Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR RISIKO PERSALINAN PREMATUR (PRETERM) DAN SANGAT

PREMATUR (VERY PRETERM) DI RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO PERIODE


JANUARI 2019 – DESEMBER 2020
Radhiah Karim Sanrang, Deviana Soraya Riu
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Alamat korespondensi: Radhiah Karim Sanrang (Radhiahkarims@gmail.com)

ABSTRAK

Abstrak: Persalinan prematur merupakan penyebab tertinggi mortalitas neonatus


dan merupakan penyebab tersering neonatus mengalami kondisi krisis dan
memerlukan perawatan rumah sakit. Persalinan Prematur adalah istilah yang
digunakan secara luas untuk neonatus yang lahir kurang dari usia kehamilan 37
minggu dan dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan usia kehamilan, yaitu ekstrim
prematur (<28 minggu), sangat prematur (28-<32 minggu), dan prematur (32-<37
minggu). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor resiko, tergantung bagaimana
kondisi negara setempat dan Asia sendiri merupakan salah satu negara dengan
persalinan prematur yang tertinggi.
Tujuan : Membandingkan faktor risiko dari persalinan prematur dan sangat prematur
di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari
2019 – Desember 2020
Metode: Penelitian analitik dengan desain kasus kontrol, subyek penelitian adalah
data persalinan prematur dari Januari 2019 – Desember 2020 di RSUP Wahidin
Sudirohusodo, Makassar. Variabel bebas adalah usia ibu, jumlah paritas, riwayat
abortus, jumlah janin, jenis persalinan, preeklampsia berat, kelainan kongenital bayi,
ketuban pecah dini (KPD), kausa iatrogenik lain, kadar hemoglobin, dan leukosit.
Variabel terikat adalah usia kehamilan dua kelompok yaitu sangat prematur (28-<32
minggu), dan prematur (32-<37 minggu).

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji bivariat, faktor resiko persalinan prematur
lebih banyak dijumpai pada preeklampsia berat (p = 0.027, OR = 0.441, IK = 0.239 –
0.922), ketuban pecah dini (p = 0.022, OR = 2.597, IK = 1.128 – 5.983) dan
peningkatan jumlah leukosit (p = 0.027, OR = 0.475, IK 0.245 – 0.923).

Kesimpulan: Persalinan prematur dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti


usia ibu, jumlah janin, preeklampsia berat, ketuban pecah dini, peningkatan jumlah
leukosit, kelainan kongenital dan kausa iatrogenik lainnya. Preeklampsia berat,
ketuban pecah dini serta penigkatan jumlah leukosit merupakan faktor resiko yang
paling banyak menyebabkan persalinan prematur yang terjadi usia kehamilan <32
minggu dan >32 minggu. Persalinan pervaginam lebih sering dijumpai pada
persalinan prematur baik itu di umur kehamilan <32 minggu atau >32 minggu

Kata Kunci: Faktor risiko, Persalinan prematur, Usia kehamilan

1
PENDAHULUAN
Persalinan Prematur adalah istilah yang digunakan secara luas untuk
neonatus yang lahir kurang dari usia kehamilan 37 minggu. Menurut World Health
Organization (WHO), persalinan prematur dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan
usia kehamilan, yaitu ekstrim prematur (<28 minggu), sangat prematur (28-<32
minggu), dan prematur (32-<37 minggu). Persalinan prematur merupakan penyebab
tertinggi mortalitas neonatus dan merupakan penyebab tersering neonatus
mengalami kondisi krisis dan memerlukan perawatan rumah sakit. Mortalitas pada
empat minggu pertama kehidupan adalah sekitar 24-56% pada semua kematian
balita dan 75% di antaranya terjadi pada minggu pertama kehidupan. (1) (2)
Dari sekitar 4 juta neonatus yang meninggal per tahun, 99% terjadi pada
negara berpenghasilan rendah, dan sekitar 35% karena persalinan prematur.
Persalinan prematur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, tergantung bagaimana
kondisi negara setempat. Kenaikan jumlah kelahiran prematur di negara-negara
berpenghasilan tinggi disebabkan oleh jumlah wanita yang memiliki bayi pada umur
yang lebih tua dan peningkatan penggunaan obat kesuburan yang menyebabkan
terjadinya kehamilan kembar. Di beberapa negara maju, persalinan prematur banyak
disebabkan oleh induksi medis yang tidak perlu dan persalinan melalui operasi
Caesar sebelum waktunya. Sedangkan, di negara-negara berpenghasilan rendah,
penyebab utama persalinan prematur, antara lain infeksi malaria, Human
Immunodeficiency Virus (HIV), dan tingkat kehamilan remaja yang tinggi. (3)
Secara global, sekitar 10-11% kelahiran bayi, atau sekitar 15 juta kelahiran
bayi per tahun, diestimasi akan prematur. Menurut proporsi kematian neonatus yang
prematur sekitar 14% pada tahun 2000, meningkat menjadi 15% pada tahun 2001-
2005, dan menjadi 16% pada tahun 2006-2008, serta terus meningkat menjadi 17%
pada tahun 2009-2011. Di Amerika Serikat, diestimasi sekitar 12% bayi terlahir
secara prematur, dan sekitar 50% bayi prematur terjadi pada persalinan prematur.
Belum ada data yang akurat yang diperkirakan pada negara-negara berkembang
karena pendataan usia kehamilan yang belum jelas. Beberapa literatur melaporkan
laju persalinan prematur paling tinggi di sub-Saharan Afrika dan jumlah absolut
persalinan prematur yang tertinggi terjadi di Asia, namun demikian, data terkait
faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur ini masih sangat
terbatas.(3)(4)(5)

2
Jika kita mengacu pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
jumlah persalinan prematur di Indonesia sekitar 6.2% pada tahun 2018. Dan sekitar
8.9% paling tinggi di Sulawesi tengah. (6) Menurut WHO tahun 2012, banyak
persalinan prematur yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, dan penelitian yang
menjelaskan faktor-faktor risiko yang memengaruhi usia kehamilan persalinan
prematur, khususnya di RSUP Wahidin Sudirohusodo sampai saat ini belum ada.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor resiko yang
memengaruhi usia kehamilan persalinan prematur, khususnya dalam kelompok
sangat prematur dan prematur. Tujuan membandingkan faktor risiko dari persalinan
prematur dan sangat prematur di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin
Sudirohusodo periode Januari 2019 – Desember 2020

METODE
Penelitian ini memiliki desain kasus kontrol, retrospektif analitik, mengambil
semua data persalinan prematur di RSUP Wahidin Sudiroshusodo Makassar,
periode Januari 2019 – Desember 2020. Variabel bebas yang diteliti adalah usia ibu,
jumlah paritas, riwayat abortus, jumlah janin, jenis persalinan, preeklampsia berat,
kelainan kongenital bayi, ketuban pecah dini, kelainan iatrogenik lain, kadar
hemoglobin, dan leukosit. Variabel terikat adalah usia kehamilan prematur, yang
terbagi menjadi kelompok sangat prematur (usia kehamilan <32 minggu) dan
kelompok prematur (usia kehamilan 32-<37 minggu). Kemudian data dikumpulkan
dan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 22, dianalisis
dengan uji statistik bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari 183 subyek penelitian yang merupakan bayi yang lahir prematur di
RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia, periode Januari 2019 –
Desember 2020, didapatkan 72 subyek penelitian dengan usia kehamilan <32
minggu dan 111 subyek penelitian dengan usia kehamilan ≥32 minggu, dengan
gambaran karakteristik pada tabel 1.

3
Tabel 1. Karakteristik yang memengaruhi usia kehamilan persalinan prematur

Jenis Persalinan Prematur (n = 183)


Faktor- Prematur Interval
Sangat Prematur Nilai Rasio
faktor (≥32minggu Kepercayaan
(<32 minggu) p* Odd
Resiko ) (IK) 95%
(n = 72)
(n = 111)
Usia ibu
<20 atau 22 (45.8%) 26 (54.2%)
>35 tahun 0.285 1.438 0.739 – 2.802
20-35 tahun 50 (37.0%) 85 (63.0%)
Jumlah
paritas
≥4 13 (33.3%) 26 (66.7%)
0.388 0.720 0.342 – 1.516
<4 59 (41.0%) 85 (59.0%)
Riwayat
abortus
Ya 9 (26.5%) 25 (73.5%)
0.089 2.035 0.889 – 4.659
Tidak 63 (42.3%) 86 (57.7%)
Jumlah
janin 60 (47.0%) 102 (63.0%)
Tunggal 12 (57.1%) 9 (42.9%) 0.077 0.441 0.176 – 1.108
Multipel
*Uji Chi-Square

Tidak ada perbedaan karakteristik dari usia, jumlah paritas, riwayat abortus,
jumlah janin antara prematur dan sangat prematur secara signifikan.
Dari 183 subyek penelitian, terdapat 83 subyek penelitian yang lahir secara
pervaginam, yang terdiri dari 44 subyek penelitian dengan usia kehamila <32
minggu dan 93 subyek penelitian yang ≥32 minggu seperti yang ditampilkan pada
tabel 2.

4
Tabel 2. Hubungan jenis persalinan terhadap usia kehamilan persalinan
prematur
Jenis Persalinan Prematur
(n = 183)
Interval
Jenis Prematur Nilai Rasio
Sangat Prematur Kepercayaan
Persalinan (≥32minggu p* Odd
(<32 minggu) (IK) 95%
)
(n = 72)
(n = 111)
Pervagina 44 (53.0%) 39 (47.0%)
m 19 (52.8%) 17 (47.2%)
Spontan 25 (53.2%) 22 (46.8%)
0.001 2.901 1.571 – 5.358
Induksi 28 (28.0%) 72 (72.0%)
Operasi
Caesar
*Uji Chi-Square

Pada penelitian ini, ibu yang bersalin pervaginam terdapat 2.9 kali lebih
besar pada usia kehmian <32 minggu dibanding usia kehamilan ≥32 minggu,
dengan nilai p < 0.05, menandakan hubungan yang signifikan.
Pada tabel 3 dan 4, terlihat hubungan risiko maternal dan janin terhadap
usia kehamilan persalinan prematur, serta perbedaan kadar hemoglobin dan leukosit
pada masing-masing kelompok usia kehamilan persalinan prematur. Terlihat bahwa
preeklampsia berat dan Ketuban pecah dini secara signifikan berhubungan dengan
usia kehamilan persalinan prematur, disertai peningkatan jumlah leukosit yang juga
bermakna secara signifikan pada kedua kelompok namun tidak pada kadar
hemoglobin.

5
Tabel 3. Hubungan risiko maternal dan janin terhadap usia kehamilan
persalinan prematur

Jenis Persalinan Prematur


(n = 183)
Interval
Risiko maternal Prematur Nilai Rasio
Sangat Prematur Kepercayaan
dan neonatal (≥32mingg p* Odd
(<32 minggu) (IK) 95%
u)
(n = 72)
(n = 111)
Preeklampsia berat
Ya 16 (27.6%) 42 (72.4%)
0.027 0.469 0.239 – 0.922
Tidak 56 (44.8%) 69 (55.2%)
Kelainan
kongenital bayi
Ya 8 (30.8%) 18 (69.2%)
0.335 0.646 0.265 – 1.575
Tidak 64 (40.8%) 93 (59.2%)
Ketuban Pecah
Dini
Ya 16 (59.3%) 11 (40.7%)
0.022 2.597 1.128 – 5.983
Tidak 56 (35.9%) 100(64.1%)
Kausa iatrogenik
Ya 38 (34.5%) 72 (65.5%)
0.104 0.605 0.331 – 1.109
Tidak 34 (46.6%) 39 (53.4%)
*Uji Chi-Square

Tabel 4. Perbedaan kadar hemoglobin dan leukosit ibu terhadap usia


kehamilan persalinan prematur

Jenis Persalinan Prematur


(n = 183)
Kadar Interval
Prematur Nilai Rasio
Hemoglobin Sangat Prematur Kepercayaan
(≥32 p* Odd
dan Leukosit (<32 minggu) (IK) 95%
minggu)
(n = 72)
(n = 111)

6
Hemoglobin
Anemia 46 (27.4%) 73 (43.5%)
0.988 1.005 0.508 – 1.920
Tidak Anemia 19 (11.3%) 30 (17.9%)

Leukosit
Peningkatan
Leukosit Ringan 38 (22.6%) 77 (45.8%)
Peningkatan
0.027 0.475 0.245 – 0.923
Leukosit 27 (16.1%) 26 (15.5%)
Sedang-Berat
*Uji Chi-Square

DISKUSI
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa faktor resiko yang signifikan.
Dimana dikatakan bahwa beberapa karakteristik yang menunjang terjadinya
persalinan prematur disebabkan oleh beberapa faktor resiko dan lebih sering terjadi
di umur kehamilan >32 minggu namun tidak menutup kemungkinan terjadi juga di
umur kehamilan <32 minggu. Sehingga pada penelitian ini kami menemukan bahwa
1. Preekalampsia berat menjadi faktor resiko persalinan prematur dan lebih sering
ditemukan di usia kehamilan >32 minggu. 2. Ketuban pecah dini juga menjadi
penyebab persalinan prematur, yang lebih banyak dijumpai pada usia kehamilan
<32 minggu. 3. Peningkatan jumlah leukosit memberikan hasil yang signifikan,
dimana lebih banyak ditemukan di usia kehamillan >32 minggu.
Dalam studi yang dikatakan oleh Krisnadi SR. mengatakan dari beberapa
penelitian bahwa yang pernah mengalami abortus atau terminasi kehamilan pada
trimester pertama tidak berhubungan langsung dengan kejadian persalinan
prematur, namun ada juga beberapa peneliti-peneliti lain mendapatkan peningkatan
kejadian prematur sebesar 1,3 kali pada ibu yang mengalami satu kali abortus dan
1,9 kali pada ibu yang mengalami dua kali abortus. Pada penelitian yang kami
lakukan juga ternyata tidak mendapatkan perbedaan yang signifikan karena yang
kami dapatkan ternyata riwayat abortus tidak mempengaruhi persalinan prematur.
(7)
Menurut suatu penelitian retrospektif yang dipublikasikan pada American
Congress of Obstetricians and Gynecologists 58th Annual Clinical Meeting bulan Mei

7
2010, menyimpulkan bahwa metode persalinan tidak memberikan keuntungan yang
signifikan dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi. Sebuah studi Riskin et
al (2004) dalam penelitian observasional, menyimpulkan bahwa tindakan seksio
sesarea tidak rutin direkomendasikan, kecuali ada indikasi obstetrik karena tidak
menurunkan mortalitas pada bayi dengan berat lahir sangat rendah. Ulasan oleh
Bhatta SRC et al (2011) menyimpulkan bahwa metode persalinan, apakah
pervaginam atau operasi Caesar, pada kasus-kasus prematur sebaiknya
mempertimbangkan indikasi obstetrik dan sangat bergantung pada kondisi maternal
secara individual dan keputusan dokter yang menangani. Hal ini sesuai dengan hasil
yang dapatkan dimana persalinan prematur pada usia kehamilan <32 minggu lebih
banyak untuk partus pervaginam dibandingkan dengan usia kehamilan >32 minggu.
Namun tidak pada tindakan seksio sesarea dimana tindakan tersebut lebih banyak di
temukan pada usia kehamilan >32 minggu yaitu sekitar 72%. Hal tersebut mungkin
ditunjang oleh karena adanya beberapa faktor obstetrik yang mempengaruhi
meningkatnya tindakan seksio sesarea serta faktor kausa iatrogenik seperti
kehamilan yang disertai dengan plasenta akreta, kelainan kongenital pada neonatal
seperti Holoprosecephaly atau hidrosephalus yang ukuran dari biparietal diameter
sulit untuk persalinan pervaginam. (8)(9)(10)
Preeklampsia didefinisikan sebagai disfungsi luas endotelial vaskular dan
vasospasme yang terjadi setelah usia gestasi 20 minggu dan dapat bertahan hingga
4-6 minggu post partum. Secara klinis didefinisikan dengan hipertensi disertai
proteinuria, dengan atau tanpa edema yang patologik. Dimana faktor resikonya
adalah umur ibu, terjadi di kehamilan pertama akibat paparan vili korialis pertama
kali, riwayat preekampsia dikehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan
hipertensi dalam kehamilan, serta riwayat penyakit lain seperti SLE, Diabetes
melitus dan riwayat penyakit jantung. Dalam penelitian ini, terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor risiko preeklampsia berat dengan persalinan prematur.
Dimana Preeklampsia berat meningkat di usia kehamilan >32 minggu. Yang dimana
hal ini sesuai dengan jurnal penelitian oleh Guida et al (2017) yang menyatakan
sekitar 13% kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilan <34 minggu, dan 32%
pada usia kehamilan 34-37 minggu (semakin kecil usia kehamilan, semakin rendah
insiden preeklampsia).(11)
Ketuban pecah dini (KPD) juga dihubungkan dengan persalinan prematur.
Pada penelitian yang kami lakukan ternyata didapatkan hasil yang signifikan.
8
Ketuban pecah dini mempengaruhi persalinan prematur, yang dimana persalinan
prematur lebih banyak di usia kehamilan <32 minggu dibandingkan dengan usia
kehamilan ≥32 minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian Wagura et al (2018) yang
menyatakan bahwa ketuban pecah dini dihubungkan dengan korioamnionitis yang
mungkin subklinis dan vaginitis klamidial. Mikroorganisme yang menyebabkan
vaginosis bakterial dapat dengan mudah ditransmisikan secara ascending pada
ketuban pecah dini dan menyebabkan infeksi intrauterin. Semuanya ini diyakini
memicu pelepasan mediator inflamasi seperti interleukin-1 yang dapat menyebabkan
pelepasan prostaglandin dari desidua uterus yang dapat menginduksi persalinan
prematur. (12). Terkadang infeksi tersebut juga dihubungkan dengan peningkatan
jumlah leukosit dimana dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap persalinan prematur di usia kehamilan >32 minggu. Namun peningkatan
jumlah leukosit sendiri bukan berarti bisa di akibatkan oleh adanya Ketuban pecah
dini. Peningkatan leukosit bisa juga di akibatkan karena periontitis dan dari
mikroorganisme lain seperti Urea plasma urealyticum, Mycoplasma hominis,
Peptostreptpcocci, dan Gardnerella vaginalis. N.Gonorrhoea juga berhubungan
dengan persalinan prematur serta ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini pada usia
kehamilan premature akan berlanjut menjadi persalinan prematur pada 30-40%
kasus. Metaanalisis Cochrane yang menelaah pemberian antibiotik pada ketuban
pecah dini, menyatakan bahwa antibiotik bermanfaat dalam memperlambat
persalinan dan menurunkan angka kejadian infeksi maternal, infeksi neonatus,
jumlah bayi yang membutuhkan perawatan khusus (NICU) dan kebutuhan
pemakaian ventilator. Pemberian antibiotic juga dapat menurunkan kebutuhan
surfaktan.(12)(13)(7)

Kesimpulannya persalinan prematur dapat disebabkan oleh beberapa faktor


seperti usia ibu, jumlah janin, preeklampsia berat, ketuban pecah dini, peningkatan
jumlah leukosit, kelainan kongenital dan kausa iatrogenik lainnya. Preeklampsia
berat, ketuban pecah dini serta peningkatan jumlah leukosit merupakan faktor resiko
yang paling banyak menyebabkan persalinan prematur yang terjadi usia kehamilan
<32 minggu dan >32 minggu. Persalinan pervaginam lebih sering dijumpai pada
persalinan prematur baik itu di umur kehamilan <32 minggu atau >32 minggu.

9
REFERENSI
1. Susan A Furdon, RNC, NNP-BC, MS Neonatal Clinical Nurse Specialist/Nurse
Practitioner, Department of Pediatrics AMC. No Title.
https://emedicine.medscape.com/article/975909-overview [Internet]. 2017;
(Prematurity). Available from: https://emedicine.medscape.com/article/975909-
overview
2. Quinn JA, Munoz FM, Gonik B, Frau L, Cutland C, Mallett-Moore T, et al.
Preterm birth: Case definition & guidelines for data collection, analysis, and
presentation of immunisation safety data. Vaccine [Internet].
2016;34(49):6047–56. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.vaccine.2016.03.045
3. Sulistiarini D, Berliana M. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelahiran
Prematur di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013. E-Journal WIDYA
Kesehat Dan Lingkung. 2016;1(2):109–15.
4. Van Den Broek NR, Jean-Baptiste R, Neilson JP. Factors associated with
preterm, early preterm and late preterm birth in Malawi. PLoS One. 2014;9(3).
5. Widya T, Syarif S. Hubungan Prematuritas dengan Kematian Neonatal di
Indonesia Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). J Epidemiol Kesehat
Indones. 2016;1(1):9–14.
6. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehat
RI. 2019;53(9):1689–99.
7. Prof. Dr. dr. Sofie R. Krisnadi, Sp.OG (K), Prof. Dr. dr. Hidayat Wijayamegara,
Sp.OG (K), Prof. Dr. dr. Firman F.W SO (K). Prematuritas. 1st ed. Prof. Dr. dr.
Sofie R. Krisnadi, Sp.OG (K), Dr. dr. Jusuf S. Effendi SO (K), editor. Jawa
Barat; 2009.
8. Ahmeti F, Azizi I, Hoxha S, Kulik-Rechberger B, Rechberger T. Mode of
delivery and mortality among preterm newborns. Ginekol Pol [Internet].
2010;81(3):203–7. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20486542
9. Malloy MH. Impact of cesarean section on neonatal mortality rates among very
preterm infants in the United States, 2000 2003. Pediatrics. 2008;122(2):285–
92.
10. Ray Chaudhuri Bhatta S, Keriakos R. Review of the recent literature on the
mode of delivery for singleton vertex preterm babies. J Pregnancy.

10
2011;2011:186560.
11. Guida JP de S, Surita FG, Parpinelli MA, Costa ML. Pré-eclâmpsia pré-termo
e o melhor momento para a resolução da gestação: Revisão sistemática da
literatura. Rev Bras Ginecol e Obstet. 2017;39(11):622–31.
12. Wagura PM. evalence and Factors Associated With Preterm Birth AtPr. BMC
Pregnancy Childbirth. 2018;18(107):2–9.
13. Zhang Q, Ananth C V., Li Z, Smulian JC. Maternal anaemia and preterm birth:
A prospective cohort study. Int J Epidemiol. 2009;38(5):1380–9.

11

Anda mungkin juga menyukai