Anda di halaman 1dari 45

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6

Latar Belakang Masalah............................................................................1


Identifikasi masalah.................................................................................10
Fokus Penelitian......................................................................................10
Rumusan Masalah...................................................................................11
Tujuan penelitian.....................................................................................11
Manfaat penelitian...................................................................................11

1.6.1
1.6.2

Manfaat praktis.................................................................................11
Manfaat akademis............................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ KERANGKA TEORI/ DESKRIPSI TEORI....13


2.1
2.2
2.3
2.4

Pengertian Kurikulum.............................................................................13
Pengertian Kesiapan................................................................................14
Deskripsi Teori........................................................................................15
Kereangka Berfikir..................................................................................18

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran...............................................................19


BAB III METODE PENELITIAN........................................................................20
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7

Desain Penelitian.....................................................................................20
Instrumen Penelitian................................................................................20
Informasi Penelitian................................................................................21
Teknik Pengumpulan Data......................................................................21
Teknik Analisis Data...............................................................................22
Uji Kredibilitas Data...............................................................................23
Jadwal Penelitian.....................................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................25
4.1

Deskripsi Objek Penelitian......................................................................25

MPS. KUALITATIF

1 | Page

4.1.1
4.1.2
4.1.3

Gambaran Umum SMA Negeri 22 Kabupaten tangerang...............25


Visi dan Misi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang......................25
Struktur Organisasi Sekolah SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang
26

Bagan 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang.................28


4.2
4.3
4.4

Deskripsi Informan..................................................................................29
Deskripsi dan Analisis Data....................................................................29
Pembahasan dan Analisis Data................................................................31

BAB V PENUTUP.................................................................................................37
5.1
5.2

Kesimpulan..............................................................................................37
Saran........................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................40
LAMPIRAN...........................................................................................................41

MPS. KUALITATIF

2 | Page

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah Negara berkembang senantiasa melakukan pembangunan
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, menjadi bangsa yang maju
tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap Negara di Dinia. Sudah
menjadi suatu rahasia umum maju atau tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh
faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu Bangsa dapat
diukur apakah Bangsa maju atau mundur, karena seperti yang kita ketahui bahwa
suatu pendidikan akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan baik
dari segi spiritual, intelegensi serta skill dan pendidikan merupakan prosses
mencetak generasi penerus bangsa apabila output dari proses pendidikan ini gagal
maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.
Sektor Pendidikan merupakan sektor yang mendapatkan perhatian besar
dari pemerintah karena peranannya yang sangat penting dalam membangun
pendidikan dalam jangka panjang maupun dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana yang telah tertulis dalam UUD 1945 dalam alinea ke-4. Pendidikan
adalah salah satu hal yang penting kita perhatikan, pentingnya pendidikan sangat
terlihat jelas. Pendidikan pada dasarnya memberikan kita pengetahuan bagaimana
bersikap, bertuturkata dan mempelajari perkembangan sains yang pada akhirnya
bisa dimanfaatkan untuk khalayak banyak. Pendidikan secara umum mempunyai
arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat
hidup dan melangsungkan kehidupan, itulah pendidikan penting karena ingin
memanusiakan manusia sesuai dengan teori pendidikan. Masksudnya adalah suatu
tindakan prose belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang dimana pada teori

MPS. KUALITATIF

1 | Page

ini lebih menekankan pada isi daripada proses, yang disesuaikan dengan minat,
bakat, kemampuan serta kebutuhan belajar anak dan potensi lingkungan yang
lebih memahami perilaku belajar dari sudut pandang si pembelajar bukan dari
sudut pandang pendidik.
Pengembangan dunia pendidikan dihadapkan kepada perkembangan yang
pesat tentang ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi, yang ditandai
dengan semakin luasnya informasi dari berbagai belahan bumi. Namun di sisi lain
peradaban kehidupan terdapatnya esensi nilai yang harus dipertahankan, yang
menyangkut tatanan sosial. Oleh karena itu, sistem pendidikan dan perbaikan
kurikulum dan sistem pendidikan tak bisa ditawar-tawar lagi. Sistem pendidikan
kontekstual dengan pendekatan demokratic teaching merupakan alternatif yang
diambil secara nasional di bidang pengajaran.
Secara

normatif

Pembaharuan

sistem

pendidikan

nasional

yang

berorientasi pada desentralisasi pendidikan sejalan dengan otonomi daerah


tersebut di atas, yakni dengan dikeluarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan pelaksanaannya diatur oleh PP No.
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bentuk kongkret penyempurnaan
sistem pendidikan nasional tersebut dilaksanakan demokratic teaching dengan
pemberlakuan Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang berorientasi pada
kompetensi siswa yang harus dipahami, dimahiri, dan dikuasai siswa peserta
didik. Kemudian diganti dengan Konsepsi differencial competency teaching
dengan diberlakukannya Kurikulum 2006 yang berbasis tingkat satuan pendidikan
yaitu KTSP yang secara operasional sebagai pelaksanaan desentralisasi
pendidikan di tingkat satuan pendidikan sebagai otonomi di bidang pendidikan.
Sebagaimana Pengembangan Kurikulum tingkat sekolah tersebut ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Nomor 22, 23 dan 24 Tahun 2006.
Setiap interaksi pendidikan formal memiliki rancangan atau kurikulum
secara formal dan tertulis, pendidikan di sekolah dilaksanakan secara berencana ,
sistematis, dan lebih disadari. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam

MPS. KUALITATIF

2 | Page

seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas


pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman,
dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi serta proses pendidikan.
Menurut Mauritz, 1967 (Dalam Sukmadinata, 2009: 4)
Kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa dan konsep kurikulum itu menjadi
anggapan orang sejak lama, bahkan sampai saat ini banyak orang atau guru yang
jika ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi
atau sekumpulan mata pelajaran yang harus diajarkan. Lebih khusus, kurikulum
lebih dianggap sebagai isi pelajaran. Dalam pengembangan kurikulum, minimal
dapat dibedakan antara desain kurikulum atau kurikulum tertulis ( curriculum
plan) dan implementasi kurikulum atau kurikulum perbuatan atau kurikulum
fungsional (functioning curriculum). Kurikulum desain adalah suatu rencana
pendidikan atau pengajaran, dalam hal ini pelaksanaan rencana itu sudah masuk
pengajaran. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran,
melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, serta memberi
pedoman untuk mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam
kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum , sedangkan kurikulum
yang dioperasikan di dalam kelas merupakan kurikulum fungsional.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami banyak perubahan, yaitu mulai pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, kurikulum rencana pembelajaran di Indonesia pada tahun tersebut
yang dimana saat itu adalah tahun pra kemerdekaan Indonesia menggunakan
kurikulum yang masih di pengaruhi oleh tatanan sosial politik, karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan
maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini. Kurikulum pada tahun tersebut juga menitik

MPS. KUALITATIF

3 | Page

beratkan pada pengembangan daya cipta,rasa, karsa, karya dan moral yang
bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
pancasila sejati,kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan agama. Pada tahun
1975, 1984, 1994 merupakan tahun dimana kurikulum di indonesia lebih
berorientasi pada pencapaian tujuan, kurikulum ini menekankan pada isi atau
materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Kurikulum pada tahun
tersebut bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme. Pada
tahun tersebut telah dikeluarkannya putusan politik yang menghendaki perubahan
kurikulum dari kurikulum yang sebelumnya, karena dianggap kurikuum yang
sebelumnya masih munculnya berbagai masalah dan polemik yang tidak mampu
lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Berbagai hal permasalahan yang timbul dalam kurikulum dari tahun-tahun
sebelumnya, dimana kurikulum tersebut masih belum sesuai dengan tujuan dari
negara Indonesia, sehingga mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan kurikulum di Indonesia agar mampu menyesuaikan dengan
zaman yang semakin lama akan semakin terus berkembang dan menyesuaikan
dari kehidupan masyarakat Indonesia serta juga mampu menggapai tujuan dari
suatu bangsa Indonesia, maka pada tahun 2004 di berlakukanlah Kurikulum
Berbasis Kompetensi atau yang sering disebut dengan KBK. Lahir sebagai respon
dari tuntutan reformasi iantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah,
UU N0 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi
sebagai daerah otonom, dan Tap MPR No IV/MMPR/1999 arah kebijakan
Pendidikan Nasional.
KBK (Kurukulum Berbasis Kompetensi) tidak lagi mempersoalkan proses
belajar, proses pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang
terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang
diharapkan.

MPS. KUALITATIF

4 | Page

Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu proses knowledge,


understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangan aspekaspek ini yang terdapat dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
diharapkan siswa dapat memahami, menguasai, dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari dari materi-materi yang telah dipelajari.
Seiring dengan berjalannya waktu dimana semakin berkembangnya zaman
semakin meningkat pula standar pendidikan di dunia, maka para pembuat
kebijakan mengeluarkan kembali kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dalam memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulim unuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. KTSP dalam pelaksanaannya
mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan
SKL. KTSP disusun dan dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional, dan kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan sataun pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Tahun Pelajaran baru 2014/2015 telah dimulai, para pembuat kebijakan
kembali mengeluarkan dan menerapkan kurikulum baru dengan seiring
berkembangnya zaman demi mencapai suatu tujuan negara dan demi menciptakan
bangsa yang cerdas untuk dapat bersaing dengan negara lain. Kurikulum yang
baru adalah kurikulum 2013 yang dikembangkan dengan melanjutkan
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada

MPS. KUALITATIF

5 | Page

tahun 2004 dengan mencakup kopetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan


secara terpadu. Kurikulum ini secara resmi diberlakukan oleh presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) pada 15 Juli 2013, walaupun kurikulum 2013 ini
tidak

lantas

diberlakukan

secara

serentak

diseluruh

daerah

Indonesia.

Pemberlakukan Kurikulum 2013 dilaksanakan bertahap dimulai SD kelas 1-4,


SMP dimulai kelas 1, MTs kelas 1, SMA juga kelas 1.
Kurikulu 2013 adalah rancangan pembelajaran yang didesain untuk
membangun serta mengembangkan potensi peserta didik, bertujuan untuk
mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang bermartabat, beradab, berbudaya,
berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang
demokratis, dan bertanggung jawab yang mulai di oprasikan pada tahun pelajaran
2013/2014.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang telah diterapkan,
kurikulum ini terbentuk atas dasar pemikiran dari pembuat kebijakan, tentu para
pembuat kebijakan dalam mengeluarkan kurikulum 2013 ini mempunyai
landasan-landasan pemikiran filosofisnya. Sebagai landasan pijak filosofis
program kurikulum 2013 adalah potensi, peluang serta kemungkinan kendala
yang ada. Pertama, pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan banga masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang
beragam, diarahkan untuk membangun bangsa yang lebih baik di masa depan.
Kedua, peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofis ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa
lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik.

MPS. KUALITATIF

6 | Page

Ketiga

pendidikan

ditujukan

untuk

mengembangkan

kecerdasan

intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.


Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulim adalah pembelajaran disiplin ilmu.
Keempat, pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa
depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.
Dengan filosofis ini, kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini dan masa
depan.
Namun, setelah diterapkannya kurikulum 2013 timbul banyak pro dan
kontra, karena dalam pengembangan pembelajaran dalam kurikulum 2013 semua
kembali kepada implementasi para guru dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum saja masih merasa bingung
dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan dari mereka masih
menggunakan

kurikulum

sebelumnya

yakni

kurikulum

KTSP

dalam

pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013


yang sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013
dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang
telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di
sekolah. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, yakni
pendekatan scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tiga model
pembelajaran diantaranya adalah problem based learning, project based learning,
dan discovery learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do yang
dibanggakan

dalam

MPS. KUALITATIF

kurikulum

2013.

Dalam

pelaksanaannya

7 | Page

pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting, yaitu mengamati,


menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
1. Mengamati
Pada kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya dikurangi
takarannya. Siswa dituntut aktif dalam segala masalah. Proses mengamati dalam
pelajaran Fisika, Biologi, Kimia merupakan suatu proses belajar yang sering
digunakan. Namun bagi mata pelajaran lain, guru dituntut harus paham materi
sebelum menghadirkan siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri semua
fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya.
2. Menanya
Agar siswa merasa bertanya-tanya (rasa ingin tahu), seorang guru harus
menyediakan pembelajaran yang menimbulkan masalah. Artinya guru harus
mampu menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik yang dapat
menimbulkan rasa ngin tahu siswa.
3. Mencoba
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk mencoba sendiri,
dan terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru. Dalam pembelajaran
matematika misalnya, siswa diminta mencoba sendiri mencari data untuk
disajikan dalam bentuk diagram, ataupun grafik. Data itu dapat diperoleh melalui
pengukuran langsung, melalui wawancara, dan melalui pengamatan.
4. Menalar
Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi yang
diajarkan guru. Siswa akan mudah menalar suatu materi ajar apabila pelajaran
yang diajarkan tidak memberatkan mereka.

MPS. KUALITATIF

8 | Page

5. Komunikasi
Dalam proses mengkomunikasian semua permasalahan, siswa diminta
mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelima aspek dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek ini
sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. namun pendalamannya dilakukan
kembali di kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat pendidikan Indonesia.
Sektor kesiapan guru dalam penerapan kurikullum 2013 sangat penting
untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik. oleh karena itu
guru perlu mencermati dan mampu memahami peserta didik. Hal ini tentu
diperlukan kematangan dalam kesiapan guru mengingat kebijakan pemerintah
tentang kurikulum 2013.
Banyak

permasalahan-permasalahan

dalam

penerapan

program

pembelajaran kurikulum 2013, yaitu:


Pertama, guru sebagai manajer dikelas belum memahami benar
implementaasi kurikulum 2013 yang sebenarnya. Meskipun sudah dilakukan
pelatihan-pelatihan terhadap guru, tetapi belum semua guru memahaminya secara
baik. Guru yang mengikuti pelatihan pun belum semua informasi terkait dengan
implementasi kurikulum terserap dengan baik, ini menandakan bahwa guru belum
siap dalam menerima kurikulum 2013.
Kedua, kurangnya buku pelajaran dari Pemerintah Pusat. Buku paket yang
saat ini di janjikan oleh pemerintah pada penerapan kurikulum 2013 belum
diterima sekolah, yang membuat siswa kebingungan untuk belajar serta mencari
informasi karenatidak ada acuan siswa dalam belajar.
Ketiga, sekolah bingung dengan perubahan struktur kurikulum. Problem
srtuktur kurikulum ini menyebabkan pelajaran ada yang hilang atau bertambah
jam. Ini yang kemudian membuat siswa merasa semangat mereka berkurang
dalam belajar karena ketika para siswa telah terbiyasa dengan jadwal yang ada di

MPS. KUALITATIF

9 | Page

sekolah tiba-tiba ada penambahan jam, dan membingungkan sekolah serta guru
karena semuanya berimplikasi pada nasip guru.
Keempat, sekolah jenjang SMA bingung melakukan peminatan atau
penjurusan karena tidak ada pedoman pelaksanaannya. Muncul masalah ketika
peminatan di SMA diberlakukan begitu murid masuk kelas I.
Berdasarkan latar belakang serta berbagai permasalahan di atas perlu
adanya studi lebih lanjut mengenai bagaimana implementasi kurikulum 2013 di
sekolah, Kesiapan guru yang menjadi fokus penelitian adalah pemahaman guru
terhadap Kurikulum 2013. Pemahaman guru mengenai Kurikulum 2013 dapat
menunjukkan seberapa besar kesiapan guru dalam pembelajaran Kurikulum 2013.
Pemahaman

guru

yang

diteliti

meliputi

pengetahuan

mengenai

alasan

pengembangan, aktulaisasi informasi, struktur dan strategi pengembangan, dan


respon terhadap perubahan kurikulum menjadi Kurikulum 2013.

1.2 Identifikasi masalah


Dari uraian latar belakan di atas lalu dapat di identifikasikan yaitu sebagai
berikut :
1. Guru sebagai manajer dikelas belum memahami benar implementaasi
kurikulum 2013
2. Kurangnya buku pelajaran dari Pemerintah Pusat untuk belajar siswa.
3. Problem srtuktur kurikulum ini menyebabkan pelajaran ada yang hilang
atau bertambah jam.
4. Tidak ada pedoman pelaksanaan dalam melakukan peminatan atau
penjurusan

MPS. KUALITATIF

10 | P a g e

1.3 Fokus Penelitian


Dalam berbagai permasalahan yang diidentifikasi sebagaimana yang telah
diuraikan di atas ,maka agar tidak terjadi kesalahpahaman dan peneliti juga
memiliki keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh. Maka, peneliti
akan memfokuskan pembahasan pada kesiapan guru dalam pembelajaran
kurikulum 2013.

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah penerapan kurikulum 2013 di sekolah SMA Negeri 22
Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimanakah kesiapan dari para guru dalam menerima kurikulum 2013
di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang?

1.5 Tujuan penelitian


Dalam setiap perbuatan atau tindakan yang terencana mempunyai tujuan
tertentu, demikian yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yang memiliki
tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk

mengetahui

dan

mendapatkan

gambaran

mengenai

bagaimana kesiapan dari guru dalam menerima kurikullum 2013.


2. Sebagai laihan pelajaran untuk menuju pembuatan skripsi.
3. Untuk memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan tugas dari mata
kuliah MPS Kualitatif jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa..

1.6 Manfaat penelitian


Adapun penelitian yang penelitilakukan mempunyai manfaat, yaitu

MPS. KUALITATIF

11 | P a g e

1.6.1

Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada


guru dalam menjalankan pembelajaran dengan kurikulum 2013.

1.6.2

Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu


pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi Negara.

MPS. KUALITATIF

12 | P a g e

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA/ KERANGKA TEORI/ DESKRIPSI
TEORI

2.1 Pengertian Kurikulum


Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan Karena
merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan.
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan
sejak kurang dari satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat
dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya
dalam kamusnya tahun 1856. Di Indonesia istilah kurikulum boleh
dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang
dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika
Serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah rencana pelajaran pada
hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran(Hamalik
oemar 2003).
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh
para ahli:
a) Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun
secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b) Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.

MPS. KUALITATIF

13 | P a g e

c) Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum


adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak
sekolah.
d) Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu,
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e) Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
f) Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Bedanya dengan kurikulum lain, kurikulum 2013 lebih fokus dan
berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru
memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua
komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi
peserta didik yang diharapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, baik dalam real curriculum, maupun dalam hidden curriculum.
Dalam hal ini, semakin banyak pihak yang terlibat dalam pembentukan
karakter

dan

kompetensi,

akan

semakin

efektif

hasil

yang

diperoleh(Mulyasa E. 2013).

2.2 Pengertian Kesiapan


Konsep Kesiapan ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Inggris,
yaitu readiness. Istilah readiness, di dalam Dictionery of Education (Good.
2003:473) mempunyai arti Willingness, desire, and ability to engage in given
activity. Jadi, kesiapan berarti Kemauan, hasrat/dorongan, dan kemampuan untuk

MPS. KUALITATIF

14 | P a g e

terlibat dalam kegiatan tertentu. Konsep kesiapan guru merupakan frase yang
terdiri dari dua kata yaitu kesiapan dan guru. Kata kesiapan berasal dari kata
siap yang berarti sikap atau keadaan sudah bersedia (KBBI, 2005). Pengertian
Guru secara formal tersurat dalam UU No. 14 tahun 2005 diartikan sebagai,
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Jadi kesiapan guru dapat diartikan sebagai sikap kesediaan untuk
terlibat dalam tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

2.3 Deskripsi Teori


Konsep kesiapan guru dapat dipinjam dari teori kematangan
pekerja dan teori produktivitas pekerja dalam suatu organisasi. Hersey dan
Blanchard

diterjemahkan

oleh

Agus

Dharma

2000,

h.179)

mengemukakan konsep kematangan pekerja sebagai kesiapan yaitu


kemampuan dan kemauan (ability and willingness) orang-orang untuk
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri.
Dalam hal ini, Hersey dan Blanchard mengingatkan bahwa variabelvariabel kematangan hendaknya hanya dipertimbangkan dalam kaitannya
dengan tugas tertentu yang perlu dilaksanakan.
Konsep kematangan, menurut Hersey dan Blanchard mengandung dua
dimensi yakni: kematangan pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis
(kemauan). Dalam hal kematangan pekerjaan dikaitkan dengan pengetahuan dan
keterampilan orang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan kematangan psikologis
dikaitkan dengan kemauan atau motivasi orang untuk melakukan sesuatu.
Indikasinya, terletak pada rasa yakin dan komitmen. Orang yang matang secara
psikologis dalam bidang tugas dan tanggung jawab tertentu merasa bahwa
tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting serta memiliki rasa yakin
terhadap diri sendiri dan merasa dirinya mampu dalam aspek pekerjaan itu.

MPS. KUALITATIF

15 | P a g e

Untuk mengetahui tingkat kematangan pegawai diperlukan informasi yang


memadai tentang kemampuan dan kemauan atau motivasi pegawai tersebut. Hal
ini, menurut Hersey dan Blanchard (diterjemahkan oleh Agus Dharma 2000,
h.179) dapat diperoleh dengan menanyakan kepada orang yang bersangkutan dan
mengamati perilakunya. Cara ini akan menghasilkan informasi yang akurat.
Untuk itu, diperlukan pengkajian terhadap aspek-aspek berkenaan dengan
kemampuan dan kemauan pegawai untuk melakukan sesuatu.
Teori lain yang relevan dengan konsep kesiapan guru adalah teori
produktivitas kerja pegawai atau performance kerja pegawai. Sutermeister, R.A.
(1976) melihat produktivitas kerja atau performance kerja pegawai dari segi
ukuran manusia kerjanya. Dalam hal ini ada dua dimensi dalam diri manusia kerja
yang menjadi ramuan penting bagi produktivitas atau performance pekerja yang
baik, yaitu kemampuan, (ability) dan motivasi (motivation) bekerja. Sutermeister
R.A. (dikutip oleh Permana 2008,h. 24) mengemukakan bahwa the human
contribution to productivity or employees Job Performance are considered to
result from ability and motivation. Both ability and motivation are essential
ingredients to good employee performance. Pendapat tersebut menjelaskan
bahwa manusia mempunyai kontribusi pada kinerja atau bisa dikatakan kinerja
guru tergantung pada hasil kemampuan dan motivasi.
Dengan demikian bahwa kesiapan guru yang dalam penelitian ini,
kesiapan guru dihubungkan dengan implementasi atau pemberlakuan kurikulum
baru tahun 2013, adalah sebagai kemauan (Willingness), hasrat (motivasi,) dan
kemampuan (abilitas) guru untuk berfungsi secara optimal dalam pelaksanaan
Implementasi Kurikulum baru tahun 2013.
Hersey dan Blanchard (Dharma 2000, h.179) mengemukakan aspek aspek
yang dapat menentukan kemampuan dan kemauan pegawai untuk melakukan
sesuatu, yakni:

MPS. KUALITATIF

16 | P a g e

a) Aspek kemampuan (Abilitas) dapat ditentukan dengan mengkaji prestasi


pada waktu-waktu sebelumnya. Apakah orang itu telah bekerja dengan
baik sebelumnya, atau adakah prestasi kerjanya. jelek atau tidak konsisten?
Adakah anggota staf memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas dengan baik dalam bidang yang bersangkuan, atau
tahukah orang itu cara melakukan. hal hal yang perlu dilakukan ?
b) Aspek kemauan (Willingness) dapat ditentukan dengan mengamati
perilaku seseorang dalam hal-hal terentu. Bagaimana level orang yang
bersangkutan?

Antusiaskah

orang

itu

atau

kurang

berminatkah?

Bagaimana keterikatan orang itu dengan terhadap organisasi/ senangkah


orang itu melakukan hal hal dalam bidang tersebut atau ragu ragu
mengerjakannya? Adakah keyakinan diri orang itu tinggi dalam bidang
tersebut atau kurang yakinkah mereka?
Selanjutnya, Sutermeister (dikutip oleh Permana 2008,h. 24)
merinci aspek-aspek yang membentuk kemampuan (ability) dan motivasi
(motivation) tersebut. Kemampuan merupakan hasil bentukan dari
pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengetahuan itu sendiri
dipengaruhi oleh pendidikan (education), pengalaman (experience), latihan
(training), dan minat (interest). Sedangkan, keterampilan dipengaruhi oleh
bakat (aptitude), dan kepribadian (personality). Begitu juga dengan
pendidikan, pengalaman, latihan dan minat. Adapun motivasi merupakan
hasil bentukan dari tiga kekuatan yang berinteraksi, yaitu (1) kondisi fisik
pekerjaan, (2) kondisi sosial pekerjaan, dan (3) kebutuhan individu
pekerja. Faktor faktor yang kompleks inilah yang membentuk perilaku
produktivitas seorang pegawai. Ringkasnya, perilaku produktivitas atau
performan kerja pegawai sebenamya merupakan jelmaan dari dua
kekuatan utama yang menyatu di dalam diri individu, yaitu kemampuan
(ability) dan motivasi (motivation) kerja individu.
Kesiapan guru dalam pelaksanaan Kurikulum tergantung pula pada
pemaknaan guru terhadap persepsi kurikulum. Persoalan makna,

MPS. KUALITATIF

17 | P a g e

bermakna, memaknai, kebermaknaan, atau pemaknaan atau dalam bahasa


Inggrisnya meaning, meaningful, meaningfulness terhadap sesuatu
tentunya sejauh yang dapat dikira, teraba dari isyarat isyarat yang dapat
dikomunikasikan orang mengenai sesuatu kejadian atau hal berikut
konteksnya atau lingkungan yang bersangkutan. Berkenaan dengan
pemaknaan itu, Achmad Sanusi (yang dikutip oleh Permana 2008, h.25)
mengajukan satu model pendekatan lewat proporsi-proporsi bahwa makna
itu objeknya (fakta, atau dengan bentuk, atau dengan kaidah, atau dengan
ketiga tiganya) bersifat tunggal, atau banyak (umum, sistem), atau
menyeluruh (total sistem), atau ketiga tiganya sekaligus yang mengandung
nilai yang dapat berarti :
1. Ketepatan dan kesesuaian dengan kebutuhan.
2. Ketetapan dan kesesuaian dengan kaidah etis,
3. kemampuan mengolah secara indrawi, secara nalar, dan secara hati nurani.
4. Makna itu kemudian dirumuskan atau dikomunikasikan.
Dapat disimpulkan bahwa Dimensi kesiapan guru dapat diukur
sesuai model konsep performance yang dikemukakan Hersey dan
Blanchard (Dharma 2000, h.179) sebagai berikut:
1. Dimensi kemauan (Willingness) dapat ditentukan dengan mengamati
perilaku seseorang dalam hal-hal terentu. level, Antusiasme, kesenangan,
dan keyakinan.
2. Dimensi kemampuan (ability) yang meliputi :
a. Pengetahuan

(knowledge)

yang

diperoleh

dari

pendidikan

(education), pengalaman (experience), latihan (training), dan minat


(interest), .

MPS. KUALITATIF

18 | P a g e

b. Keterampilan (skill). yaitu bakat (aptitude), dan kepribadian


(personality).

2.4 Kereangka Berfikir


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Sedikitnya ada dua faktor besar dalam ke berhasilah
kurikulum 2013.
Untuk lebih mempermudah kerangka pemikiran tersebut, penulis
gambarkan dalam bentuk bagan kerangka penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran

Skema faktor keberhasilan implementasi kurikulum 2013


Fahktor
Penentu

kesesuaian kompetensi PTK dengan kurikulum dan


buku teks
Peserta
didik

KURIKULUM 2013

Ketersediaan buku
sebagai bahan ajar
dan sumber belajar
yang
mengintergrasikan
standar pembentuk
kurikulum

MPS. KUALITATIF

Kesiapan guru
sebagai tenaga
pengajar

Lulusan
Yang
Faktor
Kompeten

Pendukung

19 | P a g e

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif karena
dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui teknik wawancara, pencatatan,
langsung turun kelapangan dan dokumen-dokumen lainnya yang menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada. Sehigga dapat menghasilkan suatu kesimpulan dari
informasi-informasi yang di dapat dalam penelitian kualitatif yang lebih
mendalam, rinci, dan akurat.
Penelitian ini berdasarkan alasan bahwa permasalahan yang diangkat yaitu
persiapan guru dalam pembalejaran kurikulum 2013 pada suatu sekolah SMA
Negeri 22 Kabupaten Tangerang. Dimana kurikulum yang mendukungnya sangat
penting dalam pembelajaran.

3.2 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti
sendiri dengan nemepatkan diri langsung sebagai observer. Adapun dalam jenis
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder.
Peneliti sebagai alat utama dalam penelitian kualitatif karena peneliti dapat
merasakan langsung, mengalami, melihat, sendiri objek atau subjek yang sedang
diteliti, selain itu penelitui juga mampu menentukan kapan penyimpulan data
telah mencukupi, data telah jenuh dan kapan penelitian dapat dihentikan dan
peneliti juga dapat langsung melakukan pengumpulan data, melakukan secara

MPS. KUALITATIF

20 | P a g e

terus-menerus dan secara berulang-ulang untuk membangun atau mendapatkan


pemahaman yang tuntas mengenai suatu hal, dalam hal ini adalah Kesiapan Guru
Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang.
Dimana yang menjadi data primer adalah data yang telah dikumpulkan peneliti
berupa kata-kata dan tindakan orang yang diamati dari hasil wawancara dan
observasi. Sedangkan data sekunder yang didapatkan berupa dokumen-dokumen
tertulis. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan data
yaitu alat perekam, buku catatan dan kamera.

3.3 Informasi Penelitian


Dalam penelitian ini pemilihan informan sangat penting, tentu peneliti
harus memiliki informasi yagn dibutuhkan dalam penelitian ini, karena informan
dalam kesehariannya senantisa berurusan dengan permasalahan yang sedang
peneliti teliti. Adapun informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan
tenaga pengajar (Guru) di sekolah SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara menurut Nazi (1988) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
Wawancara

dalam

penelitian

ini

menggunakan

panduan

wawancara agar mengikat peneliti dengan aspek-aspek yang harus


ditanyakan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi mengenai
pendapat guru wa dalam persiapan pembelajaran kurikulum 2013.
MPS. KUALITATIF

21 | P a g e

b. Study Pustaka
Study pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
memperoleh data dari karya ilmiah, media masa, teks book, dan masih
banyak lagi untuk menambah dan mendukung sumber informasi atau data
yang diperlukan dalam penelitian ini untuk memperkuat aspek validitas
data yang dihasilkan atau di peroleh.
c. Study Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan alat elektronik
(rekaman) untuk bukti audio visual proses belajar mengajar agar dapat
membantu peneliti dalam penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis kualitatif, dimana
peneliti membahas mengenai hasil penelitian kesiapan guru dalam pembelajara
kurikulum 2013. Data utama yang diperoleh pada penelitian ini berupa kondisi
sekolah yang menghadapi kurikulum 2013 yang berlagnsugn secara tetus menerus
pada setiap tahapan penelitian sehingga sampel jenuh, proses datanya :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti proses merangkum, memilih hal-hali
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang sudah di reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti
untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya jika di
perlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)

MPS. KUALITATIF

22 | P a g e

Setelah

data

direduksi,

langkah

selanjutnya

adalah

mendisplaykan data, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk


uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya,
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif untuk
memahami apa yang terjadi.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apa
bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahaap awal, didukung
oleh bukti yang valit dan konsisten saat penelitian kembali
kelapangan

mengumpulkan

data,

maka

kesimpulan

yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Uji Kredibilitas Data


Pada penelitian ini validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas
tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Anastasi
(Surapranata, 2004) mengemukakan validitas adalah suatu tingkatan yang
menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Pengujian
validitas ini, peneliti menggunakan kekuatan pengamatan yang bertujuan untuk
menemukan ciri-ciri dan aspek-aspek dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan yang akan dicari. Dengan kata lain dengan ketekunan pengamatan
menyediakan kedalaman (Sudjana dan Ibrahim. 2007).
Peneliti juga menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan ke absahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
tersebut. triangulasi yang dilakukan peneliti yaitu :
MPS. KUALITATIF

23 | P a g e

1. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti adalah dengan
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data.
2. Triangulasi Dengan Sumber.
Sedangkan

trinangulasi

dengan

sumber

yaitu

membendingkan dan mengecek kembali derajat keperceyaan suatu


informasi yang dperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.

3.7 Jadwal Penelitian


Adapun jadwal peneliti dalam melakukan penelitian, berikut merupakan
jawal yang jadwal penelitian :

No

Keterangan

Oktober 2014

BAB I

8 Oktober

Pendahuluan

2014

November
2014

Januari 2015

Januari

BAB II Tinjauan
2

Pustaka/Kerangka

1 November

Teori/Deskripsi

2014

Teori

BAB III Metode

2 November

Penelitian

2014

MPS. KUALITATIF

24 | P a g e

2015

BAB IV

4 Januari

Pembahasan

2015
9 Januari

BAB V Penutup

2015

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian


Deskripsi objek pada penelitian ini akan menjelaskan tentang objek
penelitian di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang, yang meliputi

lokasi

penelitian yang diteliti kemudian penelitian ini juga akan menjelaskan tentang
gambaran umum SMAN Negeri 22 Kabupaten Tangerang.
4.1.1

Gambaran Umum SMA Negeri 22 Kabupaten tangerang

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan


menenganh pada pendidikan formal setelah lulus Sekolah Menengah
Pertama (atau sederajat). SMA Negeri 22 Kabupaten tangerang merupakan
salah satu sekolah yang berada di Kabupaten tangerang, yang letaknya
berada di daerah Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang tepatnya
di Perumahan Bumi Puspitek Asri Blok 1.
SMA Negeri 22 Kabupaten tangerang merupakan sekolah baru,
yang berdiri pada tahun 2006, dengan kepala sekolah yaitu adalah
Bpk.Drs. H. Dedi Heryadi.M,pd. Hingga saat ini SMA Negeri 22
Kabupaten Tangerang telah memiliki 6 lulusan/alumni.

MPS. KUALITATIF

25 | P a g e

Pada pertengahan Tahun 2013 kepala sekolah SMA Negeri 22


Kabupaten Tangerang berganti yaitu Bpk. Susanto. Hingga saat ini Bpk.
Susanto masih memimpin sekolah SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang.
4.1.2

Visi dan Misi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang

Visi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang adalah :


Terwujudnya sekolah unggul untuk membentuk generasi yang
berakhlaq mulia, tangguh, mandiri, dan kreatif sampai tahun
2015.
Perumusan visi tersebut mengandung arti bahwa pelaksanaan
pembelajaran di SMA Negeri 22 dilakukan untuk membentuk sekolah
yang dapat menghasilkan generasi-generasi yang berakhlaq mulia,
tangguh, mandiri dan kreatif agar dalam kehidupan siswa tersebut menjadi
lebih baik dan menjadi pribadi yang benar-benar dapat di andalkan dalam
masyarakat.

Misi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang adalah :


1. Mendampingi peserta didik melalui pembinaan ketaqwaan,
penegakan disiplin, pengembangan kreatifitas, dan peningkatan
prestasi.
2. Meningkatkan kopetensi dan profesionalisme guru dan tenaga
kependidikan.
3. Meningkatkan

kualitas

pelayanan

dengan

melaksanakan

pembelajaran berbasis ICT.


4. Mengembangkan perpustakaan yang representatif.

MPS. KUALITATIF

26 | P a g e

5. Membangun suasana yang dialogis dan kekeluargaan antar anggota


komunitas sekolah dan masyarakat sekitar.
4.1.3
Struktur Organisasi Sekolah SMA Negeri 22 Kabupaten
Tangerang

Struktur organisasi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang tahun


2014/2015, adapun susunan organisasi terdiri dari :
1. KEPSEK (Kepala Sekolah)
2. Tata Usaha
3. Wakil Kurikulum
4. Wakil Kesiswaan
5. Wakil SARPRAS (Sarana dan Prasarana)
6. Wakil HUMAS (Hubungan Masyarakat)
7. Wali Kelas
8. Guru (Agama, PPKN, B. Indonesia, B. Inggris, MTK, Fisika,
Biologi, Kimia, Sejarah,Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni
Budaya, PENJASKES, TIK, B. Asing, Mulok, Pengembangan
Diri)

MPS. KUALITATIF

27 | P a g e

Bagan 4.1
Struktur Organisasi SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang
TATA USAHA
WKL.
KURIKULUM

KEPSEK

WKL.
KESISWAAN
WKL. SARPRAS
WKL. HUMAS
AGAMA

WALI KELAS

PPKN
B.INDONESIA
B.INGGRIS
MTK
FISIKA
BIOLOGI
KIMIA

GURU

SEJARAH
GEOGRAFI
EKONOMI
SOSIOLOGI
SENI BUDAYA
PENJASKES
TIK
B.ASING
MULOK
PENGEMB.DIRI

MPS. KUALITATIF

28 | P a g e

4.2 Deskripsi Informan


Deskripsi informan yaitu menggambarkan secara umum informasi
informasi yang akan di ambil yang bersifat purposive (dengan pertimbangan
tertentu) sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga data dan informasi yang
dibutuhkan informasi mencapai titik jenuh dalam penelitian kualitatif ini. Dalam
sebuah penelitian sosial dengan metode kualitatif, informan menjadi dalah satu hal
yang sangat penting. karena mereka (informan) dalam kesehariannya senantiasa
berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah, kepada sekolah SMA Negeri 22 Kabupaten
Tangerang dan Tenaga Pengajar/guru-guru SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang.
Maka dari itu, peneliti mengambil 3 informan yang di angga relevan
dengan penelitian yang di ambil. Adapun daftar informan dalam penelitian inin
adalah sbagai berikut :
1) Bpk. Susanto sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 22 Kabupaten
Tangerang.
2) Bunda Lewih sebagai Tenaga Pengajar yang Membidangi Wakil
Kurikulum
3) Mis Elly sebagai Tenaga pengajar SMA Negeri 22 Kabupaten
Tangerang

4.3 Deskripsi dan Analisis Data


Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik
analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini mengenai Kesiapan Guru Dalam
Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang, data
yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti
peroleh melalui proses wawancara dan observasi berperan serta. Dalam penelitian
ini wawancara merupakan sumber utama dalam penelitian, Untuk mendapatkan
MPS. KUALITATIF

29 | P a g e

informasi yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti sehingga mampu
mendapatkan informasi.Peneliti menggunakan jenis Wawancara mendalam
(indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari
informan tentang pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan informan
penelitian.
Dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan/observasi
adalah berupa catatan lapangan peneliti, perekam suara, dan foto kondisi objek
penelitian. Alasan peneliti menggunakan data berupa perekam suara dan foto
adalah karena perekam suara dan foto dapat menghasilkan data deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan menganalisis objek
yang sedang peneliti teliti melalui segi-segi subjektif
Selanjutnya peneliti ini merupakan peneliti kualitatif, maka dalam proses
menganalisa datanyapun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga kegiatan penting, diantarannya;
Data Reduction (reduksi data), mereduksi data berarti

merangkum,

memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan yang
lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan
mencari data yang diperlukan.
Data Display (Penyajian data), setelah data direduksi langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat , bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi berdasarkan apa yang telah difahami.
Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan), langkah ketiga
dalam analisis data kualitatif menurut Milles dan Huberman adalah penarikan
MPS. KUALITATIF

30 | P a g e

kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat


sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal dan didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten
saat peneliti kembali kelapangan mengumpulakan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

4.4 Pembahasan dan Analisis Data


Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah pembahasan, pebahasan
adalah melakukan pemaparan lebih lanjut terhadap hasil analisis yang telah
dideskripsikan. Dalam pembahasan penelitian akan menguraikan pembahasan
mengenai hasil penelitian yang didasari data yang

didapat peneliti melalui

wawancara, dokumentasi dan observasi. Adapun uraian pembahasan pada


penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Hersey dan Blanchard
(Dharma 2000, h.179) sebagai berikut:
1. Dimensi kemauan (Willingness) dapat ditentukan dengan mengamati
perilaku seseorang
2. Dimensi kemampuan (ability) yang meliputi :
a. Pengetahuan (knowledge).
b. Keterampilan (skill).
Dengan menggunakan teori ini peneliti melakukan penelitian wawancara
yang dilakukan selama di lapangan, dalam melakukan penelitian dilapangan
peneliti mendapatkan informasi-informasi baru tentang kurikulum 2013.
Kurikulum baru ini merupakan pembelajaran yang menggunakan proses
pendekartan/metode

scientific,

Pendekatan

ini

lebih

menekankan

pada

pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Jadi dalam pembelajaran kurikulum baru


ini siswa lebih berperan aktif dalam pemelajaran sedangkan guru hanya memberi

MPS. KUALITATIF

31 | P a g e

materi saja kemudian siswa yang mencari tahu sendiri dari berbagai informasi
yang ada. Dalam pelaksanaannya pendekatan scientific ini menekankan lima
aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
Pernyataan ini diperjelas dengan dikatakan oleh Mis Elly sebagai Tenaga
Pengajar di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang, bahwa :
Secara umum tuntutan yang di ajarkan sama seperti membimbing
menyampaikan pelajaran memberikan tugas, guru menjelaskan depan
kelas. Hanya saja K13 itu dalam pelaksanaaanya sekarang yang berubah
dalam pengajarannya jadi sekarang siswa yang lebih berperan aktif
dalam melakukan pembelajaran, siswa mencari tahu sendiri tentang
materi yang di berikan oleh guru, kemudian siswa mempresentasikannya
di depan, itu yang membedakan.
Pernyataan yan gsama di kemukakan oleh Bunda Lewih, sebagai Tenaga
pengajar bidang kurikulum. Beliau menyatakan bahwa :
Dari segi proses pembelajarannya lebih mengarahkan kepada
metode proses scientific karenakan ada langkah-langkahnya mulai dari
mengamati sampai kepada mengkomunikasikan kepada orang lain, sama
sebagai fasilitator Cuma di K13 anak lebih berusaha mengetahui sendiri,
memecahkan sendiri, dan pasti lebih berperan aktif. Guru yang sebagai
fasilitator menyiapkan tema, materi untuk siswa dengan siswa menggali
materi tersebut anak bisa mencari informasi dari manapun tidak hanya
dari guru. Pada sistem ceramah di gunakan untuk sebagai pengantar
saja. Di K13 tidak bisa di gunakan full untuk sistem ceramah
Jelas bahwa kurikulum 2013 yang di terapkan atau di keluarkan sangat
menjurus kepada pembelajaran siswa yang lebih berperan aktif, dimana siswa di
tuntut

untuk

lebih

kreatif,

mandiri,

disiplin.

Agar

siswa

mampu

mengkomunikasikannya kepada orang lain, bisa lebih mandiri, dan dapat


mengungkapkan informasi serta mencari informasi yang ada.
MPS. KUALITATIF

32 | P a g e

Kurikulum 2013 pendekatannya lebih kepada siswa yang sangat berperan


dalam pembelajaran, jika siswa sangat berperan dalam pembelajaran kurikulum
2013 tentu kemampuan guru dalam mengajarnya juga harus lebih juga dalam
pembelajaran kurikulum 2013, karena guru merupakan

pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,


menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Hasil temuan dilapangan bahwa
kemampuan guru SMA Negeri 22 belum mampu melaksanakan kurikulum 2013,
karena fakta dilapangan bahwa kurikulum 2013 itu membuat semua guru SMA
Negeri 22 merasa kebingungan dan kurang paham. Ini di tunjukan dengan
pernyataan oleh Mis Elly, bahwa :
Dari segi kemampuan guru-guru SMAN mampu dan bisa,
mungkin karena memang dalam segi penilaiannya yang membingungkan
jadi guru-guru masih belum paham.
Pernyataan juga di kumukakan oleh Bunda Lewih pada kemampuan guru,
bahwa :
Kembali kepada individunya, karena sebuah perubahankan harus
menyesuaikan kepada perubahan itu, kalo memang motivasi guru itu
bagus ya gak ada masalah, kalo dari pendekatan dan konsep K13 dalam
beberapa guru pun sebelum K13 di terapkan sudah menggunakan
pendekatan itu, jadi itu sudah di terapkan. Cuma yang kendalanya yang
belum siap itu karena memang temen-temen yang belum mendapatkan
pelatihan secara detail, tetapi kalo memang pelatihanya khusus, bunda
rasa gak ada masalah. Kalo di sekolah guru-guru belum dapat siap
menerapkan K13, ya kareana itu tadi pelatihannya belum pernah
mendapatkan pelatihan, walaupun mereka sudah pernah melakukan
pelatihan secara umum dan belum spesifik. Tetapi kalo memang sudah
spesifik pasti sudah paham dan gak masalah.

MPS. KUALITATIF

33 | P a g e

Kemudian pernyataan yang serupa di kemukakan oleh kepala sekolah Bpk.


Susanto, bahwa :
Kemampuan guru di SMAN ini kembali kepada individunya,
kemampuan guru itukan di dapat dari pelatihan-pelatihan yang di
selenggarakan oleh kementrian.bagaimana guru menerima hasil dari
pelatihan itu. Saya rasa guru-guru di SMAN ini kemampuannya sudah
sangat terlihat dalam segi pengajarannya. Namun memang dalam
pembelajaran kurikulum 2013 ini guru masih belum begitu paham bahkan
masih kebingungan guru-guru SMAN, kalo bisa di bilang si memang
belum siap kemampuannya dalam menerima pembelajaran kurikulum
2013.
Kemauan merupakan antusias dari seseorang terhadap sesuatu yang
dikerjakan. Pada pembelajaran kurikulum 2013 selain ada kemampuan juga ada
kemauan dalam pembelajaran kurikulum 2013, setiap ada kebijakan baru tentang
kurikulum baru pasti guru akan mau mencari tahu dan belajar tentang kurikulum
baru itu. Pada kurikulum 2013 guru SMA Negeri 22 dirasa belum mau melakukan
pembelajaran, belum ada kemauan terhadap pembelajaran kurikulum 2013 yang
di keluarkan oleh pemerintah.
Pernyataan ini di perjelas oleh Mis Elly, bahwa :
Guru-guru SMAN sepakat ingin kembali ke KTSP.
Pernyataan yang sama di kemukakan oleh Bpk.Susanto, bahwa :
kemauan sekolah dalam menerapkan K13 sebenarnya ada.
Hanya saja, masih banyak kesiapan kita yang kurang dalam melakukan
pembelajaran Kurikulum 2013. Maka dari itu, seluruh pihak sekolah
sepakat untuk kembali ke KTSP 2006.
Pernyataan yang lain juga di kemukakan oleh Bunda Lewih, bahwa :

MPS. KUALITATIF

34 | P a g e

Kenapa SMAN kembali lagi kepada 2006, karena memang


berdasarkan petunjuk teknis 144 itu, ada beberapa hal yang harus
dipenuhi dalam projek K13, ketika menyatakan kembali K13 harus
mengajukan surat untuk melanjutkan K13 (ayat 1), (ayat 2) mengirim kan
surat ke dinas kabupaten, nanti dinas pendidikan kabupaten itu
menembuskan surat itu ke kementrian, kementrian menunjuk badan
akreditasi nasional untuk memverifikasi sekolah kita bahwa kalo siap itu
di akreditasi ulang, setelah itu kembali lagi kekementrian, baru
kementrian membuat surat penunjukan. Kan lama prosesnya. Karena
proses yang lama akhirnya yasudah kita kembali kepada 2006 saja
dullu.
Jika dilihat dalam kemampuan guru-guru SMA Negeri 22 bahwa mereka
mampu untuk melaksanakan pendidikan, mengarahkan peserta didik, memberikan
pengarahan kepada peserta didik. Namun, dilihat dari pernyataan-pernyataan di
atas dari kemauan sekolah lebih memilih kembali ke KTSP 2006. Menunjukan
bahwa pihak sekolah termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah SMA Negeri
22 Kabupaten Tangerang belum memiliki kemauan untuk melaksanakan
Kurikulum 2013.
Pelaksanaan kurikulum 2013 pasti harus membutuhkan berbagai
persiapan-persiapan yang matang, terutama persiapan dalam pengetahuan guru
tentang kurikulum 2013. Dalam memberi pengetahuan tentang kurikulum 2013,
pemerintah mengadakan pelatihan bagi para guru-guru dalam pembelajaran
kurikulum 2013. Dari berbagai prodan kontra yang terjadi dalam kurikulum 2013
tentu banyak, terutama penerapan di lapangannya yaitu guru yang memberikan
pembelajaran bagi siswa masih merasa bingung dalam pembelajaran kurikulum
2013. Jika dilihat di lapangan guru yang masih bingung dan kurang paham berarti
dari pelatihan yang di adakan oleh pemerintah masih belum efektif, atau masih
belum dilaksanakan dengan benar.

MPS. KUALITATIF

35 | P a g e

Pernyataan tersebut di perjelas oleh Bunda Lewih, Bahwa :


Tidak efektif, karena sebelum K13 itu di turunkan, kan ada yang
posisinya sebagai pelatih. Jadi guru posisinya sebagai guru jd dia dilatih
untuk K13 bagi guru-guru yang belum mengikuti pelatihan. Kisruhnya
sebenernya hanya di situ tentang menejemen pelatihan itu, guru mana
yang belum mengikuti pelatihan, sekolah mana yang belum atau sekolah
mana yang sudah. Mengenai pelatihankan bisa dari tingkat provinsi dan
tingkat kabupaten, jika pelatihan itu merata maka pelatihan itu akan
intensif dan mungkin permasalahan dalam penilaian di K13 pasti bakal
bisa teratasi.
Pernyataan yang serupa juga di jelaskan oleh Mis Elly, bahwa :
Kalau dibilang si pelatihannya gak bener, seharusnya kan
pelatihan itu dilakukan 2 minggu bukan 2 hari, kemarin aja pelatihan
aturannya 3 hari tapi di cepetin jadi 2 hari. Pelatihan tuh seharusnya di
terapkan idak hanya teori tetapi juga prakteknya, coba banyangin
pelatihan dalam penerapan kurikulum 2013 itukan banyak tapi semuanya
kebanyakan teori sedangkan prakteknya Cuma satu doang.
Pernyataan diatas telah menjelaskan bahwa pelatihan yang dilakukan
pemerintah tidak efektif, ini di pertegas dengan pernyataan dari Bunda Lewih
yang menyatakan Tidak efekti dan juga pernyataan di dukung oleh Mis Elly
yang menyatakan sesuai bahwa pelatihan yang dilakukan pemerintah kurang
efektif. Sehingga jelas bahwa memang pelatihan tidak efektif.

MPS. KUALITATIF

36 | P a g e

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu penelitian tentang
Kesiapan Guru dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 di SMA Negeri 22
Kabupaten Tangerang. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Hersey dan Blanchard (Dharma 2000, h.179). maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan seesuai dengan rumusan masalah sekaligus dapat
menjawab rumusan masalah. bagaimanakah penerapan kurikulum 2013 di sekolah
SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang, dan bagaimanakah kesiapan dari para guru
dalam menerima kurikulum 2013 di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang. Jika
dilihat dari faktanya guru-guu di SMA Negeri 22 memiliki kemampuan dalam
melakukan pembelajaran, membinmbing siswa dalam pelajaran, menjelaskan
materi pelajaran yang sesuai. Kemampuan guru sudah terbukti dengan diikutinya
pelatihan-pelatihan yang di selenggarakan pemerintah atau sekolah. Namun, tidak
bisa di pungkiri bahwa setiap kebijakan baru atau ada kurikulum baru tentu
awalnya memiliki kendala dalam menjalankannya, karena sesuatu yang baru itu
akan bisa dilakukan jika terus dilakukan sehingga menjadi terbiyasa dan tahu.
1. Dimensi kemauan dapat ditentukan dengan mengamati perilaku seseorang.
Dalam hal kemauan ini guru-guru SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang,
jika dilihat bahwa mereka adalah seorang guru yang pekerjaannya untuk
mendidik atau memberikan pelajaran kepada siswa-siswa yang sekolah di
SMA Negeri 22. Dilihat dari pekerjaan yang di tekuni tentu mereka
memiliki kemauan untuk menjadi seorang guru yang tugasnya mendidik
siswanya dan siap untuk memberikan pembelajaran. Namun, pada
penerapan kurikulum 2013 ini yang telah terlaksana di sekolah SMA
Negeri 22 Kabupaten Tangerang. Dapat dilihat dari prilaku guru-guru

MPS. KUALITATIF

37 | P a g e

SMA Negeri 22 bahwa belum ada kemauan dalam menerima kurikulum


2013, karena guru-guru merasa belum siap dalam memberikan pelajaran di
kurikulum 2013, ke tidak siapan ini juga karena pelatihan yang di lakukan
pemerintah tidak efektif. Sehingga pantas bahwa guru-guru SMA Negeri
22 Kabupaten Tangerang belum memiliki kemauan melaksanakan
pembelajaran kurikulum 2013 karena belum memiliki kesiapan.
2. Dimensi kemampuan (ability) yang meliputi Pengetahuan (knowledge),
Keterampilan (skill). Kemampuan guru SMA Negeri 22 ini dapat
dikatakan bahwa mereka sudah pasti memiliki kemampuan, ini terlihat
bahwa pengalaman mereka melakukan pekerjaan sebagai guru. Namun,
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini kemampuan guru sangatlah di
perlihatkan dengan benar-benar mengarah pada mendidik siswanya, dan
ini di terlihat pada guru SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang dalam
kemampuan melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 belum mampu,
karena dari pelatihannya sendiripun para guru tidak mendapatkan
pelatihan yang benar-benar detail atau khusus. Sehingga guru-guru SMA
Negeri 22 masih merasa bingung dengan pembelajaran kurikulum 2013.
Sehingga

dapat

dikatakan

bahwa

kesiapan

guru

dalam

pembelajaran kurikulum 2013 di SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang


belum siap karena guru-guru SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang belum
paham tentang kurikulum 2013 tersebut dan terlihat pada bab pembahasan
sebelumnya bahwa guru-guru SMA Negeri 22 Kabupaten Tangerang
sepakat untuk kembali kepada KTSP 2006 kembali

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka untuk meningkatkan kesiapan Guru
dalam pembelajaran kurikulum 2013. Maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai
berikut :

MPS. KUALITATIF

38 | P a g e

1. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pelatihan yang dilakukan,


agar menghasilkan pelatihan yang benar-benar efektif.
2. Pihak pemerintah seharusnya lebih memperhatikan sekolah yang telah
melakukan kurikulum 2013, dengan cara pendampingan.
3. Sebaiknya pihak pemerintah jangan pempersulit dalam pelaksanaan
kurikulum 2013.
4. Pemerintah seharusnya memberikan pelatihan yang khusus dan detail,
karena dalam pembelajaran semua kembali lagi kepada guru yang
memberikan pembelajaran kepada siswanya.

MPS. KUALITATIF

39 | P a g e

5. DAFTAR PUSTAKA
6.
7.

Fuad, Anis & Kandung Sapto Nugroho, 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

8.

Skripsi Prodi ANE - NITHA CHITRASARI 2012

9.

Hasil Wawancara Dilapangan

10.

https://aomvanriest.wordpress.com/2014/10/15/kesiapan-guru-terhadapimplementasi-kurikulum-2013/

11.

http://ndarima.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

12.

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI15-I-P3DI-Agustus-2014-56.pdf

13.

http://www.beritasatu.com/pendidikan/124256-persiapan-guru-padaimplementasi-kurikulum-2013-tak-maksimal.html

14.

http://www.academia.edu/3854090/Implementasi_kurikulum_2013_dan_K
esiapan_Guru

15.

http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif

16.

http://www.goriau.com/berita/pendidikan/guru-diminta-persiapkan-diriuntuk-implementasi-kurikulum-2013.html

MPS. KUALITATIF

40 | P a g e

17.LAMPIRAN
18.

19.

MPS. KUALITATIF

41 | P a g e

20.
21.

22.
23.
MPS. KUALITATIF

42 | P a g e

24.

MPS. KUALITATIF

43 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai