Anda di halaman 1dari 71

i

IMPLEMENTASI KETERAMPILAN GURU DALAM MEMVARIASIKAN


PEMBELAJARAN IPS MELALUI DARING LEARNING
DI SD INPRES LAYANG KOTA MAKASSAR

PROPOSAL TESIS

NUR AIDA

Nomor Induk Mahasiswa: 105060403519

Pembimbing 1 : Dr. H. Nursalam, M.Si

Pembimbing 2 : Dr. Abdul Azis Muslimin, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021
ii

IMPLEMENTASI KETERAMPILAN GURU DALAM MEMVARIASIKAN


PEMBELAJARAN IPS MELALUI DARING LEARNING
DI SD INPRES LAYANG KOTA MAKASSAR

PROPOSAL TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister

Program Studi
Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun dan Diajukan oleh

NUR AIDA
Nomor Induk Mahasiswa: 105060403519

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
iii

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL TESIS

IMPLEMENTASI KETERAMPILAN GURU DALAM MEMVARIASIKAN


PEMBELAJARAN IPS MELALUI DARING LEARNING
DI SD INPRES LAYANG KOTA MAKASSAR

Yang disusun dan diajukan oleh

NUR AIDA
NIM: 105060403519

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Proposal Tesis


Pada tanggal Desember 2020

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Nursalam, M.Si. Dr. Hj. Rosleny Babo, M.Si.


NIDN: 0031126005 NIDN: 0018045904

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister


Unismuh Makassar Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dr H Darwis Muhdina M,Ag Sulfasyah, S,Pd., M,A,Ph.D


iv

NBM: 483.523 NBM: 970.635

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL LUAR i

HALAMAN JUDUL DALAM ii

HALAMAN PENGESAHAN iv

DAFTAR ISI xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Fokus Penelitian 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

A. Tinjauan Hasil Penelitian 10

B. Tinjauan Teori dan Konsep 13

1. Keterampilan Guru 13

2. Hakikat Metode, Media, dan Variasi Pembelajaran 19

3. Pembelajaran IPS Sekolah Dasar 37

4. Tinjauan Daring Learning 43

5. Keterampilan guru pada pembelajaran IPS di SD 46

C. Kerangka Pikir 58
v

BAB III METODE PENELITIAN 60

A. Pendekatan Penelitian 60

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 61

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan 61

D. Teknik Pengumpulan Data 61

E. Teknik Analisis Data 64

F. Pengecekan Keabsahan Data 65

DAFTAR PUSTAKA 67
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan

pengaruh yang besar terhadap aspek kehidupan masyarakat, salah

satunya dalam bidang pendidikan. Indonesia saat ini menghadapi

tantangan pandemi Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada sektor

ekonomi dan sosial, tetapi juga sektor pendidikan yang mau tidak mau

harus mulai beradaptasi dengan perkembangan saat ini. Oleh karena itu,

kegiatan pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka akan

diubah menjadi pembelajaran non tatap muka. Program ini dikenal dengan

pembelajaran online atau sistem e-learning atau pembelajaran online.

Pembelajaran online merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam

proses pembelajaran (Isman, 2016: 587). Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) Online artinya terhubung melalui jaringan komputer atau internet.

Oleh karena itu, pembelajaran online merupakan upaya mendidik siswa

secara tatap muka melalui jaringan atau internet yang ada.

Pelaksanaan pembelajaran online oleh pemerintah dikarenakan

pengaruh Covid-19, dan semua kegiatan pendidikan dan pembelajaran

harus dilakukan di rumah. Sehingga, pembelajaran online menjadi solusi

bagi guru untuk memberikan materi pembelajaran kepada siswa.

Pembelajaran online dilakukan sebagai upaya untuk terus mencapai

1
2

tujuan pendidikan dalam pandemi Covid-19. Pademi Covid-19 terpaksa

mengubah sistem pembelajaran sekolah secara signifikan dari pertemuan

tatap muka menjadi pembelajaran online. Pembelajaran ini dilakukan

mulai dari tingkat sekolah dasar hingga universitas.

Pembelajaran berbasis online yang sering dipergunakan di Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sendiri. Oleh karena itu, penerapan

pembelajaran online di SD / MI tentunya menghadapi berbagai kendala.

Kendala terbesar adalah perubahan kebiasaan siswa yang semula

populer, dan meskipun kegiatannya antusias karena berlangsung di

rumah, lama-kelamaan siswa menjadi bosan karena melakukan rutinitas

yang sama setiap hari. Selain itu, guru kurang fokus dan kecil dalam

memberikan materi pada salah satu mata pelajaran. Sedikit lebih mudah

menerapkan pembelajaran online jika materi yang biasanya didistribusikan

di sekolah tidak disampaikan dalam format ceramah, namun di sisi lain,

beberapa mata pelajaran sulit diterapkan jika tidak disebarkan dalam

metode ceramah. Mungkin sulit untuk menerapkan pembelajaran online

pada mata pelajaran ini, seperti ilmu sosial, untuk memahami siswa, akan

tetapi siswa harus diberikan pemahaman tentang pembelajaran yang

efektif.

Menurut (Rasimin, 2012: 119) dalam pembelajaran Ilmu Sosial, guru

memiliki posisi tertentu seperti perannya sebagai guru Ilmu Sosial. Guru

memiliki kendali penuh dalam pengkondisian kelas, penggunaan strategi,

metode inovatif untuk variasi pembelajaran, dan pengaturan penyampaian


3

materi Ilmu Sosial di kelas. Mata pelajaran Ilmu Sosial mencakup

beberapa kompetensi yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan

perilaku arif, bertanggung jawab, perhatian dan santun, karena Ilmu Sosial

mempunyai struktur dan hubungan yang jelas dan kuat antar konsep. Jika

pelaksanaan pembelajaran online diterapkan pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) maka guru sebagai penyampai materi harus

memiliki pilihan lain selain ceramah dalam menyampaikan materi.

Pembelajaran tatap muka mengalami banyak kebingungan dalam

jalannya pendidikan dan pembelajaran, hanya guru dalam praktek

pembelajaran yang berani menghadapi banyak pengalaman dari kedua

sekolah yang melaksanakan pembelajaran dan tidak maksimal seperti

memberikan tugas kepada siswa yang tidak mengerti sama sekali tanpa

menjelaskan materi dan langsung diterima. Terlepas dari kemudahan

yang ada, menerapkan pembelajaran selama pandemi Covid-19 pasti

memiliki beberapa keuntungan. Dalam situasi pembelajaran ini, guru perlu

lebih sadar secara positif tentang bagaimana berkomunikasi dengan siswa

menggunakan bahasa dan alat yang sangat berbeda. Penggunaan variasi

pembelajaran online harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh guru. Hal ini

untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran pada saat terjadi pandemi

di kurun waktu yang tidak pasti dimana penerapan pembelajaran berani ini

berakhir.

.
4

Keterampilan mengajar adalah keterampilan yang kompleks, yang

pada dasarnya merupakan integrasi lengkap dari sejumlah besar

keterampilan. Seorang guru tidak hanya dibebani dengan materi pelajaran

tetapi guru juga memiliki tanggung jawab yang besar, termasuk beban

yang menuntut kesabaran guru, mengemban amanah dan nasehat, serta

melindungi siswa. Selain guru sebagai tenaga profesional di bidang

pendidikan, guru juga harus memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan

konseptual, serta mengetahui dan melaksanakan hal-hal teknis, serta

bersifat teknis yang merupakan pengelolaan dan melaksanakan interaksi

belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi belajar mengajar, guru

setidaknya harus memiliki dua aset dasar, yaitu kemampuan merancang

program dan keterampilan mengajar untuk mengkomunikasikan pelajaran

kepada siswa. Dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Implementasi keterampilan variasi pembelajaran dapat dilakukan

dengan penggunaan gaya mengajar guru yang interaktif, penerapan

variasi pembelajaran yang menarik sesuai dengan kultur dan karakter

siswanya. Proses pembelajaran yang bervariasi akan menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan. Perasaan senang saat siswa

belajar akan mempengaruhi semangat dan motivasi belajar siswa dalam

memahami suatu materi. Hal ini menjadi dorongan sehingga daya

pemahaman siswa dapat meningkat. Peningkatan daya pemahaman

siswa terhadap suatu materi akan berbanding lurus dengan hasil belajar

siswa yang juga akan ikut meningkat. Proses pembelajaran menjadi kunci
5

pencapaian tujuan dan tempat pertukaran ilmu pengetahuan yang

memfasilitasi siswa belajar. Guru memiliki peran untuk menciptakan

proses pembelajaran yang menyenangkan dengan mevariasikan

pembelajaran. Namun berbagai faktor dapat mempengaruhi kinerja

seorang guru dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Tuntutan

seorang guru terkait administrasi pembelajaran pun tidak bisa dibilang

sepele. Proses perencanaan, proses pelaksanaan, tahap evaluasi serta

sederet tanggung jawab, keterbatasan sarana dan kesejahteraan masih

menjadi beban tersendiri.

Kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu guru

menjelaskan materi pelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat, guru

sesekali mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa melalui

pembelajaran daring di SD Inpres Layang Kota Makassar. Selama

pengamatan, guru di SD SD Inpres Layang Kota Makassar sudah

menunjukkan adanya pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi

pembelajaran dengan terampil. Salah satu tujuan mengadakan variasi

pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar, dalam

menggunakan keterampilan variasi pembelajaran sebaiknya digunakan

secara lancar dan berkesinambungan, serta digunakan apa adanya

sesuai dengan umpan balik yang diperoleh dari siswa.

Berdasarakan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru di SD

Inpres Layang Kota Makassar, alasan guru mengadakan variasi

pembelajaran IPS melalui Daring Learning yang mengatakan bahwa untuk


6

menjamin keberlangsungan akses pembelajaran yang berkualitas dan

menambah atau menguatkan bahan materi pembelajaran bagi siswa serta

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan aplikasi Zoom Cloud

Meeting yang menjadikan guru lebih mudah bertatap muka dengan siswa

melalui layar kaca. Dan yang lebih penting adalah guru dapat

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan efektif seperti kegiatan

mengajar dengan tatap muka di kelas. Orangtua atau wali siswa juga

harus ikut memantau anaknya ketika belajar di rumah. Dengan demikian

tujuan pembelajaran akan tercapai dan disiplin protokol kesehatan dapat

diterapkan sehingga diharapkan terhindar dari sebaran Covid-19.

Secara umum variasi pembelajaran yang digunakan guru bertujuan

untuk menarik perhatian siswa agar tetap fokus dan aktif selama

pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan guru dapat dipahami

siswa. Siswa juga diajarkan budi pekerti atau sopan santun bahwa selama

guru masih berbicara menjelaskan materi diharapkan siswa tidak

berbicara apalagi mengganggu teman yang sedang belajar. Selain itu,

secara tidak langsung siswa juga diperkenalkan variasi pembelajaran

yang digunakan serta cara menggunakannya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bastian (2019)

dengan judul “Keterampilan guru dalam mengadakan variasi pada

pembelajaran IPS kelas IV SD”. Berdasar hasil dalam penelitian ini, dapat

diambil simpulan bahwa keterampilan variasi pembelajarn IPS yang

dilakukan guru kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 sudah baik.


7

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa semua komponen

keterampilan mengadakan variasi sudah nampak, kecuali komponen

variasi pengimplementasian media pembelajarn audio serta audio-visual.

Hasil angket menggambarkan keterampilan variasi pembelajaran IPS

yang dilakukan cukup baik dengan rata-rata persentase yaitu 74.98 %.

Implikasi teoritis penelitian ini yaitu hasil penelitian dapat dijadikan sebagai

acuan guru untuk meningkatkan keterampilan variasi pembelajaran.

Sedangkan implikasi praktis penelitian ini bagi siswa yaitu menumbuhkan

antusiasme belajar dan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran. Bagi guru penelitian ini memberi implikasi untuk peluang

memperbaiki keterampilan mengajar, khususnya melakukan variasi

pembelajaran IPS dan bagi sekolah memberikan masukan yang positif

terhadap keberhasilan sekolah menyelenggarakan pendidikan, khususnya

dalam keberhasilan guru dalam meningkatkan keterampilan variasi

pembelajaran.

Penelitian juga dilakukan oleh Meisendi, Dena Yemin dan Riefki

Fiestawa (2019) dengan judul “Variasi pembelajaran IPS terhadap

ketercapaian kompetensi inti dalam kurikulum 2013 di Kota Bandung”.

Pemilihan Variasi pembelajaran ini berlandaskan manfaat dan fungsinya

yakni sebagai alat komunikasi antara guru dan peserta didik. Ketika

komunikasi antara guru dan peserta didik berjalan dengan baik maka

pesan dan tujuan pembelajaran lebih mudah dicapai. Penelitian ini

mengkaji gambaran penggunaan Variasi dan kompetensi inti


8

pembelajaran IPS serta melihat pengaruh variasi pembelajaran terhadap

ketercapaian kompetensi inti pembelajaran IPS. Hasilnya menunjukkan

variasi penggunaan media pembelajaran berpengaruh positif terhadap

ketercapaian kompetensi inti pembelajaran IPS dengan skor loading factor

sebesar 0.46, baik dengan pemanfaatan media cetak, media elektronik,

maupun media realita. Ini didukung hasil analisis statistik deskriptif dan uji

statistik hipotesis structural equality method (SEM). Secara lebih rinci

digambarkan bahwa media cetak paling sering dipergunakan guru dengan

persentase sebesar 94%, sedangkan variasi yang paling berpengaruh

pada ketercapaian kompetensi inti adalah media realita dengan skor

loading factor sebesar 0.876. Sedangkan kompetensi inti yang paling

tercapai dengan pemanfaatan variasi penggunaan media pembelajaran

adalah kompetensi spiritual dengan persentasi sebanyak 97.9%,

sedangkan berdasarkan pengujian statistik kompetensi keterampilanlah

yang paling dipengaruhi Variasi pembelajaran, dengan skor loading factor

sebesar 0.899.

Penelitian selanjutnya oleh Nanik sulistyawati, Darmiyati Zuchdi

dengan judul “Implementasi variasi pembelajaran untuk peningkatan hasil

belajar di SD Negeri 2 Kalijambe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

implementasi variasi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa kelas IIIa. Pada pratindakan nilai rata-rata kelas 45,

ketuntasan klasikal 0%. Di akhir siklus I, nilai rata-rata kelas dan

ketuntasan klasikal masing-masing 64 dan 23,08%. Akhir Siklus II, 71 dan


9

50%. Sedangkan pada akhir siklus III, 77 dan 88,46%. Demikian pula

pada kecenderungan berperilaku sesuai nilai target pada siswa kelas IIIa

terus mengalami peningkatan, (2) kendala yang dihadapi meliputi: kurang

intensifnya pengorganisasian kelompok, dan lamanya waktu yang

dibutuhkan guru untuk mempersiapkan pembelajaran. Untuk mengatasi

kendala tersebut, guru membiasakan siswa berinteraksi secara positif dan

bertanggung jawab dalam penyelesaian tugas kelompok, serta

optimalisasi penggunaan waktu dalam mempersiapkan pembelajaran

dengan memanfaatkan media informasi yang ada.

Penelitian di atas, belum menjelaskan secara spesifik tentang

bagaimana cara guru dalam mengimplementasikan variasi pembelajaran

IPS melalui Daring Learning, seperti penelitian yang dilakukan oleh

Bastian (2019) hanya fokus pada penjelasan keterampilan dasar mengajar

guru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, dan belum

menjelaskan tentang penggunaan variasi pembelajaran, sedangkan

penelitian dilakukan oleh Hilna Putria, Luthfi Hamdani Maula, dan Din

Azwar Uswatun (2020) hanya fokus pada penjelasan tentang Proses

Pembelajaran dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada

Guru Sekolah Dasar, namun tidak secara spesifik menjelaskan tentang

bagaimana penggunaan variasi pembelajaran di sekolah dasar. Dan

penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fredy Hermanto, Asep Ginanjar, dan

Noviani Achmad Putri (2019) fokus menjelaskan implementasinya


10

pembelajaran IPS di SD di Kabupaten Batang, namun belum

menggunakan proses pembelajaran Daring.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan melihat sejauh

mana pengembangan pendidikan anak akan bergantung pada proses

pembelajaran menggunakan Daring Learning yang disampaikan oleh

guru. Perkembangan pembelajaran siswa di rumah dalam masa pandemi

Covid-19 akan sangat berbeda dengan perkembangan pembelajaran di

sekolah, guru sebagai fasilitator memiliki berbagai inovasii dengan

menggunakan variasi pembelajaran. Penjelasan di atas, penulis tertarik

mengkaji judul penelitian “Implementasi keterampilan guru dalam

memvariasikan pembelajaran IPS melalui daring learning di SD Inpres

Layang Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang telah

dikemukakan, ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian:

1. Bagaimana implementasi keterampilan guru dalam memvariasikan

pembelajaran IPS di SD Inpres Layang Kota Makassar?

2. Bagaimana implementasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS

melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar?

3. Bagaimana implementasi keterampilan guru dalam memvariasikan

pembelajaran IPS melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota

Makassar?
11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui implementasi keterampilan guru dalam memvariasikan

pembelajaran IPS di SD Inpres Layang Kota Makassar.

2. Mengetahui implementasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS

melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar.

3. Mengetahui implementasi keterampilan guru dalam memvariasikan

pembelajaran IPS melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat

teoretis maupun prakmatis, adapun manfaatnya yaitu:

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk peneliti

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi dunia pendidikan dan memberi kontribusi nyata sebagai

sumber referensi khususnya tentang kemampuan guru dalam

menerapkan variasi pembelajaran IPS melalui Daring Learning pada

pembelajaran IPS di sekolah dasar.

b. Untuk pembaca atau peneliti lainnya

Hasil Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan bahan

referensi bagi pembaca atau peneliti lainnya yang ingin melakukan

penelitian berkaitan dengan keterampilan guru dalam menerapkan


12

keterampilan guru dalam menerapkan variasi pembelajaran IPS melalui

Daring Learning pada pembelajaran IPS di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk guru

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi guru

sekolah dasar tentang pentingnya menerapkan keterampilan guru dalam

menerapkan variasi pembelajaran IPS melalui Daring Learning dalam

proses pembelajaran, sehingga guru dapat meningkatkan

profesionalitasnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang lebih

baik.

b. Untuk siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa untuk

meningkatkan partisipasi dan keaktifan di dalam kelas sehingga dapat

meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

c. Untuk sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi acuan untuk

mengembangkan keterampilan guru khususnya keterampilan guru dalam

menerapkan variasi pembelajaran IPS melalui Daring Learning dapat

ditingkatkan sehingga berdampak positif pada kualitas pembelajaran.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Keterampilan guru dalam mengimplementasikan variasi

Pembelajaran IPS melalui Daring Learning di SD Inpres Layang Kota

Makassar diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Wedyawati (2015)

berjudul “Deskripsi Analisis Keterampilan Variasi Mengajar Guru IPA di

SDN 12 Jerora Sintang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para

guru IPA kelas IV dan V telah melakukan ketiga komponen keterampilan

variasi mengajar dengan kategori baik. Adapun faktor pendukung dalam

mengembangkan katerampilan variasi mengajar adalah fasilitas yang

tersedia di sekolah seperti media dan lingkungan sekolah. Adapun faktor

penghambat dalam keterampilan variasi mengajar adalah keterbatasan

penggunaan media yang tersedia di sekolah. Upaya yang dilakukan guru

adalah menciptakan media pembelajaran menggunakan benda yang ada

disekitar siswa berkaitan dengan materi pembelajaran, serta

mengembangkan variasi mengajar dan menerapkannya dalam proses

belajar mengajar.

Santi (2015) yang berjudul “Analisis Keterampilan Guru dalam

Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik Kelas II di SDN

Purwantoro 2 Malang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

keterampilan mengadakan variasi yang dilakukan guru dapat

14
14

meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan variasi dalam

pemanfaatan media pembelajaran lebih dapat mengarahkan siswa

kepada tujuan pengajaran sehingga guru membuat siswa lebih terfokus

kepada materi yang disampikan dan dapat meningkatkan hasil belajar

yang baik.

Itan Tanjilurohmah (2018) yang berjudul analisis tentang

penggunaan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajaran

IPS di Sekolah Dasar (Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan

Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya). Studi Deskriptif Tentang Penggunaan

Keterampilan Dasar Mengajar Bervariasi. Dilatar belakangi oleh

kebosanan siswa yang diakibatkan kurangnya pemahaman guru pada

keterampilan bervariasi. Rumusan masalahnya bagaimana cara guru

dalam menggunakan keterampilan mengadakan variasi. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang dilakukan secara wajar,

apa adanya, sesuai dengan kondisi objek. Subjek penelitian, guru yang

mengajar dikelas tinggi. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi

dan dokumentasi. Analisa data dilakukan melalui 3 tahap yaitu reduksi

data, display data dan verifikasi. Temuan hasil penelitian meliputi:

keterampilan mengadakan variasi sudah dikuasai oleh guru. Akan tetapi

ada satu komponen yang jarang digunakan yaitu variasi dalam media dan

alat peraga. Dikarenakan fasilitas yang dipakai hanyalah fasilitas yang ada

disekolah saja. Tetapi secara garis besar disimpulkan penggunaan

keterampilan mengadakan variasi di SDN Sirnasari dikategorikan baik.


15

Damayanti, Nafiah (2020) yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran

Daring terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran IPS pada

Siswa Kelas V A di MI Asas Islam Kalibening Tahun Pelajaran 2019/2020.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif penelitian yang

memerlukan data berupa informasi secara deskriptif dengan teori yang

dibangun berdasarkan data yang diperoleh. Dimana jenis penelitian ini

dimasukkan dalam kategori kualitatif dari aspek data dan analisisnya.

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yakni wawancara

dengan guru wali kelas dan siswa dan data sekunder yang berupa foto

dan hasil observasi non partisipan. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan observasi, wawancara dan dokumenatsi. Hasil penelitian ini,

sebagai berikut: (A) Standar pelaksanaan pembelajaran daring mata

pelajaran IPS pada siswa kelas V A di MI Asas Islam Kalibening tahun

pelajaran 2019/2020 yang diantaranya: (1) Dari peserta didik diberi tahu

menjadi peserta didik mencari tahu. (2) Dari guru sebagai satu-satunya

sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar. (3) Dari

pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran

dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi. (4) Pembelajaran

yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat. (5)

Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru

siapa saja adalah peserta didik dan dimana saja adalah kelas dan (6)

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran. (B) Realita pelaksanaan


16

pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada siswa kelas V A di MI Asas

Islam Kalibening tahun pelajaran 2019/2020 diantaranya: (1) keefektifan

pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS. (2) realita

pelaksanaan pembelajaran daring di mata pelajaran IPS. (C) faktor

penghambat pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran IPS pada

siswa kelas V A di MI Asas Islam Kalibening tahun pelajaran 2019/2020

yang diantaranya: (1) Faktor internal yang terdiri dari: (a) ketepatan waktu

dalam mengikuti pembelajaran, (b) cara penyampaian guru, (c) kesulitan

dalam menerima dan memahami materi dan (d) waktu pengumpulan

tugas. (2) Faktor eksternal, faktor yang berasal dari lingkungan tempat

siswa belajar dan latar belakang keluarga siswa yang berbeda-beda.

Anisa Nursaida (2019) dengan judul “Analisis Keterampilan Guru

Mengadakan Variasi Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa di SD Negeri Tanjung. Dengan tujuan penelitian yaitu 1)

Mengetahui keterampilan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran

dan hasil belajar siswa. 2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi guru

untuk mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan model

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Keterampilan

guru dalam mengadakan variasi pembelajaran di SDN Tanjung cukup baik

yaitu sebesar 68%.. Berdasarkan hasil analisis, guru di SDN Tanjung

masih belum merencakan pembelajaran yang bervariasi, menggunakan

metode konvensional dengan kegiatan yang monoton dan penggunaan


17

media yang belum maksimal. Hal ini dikarenakan terdapat faktor yang

menghambat guru untuk menerapkan keterampilan variasi pembelajaran.

Faktor yang menghambat guru dalam melaksanakan pembelajaran yang

bervariasi adalah: (1) Waktu dan pengalaman guru (2) karakter siswa (3)

kegiatan untuk meningkatkan kualitas guru (5) kesejahteraan guru yang

belum diperhatikan oleh pemerintah.

B. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Keterampilan Guru

Kata “guru”, pikiran orang biasanya tertuju pada sosok abdi negara

berpakaian formal lengkap dengan sepatu hitam, mondar-mandir di dalam

ruang kelas memberikan pelajaran kepada siswa. Di hadapan “penguasa

kelas” ini, siswa diam tertunduk takut, dan tidak lupa melipat tangan di

atas meja dengan pandangan lurus ke depan. Menjadi guru yang efektif,

menjadi tantangan di tengah ironi takdir yang menyelimuti seorang guru di

Indonesia (Marno, 2017: 9).

Guru merupakan orang pertama mencerdaskan manusia, orang

yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman dan menanamkan nilai-

nilai, budaya,dan agama terhadap anak didik dalam proses pendidikan.

Menurut Saiful Bahri Djamarah (2008:73) secara keseluruhan guru adalah

figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam

masyarakatatau sekolah.

Guru dalam mengembangkan keterampilan mengadakan variasi

pembelajaran perlu untuk memperhatikan beberapa hal seperti


18

penggunakan variasi dengan wajar, perubahan satu jenis variasi ke variasi

lainnya harus efektif, penggunaan variasi harus direncanakan dan sesuai

dengan bahan, metode dan karakteristik peserta didik. Guru memiliki

tanggung jawab untuk mendesain suatu proses pembelajaran yang dapat

memfasilitasi siswa untuk belajar sesuai dengan karakter siswa. Proses

pembelajaran harus didesain dengan mengkombinasikan berbagai gaya

mengajar.

Variasi gaya mengajar guru merupakan perubahan dalam gaya

mengajar yang dilakukan guru pada saat pembelajaran (Handayani,

2013:7). Dalam mevariasikan gaya mengajar guru perlu untuk

mempertimbangkan kecenderungan gaya belajar siswa. Menurut Gadner

dalam teorinya multiple intelligences mengungkapkan bahwa ada

berbagai kecerdasan yang dimiliki anak. Hal ini berpengaruh dengan

kecenderungan gaya belajar setiap siswa. Oleh karenanya semakin

variatif kegiatan dalam proses pembelajaran maka akan semakin

bermakna dan semakin mudah anak dalam menyerap suatu materi.

Guru yang efektif memiliki kemampuan dan sikap yang sanggup

memberikan yang terbaik bagi peserta didik dan menyenangkan peserta

didik dalam proses belajar mengajarnya (Rachmawati, 2013: 12).

Sementara National For Exellent in Teacher Education (USA)

mengungkapkan karakteristik guru efektif adalah sebagai berikut: 1)

terampil dalam bidangnya, 2) mahir dalam pengajaran, 3) mengikuti

perkembangan diri siswa masing-masing, 4) pengalaman tentang


19

psikologi kognitif, 5) mampu dalam mengikuti kemajuan teknologi.

Guru ideal dituntut memiliki kemampuan dasar mengajar.

Kemampuan dasar mengajar guru terdiri dari kemampuan akademis dan

non akademis (Darmadi: 2009: 33). Kemampuan akademis terdiri daru a)

memiliki sertifikasi mengajar; b) menguasai materi pembelajaran; c)

mengembangkan metodologi, media, dan sumber belajar; d) ahli

menyusun program; e) menilai atau mengevaluasi pembelajaran; f)

mampu memberdayakan siswa; g) kesesuaian disiplin ilmu yang dimiliki

dengan tugas; h) memiliki pengalaman belajar; i) mengikuti training,

workshop, pelatihan, penataran dll; j) inovatif dan pro aktif; k) senang

mencari informasi baru; dan l) senang membaca dan meanmbah

pengetahuan.

Kemampuan non akademis meliputi: a) menguasai paradigm baru

pendidikan; b) tidak buta teknologi; c) memiliki persiapan mengajar

tertulis; d) memiliki persiapan mengajar tidak tertulis; e) memiliki

kematangan emosi; f) dapat berkomunikasi dengan baik; g) gemar

membantu sesame; h) bersikap toleransi; i) bersikap sederhana; j) tidak

sombong; dan k) memiliki iman dan taqwa seimbang dunia akhirat. Dalam

dunia pendidikan keterampilan guru dikenal dengan istilah keterampilan

dasar mengajar (general teaching skills). Keterampilan merupakan

kemampuan atau kompetensi yang dimiliki. Keterampilan adalah

kapasitas khusus untuk memanipulsi objek secara fisik. (Yamin dan

Maisah, 2010:3)
20

Mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan sejumlah bahan

pelajaran ke dalam otak anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik

yang belajar. (Djamarah, 2008:107) Oleh sebab itu keterampilan mengajar

harus dikuasai guru. Menurut Baharudin (2011:34) “Keterampilan

mengajar guru adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam

menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus

mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan

pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas

yang baik”

Menurut Mulyasa (2008:69) mengungkapkan bahwa “Keterampilan

mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks,

sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan

menyeluruh”. Berdasarkan hal tersebut Mulyasa (2008:69)

mengungkapkan, “Delapan keterampilan mengajar yang berperan dan

menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:Keterampilan membuka dan

menutup pelajaran, Keterampilan menjelaskan, Keterampilan bertanya

mengadakan variasi, Keterampilan memberi penguatan, Keterampilan

mengadakan variasi, Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,

Keterampilan mengelola kelas, Keterampilan mengajar kelompok kecil

dan perorangan.

Mudyahardjo (2014:87) menyebutkan bahwa keberhasilan sebagai

guru sangat didukung oleh kepribadian yang meliputi rasa percaya diri,

tanggung jawab, volume dan keindahan suara, serta kesehatan pribadi.


21

Karakteristik professional meliputi:kejelasan dalammenyampaikan

pelajaran, mengorganisasi mata pelajaran secara sistematis, kemampuan

berekspresi, mampu membangkitkan minat dan motivasi peserta didik,

dan menyusun perencanaan sebagai persiapan pembelajaran secara

baik. Selain itu, berhubungan dengan latar belakang dan keahlian

akademik, guru harus mempunyai pengetahuan yang tepat tentang mata

pelajaran serta memiliki kemampuan untuk menyesuaikan mata pelajaran

dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Banyak peranan yang diperlukan guru sebagai pendidik. Menurut

Djamarah (2010: 43) semua peranan guru dapat diuraikan dibawah ini:

a) Guru sebagai demonstrator

Guru harus menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan

diajarkan dan meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang

dimilikinya untuk membantu hasil belajar yang dicapai siswa.

b) Guru sebagai pengelola kelas

Guru harus mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

c) Guru sebagai mediator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

baik mengenai media pembelajaran agar proses pembelajaran lebih

efektif. Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan untuk memilih,

menggunakan, dan mengusahakan media tersebut dengan baik.


22

d) Guru sebagai fasilitator

Guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang

efektif dan menunjang pencapaian tujuan dan proses pembelajaran.

e) Guru sebagai evaluator

Guru harus memiliki kemampuan untuk menilai prestasi siswa.

Sudah seharusnya guru mengikuti terus menerus hasil belajar siswa

dari waktu ke waktu untuk mendapatkan umpan balik yang dijadikan

titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran

selanjutnya.

f) Guru sebagai korektor

Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana

nilai yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan, dan

nilai yang buruk harus guru singkirkan dari jiwa dan watak anak didik.

g) Guru sebagai supervisor

Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai

secara kritis terhadap proses pengajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa guru

memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru

mengemban tanggungjawab dalam menciptakan proses pembelajaran

yang efektif dan efisien. Guru harus menguasai bahan ajar, mengelola

kelas, pemilihan media pembelajaran, mampu memilih sumber belajar

yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Guru sebagai tenaga

profesional di bidang kependidikan, guru juga harus memahami hal-hal


23

yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan

melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Yang termasuk bersifat teknis

adalah mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam

mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua

modal dasar yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan

mengajar dalam mengkomunikasikan pelajaran kepada siswa.

2. Hakikat Variasi Pembelajaran

a. Pengertian Variasi Pembelajaran

Sanjaya (2011: 38) variasi pembelajaran adalah keterampilan

guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian,

tidak membosankan sehingga siswa antusias dan berpartisipasi aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

Mengadakan variasi dalam pembelajaran ditunjukkan untuk

mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa karena pembelajaran

yang monoton. Dengan mengadakan variasi dalam kegiatan

pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan optimal,

sehingga siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusias serta

penuh partisipasi dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2014: 85).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

keterampilan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai

guru dalam pembelajaran sebagai upaya untuk mengatasi kebosanan

peserta didik. Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan optimal

dengan ketekunan, antusias, serta penuh partisipasi peserta didik.


24

Sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan

baik dan memuaskan.

b. Prinsip Mengadakan Variasi Pembelajaran

Rusman (2014: 86) ada tiga prinsip penggunaan keterampilan

mengadakan variasi (variation skills) yang perlu diperhatikan guru,

yaitu: 1) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu

yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan; 2) Variasi

harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga

tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan

pembelajaran; 3) Direncanakan secara baik dan secara eksplisit

dicantumkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Agar variasi dapat berfungsi secara efektif, guru perlu

memperhatikan prinsip penggunannya sebagai berikut: 1) variasi yang

dibuat harus mengandung maksud dan tujuan yang ingin dicapai,

karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi

yang sedang disajikan, dan kemampuan guru menciptakan variasi

tersebut; 2) variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan

sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar; 3) variasi harus

berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga tidak

merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan

belajar; 4) komponen-komponen variasi yang memerlukan

pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara

cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran (Anitah, 2008:


25

7.47).

Djamarah (2010: 125) prinsip penggunaan variasi yaitu: 1)

dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis

variasi digunakan; 2) menggunakan variasi secara lancar dan

berkesinambungan; 3) penggunaan komponen variasi harus benar-

benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

prinsip penggunaan keterampilan variasi adalah mengandung maksud

tertentu, terjadi secara wajar, berlangsung secara lancar dan

berkesinambunga, penggunaan komponen variasi harus benar-benar

terstruktur dan direncanakan oleh guru. Direncanakan secara baik dan

secara eksplisit dicantumkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran.

c. Macam-macam Mengadakan Variasi Pembelajaran

Sanjaya (2011: 39) ada tiga jenis variasi yang dilakukan oleh

guru, antara lain sebagai berikut:

a) Variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran

Untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada

beberapa teknik yang dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) Penggunaan variasi suara (teacher voice), dalam suatu proses

pembelajaran terkadang terjadi kurangnya perhatian siswa, dan

hal ini disebabkan oleh suara guru. Terkadang suara guru terlalu

lemah, sehingga sulit ditangkap oleh siswa. Atau pengucapan


26

kalimat yang kurang jelas. Guru yang baik akan terampil mengatur

volume suaranya, sehingga pesan akan mudah ditangkap dan

dipahami oleh seluruh siswa. Guru harus mempu mengatur suara,

kapan ia harus mengeraskan atau melemahkan suaranya. Melalui

intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membuat siswa

bergairah dalam belajar, sehingga proses pembelajaran menjadi

tidak membosankan.

(2) Pemusatan perhatian (focusing), memusatkan perahatian siswa

pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru

untuk memfokuskan perahtian siswa. Pemusatan perahatian

diperlukan untuk meminta perhatian khusus dari siswa terhadap

hal-hal yang spesifik;

(3) Kebisuan guru (teacher silence), ada kalanya guru dituntut untuk

tidak berkata apa-apa. Teknik ini bisa digunakan untuk menarik

perhatian siswa. Dengan kebiasaan guru dapat menarik perhatian

siswa. Dengan kebisuan guru dapat menarik perahatian siswa.

Oleh sebab itu, teknik “diam” dapat digunakan sebagai alat untuk

menstimulasi ketenangan dalam belajar.

(4) Mengadakan kontak pandang (eye contact) setiap siswa

membutuhkan perhatian dan penghargaan. Guru yang baik akan

memberikan perhatian kepada siswa melalui kontak mata. Kontak

mata yang terjaga terus dapat menumbuhkan kepercayaan diri

siswa.
27

(5) Gerakan guru (teacher movement) gerakan guru di dalam kelas

dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk merebut perhatian siswa.

Guru yang baik akan terampil mengekspresikan wajah sesuai

dengan pesan yang ingin disampaikan. Gerakan-gerakan guru

dapat membantu untuk kelancaran berkomunikasi, sehingga

pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh

siswa.

b) Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Namun

yang menjadi permasalahan adalah bagaimana agar proses

komunikasi itu berjalan dengan efektif, dan pesan yang ingin

disampaikan dapat diterima dengan utuh. Untuk kepentingan

tersebut, guru perlu menggunakan variasi dalam penggunaan

media dan alat pembelajaran. Secara umum ada tiga bentuk media,

yaitu media yang dapat didengar, dilihat, dan dapat diraba. Untuk

bisa mempertinggi perhatian siswa, guru perlu menggunakan setiap

media sesuai dengan kebutuhan.

Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat

dilakukan sebagai berikut: 1) variasi media dapat dilihat (visual)

seperti menggunakan gambar. Slide, foto, bagan, dan lain-lain; 2)

variasi alat atau media yang bisa didengar (audio) seperti

menggunakan radio, musik, deklamasi, pusisi, dan lain sebagainya;

3) variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan


28

digerakkan (motorik). Pemanfaatan media semacam ini dapat

menarik perhatian siswa, sebab siswa dapat secara langsung

membentuk dan memperagakan kagiatannya, baik secara

perorangan ataupun kelompok. Termasuk dalam alat dan media ini

adalah berbagai macam peragaan, model, dan lain sebagainya.

c) Variasi dalam berinetraksi

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan

lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi secara penuh

dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa

untuk berinterkasi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering

terjaadi selama proses pembelajaran berlangsung adalah guru

hanya menggunakan pola interkasi satu arah, yaitu guru ke siswa.

Pola interaksi yang demikian bukan dapat membuat iklim

pembelajaran menjadi statis, tapi dapat menjunjung kreatifitas

siswa. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi interkasi

dua arah, yaitu pola interaksi siswa-guru-siswa, bahkan pola

interaksi yang multiarah.

3. Pembelajaran IPS Sekolah Dasar

a. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran sering diidentikkan dengan pengajaran, seperti

dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20 (tentang

standar proses) dinyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran


29

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.” Kata atau

sitilah pembelajaran masih terbilang baru semenjak lahirnya Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang

menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(Susanto, 2013:19) dalam bukunya menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam (Sagala, 2011:62)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional untuk membuat belajar secara efektif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar. Menurut Budimansyah dalam (Hayati,

2017:2) pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam kemampuan,

sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari

pengalam atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya

berlangsung sekejab kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan

belum terjadi pembelajaran meskipun terjadi pengajaran.

(Dasopang, 2017:337) mengemukakan pembelajaran pada

hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga diartikan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.


30

Pembelajaran merupakan keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada

bagaimana pembelajaran yang dialami siswa. Dalam hal ini (Sugandi,

2008:9) mengartikan pembelajaran yaitu usaha guru untuk membentuk

tingkah laku yang didinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar

terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.

Sedangkan (Anni, 2011:192) pembelajaran adalah serangkaian peristiwa

eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung peristiwa internal

belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan sebuah usaha sadar yang guru dalam

membantu peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong

peserta didik melakukan proses belajar.

b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Somantri (Sapriya, 2009:56), Pendidikan IPS adalah

penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan.

Menurut Hamid dan Tuti Astianti (2016:12) mengemukakan materi

pengetahuan sosial merupakan wahana pembelajaran dan membangun

pengetahuan yang diharapkan tumbuh seiring dengan perkembangan

siswa dalam melihat diri dan lingkungannya.


31

Ilmu pengetahuan sosial merupakan perpaduan dari berbagai disiplin

ilmu pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan

sosiologi yang disusun secara sistematis dan terpadu yang kemudian

menjadi suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dipecah-pecah lagi karena

telah terintegrasi dalam ilmu pengetahuan sosial. (Kasihani, 2007:88)

menyatakan bahwa “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau

adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar

manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis

atau psikologis untuk tujuan pendidikan.”

Pendapat serupa dikemukakan oleh Huda (2011: 34) menyatakan

bahwa: “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud seperti sosiologi,

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan

Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial masyarakat

yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan

cabang-cabang ilmu sosial tersebut”.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu komponen

pendidikan yang menekankan pada pembentukan aspek kepribadian dan

tingkah laku siswa dalam kehidupan sosialnya. Melalui ilmu pengetahuan

sosial, anak didik dan dibina kualitas kemanusiaannya selaras dengan

nilai-nilai dalam masyarakat, sehingga dapat dijadikan dasar bagi anak

dalam segala kepribadian dan tingkah lakunya (Sapriya, 2009:1).


32

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan

Sosial adalah kegiatan dasar manusia secara sosial yang disajikan secara

ilmiah yang tumbuh sesuai dengan perkembangan siswa di

lingkungannya. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

diharapkan siswa memiliki kesadaran dalam kehidupan sosial di

lingkungan masyarakat serta dapat terbina menjadi warga negara yang

baik.

c. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan perilaku

kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling

utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku bagi peserta didik (Jailani dan Muhsini, 2006:119).

Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa

“Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia

yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan

dengan kehidupan manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan

materinya, memenuhikebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya,

pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur

kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur

serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Sedangkan

menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS

menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik


33

dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalnya keluarga, tetangga,

rukun tetangga atau rukun warga, desa atau kelurahan, kecamatan,

kabupaten, provinsi, Negara dan dunia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-disiplin

ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti:

sosialogi sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari

masalah-masalah sosial.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat

dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu:

1) Memberikan kepada siswapengetahuan tentang pengalaman manusia

dalm kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa

akan datang.

2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk

mencari dan mengelola informasi.

3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai atau sikap demokrasi

dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian atau

berperan serta dalam bermasyarakat.

Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS Sekolah Dasar meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat dan lingkungan.

2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.


34

3. Sistem Sosial dan Budaya.

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Pendidikan IPS di Sekolah Dasar telah mengintegrasikan bahan

pelajaran dalam satu bidang studi. Hingga sekarang, bahwa buku-buku

IPS untuk Sekolah Dasar telah memasukkan setidaknya lima sub bidang

studi, yakni Sejarah, Geografi, Politik, Hukum, dan Ekonomi. Tujuan mata

pelajaran IPS disekolah dasar merupakan program pengajaran yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka

terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa

masyarakat. tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik.

4. Tinjauan Daring Learning

Daring Learning atau yang lebih dikenal dengan nama online

learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan

internet ataupun jaringan. Di bawah ini ada beberapa pengertian

pembelajaran daring menurut para ahli, antara lain:

a. (Harjanto dan Sumunar, 2018:25) menyatakan bahwa pembelajaran

daring merupakan proses transformasi pendidikan konvensional ke

dalam bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang

tersendiri.
35

b. Menurut Mulyasa dalam (Syarifudin, 2020:33) memberikan argumen

pembelajaran daring pada dasarnya adalah pembelajaran yang

dilakukan secara virtual yang tersedia. Meskipun demikian,

pembelajaran daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang akan

diajarkan.

c. (Syarifudin, 2020:33) juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring

adalah bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri

tidak bergantung pada orang lain.

d. (Ramadhan, 2018:37) pembelajaran daring atau online adalah salah

satu model pembelajaran berteknologi untuk melengkapi pembelajaran

tatap muka.

e. (Isman, 2016:587) menjelaskan bahwa pembelajaran daring

merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.

f. (Bilfaqih, 2015:77) pembelajaran daring dapat diartikan sebagai suatu

pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan jaringan

internet, intranet dan ekstranet atau komputer yang terhubung langsung

dan cakupannya global (luas).

Berdasarkan beberapa paparan pengertian pembelajaran daring di

atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka dan melalui jaringan atau

internet yang telah tersedia.

Pembelajaran daring untuk saat ini dapat menjadi sebuah solusi

pembelajaran jarak jauh ketika terjadi bencana alam atau keadaan seperti
36

social distancing. Kegiatan diaplikasikannya pembelajaran daring

menjadikan kegiatan belajar mengajar dalam konteks tatap muka

dihentikan sementara, dan diganti dengan system pembelajaran daring

melalui aplikasi yangs udah tersedia (Syarifudin, 2020:31). Pembelajaran

daring mengedepankan akan interaksi dan pemberian informasi yang

mempermudah peserta didik meningkatkan kualitas belajar. Selain itu,

pembelajaran berbasis daring mempermudah satu sama lain

meningkatkan kehidupan nyata dalam proses pembelajaran. Oleh karena

itu sangat bermanfaat pembelajaran daring untuk kalangan pendidik dan

peserta didik. Pembelajaran daring untuk saat ini telah menjadi populer

karena itu potensi yang dirasakan untuk menyediakan layanan akses

konten lebih fleksibel, sehingga memunculkan beberapa keuntungan

dalam penerapannya.

Menurut (Aldya, 2020:131) ada beberapa keuntungan dalam

pelaksanaan pembelajaran daring, antara lain:

a. Meningkatkan ketersediaan pengalaman belajar secara fleksibel sesuai

dengan gaya belajarnya.

b. Efisiensi dalam menyusun dan menyebarluaskan konten instruksional.

c. Menyediakan dan mendukung kemudahan pembelajaran yang bersifat

kompleks.

d. Mendukung pembelajaran secara partisipatif.

e. Memberikan instruksi individual dan berbeda melalui berbagai

mekanisme umpan balik.


37

Sedangkan menurut (Ghirardi, 2011:45), ada beberapa keuntungan

dalam pelaksanaan pembelajaran daring, antara lain:

a. Dapat diikuti semua lapisan masyarakat.

b. Tetap mengikuti pembelajaran tanpa meninggalkan rumah dan

sekolahan.

c. Dapat menghemat waktu dan tenaga.

d. Lebih menghemat biaya.

Menurut (Roman Andrianto, 2019:57) kelemahan pembelajaran

daring yaitu:

a. Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar

mengajar.

b. Pengajar perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri.

c. Terkadang membuat beberapa orang merasa tidak nyaman.

d. Adanya kemungkinan muncul perilaku frustasi kecemasan dan

kebingungan.

Pembelajaran daring dilakukan melalui berbagai aplikasi yang dapat

menunjang proses pembelajaran seperti google classroom, whatsapp

group, zoom dan lain sebagainya (Idad Suhada, 2019:2). Pembelajaran

daring ini akan membentuk pembelajaran yang menjadikan siswa mandiri

dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini karena siswa akan fokus

pada gawai untuk menyelesaikan tugas ataupun mengikuti diskusi yang

sedang berlangsung. Semua yang didiskusikan dalam proses belajar

mengajar lewat daring penting untuk menuntaskan kompetensi yang akan


38

dicapai. Oleh karena itu, melalui pelaksanaan pembelajaran daring ini

siswa diharapkan mampu mengkonstruk ilmu pengetahuan (Syarifudin,

2020:113).

5. Keterampilan mengajar guru pada pembelajaran IPS di SD

Beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh

guru dalam pembelajaran IPS antara lain keterampilan membuka dan

menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan

mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan

perorangan. (Mulyasa, 2008:69)

a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

1) Membuka pelajaran

Membuka pelajaran adalah kegiatan guru menciptakan suasana siap

mental dan menimbulkan perhatian siswa agar berpusat pada hal-hal

yang akan dipelajari: (Mulyasa, 2008:84)

a) Menarik perhatian siswa

Yaitu meliputi gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar

dan pola interaksi yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi siswa

Yaitu dengan kehangatan dan antusias, dengan menimbulkan rasa

ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dengan

memperhatikan minat siswa.


39

c) Memberi acuan

Yaitu mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan

langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok

yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Membuat kaitan

Yaitu antar aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal

siswa, dengan membandingkan dan mempertentangkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah

dimiliki, dengan menjelaskan konsepnya atau pengertiannya lebih

dahulu sebelum menyajikan bahan secara terinci.

2) Menutup pelajaran

Menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk

mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap

materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.

(Mulyasa, 2008:84)

a) Meninjau kembali yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat

ringkasan.

b) Mengevaluasi yaitu menndemonstrasikan keterampilan menutup

pelajaran, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengekspresikan

pendapat siswa sendiri, soal-soal tertulis.

b. Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan menyajikan informasi

lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan,


40

misalnya hubungan sebab akibat, hubungan antara apa yang diketahui

dengan apa yang belum diketahui, hubungan antara dalil, definisi, rumus

dengan bukti, contoh sehari- hari. (Mulyasa,2008:80)

1) Menganalisis dan merencanakan\

a) Isi pesan (materi)

Secara menyeluruh isi pesan dianalisis atau diidentifikasi unsur-

unsurnya yang akan dihubungkan dalam penjelasan, menemukan

jenis hubungannya, menentukan hukum, dalil, rumus, generalisasi

yang akan digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur isi pesan.

b) Penerimaan pesan (siswa)

Sehubungan dengan siswa sebagai penerima penjelasan, guru

perlu mempertimbangkan yaitu: relevansi penjelasan dengan

pertanyaan siswa atau dengan situasi yang membingungkan siswa,

daya serap atau tingkat pemahaman siswa sesuai dengan apa

yang telah diketahui, kesesuaian penjelasan dengan tingkat

khasana pengetahuan siswa.

2) Menyajikan suatu penjelasan

a) Kejelasan penjelasan yaitu jelas kata-katanya, ungkapan

kalimatnya lengkap, volume suaranya jelas terdengar oleh siswa,

istilah teknis dan asing perlu disampaikan dengan waktu diam atau

senyap untuk memberikan kesempatan siswa dapat menangkap

artinya.
41

b) Konsep baru atau yang sulit perlu diberi contoh dan ilustrasi sesuai

dengan tingkat pemahaman dan pengertian siswa.

menghubungkan dalil, rumus, dan contoh dengan pola yaitu

induktif: khusus ke umum dan deduktif: umum ke khusus

Memberi tekanan pada hal-hal yang penting dengan cara yaitu:

tekanan suara pada bagian penting, membuat ikhtisar dan

pengulanggan, memparafrase (mengatakan dengan kalimat lain),

memberi tanda isyarat seperti “pertama”, “kedua” dll.

Memberi kesempatan kepada siswa, memberi balikan. Misalnya,

dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. balikan berupa

sikap dan mimik siswa pada saat menerima penjelasan juga

merupakan relevan tidaknya penjelasan guru.

c. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dalam proses belajar mengajar,

untuk menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan, karena

hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan

pertanyaan, kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan

kualitas jawaban peserta didik. (Mulyasa,2008:70)

1) Komponen keterampilan bertanya

a) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, caranya yaitu

gunakan kata-kata yang dapat dipahami siswa, dan susunan kata-

kata dalam pertanyaan perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat

perkembangan siswa
42

b) Pemberi acuan yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada

permulaan pelajaran atau saat pelajaran berlangsung.

c) Pemusatan yaitu gunakanlah pertanyaan dengan memulai

pertanyaan yang berfokus luas kemudian diikuti pertanyaan yang

lebih khusus yang berfokus sempit.

d) Pemindahan giliran yaitu ajukan pertanyaan kepada seluruh siswa

dalam kelas kemudian pilih beberapa siswa untuk menjawab

dengan menyebutkan nama mereka.

e) Pemberian waktu berpikir yaitu sesudah mengajukan satu

pertanyaan keseluruh siswa, guru perlu memberikan waktu

beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang

siswa untuk menjawabnya.

f) Pemberian tuntunan yaitu mengulangi penjelasan-penjelasan

sebelumnya Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah respon positif terhadap suatu tingkah laku

tertentu dari siswa yang memungkinan tingkah tersebut timbul

kembali. (Alma dkk, 2009:30). Penguatan berupa penghargaan dapat

berpengaruh positif dalam kehidupan seseorang, yaitu mendorong

seseorang memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan usahanya.

Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan

tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan

dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, atau

anggukan.
43

2) Komponen keterampilan memberi penguatan

a) Penguatan verbal

Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam bentuk, (a). Kata-

kata seperti: bagus, benar, hebat, tepat (b) kelompok kata seperti:

bagus sekali, sangat benar, hebat sekali, sangat hebat, (c) kalimat

seperti: pekerjaanmu bagus sekali

b) Penguatan cara mendekati

Penguatan dengan cara mendekati adalah mendekatnya

guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan

kesenangannya terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan

siswa. Penguatan ini berfungsi sebagai usaha memperkuat

penguatan verbal.

c) Penguatan dengan sentuhan

Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan

terhadap usaha dan penampilan siswa dengan menepuk-nepuk

bahu atau menjabat tangan siswa yang berprestasi. Cara ini harus

digunakan dengan pertimbangan yang seksama sesuai usia, jenis

kelamin dan latar belakang kebudayaan setempat.

d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.

Tugas dan kegiatan yang menyenangkan tersebut harus

berhubungan dengan penampilan yang diberi penguatan.


44

e) Penguatan berupa simbol atau benda

Penguatan berupa simbol seperti tanda (V), komentar tertulis

kepada siswa. Penguatan berupa benda seperti rencana.

Penguatan ini sesekali saja agar siswa tidak terlalu mengharapkan

sesuatu.

f) Penguatan tak penuh

Komponen ini dilakukan bila siswa memberi jawaban yang

hanya sebagian saja yang benar. Hindari respon negatif terhadap

jawaban tersebut.

d. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampiln guru dalam

proses belajar-mengajar (PBM) dengan menggunakan variasi atau proses

perubahan dalam pengajaran untuk mengatasi kebosanan siswa.

(Mulyasa, 2008:78)

1) Variasi dalam gaya mengajar, mencakup hal-hal berikut ini.

a) Penggunaan variasi suara

Guru memberi variasi dalam nada suara dengan jelas

sehingga siswa mudah memahami dan volume suara dengan

lantang atau keras sehingga siswa dapat mendengarkannya apa

yang di sampaikan oleh guru.

b) Mimik dan gerak

Guru mengadakan perubahan mimik dan gerak (tangan dan

badan) untuk memperjelas perjanjiannya.


45

c) Kontak pandang

Guru melayangkan pandangan dan melakukan kontak pandang

dengan siswanya.

d) Perubahan posisi

Guru bergerak dalam kelas untuk maksud yang berbeda-

beda. Guru memberikan tekanan pada butir-butir penting dari

penyajiannya dengan menggunakan bahasa lisan dan isyarat yang

cocok.

2) Variasi penggunaan media

a) Variasi visual

Guru menggunakan alat bantu yang dapat dilihat.

b) Variasi oral

Guru menggunakan berbagai suara langsung atau rekaman

dalam penyajiannya.

c) Variasi alat bantu yang dapat dipegang dan dimanipulasi

Guru memberikan kesempatan kepada siswa memegang atau

memanipulasi benda-benda atau alat bantu pengajaran.

3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

Guru memperkenalkan perubahan dalam pola interaksi antara

dia dengan siswa dan menganekaragamkan kegiatan belajar siswa

yang terlibat.
46

e. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil adalah proses percakapan yang teratur dari

sekelompok kecil orang (3-9 orang) dalam interaksi tatap muka yang

informal dengan tujuan membagi pengalaman atau informasi, mengambil

keputusan atau menyelesaikan suatu masalah. (Mulyasa, 2006:79).

1) Memusatkan perhatian

Yaitu merumuskan tujuan diskusi dan mengenalkan topik

masalah dalam bentuk pertanyaan, menyatakan masalah-masalah

khusus terutama jika terjadi penyimpangan, menandai dengan cermat

perubahan yang tidak relevan dan menyimpang dari tujuan atau

masalah diskusi, merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap

tertentu sebelum melajutkan pada tahap berikutnya.

2) Memperjelas masalah dan urunan pendapat

Yaitu menguraikan kembali atau merangkum hingga jelas,

meminta komentar siswa atau mengajukan pertanyaan untuk

menperjelaskan ide, menguraikan gagasan siswa dengan memberi

informasi tambahan atau contoh yang sesuai hingga jelas.

3) Menganalisis pandangan siswa

Yaitu meneliti apakah alasan yang dikemukakan mempunyai

dasar yang kuat, memperjelas hal yang disepakati dan yang tidak

4) Meningkatkan urunan siswa

Yaitu mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa

untuk berpikir, memberi contoh verbal dan nonverbal yang sesuai


47

pada saat yang tepat, cerita, gambar atau diagram, menghangatkan

suasana, memberi waktu yang cukup, memberi dukungan terhadap

urunan siswa dengan penuh perhatian, komentar positif atau mimik

serta sikap yang bersahabat.

5) Menjelaskan kesempatan berpartisipasi

Yaitu memancing urunan siswa, mencegah terjadinya

pembicaraan serentak dengan memberi giliran, mencegah adanya

dominasi pembicaraan, mendorong siswa mengomentari urunan

siswa, meminta persetujuan siswa bila terjadi jalan buntu.

6) Menutup diskusi

Yaitu membuat rangkuman hasil diskusi, memberi bayangan

tentang tindak lanjut dikusi atau topik diskusi yang akan datang,

mengajak siswa menilai hasil diskusi atau proses diskusi.

f. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas dengan tingkat kekompakan siswa,

intesitas mengelola kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi

belajar yang optimal bila ada gangguan (mendesiplinkan kelas).

1) Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal

menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang seksama,

gerak mendekati siswa secara wajar dan memberikan pernyataan

guru mulai kegiatan dan merespon siswa.

a) membagi perhatian siswa dengan cara visual, memandang


48

kesemua bagian kelas dan verbal, memberi komentar kepada

semua balikan siswa

b) memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugasnya dengan

cara memusatkan perhatian siswa terhadap tugas, menuntut

tanggung jawab siswa terhdap tugasnya.

c) Memberi petunjuk yang jelas dan singkat tentang aspek pelajaran

ataupun tugas yang diberikan kepada siswa.

d) Menegur secara efektiif dengan cara jelas dan tegas kepada siswa

yang menggangu dan perilaku yang harus dihentikan, menghindari

cara kasar dan menghindari ejekan yangg berlebihan atau

berkepanjangan.

e) Memberi penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif agar

terulang lagi dan negtif agar ditinggalkan

2) Pengendalian kondisi belajar yang optimal

a) Memodifikasi tingkah laku dengan merinci tingkah laku yang

menimbulkan gangguan, guru bekerja sama dengan rekan, orang

tua, konselor untuk mengoranisasi pengamatan dan pegukuran

tingkah laku, guru memilih tingkah laku yang akan diubah dan guru

harus mempunyai cara yang luas untuk mengubah tingkah laku

b) Pengelolaan kelompok yaitu memperlancarkan tugas dengan cara

mengusahaka terjadinya kerja sama, dan memelihara kegiatan

kelompok dengan cara memelihara semangat siswa dan

meminimalkan masalah
49

c) Hal-hal yang harus dihindari yaitu campur tangan yang berlebihan,

kelenyapan yang tidak jelas, ketidak tepatan memulai dan

mengakhiri kegiatan, bertele-tele dan pengulangan penjelasan yang

tidak perlu.

g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah

kecakapan menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok

siswa dan pada siswa secara individu. (Khotimah dkk, 2013:56) Secara

fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara

3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru

memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan

yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. (Khotimah dkk,

2013:56)

Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap

setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru

dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

yaitu keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, menunjukkan

kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, memberi respon

positif terhadap buah pikiran siswa dan mengendali situasi sehingga siswa

merasa aman, penuh pengertian, merasa dibantu, serta merasa dapat


50

menemukan alternatif pemecahan masalah.

C. Kerangka Pikir

Keterampilan guru merupakan kompetensi profesional yang cukup

kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh

dan menyeluruh dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, adapun

keterampilan mengajar yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan dan

mengimplementasikan metode, media, dan variasi pembelajaran IPS

antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan

menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,

keterampilan mengadakan metode, media, dan variasi, keterampilan

memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan

keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, dengan guru

memiliki keterampilan tersebut maka guru dapat menciptakan suasana

belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik.

Pembelajaran Daring Learning sendiri dapat di pahami sebagai

pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta

didiknya dan instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga

memerlukan sistem telekomunikasi interkatif sebagai media penghubung

keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya.

Pembelajaran Daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam

proses pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran dengan mode daring

di sekolah dasar masih kurang efektif dengan memanfaatkan aplikasi

Google Classroom, Google Meet dan E-learning.


51

Mengadakan variasi pembelajaran yang dilakukan guru meliputi

membangkitkan perhatian siswa sampai pada guru memberikan dorongan

psikologi atau sosial dalam proses pembelajaran yang optimal. Sejalan

dengan variasi yang dilakukan, ada beberapa indikator yang dapat

digunakan guru dalam mengadakan variasi pembelajaran, yang

memotivasi siswa dalam belajar. Indikator-indikator tersebut adalah variasi

gaya mengajar guru, variasi penggunaan alat bantu, dan variasi pola

interaksi sampai pada guru menyakinkan akan potensi siswa dan

kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi

belajar dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa tersebut. Melalui

setiap tahapan dalam indikator-indikator tersebut guru dapat melakukan

keterampilan mengadakan variasi pembelajaran dengan baik. Berikut

merupakan bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian tersebut, maka didapat kerangka berpikir

penelitian ini sebagai berikut:


52

Implementasi

Mengimplementasikan metode, media, dan variasi pembelajaran IPS


antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

Keterampilan Guru

Guru sebagai demonstrator Guru sebagai evaluator


Guru sebagai pengelola kelas Guru sebagai korektor
Guru sebagai mediator Guru sebagai supervisor
Guru sebagai fasilitator

Pembelajaran IPS Daring Learning


1. Manusia, tempat dan lingkungan. google classroom, whatsapp group,
2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. zoom dan lain sebagainya
3. Sistem Sosial dan Budaya.
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Implementasi keterampilan guru dalam memvariasikan pembelajaran IPS


melalui daring learning di SD Inpres Layang Kota Makassar

Hasil Penelitian

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir


53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang memerlukan data berupa informasi secara

deskriptif dengan teori yang dibangun berdasarkan data yang diperoleh

(Subandi, 2011:173). Sejalan dengan pendapat Subandi, dalam (Rasimin,

2018:12) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau

membedakannya dengan fenomena lain. Dimana penelitian ini

menangkap objek ciri khas suatu objek, seseorang atau kejadian pada

waktu data dikumpulkan. (Moleong, 2011:4) mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Teknik pengumpulan data dengan trianggulasi, analisis

data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan

makna dari pada generalisasi. Jadi, dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan deskriptif dan menggunakan jenis penelitian

kualitatif.

Digunakannya penelitian kualitatif ini untuk dapat memahami

tindakan-tindakan pada subjek dan objek yang diteliti melalui teknik-teknik

67
54

penelitian kualitatif seperti wawancara secara mendalam dan

dokumentasi. Sebab untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang

mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran daring terhadap kegiatan

pembelajaran pada mapel IPS melalui daring learning akan lebih baik jika

dilakukan dengan cara obsevasi, wawancara dan dokumentasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah SD Inpres Layang Kota Makassar

dengan jangka waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai

April 2021.

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan

Unit analisis dalam penelitian difokuskan pada keterampilan guru

dalam mengimplementasikan media, dan variasi pembelajaran IPS

melalui pembelajaran Daring Learning, penentuan unit lokasi dan objek

yang akan diteliti adalah di SD Inpres Layang Kota Makassar.

Penentuan informan yang dapat memberikan data sesuai dengan

masalah yang diteliti. Informan penelitian ini adalah Siswa Kelas IV, dan

V, guru dan kepala sekolah di SD Inpres Layang Kota Makassar. Adapun

informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 3.1. Deskripsi Informan


No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. IV 1 1 2

2. V 1 1 2
55

3. Guru 1 2 3

4. Kepala Sekolah 1 - 1

S 4 4 8

Sumber: data SD Inpres Layang Kota Makassar

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penunjang

pelaksanaan kegiatan penelitian, dimana pengumpulan data dilakukan

untuk menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Prosedur

pengumpulan data yang digunakan peneliti antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes

yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung

maupun tidak langsung dengan siswa. Wawancara dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian. Instrumen

ini dilakukan berdasarkan fakta, perasaan, niat dan sebagainya. Kegiatan

wawancara biasanya diajukan secara lisan kepada subjek yang diteliti.

Kegiatan wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui pelaksanaan pembelajaran daring dalam pembelajaran

selama masa pandemi covid-19 pada mata pelajaran IPS dalam

mengimplementasikan media dan variasi pembelajaran. Wawancara yang

dilakukan peneliti dilakukan secara online, karena untuk menerapkan

wawancara secara langsung di tengah masih diberlakukannya


56

pembelajaran daring dari rumah tidak memungkinkan, sehingga

wawancara dilakukan melalui aplikasi whatsapp melalui chating ataupun

voice note.
57

2. Dokumentasi

Selain dengan menggunakan wawancara dalam prosedur

pengumpulan data untuk memperoleh informasi juga bisa diperoleh

melalui fakta yang bisa tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,

arsip foto hingga jurnal kegiatan. Data berupa dokumen ini menjadi data

yang dapat digunakan peneliti untuk menggali informasi-informasi silam.

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang tertulis.

Dokumentasi adalah prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk

menelusuri data historis. Dokumentasi dibagi menjadi dua yaitu

dokumentasi internal dan eksternal. Dalam dokumentasi internal memuat

surat, memo, pengumuman hingga instruksi. Dokumentasi internal dapat

menyajikan informasi keadaan, aturan, disiplin dan memberikan petunjuk

gaya kepemimpinan. Sedangkan dokumentasi eksternal berisi bahan-

bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, berupa

majalah, buletin, pernyataan hingga berita (Moleong, 2011:15) Dalam

penelitian ini, dokumentasi internal berupa deskripsi sejarah sekolah yang

diteliti, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah

siswa. Sedangkan dokumentasi ekstrenal berupa buku referensi, jurnal-

jurnal terkait penelitian terdahulu, buku-buku yang bersumber dari internet.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut (Sugiyono, 2014:206) menjelaskan bahwa

analisis data dalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan


58

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian kali ini, peneliti

menggunakan analisis data dengan model Miles dan Huberman dalam

(Prastowo, 2012:244) yaitu melalui beberapa proses, antara lain:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data awal yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selama proses reduksi

data berlangsung, ada beberapa tahapan selanjutnya, antara lain:

a. ada tahapan mengkategorikan data yaitu memilah-milah setiap satuan

data ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

b. Inteprestasi data merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang

sebenarnya dari data penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Dalam tahap penyajian data, peneliti mengembangkan deskripsi dari

informasi-informasi tersusun untuk menarik sebuah kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data yang digunakan menggunakan

bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion/Verying)

Peneliti membuat kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna dari setiap gejala yang telah diperoleh dan menarik

kesimpulan dari data yang telah disimpulkan di awal kemudian


59

mencocokkan catatan dan pengamatan yang dilakukan peneliti saat

kegiatan penelitian berlangsung.

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik

pemeriksaan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data yang telah diperoleh. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di

luar data untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data

tersebut.

Triangulasi dilakukan melalui wawancara langsung dan tidak

langsung. Beberapa macam triangulasi menurut Denzin dalam (Moleong,

2011:20) antara lain:

1. Triangulasi Sumber (Data)

Teknik ini berarti teknik pengecekan data yang dilakukan dengan

cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam

penelitian ini, agar penelitian sesuai dengan tujuan mengenai

pelaksanaan pembelajaran daring terhadap pembelajaran IPS, maka

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke

sekolahan sebagai objek penelitian yang terdiri dari guru Kelas III, IV, dan

V. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis, dideskripsikan dan

dikategorisasikan dari yang sama sampai yang berbeda.


60

Menurut Rahardjo (2010: 3) Data yang diperoleh akan menghasilkan

kesimpulan, Konsep Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di

berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi sumber meliputi empat hal,

yaitu: (1) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan

kelompok), dan (2) triangulasi sumber data. Berikut penjelasannya.

a. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih

dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui

memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali

dari subjek penelitian.

b. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu

melalui berbagai sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui

wawancara, peneliti bisa menggunakan wawancara, dokumen tertulis,

arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan  pribadi dan

gambar atau foto.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan teknik pengecekan data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda. Adapun bagian dari Triangulasi teknik

adalah sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

dokumentasi, atau kuesioner.

b. Menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
61

lain.

c. Semua benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

melalui wawancara atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dari waktu pagi

hari hingga siang hari. Dengan begitu akan diketahui apakah narasumber

memberikan data yang sama atau data yang berbeda. Adapun bagian dari

Triangulasi waktu adalah sebagai berikut:

a. Waktu yang mempengaruhi kredibilitas data.

b. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada

saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan

memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel.

c. Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda.

d. Hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.


62

DAFTAR PUSTAKA

Aldya, Fitra Riantina dan Riskey Oktavian. (2020), Efektivitas


Pembelajaran Daring Terintegrasi di Era Pendidikan 4.0.
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Vol 20.

Alma, dkk, 2009. Keterampilan Bertanya dalam Pembelajaran Bahasa.


Jakarta: Merpati Jaya.

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Anni, Catharina Tri dan Achmad Rifa’i. (2011). Psikologi Pendidikan.


Semarang: UNNES Press.

Arief S. Sardiman, dkk. 2006. Media Pendidikan, Pengertian,


pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Azhar, Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharudin. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Bastian. 2019. Keterampilan guru dalam mengadakan variasi pada


pembelajaran IPS kelas IV SD. Jurnal Pendidikan. Volume 1.

Bilfaqih. 2015. Penerapan Media Pembelajaran. Surakarta: Melati


Pustaka.

Damayanti, Nafiah. 2020. Pelaksanaan Pembelajaran Daring terhadap


Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V
A di MI Asas Islam Kalibening Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal.

Darmadi. 2009. Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Pengalaman


Mengajar Terhadap Kinerja Pada Guru SMP Negeri 2 Genolong
Cawas Klaten Tahun 2011/2012. UMS. Dipublikasikan.

Darmiyati Zuchdi. Implementasi variasi pembelajaran untuk peningkatan


hasil belajar di SD Negeri 2 Kalijambe. Jurnal. Kajian Pembelajaran.
Volume 2.

Dasopang, Muhammad Darwis dan Aprida Pane. (2017). Belajar dan


Pembelajaran. IAIN Padangsidimpuan. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu
Keislaman. Volume 3.
63

Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta .

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Ghirardi. 2011. Pembelajaran Online. Surakrta: Media Pensil.

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010),


hlm. 81-82.

Handayani, N. G. M. D. 2013. Performansi Guru Pemanfaatan


Keteramilan Mengadakn Variasi Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas X SMA/negeri Blahbatuh. Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia.

Harjanto dan Sumunar. 2018. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Hayati, Nur. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative


Learning. Magelang: Graha Cendekia.

Huda, surya. 2011. Interaksi & Motivasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan


Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Idad Suhada. 2019. Pembelajaran Daring berbasis Google Classroom


Mahasiswa Pendidikan Biologi pada masa Pandemi Covid-19.
Bandung:UIN Sunan Gunung Djati.

Isman, Mhd. 2016. Pembelajaran Moda dalam Jaringan (Moda Jaringan).


Sumatera Utara: Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara. ISBN
978-602-361-045-7.

Isman, Sanjaya. 2016. Implementasi Daring Learning. Jakarta: Sukarjaya.

Itan Tanjilurohmah. 2018. analisis tentang penggunaan keterampilan


dasar mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi
Kabupaten Tasikmalaya: Jurnal.

Jailani dan Muhsini. 2006. Hasil Belajar dan Pembelajaran di SD. Jakarta:
Pustaka Jaya.

John M. Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:


Gramedia, 2010), h. 151.
64

Kasihani. 2007. Profsionalisme Guru Ditinjau dari Latar Belakang


Pendidikan dan Pengalaman Mengajar (Penelitian) Pada Guru-guru
SD Sekecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2007. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial Vol: 10 no. 2 Desember 2007.

Kasim, Suharto. 2008. Pendidikan Ilmu Sosial. Jogjakarta: Ar- Ruzz


Media.

Khotimah, dkk. 2013. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan


Perorangan. Jakarta: Lentera Sehati.

M. Arifin, 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 65

Maisah. 2010. Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan


Mutu Pembelajaran, Gaung Persada, Jakarta

Meisendi, Dena Yemin dan Riefki Fiestawa .2019. Variasi pembelajaran


IPS terhadap ketercapaian kompetensi inti dalam kurikulum 2013 di
Kota Bandung. Jawa Timur: Jurnal Pendidikan Karakter.

Marno.M. Idris. (2017). Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar


Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif & Edukatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Moleong, J Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mudyahardjo, Redja. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Mulyasa. 2008. Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung :PT Remaja


Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2001. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar .Bandung:


Sinar Baru Algensindo.

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Yogyakarta: Diva Press

Pupuh Fathurrohman & M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar


melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung :
PT Redika Aditama, 2007), hal.15.

Rachmawati. 2013. Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya.


Yogyakarta: Gava Media.
65

Ramadhan, Muhammad. 2018. Penerapan Model Kooperatif Tipe


Numbered Heads Together untuk Meningkatkan pemahaman dan
hasil belajar IPA Materi Bumi dan Peristiwa Alam. Skripsi PGSD
Universitas Pasundan Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rasimin, R. 2012. Pembelajaran IPS Teori, Aplikasi, & Evaluasi. Salatiga:


STAIN Salatiga Press.

Rasimin. R. 2018. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Kualitatif.


Salatiga: Mitra Cendekia

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahardjo, Mudjia. 2010. Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Gema Media.

Roman Andrianto, Paulus Insap Santoso dan Eko Nugroho. 2019. Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Pembelajaran Daring dalam
Revolusi Industri 4.0. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan


Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:


Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar


Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Santi. 2015. yang berjudul “Analisis Keterampilan Guru dalam


Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik Kelas II di SDN
Purwantoro 2 Malang. Kabupaten Malang: Skripsi 2015.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Sardiman, 2013. Keterampilan Dasar Mengajar, UPT-PPL, Universitas


Jambi. Jambi

Subandi. 2011. Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian


Pertunjukan. Harmonia, 173-179

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta
66

Sumiah, N. dkk. 2013. Analisis Keterampilan Megajar Guru dalam


Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Ekonomi di
SMA.Hlm 0–17

Supriatna. 2008. Penilaian Ilmu Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group

Syarifudin, Ahmad. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative


Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Diakses dari
laman web tanggal 23 November 2020 dari:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/download/57/52/0
2.

Syaiful Bahri & Winarno Surakhmad. 2014. Strategi Belajar Mengajar di


Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Tuti Astiani. 2016. Pendidikan Ilmu Sosial. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media

Uno, B. Hamzah. 2007. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta:


Bumi Aksara

Wedyawati. 2015. Deskripsi Analisis Keterampilan Variasi Mengajar Guru


IPA di SDN 12 Jerora Sintang. Kabupaten Sintang: Skripsi 2015.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran,


Jakarta: GP Press Group.

Anda mungkin juga menyukai