifatnya cenderung internal. Artinya, keterlibatan unsur-
unsur luar dalam proses pembentukannya menjadi elemen yang
memperkuat aspek-aspek yang sebenarnya sudah ada.
Selain hal tersebut, terdapat juga aspek-aspek individual yang
sifatnya cenderung eksternal. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1) Kematangan intelektual
2) Kemampuan berbahasa
3) Latar belakang pengalaman
4) Cara atau gaya dalam mempelajari sesuatu
5) Bakat dan minat
6) Kepribadian
Sebagai makhluk individual, manusia mengalami proses
perkembangan kecakapan dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku
dalam masyarakatnya. Sering pula potensi-potensi individual manusia
digolongkan menjadi dua, yaitu potensi rohani (pikir, cipta, rasa, karsa, dan
budi nurani) dan jasmani (pancaindra dan keterampilan keterampilan).
Perkembangan manusia berbeda pada setiap individu. Bisa saja
seseorang memiliki kelebihan pada satu sisi, namun memiliki kekurangan
pada sisi lainnya. Muhadjir (2000:33) mengatakan secara tradisional
individu-anak menerima dari orang dewasa. Kini banyak informasi dapat
diperoleh dari surat kabar, majalah, radio, televisi, buku bacaan, internet,
dan lain-lain. Materiil, pengetahuan orang menjadi beragam sekali
profilnya.
8
Menurut Aristoteles (384 – 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada
dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia
lainnya (zoon politicon) yang artinya mahluk yang selalu hidup bersama
dalam masyarakat. Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki
hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-
tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan
manusia lainnya yang disebut (gregoriousness). Ada beberapa alasan
dasar manusia selaku mencari orang lain, terutama adalah dorongan
biologisnya, seperti (1) Dorongan untuk makan, (2) Dorongan untuk
mempertahankan diri, dan (3) Dorongan untuk melangsungkan
keturunannya/jenisnya.
2) Manusia sebagai makhluk individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu
organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang
dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap
segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara
realita, self-respect, selfnarcisme, egoisme, martabat kepribadian,
perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran
akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
9
harus atau perlu dididik, serta homo enducandus yang bermakna bahwa
manusia merupakan makhluk yang bukan hanya harus dan dapat dididik
tetapi juga harus dapat mendidik. Deskripsi di atas mengungkapkan secara
jelas bahwa ada mata rantai yang erat antara hakikat manusia dengan
pendidikan sebagai sebuah salah satu usaha sadar untuk lebih
memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan sesuatu yang
mutlak bagi manusia.
Perkembang fisik individu ditentukan oleh dua faktor yaitu
maturation (kematangan) dan learning (belajar). Seorang anak akan dapat
berjalan jika memiliki tulang-tulang kaki dan otot yang cukup kuat disertai
dorongan untuk berjalan adalah faktor kematangan. Tetapi kematangan itu
sendiri belum cukup untuk memiliki kemampuan untuk berjalan, ia harus
belajar terus dan dibantu oleh orang lain.
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia perlu
dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu:
1) Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, manusia begitu lahir
ke dunia perlu mendapatkan uluran orang lain untuk dapat
melangsungkan hidup dan kehidupannya.
2) Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan
yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus memerlukan
waktu lama.
3) Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, yang tidak dapat
hidup tanpa berinteraksi dengan manusia lain. Selain itu, manusia tidak
akan berperilaku manusia seandainya tidak hidup bersama dengan
manusia lainnya.
10
MATERI 3
FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
11
B. Implikasi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
12
dan c) mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa, dan karsa dalam diri
anak. Dengan demikian pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hajar
Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya
sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge, tetapi
sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation
of value). Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembetukan karakter
manusia agar menjadi sebenar-benar manusia.
Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hajar
Dewantara memandang adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki
peranan besar. Semua ini disebut “Tripusat Pendidikan”. Tripusat
pendidikan mengakui adanya pusat-pusat pendidikan yaitu; 1) Pendidikan
di lingkungan keluarga, 2) Pendidikan di lingkungan perguruan, dan 3)
Pendidikan di lingkungan kemasyarakatan atau alam pemuda. Alam
keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan terpenting.
Selain tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara mengemukakan
ajaran Trikon. Teori trikon merupakan usaha pembinaan kebudayaan
nasional yang mengandung tiga unsur yaitu kontinuitas, konsentrisitas, dan
konvergensi.
a. Dasar Kontinuitas
Dasar kontinuitas berarti bahwa budaya, kebudayaan atau garis
hidup bangsa itu sifatnya kontinu, bersambung tak putus-putus. Dengan
perkembangan dan kemajuan kebudayaan, garis hidup bangsa terus
menerima pengaruh nilai-nilai baru, garis kemajuan suatu bangsa ditarik
terus.
b. Dasar Konsentris
Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan
harus bersikap terbuka, namun kritis dan selektif terhadap pengaruh
kebudayaan di sekitar kita. Hanya unsur-unsur yang dapat memperkaya
dan mempertinggi mutu kebudayaan saja yang dapat diambil dan
diterima, setelah dicerna dan disesuaikan dengan kepribadian bangsa.
13
c. Dasar konvergensi
Dasar konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter
bangsa, bersama-sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia
sebagai kebudayaan kesatuan umat sedunia (konvergen), tanpa
mengorbankan kepribadian atau identitas bangsa masing-masing.
14
sebuah kereta di depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri
secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan
dengan filsafat umum, meskipun kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi
adalah suatu keterpaduan antara pandangan filosofi dengan filsafat
pendidikan karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan secara
umum (Arifin, 1993).
Dalam sejarah pendidikan, dapat dijumpai berbagai pandangan atau
teori mengenai perkembangan manusia dan hasil pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
a. Empirisme, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung
pada pengalaman yang diperoleh anak didik selama hidpnya.
b. Nativisme, teori yang dianut oleh Schopenhauer yang berpendapat
bahwa bayi lahir dengan pembawan baik dan pembawan yang buruk.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, ia berpendapat bahwa hasil
akhir pendidikan dan perkembangan itu ditentukan oleh pembawaan
yang sudah diperolehnya sejak lahir.
c. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua
anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang
anak pun lahir dengan pembawaan buruk.
d. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa
anak dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan
itu bergantung dari pembawaan dan lingkungan. Pendidikan diartikan
sebagai penolong yang diberikan kepada lingkugan anak didik untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya
pembawan yang buruk.
Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan,
bahwa Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan
sehari-hari. Karena itu, sistem pendidikan nasional Indonesia wajar apabila
dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila. Cita dan karsa
bangsa Indonesia diusahakan secara melembaga dalam sistem pendidikan
15
nasioanl yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup
dan folosofi tertentu.
Pancasila dengan memperhatikan fungsi pendidikan dalam
membangun potensi bangsa, khususnya dalam melestarikan kebudayaan
dan kepribadian bangsa yang ada pada akhirnya menentukan eksistensi dan
martabat bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan
pancasila seyogyanya terbina secara optimal supaya terjamin tegaknya
martabat dan kepribadian bangsa. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan
aspek rohaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional, tiada sistem
pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan.
16
MATERI 4
PENGERTIAN DAN UNSUR UNSUR PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan
17
Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya
pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak
dengan meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam
hubungan ini dikenal apa yang disebut pendidikan sepanjang hidup.
Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa, dan karsa
(kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan
pengembangan fisik.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik. Tentu saja istilah baik di sini
bersifat relatif, tergantung kepada tujuan nasional dari masing-
masing bangsa, oleh karena masing-masing bangsa mempunyai
falsafah hidup yang berbeda-beda.
d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar
untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi
misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia. Bekerja menjadi penopang hidup
seseorang dan keluarga sehingga tidak bergantung dan mengganggu
orang lain. Melalui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan
bukan saja karena menerima imbalan melainkan juga karena
seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang lain (jasa
ataupun benda), bergaul, berkreasi, dan bersibuk diri. Kebenaran hal
tersebut menjadi jelas bila kita melihat hal yang sebaliknya, ya itu
menganggur adalah musuh kehidupan.
e. Definisi pendidikan menurut GBHN
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990:105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang
18
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri
sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Definisi tersebut
menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh sebagai tujuan
pendidikan.
B. Unsur-Unsur Pendidikan
19
lingkungan pendidikan adalah tempat manusia berinteraksi timbal balik
sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan ke arah yang lebih baik
lagi.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkuakifikasi sebagaj
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Interaksi edukatif,
yaitu pendidikan yang berlangsung berakar pada nilai nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntuna perubahan
zaman.
20
ASTRI AULIA “220405501045”
MATERI 5
LANDASAN DAN ASA PENDIDIKAN
B. Landasan Pendidikan
1. Landasan filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan
denganmakna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah
masalah-ma-salah pokok dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan
itu, mengapapendidikan diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi
tujuan pendi-dikan.
2. Landasan sosiologis
Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalamlatar
interaksi sosial. Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak
dapatdilepaskan dari upaya dan proses saling pengaruh memengaruhi
antaraindividu yang terlibat di dalamnya. Dalam posisi yang demikian,
21
apayang dinamakan pendidik dan peserta didik, menunjuk kepada dua
isti-lah yang dilihat dari kedudukannya dalam interaksi sosial.
3. Landasan legalistik (hukum)
Dengan berlandaskan hukum, kebijakan, penyelenggaraan, dan
pengembangan pendidikan dapat terhindar dari berbagai benturan
kebutuhan. Setidaknya dengan landasan hukum segala hak dan
kewajiban pendidik dan pesertadidik dapat terpelihara.
4. Landasan kultural
Kebudayaan dapat dilestarikan dan/atau dikembangkan dengan jalan
mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pendidikan, baik pendidikan informal, nonformal, maupun formal
(sekolah). Sebaliknya, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ikut di-
tentukan oleh kebudayaan masyarakat tempat proses pendidikan
berlangsung. Oleh sebab itu, langkah-langkah pengembangan
pendidikan tidak boleh bebas dari kebudayaan lempat pendidikan
tersebut diselenggarakan dan dikembangkan.
5. Landasan psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh sebab
itu, landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting
dalam bidang pendidikan. Landasan psikologis pendidikan terutama
tertuju kepada pemahaman manusia, khususnya berkenaan dengan
proses belajar manusia.
6. Landasan ilmiah dan teknologi
Pendidikan dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
mempunyai kaitan yang sangat erat. hal tersebut dikarenakan menjadi
bagian utama dalam pendidikan terutama dalam bentuk pembelajaran
titik oleh karena itu pendidikan berperan sangat penting dalam
pewarisan dan pengembangan.
7. Landasan ekonomi
Manusia pada umumnya tidak bisa lepas dari kebutuhan ekonomi
sebab kebutuhan dasar manusia membutuhkan ekonomi. Orang tidak
22
mampu pun memerlukan uang untuk mengisi perutnya dan sekedar
berteduh di waktu malam titik. Dengan demikian pembahasan tentang
ekonomi tidak hanya menyangkut orang kaya, tetapi semua orang
termasuk dunia pendidikan yang ditekuni.
8. Landasan historis
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam keadilan
atau kegiatan yang didasari oleh konsep tertentu titik sejarah penuh
dengan informasi yang mengandung kejadian-kejadian, model-model,
konsep-konsep, teori-teori praktik-praktik moral, cita-cita, dan
sebagainya.
9. Landasan religius
Landasan religius merupakan landasan yang paling mendasari dari
landasan-landasan pendidikan, sebab landasan agama adalah landasan
yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Landasan agama
berupa firman Allah dalam kitab suci Alquran dan alhadits berupa
risalah yang dibawakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
untuk umat manusia yang berisi tentang tuntunan-tuntunan atau
pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik dunia
maupun akhirat, serta merupakan rahmat untuk seluruh alam.
23
1. Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu
Asas semesta menyeluruh dan terpadu yang berarti bahwa
pendidikan nasional terbuka bagi setiap manusia Indonesia, mencakup
semua jenis dan jenjang pendidikan, dan merupakan suatu kesatuan
usaha sandar yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh usaha
pembangunan bangsa.
2. Asas pendidikan seumur hidup
Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup titik kurikulum yang dapat
merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
yaitu dimensi vertikal dan horizontal.
3. Asas tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatu fungsi
menerima perbedaan sebagai akibat sikap tidak sendiri atau pihak lain.
Tanggung jawab berkaitan dengan kewajiban seorang terhadap tugas
atau perbuatan yang dilakukan perbuatan yang dilakukan harus dapat
dipertanggungjawabkan dari segi tujuan dan konsekuensi lainnya.
4. Asas manfaat, adil dan merata.
Asas manfaat yang berarti pendidikan harus mengingat
kemanfaatannya bagi masa depan peserta didik, bagi masyarakat,
bangsa, negara, dan agama.
5. Asas tut wuri handayani
Asas Tut Wuri Handayani bermakna bahwa setiap orang berhak
mengatur dirinya sendiri dalam berpedoman kepada tertib kehidupan
yang umum.
6. Asas kemandirian dalam belajar
Kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan
pendidik namun selalu siap untuk membantu apabila diperlukan
selanjutnya, asas belajar sepenuh hati hanya dapat diwujudkan apabila
didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri
24
dan belajar, karena adalah tidak mungkin seorang belajar sepanjang
hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan orang lain.
25
MATERI 6
ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN
1. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi
eksternal dalam perkembangan manusia. Aliran ini menyatakan bahwa
26
perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan
pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir tidak dipentingkan.
2. Aliran Nativisme
Paham ini menentang paham empirisme yang dikemukakan oleh
JohnLock Nativs (dari bahasa latin) memilik arti terlahir. Menurut
paham ini, dengan tokohnya seorang filsuf Jerman Schopenhauer (1788-
1860), dikatakan bahwa anak-anak yang lahir ke sudah dunia memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya
masing-masing. Pembawaan tersebut ada yangbaik dan ada pula yang
buruk.
3. Aliran Naturalisme
Paham Naturakisme dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J
Rousseaue yang muncul pada abadke-18. Nature dalam bahasa latin
memiliki makna Alam. Berbeda dengan Schopenhaeuer, Rousseaue
berpendapat bahwa setiap anak yang baru dilahirkan pada hakikatnya
memiliki pembawaan baik. Namun pembawaan yang baik terdapat pada
setiap anak itu akan berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, atau lingkungan masyarakat disekitar dimana anak
tumbuh dan berkembang.
4. Aliran Konveregensi
Konveregensi artinya titik pertemuan. Pelopor aliran Konveregensi
adalah William Stern (1871-1939),seorang ahli ilmu jiwa
berkebangsaan Jerman. Ia mengatakan bahwa seorang terlahir dengan
pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk .Ia pun mengakui
bahwa proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun
faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
5. Aliran Progresivisme
Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini
berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang
27
wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat
menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
6. Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang
epistemiolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya
konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam
semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Mengerti berarti
mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat
mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu itu.
Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan.
28
merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan
nilai-nilai tersebut.
5. Aliran Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang
semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli
(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
29
MATERI 7
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang di hadapi oleh dunia
pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yaitu:
1. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan
pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang makntap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
30
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya
manusia untuk menunjang pembangunan.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
a. Cara konvensional antara lain:
1) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan
belajar.
2) Menggunakan gedung sekolah untuk Double Shift (sistem
bergantian pagi dan sore)
b. Cara Inovatif Antara Lain:
1) System pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru) atau Inpacts System (Instructional Management By Parent,
Community and Teacher). Sistem tersebut di rintis di solo dan
didisimenasikan ke beberapa provinsi.
2) SD kecil pada daerah terpencil.
3) System guru kunjung.
4) SMP Terbuka (ISOSA- In School Out Off School Approach).
2. Masalah Mutu pendidikan
Mutu pendidikan di permasalahkan jika hasil pendidikan belum
mencapai taraf seperti yang di harapkan. Penetapan mutu hasil
pendidikan pertama di lakukan oleh lembaga penghasil sebagai
produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan system setifikasi.
Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan
system tes untuk kerja ( performance test).
3. Masalah Efesiensi Pendidikan
Masalah efesiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system
pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pendidikan.
31
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Luaran pendidikan di harapkan dapat mengisi Semua sector
pembangunan yang beraneka ragam seperti sector produksi, sector jasa,
dan lain lain. Baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas.
32
budaya, kebudayaannya pasti di pandang sebagai suatu yang bernilai
dan baik.
Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya kelatarbelakangan
budaya umumnya di alami oleh:
a. Masyarakat daerah terpencil.
b. Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.
c. Masyarakat yang kurang ter didik
33
FATHIAH NABILA AZHARI “220405502006”
MATERI 8
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap
hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami
pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang
disebut Tripusat Pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari
sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah. Keluarga itu dapat
berbentuk keluarga inti (ayah, ibu, dan anak). Faktor-faktor lain dalam
keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti
kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan
sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh
keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.
2. Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin
penting peran sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum
34
masuk dalam proses pembangunan masyarakat. Sekolah bertanggung
jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
3. Masyarakat
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah
pendidikan di lingkungan keluarga dan pendidikan di sekolah. Bila
dilihat ruang lingkup masyarakat, banyak dijumpai keanekaragaman
bentuk dan sifat masyarakat . Namun justru keanekaragaman inilah
dapat memperkaya budaya bangsa Indonesia.
35
a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
b. Pengajaran dalam upaya penguasan pengetahuan.
c. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
36
MATERI 9
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
37
nasional adalah struktur fungsional pada pendidikan nasional dalam rangka
mencapai tujuan nasional Indonesia.
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 3, sistem
pendidikan nasional adalah keseuruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut
Abdul Kadir dkk, sisdiknas dirumuskan dengan misi utama dapat memberi
pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia. Hal ini
bertujuan supaya tiap-tiap warga negara memperoleh sekurang-kurangnya
pengetahuan dan kemampuan dasar. Kemampuan dasar tersebut meliputi
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat
berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1. Kelembagaan pendidikan
Dalam kelembagaan pendidikan,hal yang akan dibahas yaitu jalur
pendidikan dan jenjang pendidikan. Pembahasan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Jalur Pendidikan Penyelenggaraan Sisdiknas berdasarkan UU RI
No. 2 Tahun 1989 dibedakan menjadi dua jalur yaitu:
1) Jalur Pendidikan Sekolah
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar
secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi).
2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
Jalur pendidikan luar sekolah (PLS) merupakan pendidikan
yang bersifat kemasyarakatan yang dilaksanakan diluar sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan
38
tidak berkesinambungan, seperti kepramukaan, berbagai kursus,
dan lain-lain.
b. Jenjang pendidikan
Dalam Sisdiknas terdapat tiga jenjang pendidikan yaitu:
1) Jenjang Pendidikan Dasar
2) Jenjang Pendidikan Menengah
3) Jenjang Pendidikan Tinggi
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Jenis Program Pendidikan
Program pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan sekolah
terdiri atas:
1) Pendidikan Umum
2) Pendidikan kejuruan
3) Pendidikan Luar Biasa
4) Pendidikan Kedinasan
5) Pendidikan Keagamaan
b. Kurikulum Program Pendidikan
Berdasarkan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
39
dapat dilepaskan dari konteks sejarah perjalanan bangsa itu sendiri.
Setidaknya terdapat dua permasalahan menyangkut sisdiknas, yaitu konteks
historis dan aplikasi praksis.
Berdasarkan konteks historis, sisdiknas lebih menekankan pada
kepentingan pemerintah (melestarikan status-quo kekuasaan) yang terpaksa
harus melahirkan pendidikan yang sentralistis. Dengan atas nama keutuhan
dan keselamatan negara seluruh kegiatan pendidikan dibalut dalam logika
tersebut. Oleh karena itu, hal ini akan melahirkan para peserta didik yang
tidak lagi memiliki kebebasan berpikir dan berkreasi.
40
MATERI 10
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
41
pendidikan berperan mengembangkan yaitu menghidupsuburkan potensi-
potensi “kebaikan” dan sebaliknya mengerdilkan potensi “kejahatan”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya
seperti kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan,
berpendirian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi,
rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima,
melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain
dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia
dengan segenap kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis
dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan
sosial/ spiritual.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan
masing-masing dalam esensi pembangunan serta antar keduanya.
1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan
pembangunan merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang
pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
42
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik
agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral
tinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra
manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang
manusiawai. Prof. Dr. Slamet Imam Santoso menyatakan bahwa tujuan
pendidikan menghasilkan manusia yang baik. Manusia yang baik
dimanapun ia berada akan memperbaiki lingkungan.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunnjukkan peran pendidikan dalam berbagai
lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga (pendidikan informal),
liingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat
(pendidikan nonformal), ataupun dlam sistem pendidikan pra-jabatan
dan dalam jabatan. Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan
pendidikan tinggi (PT) memberikan bekal kepada para peserta didik
secara bersinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic education
yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika
pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah
berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.
Dengan basic education pada pendidikan dasar juga diartikan bahwa
pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada warga negara yang
tidak sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat melibatkan diri
kedalam gerak pembangunan.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain :
bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan
komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.
43
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin
dikerjakan hanya diisi oleh orang-orang yang memiliki kemampuan
seperti yang dibutuhkan. Orang-orang yang dimaksud hanya tersedia
jika pendidikan berbuat untuk itu.
44
MUH. VALERI FARHAN “220405501019”
MATERI 11
PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
A. Pengertian Pendidikan
45
lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Pengertian pendidikan
sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan, antara lain:
1. Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat
adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya
tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik.
2. Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat
mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan
metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan
kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan.
46
D. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat
47
MATERI 12
REVOLUSI INDUSTRI 5.0
A. Revolusi industri
48
dapat berjalan secara efektif. Tapi tahukah Anda? Dunia pendidikan juga
perlu mengikuti perkembangan zaman yang semakin canggih dengan
berbagai revolusi ditengah arus globalisasi yang kian mencekam.
Saat dunia pendidikan berhasil mengikuti perubahan dari revolusi
1.0 hingga yang terakhir revolusi 4.0, kini tengah hadir revolusi 5.0 yang
mengintegritaskan pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial
intelligence (AI) secara fleksible. Oleh karena itu Anda perlu menyimak
pembahasan ini lebih dalam dan gulirkan hingga ke bagian akhir artikel.
49
c. Ditengah pandemi covid-19 yang masih belum usai, tenaga pengajar
juga perlu menerapkan sistem pembelajaran melalui aplikasi Zoom,
Classroom, dan penggunaan aplikasi sosial media lainnya untuk
memudahkan peserta didik.
d. Menerapkan sistem hybrid learning yang merupakan suatu metode
pembelajaran yang menggabungkan sistem offline dan offline
kepada peserta didik.
e. Terakhir sekolah dan tenaga pengajar juga wajib menerapkan
blended learning kepada peserta didik dan memberikan informasi
kepada wali mereka untuk melakukan pembelajaran tatap muka dan
jarak jauh dalam waktu yang bersamaan.
2. Dampak revolusi industri 5.0 dalam dunia pendidikan
a. Dampak positif
1) Dapat membuat peserta didik aman dan nyaman ketika
melakukan pembelajaran secara online tanpa takut
terkontaminasi oleh virus covid-19.
2) Dengan hadirnya revolusi 5.0 peserta didik diharapkan mampu
mendapatkan beragam informasi melalui digitalisasi yang lebih
kompleks.
3) Dapat menekankan prospek ilmu pengetahuan yang lebih luas
dengan pemanfaatkan komponen teknologi untuk memajukan
kualitas SDM.
4) Waktu menjadi lebih fleksibel dengan sinkronisasi penyesuaian
yang dilakukan antara tenaga pengajar dan sekolah
b. Dampak negatif
1) Mereka dituntut untuk memahami teknologi serta
mengimplementasikan ke kehidupan sehari-hari agar dapat
bersaing dengan segala otomasi yang terdapat di era industri 5.0.
2) Tenaga pengajar dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam
mengajar baik secara tatap muka maupun secara daring/online.
50
3) Mereka wajib mengambil tindakan tanpa ada yang menyuruh
terutama peserta didik yang wajib terus berinovasi ditengah
proses pembelajaran.
4) Keterbatasan kuota internet dan perlatan lainnya seperti laptop,
gadget untuk bisa terhubung secara daring bagi peserta didik
yang kurang mampu.
51
MATERI 13
PENDIDIKAN ABAD 21
A. Pendidikan Abad 21
B. Aktivitas Pembelajaran
52
3. Model pembelajaran abad 21
a. Student centered
Pembelajaran dipusatkan pada siswa. Pembelajaran akan mengikuti
karakter siswa. Baik itu minat maupun kemampuan belajar siswa.
Guru cenderung berperan sebagai fasilitator.
b. Discovery learning
Discovery learning adalah suatu metode pembelajaran yang
mendorong siswa untuk bisa menemukan pengetahuan secara
mandiri. Siswa akan diarahkan untuk bisa belajar secara aktif dan
mandiri (self learning).
c. Fipped classroom
Ide dasar dari metode ini adalah membalik pendekatan pada suatu
kegiatan pembelajaran. Siswa akan diberikan suatu akses terhadap
materi pembelajaran. Materi tersebut bisa diakses di rumah yang
kemudian bisa dipelajari para siswa sebelum pertemuan di kelas.
d. Project based learning
Metode ini “menceburkan” siswa pada suatu proyek. Melalui proyek
tersebut, siswa bisa leluasa melakukan eksplorasi hingga akhirnya
bisa menemukan suatu hasil pembelajaran. Metode ini bisa
mendorong siswa untuk lebih kreatif.
e. Collaborative learning
Salah satu ciri industri 4.0 yaitu menekankan budaya kerja yang
kolaboratif. Metode ini akan mempersiapkan siswa supaya terbiasa
menjalankan budaya kerja kolaboratif.
f. Blended learning
Blended learning mengkolaborasikan metode pembelajaran online
dan tatap muka. Metode ini bisa mengatasi keterbatasan jarak dalam
pembelajaran. Dengan mengolaborasikan 2 metode pembelajaran,
pencapaian pembelajaran bisa dioptimalkan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ichsan A. AM, M. Pd., Ima Wahyu P. U., M. Pd. 2018. Pengantar Pendidikan.
Cetakan ke-1. Diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
Izza Amirul F., Maunah B., 2021. Manusia Sebagai Makhluk yang Perlu dan
dapat Dididik. Vol. 15. No. 2. Hal. 257-259.
Putra Semadi Y. 2019. Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia Menuju
Bangsa Berkarakter. Vol. 02. No. 02. Hal. 85-87.
I Made Sugiarta., Putu Mardana I. B., Adiarta A., I Wayan A. 2019. Filsafat
Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Vol. 02. No. 03. Hal. 124-
135.
Abd Rahman BP., Munandar S. A., Fitriani A., Karlina Y., Yumriani. 2022.
Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan dan Unsur-Unsur Pendidikan.
Vol. 02. No. 01. Hal. 2.
54
Triwiyanto T. 2015. Pengantar Pendidikan. Edisi cetakan ke-2. Diterbitkan oleh PT
Kalola Printing. Jakarta.
Prof. Dr. Tirtarahardja U., Drs. S.L. La Sulo. 2019. Pengantar Pendidikan (edisi
revisi). Edisi cetaka ke-2. Diterbitkan oleh Rineka Cipta. Jakarta.
Idris H., Zahara. 1992. Pengantar Pendidikan Jilid I. Diterbitkan oleh Penerbit: PT.
Grasindo. Jakarta.
Aulia Zahro A. 2021. Mengenal Aliran Aliran Pendidikan. Diakses pada tanggal 01
April. MENGENAL ALIRAN - ALIRAN PENDIDIKAN | Klipaa.com.
Kadir A., & dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Diterbitkan oleh Kencana Prenada
Media. Jakarta.
55
Supriyoko K. 2003. Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nasional : Perannya
Terhadap Pembangunan yang Berkelanjutan. Makalah disajikan dalam
Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI, Denpasar, 14-18 Juli.
Tirtarahardja U., Sulo L. 2005. Pengantar Pendidikan. Diterbitkan oleh PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
56