DISUSUN OLEH :
AMBARWATI
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 5
A. Hakekat Pembelajaran................................................................................................... 5
B. Pembelajaran ................................................................................................................. 6
SIKLUS I ........................................................................................................................ 22
SIKLUS II ........................................................................................................................ 24
i
BAB IV .................................................................................................................................... 36
PENUTUP................................................................................................................................ 36
ii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar melalui
proses pembelajaran model course review horay pada Siswa Kelas III SD Negeri 43 Karang
Mendapo, melalui penggunaan model pembelajaran course review horay pada tema 8 praja
muda karana subtema 4 aku suka berkarya. Desain Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Subjek yang terlibat dalam penelitian ini siswa kelas III dengan jumlah siswa
18 orang yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 8 orang. Pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu untuk menentukan ketuntasan hasil belajar
siswa secara individual, untuk menentukan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan untuk
menghitung persentase hasil aktivitas siswa dan guru. Berdasarkan Analisis data disimpulkan
hasil penelitian ini menujukan terdapat peningkatan pada setiap siklus, dimana siklus I
diperoleh ketuntasan belajar dengan persentase 44,44% sebanyak 8 siswa. Kemudian pada
siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa dengan persentase 77,78% siswa Berdasarkan
hasil persentase di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Mengunakan Model course
review horay pada tema 8 praja muda karana subtema 4 aku suka berkarya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD 43 Karang Mendapo.
Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar Siswa, Model course review horay
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu ranah yang memiliki peran penting untuk menjamin
kemajuan bagi sebuah. Pada era globalisasi sekarang ini, dalam menghadapi kehidupan
semakin maju dan berubah maka diperlukan adanya pendidikan bagi seseorang dalam
menghadapi perkembangan dunia. Hal tersebut berguna sebagai bekal agar seseorang mampu
memandang kedepan kehidupan yang penuh tantangan serta berperan dalam pembentukan
kepribadian dan perkembangan manusia yang lebih modern. Pendidikan hendaknya dijadikan
sebuah kebutuhan wajib oleh seseorang pada masa sekarang ini agar dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, serta tuntutan zaman
yang menuntut seseorang untuk selalu belajar. Salah satu caranya adalah dengan memberikan
pembelajaran yang mengembangkan ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotorik (keterampilan). Pendidikan dasar merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembangan seseorang. Pendidikan dasar adalah pondasi bagi seseorang karena pendidikan
dasar memberikan ilmu-ilmu pengetahuan dasar pada seseorang untuk mengikuti pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam pelaksanaan pembelajaran di pendidikan dasar
berbagai pihak yang berkaitan dengan proses pendidikan yakni guru, siswa, pemerintah harus
dapat memenuhi tuntutan kurikulum agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Proses
belajar saat ini yang cenderung masih konvensional, membuat bangsa ini selalu kalah
bersaing dalam dunia pendidikan. Dengan kebijakan penerapan kurikulum yang sesuai akan
membantu mewujudkan kemajuan pendidikan secara nyata. Menurut Kokom Komalasari,
(2014: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajar secara efektif dan efisien. Kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan,
dimana dalam kurikulum tersebut yang mengadobsi pembelajaran yang menengahkan kepada
peran siswa agar lebih aktif. Tidak hanya itu, konsep tematik integratif juga menggabungkan
beberapa materi pelajaran menjadi satu membuat pembelajaran lebih memiliki makna yang
tersendiri dan tidak dipandang secara terpisah, karena tujuan tematik integratif lebih
mengintegrasikan peran siswa dan lebih kebermanfaatan belajar. Kemdikbud (2013: 9)
menjelaskan pembelajaran tematikintegratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
1
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang dan dikemas
berdasarkan tema-tema tertentu dan dalam pembahasannya tema-tema ditinjau dari berbagai
mata pelajaran. Peran model pembelajaran yang tepat juga akan membantu tercapainya tujuan
belajar. Konsep tematik integratif yang di padukan dengan model pembelajaran akan
memunculkan warna
Menurut Undang-undang No.20, 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3 yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan tersebut untuk mengembangkan potensi
peserta didik menjadi : 1) manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, 2) manusia berakhlak mulia, 3) manusia yang sehat, 4) memiliki ilmu, 5) manusia yang
cakap, 6) manusia yang kreatif, 7) memiliki kemandirian, dan 8) menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab (Firdaus dkk., 2021: 2).
Hasil belajar merupakan suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama atau bahkan
tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara
berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Munawar (Lapatta dkk,.2015:
166)
Pembelajaran tematik dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran dalam suatu tema/topik
pembahasan. Disamping itu, pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran
terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi atau keterlibatan sisiwa dalam belajar.
Istilah tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Belajar tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa
dalam memahami konsep materi yang telah diberikan guru, karena materi yang dipelajari
merupakan materi yang bermakna bagi siswa itu sendiri siswa (Trianto, 2010: 79).
Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan pembelajaran di kelas III SD Negeri 43
Karang Mendapo, terdapat beberapa masalah yang membuat siswa kurang aktif dalam
pembelajaran diantaranya siswa kurang memperhatikan materi yang diajarkan dikarenakan
dalam pembelajaran siswa sering bermain, dan pembelajaran masih berpusat pada guru,
2
sehingga siswa diam dan hanya menerima materi yang diajarkan guru. Di sekolah dasar kelas
III, hasil belajarnya masih rendah, KKM yang di terapkan di SD Negeri 43 Karang Mendapo
adalah 70. Maka dari itu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas III sebagai guru
atau pendidik harus mempunyai strategi dalam proses belajar mengajar melalui model
pembelajaran yang sesuai dengan suasana peserta didik di dalam kelas.
Hal ini harus ada solusi yang sesuai dengan masalah siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran yang ada di dalam kelas. Salah satu solusinya adalah melalui model
pembelajaran yang menarik untuk bisa diterapkan dalam mengajar di kelas adalah
menggunakan model course review horay.
Course review horay yaitu model pembelajaran yang di mana pembelajarannya bersifat
mengulang kembali (review) pengetahuan yang di peroleh peserta didik, selanjutnya peserta
didik membentuk kelompok dan menjawab pertanyaan yang di berikan oleh pendidik yang
telah disiapkan. Setiap kelompok yang dapat menjawab dengan benar maka diwajibkan
berteriak “hore!” atau menyanyikan yel-yel yang mereka sukai dan menempelkan simbol
pada kotak pertanyaan yang dijawab benar. (Huda & Kusumahati, 2014: 2).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 50 Kota Ternate Melalui
Model Course Review Horay Pada Tema 8 Praja Muda Karana Sub Tema 4 Aku Suka
Berkarya”.[1]
3
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pembelajaran
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata
(2005) menyebutkan bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung
melslui kegiatan belajar. Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan
mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang be;ajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat
menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Peserta
didik yang kedudukannya sebagai murid harus dianggap sebagai makhluk atau
manusia yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk menetukan
harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat,
penunjuk jalan dan rekan seperjalanan. Guru bukanlah satu-satunya orang yang
paling tahu. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, tidak
tergantung pada teks buku atau metode pengajaran tekstual.
Proses hakekat belajar dapat disimpulkan dengan beberapa ciri belajar sebagai
berikut, yaitu :
Belajar dapat ditandai dengan perubahan tingkah laku.Perubahan perilaku relatif
permanent.Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar
untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.Perubahan tingkah laku
tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung,
perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
5
belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar,
yaitu :
1. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motifasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
B. Pembelajaran
6
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belajar. Ciri-ciri dari pembelajaran itu, sebagai
berikut :
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4. Pelaksanaannya terkendali baik isinya, waktu, proses maupun hasil.
Model pembelajaran yang saat ini menjadi favorit adalah pembelajaran kooperatif
yang menuntut keaktifan bukan dari pendidiknya, namun mendorong siswa untuk
terlibat aktif untuk menyelesaikan suatu masalah yang diberikan. Berbagai model
pembelajaran muncul sebagai salah satu alternatif untuk menyampaikan materi ajar
agar lebih mudah di pahami siswa. Salah satu model pembelajaran yang menurut
penulis cukup signifikan memberikan dampak yang baik yaitu model pembelajaran
Course Review Horay (CRH), karena model tersebut memiliki karakteristik yang
menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Selain itu, siswa juga sekaligus
diajak bermain dengan pembagian kelompok-kelompok yang telah ditentukan
sebelumnya. Menurut Miftahul Huda, (2013) model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas
menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar
diwajibkan berteriak “horee!!” atau yel-yel lainnya yang disukai.
7
Model ini berusaha menguji pemahaman yang dimiliki siswa dalam menjawab soal, di
mana jawaban soal tersebut dituliskan pada sebuah kartu atau kotak yang telah
dilengkapi nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar harus langsung
berteriak “horee!!” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Model ini juga
membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik melalui diskusi kelompok.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH) menurut
Miftahul Huda, (2013) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya
jawab. 3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
3) Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai
dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor
yang ditentukan guru.
4) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam
kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
5) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
6) Bagi pertanyaan yang dijawab dengan benar, siswa memberi tanda checklist
(√) dan langsung berteriak “horee!!” atau menyanyikan yelyelnya.
7) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
“horee!!”. 9) Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai
tertinggi atau yang paling sering memperoleh “horee!!”.
8
Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani, (2015: 81) ada beberapa kelebihan
dari model pembelajaran Course Review Horay, yaitu: 1) Pembelajaran menarik dan
mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya. 2) Pembelajarannya tidak monoton
karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan. 3) Siswa lebih
semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan. 4)
Melatih kerjasama antar siswa di dalam kelas.
Kelebihan yang dimiliki model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
terlihat bahwa selain siswa diajak bermain, siswa juga dilatih untuk bekerjasama
dengan siswa lainnya. Hal ini salah satu kegiatan dalam penanaman karakter yang
nantinya akan berimplikasi saat siswa tersebut menginjak dewasa.
D. Hasil Pembelajaran
Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.1
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh
seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari
materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi
dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya
yang menuju pada perubahan positif.
9
dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang
dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi
pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar
yang lebih baik. Hasil belajar ini pada akhlirnya difungsikan dan ditunjukan untuk
keperluan berikut ini: a. Untuk seleksi, hasil dari belajar seringkali digunakan sebagai
dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis
pendidikan tertentu. b. Untuk kenaikan kelas, untuk menentukan apakah seseorang
siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi
yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru. c. Untuk penempatan, agar siswa
dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki,
maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.3
Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif Adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkup aktivitas otak
adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom, ranah kognitif itu terdapat enam
jenjang proses berfikir yaitu: knowledge(pengetahuan/hafalan/ingatan),
compherehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis),
syntetis(sintetis), evaluation (penilaian).4 2) Ranah afektif Taksonomi untuk daerah
afektif dikeluarkan mula-mula oleh David R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam
buku yang diberi judul taxsonomy of educational objective: affective domain. Ranah
afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe
hasil belajar afektif akan Nampak pada murid dalam berbagai tingkah laku.
10
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
11
Menurut Arikunto, dkk (2006), penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pengamatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Dari beberapa penjelasan PTK menurut ahli, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu kajian dalam bentuk penelitian yang bersifat reflektif.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada keseharian siswa yang
kemudian diberikan perlakuan tertentu sehingga didapatkan hasil yang diharapkan
akan lebih baik dari sebelumnya.
12
istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Tujuan PTK
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut:
1. Memecahkan permasalahan yang nyata terjadi di dalam kelas. Meningkatkan
profesionalisme guru.
2. Menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.
3. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas.
4. Sebagai bentuk latihan guru untuk mengasah kemampuan analitis sekaligus
mempertinggi kesadaran diri
5. Melatih kreatifitas dan inovasi guru..
6. Mengembangkan keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Karakteristik PTK
Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik tersendiri sehingga cukup
berbeda dari penelitian pada umumnya. Berikut adalah karakteristik PTK:
13
4. PTK mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti. Pada
saat penelitian berlangsung, peneliti, dalam hal ini guru akan dibantu oleh rekan
guru yang lain untuk mengumpulkan informasi, menata informasi, membahas,
mencatat, menilai, hingga pada melakukan tindakan-tindakan secara bertahap.
5. PTK memiliki kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan
tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Namun yang
membedakan adalah PTK tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel
yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian.
6. PTK bersifat situasional dan spesifik. Pada umumnya dilakukan dalam bentuk
studi kasus. Subjek penelitian tindakan kelas bersifat terbatas, sehingga tidak
cukup representatif untuk merumuskan atau generalisasi.
Langkah-langkah PTK
Dalam proses penelitian ini, prosedur penelitian PTK ditempuh melalui empat
komponen, seperti yang telah dijelaskan model yang dikembangakan oleh
Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart tampak masih begitu dekat dengan
model yang diperkenalkan oelh Kurt Lewin. Di katakan demikian, oleh larena
didalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen yaitu : a)
perencanaan (planning), b) tindakan(action), c) observasi (observing), d)
refleksi (ferleting). (Somadayo, 2013: 40).
Dalam proses penelitian ini, prosedur penelitian PTK ditempuh melalui empat
komponen, seperti yang telah dijelaskan model yang dikembangakan oleh Stephen
Kemmis dan Robbin Mc Taggart tampak masih begitu dekat dengan model yang
diperkenalkan oelh Kurt Lewin. Di katakan demikian, oleh larena didalam satu siklus atau
putaran terdiri dari empat komponen yaitu : a) perencanaan (planning), b)
tindakan(action), c) observasi (observing), d) refleksi (ferleting). (Somadayo, 2013: 40).
Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk sebuah siklus, yaitu
satu putaran kegiatan beruntun. Sesuai dengan prinsip umum penelitian tindakan setiap
tahap dan siklusnya selalu dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif antara peneliti
dan praktisi(guru kepala sekolah) dalam sistem sekolah. Kemmis dan Mc Taggart,
(1988:9-15).
Keempat tahapan atau fase dalam penelitian tindakan tersebut di gambarkan pada gambar
berikut:
PERENCANAAN
REFLEKSI
REVISI PERENCANAAN
PERENCANAAN
15
TINDAKAN DAN OBSERVASI
SIKLUS II
REFLEKSI
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing masing siklus meliputi
sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Rencana
b. Tindakan
d. Refleksi
Tahap ini dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika pada siklus I
tentang subtema aku suka berkarya sederhana didapatkan kendala atau kurang optimal
tentang nilai siswa maka perlu adanya perbaikan pada silkus II.
2. Siklus II
a. Rencana
Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Menyiapkan rencana pembelajaran.
Menyiapkan soal tes setelah pembelajaran.
Penyiapkan lembar observasi.
b. Tindakan
Guru memberi contoh tentang perkalian dan pembagian sederhana dengan alat
atau sedotan atau yang lain.
Guru memberi contoh cara perkalian dan pembagian dalam soal cerita dengan
media alat peraga sedotan atau yang lain.
Siswa diminta maju kedepan memperagakan.
Guru memberi soal tes kepada siswa untuk dikerjakan.
c. Observasi
17
Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati sikap siswa saat mengikuti pembelajaran tema.
Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan pendekatan kontekstual pada
pembelajaran tematik.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah observasi dilaksanakan. Jika tindakan sudah tercapai secara
optimal maka siklus dihentikan.
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
tindakan atau hal-hal yang akan dilakukan di dalam kelas. Topik yang direncanakan
meliputi ,Membuat rancangan pembelajaran (RPP) dan silabus, Penyajian materi
pembelajaran, Penerapan model course review horay dan Menyusun instrumen observasi.
Data penelitian ini terdiri dari data hasil belajar yang berupa nilai hasil belajar
siswa yang diperoleh dari tes, data aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan model
course review horay yang di peroleh dari hasil pengamatan.
Data hasil belajar siswa dilihat berdasarkan evaluasi untuk mengetahui ketuntasan
belajar individu maupun klasikal, dengan cara melihat data hasil tes, menggunakan kriteria
ketuntasan belajar, kriteria ketuntasan belajar juga dapat di jadikan sebagai kriteria
keberhasilan.
1. Daya serap individu
Untuk mengetahui daya serap siswa, digunakan analisa data deskriptif
kualitatif dengan rumus sebagai berikut: Tuntas belajar individu apabila skor yang
dicapai 70 %.
Secara individual seorang siswa dianggap telah tuntas belajar apabila daya
serap nya 70% , siswa dianggap semcapai standar ketuntasan minimal (SKM) apabila
telah mencapai skor tes 70%
2. Untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi sampel dalam
penelitian ini, digunakan analisa data dengan rumus sebagai berikut:
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal apabila rata-rata 70% siswa telah
tuntas secara individu.
18
Teknik Pengumpulan Data
Sebelum masuk dalam pengolahan data data terlebih dahulu data dikumpulkan. Sesuai
dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan,
maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penilaian ini adalah :
1) Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi atau data yang dilakukan melalui
pengajuan pertanyaan secara kontak langsung (I.G.A.K Wardani: 2.29). Sedangkan
menurut Muhammad Ali dalam wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara lagsung
maupun tidak langsung dengan sumber data.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersifat lentur (fleksibel). Tidak terstruktur
ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada informan yang
sama. Wawancara ini lebih tepat disebut mendalam (in-depth interviewing). Tujuan
melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu
konteks mengenai tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan
sebagainya (Slamet & Suwarto:48).
Dengan wawancara guru ternyata masih banyak menggunakan metode mengajar dan
model pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Dengan model pembelajaran
kontekstual ini guru berharap dapat meningkatkan prestasi belajar terutama untuk
materi perkalian dan pembagian di kelas IIB. Sedangkan wawancara untuk murid
bertujuan untuk mengetahui tentang kemauan siswa dalam belajar matematika dan
mengetahui pendapat mereka tentang cara mengajar guru. Guru ternyata menjadikan
siswa bosan jika menggunakan metode ceramah terus menerus. Dengan wawancara
diharapkan dapat memperoleh informasi yang rinci dan mendalam dari semua informan.
2) Observasi
Observasi merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan
mengamati atau mencatat secara sistematis tentang semua gejala yang terjadi. Dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrument (Arikunta : 204) Observasi yang
19
dilakukan peneliti adalah observasi langsung dan partisipasif agar hasilnya seobjektif
mungkin.
Observasi dilakukan pada siswa kelas IIB SDIT Ad-Dhuha Bungo, bertujuan untuk
mengetahui minat dan perhatiannya selama proses pembelajaran berlangsung dengan
penggunaan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan
mengamati kegiatan yang dilakukan guru maupun siswa di dalam kelas sejak sebelum
melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Dalam hal ini
penelitian tindakan guru sebagai peneliti. Adapun observasi untuk guru dan siswa
terdapat pada lampiran 10 – 16.
Observasi juga dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang
diperlukan untuk menata langkah – langkah perbaikan agar efektif dan efisien.observasi
difokuskan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa
yang melingkupinya. Langkah-langkah observasi menurut Amir (2007 :134) meliputi :
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.
b. Dokumentasi.
Berupa nilai formatif untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa
sebelum dilakukan tindakan. Selain itu terdapat foto pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung yang terdapat pada lampiran dokumentasi.
20
4) Tes
Tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
dilakukan tindakan.pemberian tes dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
anak setelah kegiatan pembelajaran dan diberikan tindakan.tes dilaksanakan pada awal
penelitian untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan anak sebelum tindakan
dilakukan. Selanjutnya pada setiap akhir siklus juga dilakukan tes untuk mengetahui
peningkatan mutu siswa serta perkembangan kemampuan terutama dalam menghitung
perkalian dan pembagian.
5) Perekaman
Perekaman dengan latar kamera foto, untuk memperjelas deskripsi berbagai situasi
darn perilaku subjek yang diteliti (H. B. Sutopo. 1996: 72). Peneliti menggunakan
perekaman dengan kamera digital foto dan selain itu juga merekam dalam bentuk video guna
memperjelas deskripsi tindakan yang dilakukan serta mengetahui situasi selama kegiatan
penelitian tindakan kelas dilakukan. Setelah data dikumpulkan maka proses selanjutnya
adalah pengolahan data.
21
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan penelitian siklus I terlebih dahulu Peneliti dengan guru
selaku observer melakukan diskusi terkait dengan waktu dan aspek pembelajaran apa
saja yang dipersiapkan dalam penelitian. Sebelum melakukan kegiatan penelitian
harus disiapkan langkah-langkah yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I dilaksanakan pada hari sabtu 26 maret
2022 dan senin 28 maret 2022. Kegiatan siklus I dilaksanakan sesuai dengan langkah-
langkah yang ada dalam RPP.
3. Observasi
Selama berlangsung tahapan observasi pada proses belajar mengajar , peneliti
melibatkan guru kelas III selaku observer yang secara profesional melakukan
pengamatan terhadap aktivitas guru/peneliti dan siswa selama pelaksanaan proses
pembelajaran dengan memberi penilaian pada setiap kegiatan sesuai lembar observasi.
4. Tahap Refleksi
Siswa kurang fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Maka peneliti harus
memperhatikan siswa yang masih banyak bermain dan menegurnya agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Peneliti harus memberikan pemahaman
kepada siswa tentang materi dan model yang digunakan agar siswa tertarik dalam
mengikuti pembelajaran yang di ajarkan. Pada siklus I ini, masih banyak siswa yang
belum mendapatkan nilai di atas KKM, baru 6 siswa yang tuntas dan 12 lainnya
masih perlu adanya perbaikan. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan
masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM, sehingga dari hasil yang
dicapai peneliti melanjutkan dengan menggunakan siklus II.
22
5. Hasil Pembelajaran
Pencapaian
No Nama Siswa Nilai
T TT
1 Anisa Lestari 56 Tidak Tuntas
T Andri Yano 78 Tuntas
3 Desi Purnama sari 70 Tuntas
4 Dina Adriana 66 Tidak Tuntas
5 Farida Manin 34 Tidak Tuntas
6 Fiqri Wahyu 45 Tidak Tuntas
7 Irvan Septiadi 36 Tidak Tuntas
8 Nabila Dinda 86 Tuntas
9 Putra Kurnia 78 Tuntas
10 Patricia Celine 82 Tuntas
11 Rezky Dwi Putra 77 Tuntas
12 Robby Emanuel Purba 67 Tidak Tuntas
13 Rossalina Juwita 63 Tidak Tuntas
14 Rulyintia 90 Tuntas
15 Sintia Ananda 87 Tuntas
16 Sulistyawati 55 Tidak Tuntas
17 Venita Anggraini 45 Tidak Tuntas
18 Wahyuda Maryon 67 Tidak Tuntas
Jumlah 1182 8 10
Rata-rata 65,66%
Presentase Ketuntasan 44,44%
23
Hasil belajar siswa yang tuntas dengan nilai di atas nilai KKM sebanyak 8 siswa atau
44,44%. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 55,56% dengan rata-rata
65,66%. Maka penggunaan model course review horay untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar pada siswa kelas III dinyatakan belum berhasil.
60,00%
50,00%
40,00%
Tuntas 44,44%
30,00% Tidak Tuntas 55,56%
20,00%
10,00%
0,00%
Tuntas 44,44% Tidak Tuntas 55,56%
Diagram 1 Perbandingan Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Siklus I
Dari hasil pencapaian pembelajaran siswa sesuai KKM pada siklus I dengan
perbandingan siswa tuntas dan tidak tuntas seperti pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa
siswa tuntas 33% dan yang tidak tuntas 67% yang disesuaikan dengan siswa yang mengikuti
kegiatan belajar mengajar (KBM) sebanyak 18 siswa.
SIKLUS II
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 29
maret 2022 di ruang kelas III SD Negeri 50 Kota Ternate. Peneliti dan guru kelas
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I diketahui belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Karena dari nilai evaluasi rata-rata belum mencapai KKM.
24
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
model course review horay sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
Pembelajaran dengan tema 8 praja muda karana subtema 4 aku suka berkarya dengan
menggunakan model course review horay pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan (dengan alokasi waktu tiap pertemuan 3 x 35 menit). Yaitu pada hari senin
11 april 2022 dan selasa 12 april 2022.
3. Observasi
Selama berlansungnya tahap observasi siklus II pada proses belajar mengajar,
peneliti mendiskusikan dengan guru kelas III selaku observer yang secara profesional
melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru/peneliti dan siswa selama pelaksanaan
proses pembelajaran dengan memberi penilaian pada setiap kegiatan sesuai lembar
observasi.
4. Tahap refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti melakukan refleksi sebagai
berikut:
1. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa yang masih malu dan kurang percaya
diri saat dipersilahkan untuk berbicara.
2. Bagi siswa yang lebih aktif dapat diberikan pengertian agar dapat memberikan
semangat dan juga memberikan pengertian kepada temanya untuk berbicara saat
diberi kesempatan.
3. Belajar lebih bersemangat ketika di berikan yel-yel yang mereka sukai. Pada
siklus II siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 15 siswa sedangkan 3
siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yakni 70.
25
5. Hasil Pembelajaran
Hasil Pencapaian Siswa Secara Keseluruhan Siklus II
Pencapaian
No Nama Siswa Nilai
T TT
1 Anisa Lestari 55 Tidak Tuntas
2 Andri Yano 78 Tuntas
3 Desi Purnama sari 68 Tidak Tundas
4 Dina Adriana 96 Tuntas
5 Farida Manin 84 Tuntas
6 Fiqri Wahyu 81 Tuntas
7 Irvan Septiadi 60 Tidak Tuntas
8 Nabila Dinda 89 Tuntas
9 Putra Kurnia 95 Tuntas
10 Patricia Celine 83 Tuntas
11 Rezky Dwi Putra 87 Tuntas
12 Robby Emanuel Purba 83 Tuntas
13 Rossalina Juwita 96 Tuntas
14 Rulyintia 78 Tuntas
15 Sintia Ananda 75 Tuntas
16 Sulistyawati 82 Tuntas
17 Venita Anggraini 97 Tuntas
18 Wahyuda Maryon 67 Tidak Tuntas
Jumlah 1454 14 4
Rata-rata 80,77%
Presentase Ketuntasan 77,78%
Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Ketuntasan belajar siswa : 14 siswa dari 18 siswa
2. Ketuntasan klasikal : 𝑥
26
Hasil belajar siswa yang tuntas dengan nilai diatas nilai KKM sebanyak 14
siswa atau 77,78% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 4 siswa atau 22,22% dengan
rata-rata 80,77%. Maka penggunaan model course review horay untuk meningkatkan
hasil belajar pada siswa kelas III dinyatakan berhasil.
80,00%
70,00%
60,00%
50,00% Tuntas 77,78%
40,00% Tidak Tuntas 22,22%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Tuntas 77,78% Tidak Tuntas 22,22%
Diagram 2 Perbandingan Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Siklus I1
Diagram Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I Dari hasil observasi
aktivitas guru dan siswa terlihat pada diagram 4.3, terlihat bahwa aktivitas guru lebih
tinggi dengan persentase 98% yang berwarna unggu sedangkan aktivitas siswa lebih
rendah dengan persentase 92,5% yang berwarna orange. Maka hasil observasi guru dan
siswa pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus yang sebelumnya atau pada
siklus I.[2]
27
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak pembelajaran
untuk mengkondisikan dan membuat komitmen atas peraturan dan
konsekuensi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran tentang materi
perkalian dan pembagian ini. Adapun langkah-langkah perencanaan guru
yang dilakukan adalah sebagai berikut : Kegiatan perencanaan tindakan I
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12 Maret 2019 di ruang guru. Peneliti
mengajak berdiskusi dengan guru observer dan juga guru yang lain tentang
tindakan yang kana dilaksanakan dalam peneltian ini. Disepakati siklus I
pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2019 dan siklus I
pertemuan II pada tanggal 25 Maret 2019. Pedoman yang digunakan yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006).
Standar Kompetensi : melakukan perkalian dan pembagian bilangan
sampai dua angka.
Kompetensi Dasar : melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua
angka dan pembagian bilangan dua angka.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan I
Pertemuan I yang diajarkan yaitu tentang subtema aku suka berkarya.
kegiatan awal dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan pertanyaan kepada siswa. Pada kegiatan inti guru membagi
siswa menjadi 4 kelompok. Guru menyiapkan alat peraga berupa jajan untuk
masing-masing kelompok. Guru memulai dengan memberikan Melalui
kegiatan tersebut guru mengenalkan bahwa perkalian berasal dari
penjumlahan berulang dan menggunakan media permen yang lebih disukai
dan dekat dengan dunia nyata siswa untuk mencoba mengerjakan soal soal
berikutnya. Kemudian setiap kelompok diberikan permasalahan untuk
diselesaikan bersama-teman satu kelompok tentang subtema aku suka
berkarya dari bentuk tersebut kemudian diubah sehingga anak dapat
menemukan kesimpulannya sendiri . Kegiatan akhir dilakukan dengan
mengerjakan lembar evaluasi dari guru.
28
2) Pertemuan II
Pertemuan II, Guru mengadakan apresepsi dengan menyanyikan
Indonesia Raya untuk memotivasi anak. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Guru sedikit mengulang pembelajaran yang telah dilalui
untuk mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari. Dalam kegiatan
inti guru membagi siswa menjadi 4 kelompok seperti pada pertemuan
sebelumnya. Guru menggunakan alat peraga kacang. Guru memberikan
permasalahan tentang subtema aku suka berkarya kepada masing-masing
kelompok . Dari itulah siswa dapat menarik kesimpulan. Kegiatan akhir
dilakukan dengan mengerjakan lembar evaluasi dari guru sambil mengulang
materi yang telah dipelajari.
3) Observasi
a. Hasil Observasi untuk Guru Dari pertemuan I dan II diperoleh hasil
observasi sebagai berikut :
Siswa belum menguasai materi tematik praja muda karana subtema
aku suka berkarya dengan baik dan masih perlu adanya peningkatan.
Guru telah mempersiapakan rencana pembelajaran dengan baik.
Guru mempersiapkan alat peraga yang sesuai.
Guru kurang merata dalam mengadakan tanya jawab dengan siswa.
Siswa disebelah tepi kurang diperhatikan.
Guru kurang memberikan pujian pada siswa yang dapat menjawab
soal.
Guru sudah memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum jelas.
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan baik
Guru menggunakan media dan memanfaatkannya dengan baik.
Guru cukup dapat mengelola kelas dengan baik.
Guru sudah berkeliling untuk melihat kegiatan kelompok dan
membimbing siswa.
29
Dari observasi yang dilakukan ternyata terdapat peningkatan dalam
penampilan, cara menyampaikan materi, pengelolaan kelas juga semakin
baik dari siklus I menuju ke siklus selanjutnya. Adapun lembar observasi
terdapat di lampiran 10.
30
mengalami kenaikan dari yang semula hanya 65,66 menjadi 80,77. Beberapa
kekurangan yang masih ditemukan pada siklus I antara lain :
1. Guru
Belum maksimal dalam meningkatkan konsentrasi dan daya tarik
siswa supaya lebih termotivasi.
Kurang memperhatikan beberapa anak, sehingga masih ada saja anak
yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pemberian reward (hadiah/penghargaan) kepada anak masih kurang.
Guru belum maksimal dalam memantau kegiatan pembelajaran.
Kurang memberikan kesempatan kepada anak, untuk menyampaikan
ide ataupun pendapatnya.
2. Siswa
Beberapa anak masih ramai sendiri dan tidak memperhatikan materi
yang disampaikan guru.
Siswa sudah mulai tertarik mengikuti kegiatan kelompok dan aktif
dalam kegiatan namun masih perlu ditingkatkan.
Beberapa anak masih kesulitan dalam menghitung perkalian
sederhana.
31