Anda di halaman 1dari 118

PERANCANGAN MODEL

PEMBELAJARAN INOVATIF
BERBASIS K-13
Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21
Ciri Abad 21 Model Pembelajaran
Pembelajaran diarahkan untuk
Informasi mendorong peserta didik mencari tahu
(tersedia dimana saja, kapan dari berbagai sumber observasi, bukan
saja) diberi tahu
Pembelajaran diarahkan untuk mampu
Komputasi merumuskan masalah [menanya],
(lebih cepat memakai mesin) bukan hanya menyelesaikan masalah
[menjawab]
Pembelajaran diarahkan untuk melatih
Otomasi berfikir analitis [pengambilan
(menjangkau segala pekerjaan keputusan] bukan berfikir mekanistis
rutin) [rutin]

Pembelajaran menekankan pentingnya


Komunikasi kerjasama dan kolaborasi dalam
(dari mana saja, ke mana saja) menyelesaikan masalah
Kerangka Kompetensi Abad 21
Sumber: 21st Century Skills, Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century,
Kehidupan dan Karir 2008
• Fleksibel dan adaptif Pembelajaran dan Inovasi Informasi, Media and
• Berinisiatif dan mandiri • Kreatif dan inovasi Teknologi
• Keterampilan sosial dan • Berfikir kritis menyelesaikan • Melek informasi
budaya masalah • Melek Media
• Produktif dan akuntabel • Komunikasi dan kolaborasi • Melek TIK
• Kepemimpinan&tanggung
jawab

Kerangka ini menunjukkan


bahwa berpengetahuan
[melalui core subjects] saja
tidak cukup, harus dilengkapi:
-Berkemampuan kreatif - kritis
-Berkarakter kuat
[bertanggung jawab, sosial,
toleran, produktif, adaptif,...]
Disamping itu didukung
dengan kemampuan
memanfaatkan informasi dan
berkomunikasi
Partnership: Perusahaan, Asosiasi Pendidikan, Yayasan,..
Kerangka Kompetensi Abad 21
Sumber: 21st Century Skills, Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century,
•Mendukung Keseimbangan 2008
penilaian: tes standar serta Perlunya mempersiapkan proses penilaian yang tidak hanya
penilaian normatif dan sumatif tes saja, tetapi dilengkapi dengan penilaian lain termasuk
•Menekankan pada pemanfaatan portofolio siswa. Disamping itu dierlukan dukungan
umpan balik berdasarkan lingkungan pendidikan yang memadai
kinerja peserta didik
•Membolehkan pengembangan
portofolio siswa

• Menciptakan latihan pembelajaran,


dukungan SDM dan infrastruktur
• Memungkinkan pendidik untuk
berkolaborasi, berbagi pengalaman
dan integrasinya di kelas
• Memungkinkan peserta didik untuk
belajar yang relevan dengan konteks
dunia
• Mendukung perluasan keterlibatan
komunitas dalam pembelajaran, baik
langsung maupun online
Tema Pengembangan Kurikulum 2013
(Sesuai UU 20/2003)

Kurikulum yang dapat


menghasilkan insan
indonesia yang:
Produktif, Kreatif,
Inovatif,
Produtif
Kreatif Afektif
Inovatif melalui penguatan
Afektif
Sikap,
Keterampilan, dan
Pengetahuan
yang terintegrasi
Dukungan Pembelajaran Kreatif

Creative Peran Guru


Teaching

Creative
Pedagogy

Teaching
Peran Creative Peran Buku
for
Kurikulum Creativity Learning (Sarpras) dan
Budaya Sekolah
Pembentukan Kompetensi Melalui
Pembelajaran dan Pemanfaatannya
Belajar
Bagaimana

Belajar
Mengap
a

Belajar Apa Keterampilan

Keteram Pengetahuan
Pengetahuan Sikap
-pilan

Pembelajaran  K-S-A Sikap

Pemanfaatan  A-S-K
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013 untuk SD/MI
KTSP 2006 Kurikulum 2013
Materi didominasi pengetahuan Materi memuat secara berimbang antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi
mendukung kompetensi tertentu [sikap, keterampilan, pengetahuan]

Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain
sendiri dan memiliki standar dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensi lulusan sendiri kompetensi inti tiap kelas

Bahasa Indonesia sejajar Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain [sikap dan
dengan mapel lain keterampilan berbahasa}
Tiap mata pelajaran diajarkan Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang
dengan pendekatan berbeda sama [saintifik] melalui mengamati, menanya, mencoba,
menalar,....
Tiap jenis konten pembelajaran Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait
diajarkan terpisah [separated dan terpadu satu sama lain [cross curriculum atau
curriculum] integrated curriculum]
Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan
penggerak konten pembelajaran lainnya
Tematik untuk kelas I – III [belum Tematik Integratif untuk Kelas I – VI
integratif]
Arah Pengembangan: Penguatan Proses
Proses Karakteristik Penguatan
Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak
pembelajaran untuk semua mata pelajaran
Pembelajaran Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu
[discovery learning]
Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi,
pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan
kreatif
Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai
tinggi
Menekankan pada pertanyaan yang mebutuhkan pemikiran
Penilaian mendalam [bukan sekedar hafalan]
Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa

Menggunakan portofolio pembelajaran siswa


Perubahan yang Mempengaruhi Pola Pikir
No Rumusan Kurikulum Baru
1 Pembelajaran disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan
2 Lintasan yang berbeda untuk proses pembentukan tiap kompetensi
3 Keterampilan ditekankan pada keterampilan berfikir menuju terbentuknya
kreativitas. Kemampuan psikomotorik adalah penunjang keterampilan.
4 Pembelajaran melalui pendekatan scientific:
-Mengamati
-Menanya
-Mencoba
-Menalar
-Mengkomunikasikan
(berlaku untuk semua mapel/tema)

5 Model Pembelajaran:
-Discovery learning
-Project based learning
-Collaborative learning
Perubahan Pola Pikir Pembelajaran SD/MI
No Rumusan Kurikulum Baru
1 Tidak mengenal mata pelajaran:
-Merujuk kepada kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
-Pembelajaran terpadu

2 Diawali dengan mengajak siswa untuk mengamati dan menanya:


-Menahan diri untuk memberitahu
-Menahan diri untuk tidak banyak bertanya, mengajak siswa untuk bertanya

3 Bahasa Indonesia sebagai penghela pengetahuan  diawali dan diakhiri


dengan penguatan Bahasa Indonesia
4 Keterampilan berbahasa (semi formal dan formal) harus didahulukan dari
keterampilan lainnya
5 Matematika bukan berhitung: ada pola, bentuk, dll, PJOK-SBK juga bukan
keterampilan psikomotorik, ....
6 Keterampilan dapat berbentuk penyajian dan tindakan
7 Memberi motivasi, membuat siswa menggemari pelajaran dan
pembelajarannya
Perubahan Pola Pikir
No Pola Pikir
1 Guru dan Buku Teks bukan satu-satunya sumber belajar
2 Kelas bukan satu-satunya tempat belajar
3 Belajar dapat dari lingkungan sekitar
4 Mengajak siswa mencari tahu, bukan diberi tahu
5 Membuat siswa suka bertanya, bukan guru yang sering bertanya
6 Menekankan pentingnya kolaborasi  Guru dan siswa adalah rekan belajar

7 Proses nomer satu, hasil nomer dua


8 Teaching  Tutoring
9 Siswa memiliki kekhasan masing-masing
CAKUPAN:
 AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT
BASED LEARNING)
 MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
 MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
 IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
 KONSEP PENILAIAN AUTENTIK
PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Kriteria
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
Kriteria (lanjutan)
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana
dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
DAYA PIKIR
Dengan mencermati pendekatan scientific
tersebut, coba Ibu/ Bapak bandingkan dengan:
 Pendekatan CBSA
 PKP
 Pendekatan Kontekstual
Keterampilan Proses pada Pembelajaran
Berbasis CBSA (1986-an)
 Keterampilan proses diklasifikasikan menjadi keterampilan
proses dasar dan keterampilan proses terpadu
Indikator Keterampilan Proses
Langkah-Langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah,
yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Sikap
(Tahu Mengapa)

Produktif
Inovatif
Kreatif
Afektif
Keterampilan Pengetahuan
(Tahu Bagaimana) (Tahu Apa)

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,


dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
 Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
 Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
 Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik
(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)

 Kurikulum2013 menekankan pada dimensi


pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah.

 Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam


pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba/mengeksplorasi,
menalar/ mengasosiasi, membentuk jejaring/
mengkomunikasikan untuk semua mata
pelajaran.
Langkah-Langkah Pembelajaran

Networking/
Experimen- Associating mengkomuni
Observing Questioning
ting (menalar) kasikan
(mengamati) (menanya)
(mencoba) (membentuk
Jejaring)

Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran


Proses yang Mendukung Kreativitas

PROSES Pendekatan saintifik dan


PEMBELAJARAN kontekstual
Kemampuan kreativitas diperoleh melalui:
 Observing [mengamati]
 Questioning [menanya]
 Experimenting [mencoba]
 Associating [menalar]
 Networking [Membentuk jejaring]/
mengkomunikasikan

PROSES PENILAIAN Penilaian Otentik


 penilaian berbasis portofolio
 pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal,
 memberi nilai bagi jawaban nyeleneh,
 menilai proses pengerjaannya bukan hanya
hasilnya,
 penilaian spontanitas/ekspresif,
 dll
SAINTIFIK
MENGAMATI Mengamati, membaca, melihat, mendengar

MENANYA mengajukan pertanyaan dari yang faktual


sampai yang kontekstual dengan diawali
bimbingan guru sampai dengan mandiri
(menjadi suatu kebiasaan)
MENGUMPULKAN Mencari, mengumpulkan contoh, sumber
INFORMASI/ data, dokumen, buku dan sumber belajar
MENGEKSPLORASI lain
MENGASOSIASI/ membandingkan, menganalisis,
MENALAR menyimpulkan
MENGKOMUNIKASIKAN Menampilkan, menyajikan, baik dalam
bentuk lisan, tulisan, bagan, gambar atau
media lainnya.
- Mengumpulkan Data/Informasi
yang teramati dari fakta.
Observing - Melihat karakteristi
1 (mengamati) - Mengumpulkan informasi dari
aneka sumber ilmiah, berupa
Buku, Jurnal, Majalah, Koran,
Internet.

- Mengajukan pertanyaan atau


Questioning masalah berbasis fakta
2 - apa yang mempengaruhi
(menanya)

25
- Membuat rancangan percobaan.
- Menerapkan perlakuan
Experimen- - Melakukan pengukuran variabel-
3 ting variabel
(mencoba) - Menguji Hipotesis
- Melihat hubungan-hubungan
variabel atau ukuran-ukuran
Associating misalnya hubungan,
4 (menalar) - Mencermati pola
- Menganalisis, membandingkan,
mensintesis atas hubungan-
hubungan
- Membuat dugaan (Hipotesis)

- Membuat generalisasi
Networking (kesimpulan) yaitu penerimaan
5 (membentuk atau penolakan hipotesis
Jejaring) - Interpretasi hasil pemecahan
masalah
- Membangun jejaring baru
CONTOH IMPLEMENTASI
KD INDIKATOR LANGKAH
PEMBELAJARAN
CONTOH IMPLEMENTASI
KD INDIKATOR LANGKAH PEMBELAJARAN
IMPLEMENTASI
PENDEKATAN SCIENTIFIC
• Implementasi pendekatan scientific didukung
dengan inovasi pembelajaran dalam bidang:
(1) Model
(2) Metode
(3) Teknik
(4) Media
(5) Bahan
(6) Sarana dan Prasarana
(Pelajari berbagai inovasi pendekatan, model,
metode, teknik)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
Definisi/Konsep
 Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

 Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode


belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktifitas secara nyata.
 Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL,
proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum.

 Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung


peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama
sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin
yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk
belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
 Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
 Meningkatkan kolaborasi.
 Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
 Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
 Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
 Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
peserta didik secara kompleks dan dirancang
untuk berkembang sesuai dunia nyata.
 Melibatkan para peserta didik untuk belajar
mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
 Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan,
sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati
proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah.
 Membutuhkan biaya yang cukup banyak
 Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana instruktur memegang peran
utama di kelas.
 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
 Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif
dalam kerja kelompok.
 Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak
bisa memahami topik secara keseluruhan
Langkah-Langkah Operasional
SISTEM PENILAIAN
 Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan
dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.
 Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
SISTEM PENILAIAN
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:

 Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.

 Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.

 Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta
didik.
MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Definisi/Konsep
 Pembelajaran berbasis masalah merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar.

 Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran


berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia
nyata (real world)

42
KELEBIHAN PBL
 1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran
bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik/mahapeserta didik
berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan

43
KELEBIHAN PBL
 (2) Dalam situasi PBL, peserta
didik/mahapeserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan

 (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan


berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
44
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran

1. Konsep Dasar (Basic Concept)


Fasilitator memberikan konsep dasar,
petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran
dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang
arah dan tujuan pembelajaran

45
Langkah-langkah Operasional
dalam Proses Pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the
Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan peserta
didik melakukan berbagai kegiatan
brainstorming dan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat
46
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber
yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis
yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu:


(1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan
(2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu
dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat dipahami.

47
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange
knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk
keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada
pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya.

48
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari


penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.

49
Contoh Penerapan
 Sebelum memulai proses belajar-mengajar di
dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta
untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih
dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat
masalah-masalah yang muncul.

 Setelah itu tugas guru adalah meransang


peserta didik untuk berpikir kritis dalam
memecahkan masalah yang ada. Tugas guru
adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.

50
Contoh Penerapan
 Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk
memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah,
keluarga dan masyarakat.

 Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan


kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar
kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas
belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi,
kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
51
Tahapan-Tahapan Model PBL
Contoh Penerapan
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi peserta didik kepada logistik yg dibutuhkan
masalah  Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan
Mengorganisasikan peserta didik danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan individu informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
dan kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
Fase 4 Membantu peserta didik dalam merencanakan
Mengembangkan dan menyajikan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
hasil karya laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


Menganalisa dan mengevaluasi proses telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
pemecahan masalah hasil kerja

52
SISTEM PENILAIAN
 Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

 Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari


penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan
dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
53
SISTEM PENILAIAN
 Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan
authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-
pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan
belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL
dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-
assessment.
 Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu
sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya
dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh
pebelajar itu sendiri dalam belajar.
 Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian
tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh
teman dalam kelompoknya

54
MODEL PEMBELAJARAN
PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
Definisi/Konsep
 Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

 Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai


prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan
pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang
diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru
 Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented.
 Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli
matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,
tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
 Membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-
proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana
cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat
pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,
ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
 Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan

 Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep


dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama
aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun
dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-
raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final
dan tertentu atau pasti.
 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih
baik;
 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer
kepada situasi proses belajar yang baru;
Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
 Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri;
 Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri;
 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi
proses belajar menjadi lebih terangsang;
 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju
pada pembentukan manusia seutuhnya;
 Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar;
 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
 Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep,
yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya
akan menimbulkan frustasi.
 Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa
yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama
untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Kelemahan Pembelajaran Penemuan

 Pengajaran discovery lebih cocok untuk


mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena
telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Langkah-Langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan
awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk
dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan
pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi
masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya
adalah guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
data processing (Syah, 2004:244). Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/
generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan
adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi
SISTEM PENILAIAN

 Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning,


penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes
maupun non tes.

 Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian


kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja
siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian
kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery
learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan
penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN
TEMATIKTERPADU
Peran Tema

Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan


pembelajaran yang memadukan beberapa
mata pelajaran sekaligus dengan membuat/
mengangkat sebuah tema yang dapat
mempersatukan indikator dari mata
pelajaran: Agama, BI, IPS PPKn, IPA,
Seni-Budaya, Penjas & Or kes
Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik
1. Berpusat pada anak
2. Memberikan pengalaman langsung
3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak
nampak
4. Menyajikan konsep dari beberapa mata
pelajaran dalam satu PBM
5. Bersifat luwes
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai dg minat dan kebutuhan anak
Langkah Penyusunan Perangkat Tematik

1. Memilih & Menetapkan tema


2. Melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi
Dasar, Dan MEMBUAT indikator,
3. Melakukan pemetaan hubungan KD,
Indikator dg tema satu tahun
4. Membuat jaringan KD, indikator
5. Melakukan penyusunan silabus Tematik
6. Menyusun RPP Tematik
MODEL IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN TEMATIK
Desain Kurikulum 2013
No Struktur Kurikulum
Komponen I II III IV V VI
Kelompok A
1 Pend. Agama 4 4 4 4 4 4
2 PPKN 5 6 6 4 4 4
3 Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 IPA - - - 3 3 3
6 IPS - - - 3 3 3
Kelompok B
7 Seni Budaya & Prakarya 4 4 4 5 5 5
8 Pend. Jasmani, OR & Kes 4 4 4 4 4 4
Jumlah
9 Bahasa Daerah (Jawa/Madura) 30
2 32
2 34
2 36
2 36
2 36
2
Jumlah 32 34 36 38 38 38
Kelompok A

• Kelompok A merupakan mata pelajaran


yang memberikan orientasi kompetensi
lebih kepada aspek kognitif dan afektif
sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada
aspek afektif dan psikomotor.
Kelompok A

• Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS


didasarkan pada keterdekatan makna dari konten
Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn,
Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku
untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV,
V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri
sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam
tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.
Penjelasan

Keterangan
•Pembelajaran Tematik Terpadu
•Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
•Kegiatan Ekstra Kurikuler SD/MI antara lain:
– Pramuka (Wajib)
– UKS
– PMR
Buku Kelas I
Buku Kelas IV
Prosentase Penyajian
• Alokasi waktu yang tersedia dimaksudkan
agar guru tidak terfokus pada salah satu
mata pelajaran
• Diperhatikan alokasi waktu per minggu
komulatif.
• Setiap hari di rasionalkan selalu
memadukan berbagai mata pelajaran
dengan tema sebagai pemersatu
Beban Belajar
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar
setiap minggu untuk masa belajar selama
satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas
I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34
sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-
masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar
SD/MI adalah 35 menit
Apakah Pembelajaran Tematik?

Pembelajaran tematik merupakan


pembelajaran yang dilakukan melalui
Tema sebagai pemersatu, sebagai pusat
perhatian yang dipergunakan untuk
memahami gejala dan konsep
Kekuatan Pembelajaran Tematik
1. Memberikan pengalaman dan KBM yg relevan dg
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
2. Menyenangkan, karena bertolak dari minat dan
kebutuhan anak
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih
berkesan dan bermakna
4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak
sesuai dengan permasalahan yg dihadapi
Kekuatan Pembelajaran Tematik

5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam


bekerjasama
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan
tanggap terhadap gagasan orang lain
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat
pragmatis sesuai dg permasalahan yg
ditemui
Pembelajaran Tematik
• Dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip pembelajaran terpadu dari
beberapa mata pelajaran melalui tema
sebagai pemersatu

• Pembelajaran terpadu berorientasi pada


praktek belajar yang melibatkan
beberapa mata pelajaran sesuai dengan
kebutuhan anak
TEMATIK TERPADU

Merakit dan menggabungkan


beberapa mata pelajaran yang
berbeda dengan harapan anak
akan belajar lebih baik dan
bermakna
Prinsip Pemilihan Tema
1. Tema tidak terlalu luas
2. Tema bermakna
3. Harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak
4. Mampu mewadahi sebag. besar minat anak
5. Mempertimbangkan peristiwa otentik
6. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan
harapan masyarakat
7. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar
Tujuan Pemilihan Tema
 Mudah memusatkan perhatian pada satu topik
 Mempelajari dan mengembangkan berbagai mata
pelajaran dalam tema yg sama
 Pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan
berkesan
 Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dg
mengaitkan berbagai mata pelajaran dg pengalaman
pribadi anak
 Belajar lebih bergairah karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata
 Lebih merasakan manfaat dan makna belajar
 Guru dapat menghemat waktu
 Budi pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan
Tujuan
 Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
pembelajaran tematik.
 Memberikan pemahaman kepada guru tentang
pembelajaran tematik yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah
Dasar.
 Memberikan keterampilan kepada guru dalam
menyusun perencanaan, melaksanakan dan
melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
 Memberikan wawasan, pengetahuan dan
pemahaman bagi pihak terkait, sehingga
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap
kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik
Ruang Lingkup
Seluruh mata pelajaran pada kelas I - VI
Sekolah Dasar, yaitu: Pendidikan Agama,
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Seni Budaya dan Keterampilan, serta
Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan
Karakteristik Perkembangan Anak
Usia Kelas Awal SD
• Pertumbuhan fisiknya telah mencapai
kematangan, telah mampu mengontrol tubuh
dan keseimbangannya, dapat melompat
dengan kaki secara bergantian, dapat
mengendarai sepeda roda dua, dapat
menangkap bola, koordinasi tangan dan mata
telah berkembang, telah mulai berkompetisi
dengan teman sebaya, mempunyai sahabat,
mampu berbagi, dan mandiri.
Karakteristik Perkembangan Anak
Usia Kelas Awal SD
• Perkembangan emosi
– Telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain,
telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah
dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar
dan salah
• Perkembangan kecerdasan
– Ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan
seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka
dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang
berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya
pemahaman terhadap ruang dan waktu
Cara Anak Belajar
• Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret
• Anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut.
1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu
aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang
unsur-unsur secara serentak,
2. Mulai berpikir secara operasional,
3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda,
4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-
aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, dan
5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar,
luas, dan berat
Ciri Belajar Anak
1. Konkrit
– Proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak
atik
2. Integratif
– Anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah
konsep dari berbagai disiplin ilmu
3. Hierarkis
– Anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari
hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks
Belajar dan Pembelajaran Bermakna
• Belajar merupakan proses perubahan di dalam
kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
dan kepandaian yang bersifat menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
• Pembelajaran adalah proses interaksi antar anak
dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak
dengan pendidik.
• Kegiatan pembelajaran bermakna jika dilakukan dalam
lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman,
bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami
langsung yang dipelajarinya
Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran yang menggunakan tema


untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa
Keuntungan Pembelajaran Tematik
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada
suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai
3. Kompetensi dasar antar matapelajaran dalam
tema yang sama;
4. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan;
5. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih
baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa;
Keuntungan Pembelajaran Tematik
6. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan
makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas;
7. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
mata pelajaran lain;
8. Guru dapat menghemat waktu karena mata
pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkaan
sekaligus
Landasan Pembelajaran Tematik
• Landasan Filosofis
– Progresivisme
• Proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa
– Konstruktivisme
• Anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya.
– Humanisme
• melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya,
potensi, dan motivasi yang dimilikinya
Landasan Pembelajaran Tematik

• Landasan Psikologis
– Psikologi perkembangan untuk menentukan tingkat
keluasan dan kedalamannya isi sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik
• Landasan Yuridis
– UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
– UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
– INPRES N0. 1 Tahun 2010 tentang Peningkatan Mutu
Pendidikan
Arti Penting Pembelajaran Tematik

• Menekankan keterlibatan siswa dalam proses


belajar secara aktif sehingga siswa
memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
• Menekankan penerapan konsep belajar sambil
melakukan.
Arti Penting Pembelajaran Tematik
• Ciri khas pembelajaran tematik:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar;
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa;
3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi
siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap
gagasan orang lain
Manfaat Pembelajaran Tematik
1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar
dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan,
2. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang
bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih
berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir,
3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi
yang tidak terpecah-pecah.
4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka
penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,
Karakteristik Pembelajaran Tematik

• Berpusat pada siswa


• Memberikan pengalaman langsung
• Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
• Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
• Bersifat fleksibel
• Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa
• Menggunakan prinsip belajar sambil bermain
dan menyenangkan
Implikasi Pembelajaran Tematik

• Guru,
• peserta didik,
• sarana prasarana, sumber belajar dan
media,
• Pengaturan ruang kelas,
• Pemilihan metode.
Implikasi bagi Guru

Guru harus kreatif baik dalam menyiapkan


kegiatan/pengalaman belajar bagi anak,
juga dalam memilih kompetensi dari
berbagai mata pelajaran dan mengaturnya
agar pembelajaran menjadi lebih bermakna,
menarik, menyenangkan dan utuh
Implikasi bagi Siswa
• Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran
yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk
bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok
kecil ataupun klasikal
• Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran
yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan
diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana,
dan pemecahan masalah
Implikasi terhadap Sarana, Prasarana,
Sumber Belajar dan Media
Pelaksanaan Pembelajaran tematik

• Memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar


• Memanfaatkan berbagai sumber belajar
• Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran
yang bervariasi
• masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah
ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran
dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku
suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang
terintegrasi
Implikasi terhadap Pengaturan
Ruangan
• Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
• Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan
dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
• Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet
• Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas
• Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya
peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
• Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan
menyimpannya kembali.
Menentukan Tema
• Cara pertama
– Mempelajari SKL , KI dan kompetensi dasar yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menetapkan tema yang sesuai
• Cara kedua
– Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut,
guru dapat bekerjasama dengan peserta didik
sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Implikasi terhadap Pemilihan Metode

• Pembelajaran dilakukan dengan


menggunakan berbagai variasi metode
– Misalnya percobaan, bermain peran, tanya
jawab, demonstrasi, bercakap-cakap
Prinsip Penentuan Tema
• Memperhatikan lingkungan yang terdekat
dengan siswa:
– Dari yang termudah menuju yang sulit
– Dari yang sederhana menuju yang kompleks
– Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
• Tema yang dipilih harus memungkinkan
terjadinya proses berpikir pada diri siswa
• Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia
dan perkembangan siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya
Identifikasi dan Analisis SKL, KI,
Kompetensi Dasar dan Indikator

Lakukan identifikasi dan analisis untuk


setiap SKL, KI, KD dan indikator yang
cocok untuk setiap tema sehingga semua
kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator tersajikan semuanya
Menetapkan Jaringan Tema

• Hubungkan kompetensi dasar dan indikator


dengan tema sebagai pemersatu sehingga
akan terlihat kaitan antara tema,
kompetensi dasar dan indikator dari setiap
mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu
setiap tema
Contoh Model Pembelajaran Tematik
TEMA

ANALISIS SKL, KI,


PEMETAAN JARINGAN TEMA
KD, INDIKATOR

SISWA RPP SILABUS


DAYA PIKIR
• Ibu / Bapak yang terhormat
• Ibu / Bapak memiliki pengalaman mengajar
yang luar biasa banyaknya.Terkait dengan
implementasi Kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran, mangga menyusun skenario
pembelajaran yang mencerminkan pemusatan
pembelajaran pada siswa berbasis K-13!

Anda mungkin juga menyukai