Siswa yang memiliki kesulitan dengan matematika dapat memperoleh manfaat yang
signifikan dari pelajaran yang mencakup beberapa model yang mendekati konsep pada
tingkat kognitif yang berbeda. Pendidik matematika telah mengenali sejumlah besar
penelitian yang menunjukkan bahwa urutan presentasi optimal untuk konten matematika baru
bersifat konkret-bergambar-abstrak, atau pendekatan CPA. Pendekatan ini juga telah disebut
sebagai representasi konkrit-representasional-abstrak (CRA) atau konkrit, semikonkrit,
abstrak (CSA). Terlepas dari namanya, pendekatan instruksionalnya adalah sama dan
awalnya berdasarkan karya jerome bruner di tahun 1960an (brunner 1960). Komponen
konkrit termasuk manipulatif (misalnya masakan batangan, bagian pai busa karet dan
penanda ), alat ukur, atau benda lain yang dapat ditangani siswa selama pelajaran
berlangsung. Representasi bergambar meliputi gambar, diagram, grafik, atau grafik yang
digambar oleh siswa atau disediakan bagi siswa untuk membaca dan berinteraksi. Abstrak
mengacu pada representasi simbolis, seperti angka atau huruf yang ditulis atau ditafsirkan
siswa untuk menunjukkan pemahaman tentang sebuah tugas.
Pendekatan CPA ini memberi keuntungan bagi semua siswa namun terbukti sangat
efektif dengan siswa yang memiliki kesulitan dalam matematika, terutama karena bergerak
secara bertahap dari objek yang sebenarnya melalui gambar dan kemudian simbol (Jordan,
Miller, & Merger, 1998). Para siswa ini sering merasa frustrasi saat guru mempresentasikan
masalah matematika hanya secara abstrak. Guru matematika perlu mengatur konten ke dalam
konsep dan memberikan instruksi yang memungkinkan siswa untuk memproses pembelajaran
baru dengan cara yang berarti dan efisien.