Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN KARAKTERISTIK KETUBAN PECAH DINI

PADA IBU BERSALIN DI RSUI BANYUBENING KABUPATEN


BOYOLALI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyusun Srikpsi Program Studi Sarjana Kebidanan Stikes Estu Utomo
Boyolali

Oleh :
Iftika Hamida
52021031

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum persalinan. Pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut KPD
preterm dan jika setelah usia 37 minggu disebut KPD aterm. Ketuban Pecah Dini
merupakan masalah penting dalam masalah obstetrik yang juga dapat menyebabkan
infeksi pada ibu dan bayi yang dapat meningkatkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
(Prawirohardjo, 2014).
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara pasti, namun banyak
faktor resiko yang memungkinkan dapat terjadinya ketuban pecah dini. Faktor
predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina
atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia,
kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor
golongan darah, faktor paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan
antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD
sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga dan atau asam askorbat, ketegangan rahim
yang berlebihan, kesempitan panggul, pekerjaan ibu, serta trauma yang didapat misalkan
hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis. (Prawirohardjo, 2014).
Pecahnya ketuban termasuk salah satu tanda bahaya pada kehamilan sehingga
memerlukan penanganan yang cepat dan pengawasan yang ketat serta kerjasama antara
keluarga dan penolong (bidan dan dokter), apabila tidak ditangani dengan cepat dapat
menyebabkan bahaya infeksi intrauterin yang mengancam keselamatan ibu dan janinnya,
hal itu akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan janinnya. (Manuaba
dalam milah, 2017)
Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari terdapat 830 ibu di dunia
meninggal akibat penyakit atau komplikasi selama kehamilan dan persalinan. 75%
kematian ibu disebabkan akibat perdarahan, hipertensi, dan juga infeksi,. (Kemenkes RI.
2019).
AKI di Indonesia masihlah sangat tinggi dari pada negara-negara ASEAN yang
rata-rata sebesar 40-60 dari 100.000 kelahiran hidup. Menurut data profil kesehatan
jumlah angka kematian ibu di tahun 2018- 2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi
4.221 kematian ibu di Indonesia Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak
adalah perdarahan 1.280 kasus (50,14%), hipertensi dalam kehamilan 1.066 kasus
(41,75%), infeksi 207 kasus (8,11%). Target AKI berdasarkan tujuan dari pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) adalah 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. (Kemenkes RI. 2019).
Secara umum AKI di Jawa tengah mengalami penurunan yang signifikan sejak
tahun 2014 s.d 2020 dari 126,55/100.000 KH menurun menjadi 76,93/100.000 KH
kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2020 menjadi 98,6/100.000 KH. Sedangkan
untuk penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, abortus
(termasuk abortus mola) dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Untuk
kabupaten Boyolali jumlah angka kematian ibu sebesar 17 orang dari 530 kasus
kematian ibu pada tahun 2020. (Dinkes Jateng, 2020)
Salah satu RSU di Provinsi Jawa Tengah yaitu RSUI Banyubening Kabupaten
Boyolali merupakan rumah sakit tipe D milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil study pendahuluan pada tahun 2022 di Rumah Sakit Umum Islam
Banyubening Kabupaten Boyolali yang dilihat dari rekam medis bulan januari-desember
2021 terdapat 1061 persalinan dengan jumlah kasus Ketuban Pecah Dini pada ibu
bersalin sebanyak 213 kasus.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Karakteristik Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUI
Banyubening Kabupaten Boyolali”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan masalah “Bagaimana
Gambaran Karakteristik Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUI Banyubening
Kabupaten Boyolali”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Karakteristik Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUI
Banyubening Kabupaten Boyolali
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik meliputi usia ibu, paritas, usia kehamilan dan
pekerjaan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUI Banyubening
Kabupaten Boyolali
b. Mengetahui gambaran proses persalinan meliputi cara persalinan, komplikasi pada
ibu dan komplikasi bayi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUI
Banyubening Kabupaten Boyolali

D. Ruang lingkup
1. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup asuhan kebidanan
khususnya pada ibu bersalin yaitu tentang gambaran karakteristik ketuban pecah dini
pada ibu bersalin
2. Ruang Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUI
Banyubening
3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2022 dengan mengambil data sekunder dari
Rekam Medis
4. Ruang Lingkup Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di RSUI Banyubening Kabupaten Boyolali

E. Manfaat penelitian
1. Teoritis
Menambah wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
Karakteristik Ketuban Pecah Dini
2. Praktis
a. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait mengenai gambaran karakteristik ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini sebagai indikator keberhasilan pelayanan yang di
berikan oleh rumah sakit terutama pada pelayanan untuk ibu dan bayi. Tenaga
kesehatan di RSUI dapat melakukan tindakan yang cepat dan tepat pada kasus KPD
sehingga dapat meminimalkan infeksi dan komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan
bayi.
b. Bagi Ibu Hamil
Untuk memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai tanda-tanda bahaya pada
kehamilan khususnya Ketuban Pecah Dini agar ibu dapat melakukan pemeriksaan
antenatal secara komprehensif kepada petugas kesehatan dan dapat melakukan
pengambilan keputusan dengan tepat pada kasus KPD.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan referensi selanjutnya diperpustakaan khususnya penelitian
mengenai KPD

F. Keaslian penelitian

N NAMA JUDUL METODE HASIL PERBEDAAN


O PENELITIAN
1 Rukhsoh Gambaran Diskriptif dengan Hasil penelitian menunjukkan Penelitian ini
Riqotul Kejadian teknik sample non bahwa kejadian KPD pada ibu menggunakan
Milah Ketuban Pecah probability sampling bersalin sebagian besar pada ibu pendekan
(2017) Dini Pada Ibu dengan metode berusia (20-35 tahun) yaitu 79 waktu cross
Bersalin Di accidental sampling, (82.3%), sebagian besar ibu sectional
Rsu Kabupaten jumlah sampel yang berparitas multipara 52 (54.2%), dengan cara
Tangerang diperoleh yaitu 96 KPD pada usia kehamilan aterm mengambil
Tahun 2016 sampel dari populasi yaitu 96 (100%), sebagian besar data rekam
sebanyak 1063 ibu pada ibu tidak bekerja yaitu 89 medik bulan
bersalin dengan (92.7%), seluruh ibu tidak januari sampai
ketuban pecah dini. memiliki komplikasi yaitu 96 desember
(100%), sebagian besar bersalin 2020 di RSUI
dengan cara seksio sesarea Banyubening
sebanyak 78 (81.2%), dan
sebagian besar bayi tidak memiliki
komplikasi sebanyak 84 (87.5%).

2 Ayu Gambaran Diskriptif Kuantitatif Sebagian besar responden adalah Penelitian ini
Novita Faktor dengan pendekatan multipara sebanyak 245 orang menggunakan
Sari, Penyebab waktu retrospektif. (57,4%), berusia 20-35 tahun pendekan
Budi Kejadian Populasi dalam sebanyak 265 orang (62,1%), waktu cross
Rahayu Ketuban Pecah penelitian ini yaitu umur kehamilan ≥37 minggu sectional
(2015) Dini (Kpd) semua ibu bersalin sebanyak 343 orang (80,3%), dengan cara
Pada Ibu yang mengalami pembesaran uterus normal mengambil
Bersalin Di ketuban pecah dini sebanyak 410 orang (96,1%), letak data rekam
Rsud di RSUD janin preskep sebanyak 396 orang medik bulan
Yogyakarta Yogyakarta tahun (92,7%). januari sampai
Tahun 2015 2015 yang didapat desember
dari rekam medik. 2020 di RSUI
Teknik pengambilan Banyubening.
sampel yaitu dengan Teknik
total sampling pengambilan
dengan jumlah 427 sampel yaitu
responden dengan
random
sampling

BAB II TUJUAN PUSTAKA


A. Ketuban Pecah Dini 1. Pengertian Ketuban Pecah Dini Ketuban Pecah Dini adalah
pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang
apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu.8
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu. 9 Ketuban Pecah Dini (PROM, premature rupture of membrane)
adalah kondisi dimana ketuban pecah sebelum proses persalinan dan usia gestasi > 37 minggu.
Jika ketuban pecah pada usia gestasi < 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur (PPROM, preterm premature rupture of membrane).10 Ketuban Pecah
dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu di sebut KPD pada kehamilan prematur. Dalam
keadaan normal 810% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. KPD prematur sendiri
terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular, amnion,korion, dan apoptosis
membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan
protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme”.11 Kejadian Ketuban
Pecah Dini berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. Sebanyak 70% ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.12

Berdasarkan uraian di atas pada dasarnya Ketuban Pecah Dini merupakan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan, dan tidak ditandai dengan adanya tanda-tanda persalinan. Pecahnya
selaput ketuban jika < 37 minggu disebut KPD pada kehamilan prematur sedangkan jika selaput
ketuban pecah pada usia kehamilan > 37 minggu disebut KPD aterm.

2. Patofisologi Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini pada persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan
degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.11
Ketuban dapat pecah karena kontraksi uterus dan peregangan berulang yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh sehingga pecah. Salah satu faktor risiko dari ketuban pecah dini
adalah kurangnya asam askorbat yang merupakan komponen dari kolagen. Pada kehamilan
trimester awal, selaput ketuban sangat kuat, Namun, pada trimester ketiga menjadi mudah pecah
berkaitan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin, sedangkan pada
kehamilan premature, biasanya penyebabnya adalah infeksi dari vagina, polihidramnion,
inkompetensia serviks.10 Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah
berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen dan berkurangnya tembaga serta asam
askorbik yang yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena merokok.11 Selaput
ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi
rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput
ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal

yang fisologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur di sebabkan oleh adanya faktor-
faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi pada
polihidramnion, serviks inkompeten, solusio plasenta.11

3. Diagnosis Ketuban Pecah Dini Diagnosis KPD ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak
secara tiba-tiba. Lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril untuk melihat
adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada,
gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau meminta ibu untuk mengedan atau batuk.9
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif
(melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.9
Pastikan Bahwa: a. Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan Bau cairan
yang khas Tes Nitrazin: Lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru, harap
diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu. Gambaran pakis
yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret servikovaginal yang mengering b. Tidak ada
tanda-tanda inpartu

4. Komplikasi Ketuban Pecah Dini Komplikasi yang dapat timbul dari KPD bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau
gagalnya persalinan normal.11

Persalinan prematur, infeksi maternal/neonatus, hipoksia karena kompresi tali pusat, naiknya
insiden seksio sesarea, hipoplasia pulmonal. Pecahnya ketuban menyebabkan
oligohidramnion sehingga tali pusat tertekan dan terjadi hipoksia. Makin sedikitnya air ketuban,
janin dalam keadaan gawat.9

5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih menetes atau merembes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.5
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini Kejadian ketuban pecah dini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: a. Usia Ibu Usia adalah rentang kehidupan yang
diukur dengan tahun. Masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun. Usia adalah
lamanya hidup dalam tahun dihitung sejak dilahirkan8. Umur ibu pada saat hamil merupakan
salah satu faktor yang menentukan tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Umur yang
dianggap berisiko adalah umur <20 dan di >35 tahun. Faktor yang mempunyai pengaruh sangat
erat dengan perkembangan alat-alat reproduksi wanita dimana reproduksi sehat merupakan usia
yang paling aman bagi wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu 20-35 tahun.14

Usia ibu yang < 20 tahun termasuk usia terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang
matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan usia> 35
tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khusunya pada ibu primi (tua) dan
berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini.15 Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun
dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum siap. Ibu dengan usia >35 tahun
tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan resiko
tinggi mengalami ketuban pecah dini. Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. Rekomendasi WHO untuk usia
yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 35 tahun.16
Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 2035 tahun. Di bawah atau diatas
usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang akan
mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuan dan keelastisannya dalam menerima kehamilan .17

b. Paritas Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande
multipara. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk
hidup di dunia luar. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu
kali. Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih. Grandemultipara adalah
wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih.18 Wanita yang telah melahirkan
beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang
terlampau dekat,

10

diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.19 Ibu primipara
yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis mencakup saat hamil,
gangguan fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan kehamilan.3

c. Usia Kehamilan Usia kehamilan adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam
rahim, usia janin dihitung dalam minggu dari hari pertama haid terakhir (HPHT) ibu sampai hari
kelahiran.20 Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur
kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan
pengkajian usia kehamilan. Pada kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia
kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang
penanganannya bergantung pada usia janin. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah
pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin.11

d. Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau
pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki
waktu yang lebih untuk memperoleh informasi.20 Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu
berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan
dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini.
Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan dapat

11
membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun
janin.21

7. Proses Persalinan a. Cara Persalinan Cara persalinan adalah cara untuk pengeluaran bayi
dan plasenta dari rahim ibu.13 Persalinan adalah membuka dan menipisnya serviks dan jalan
lahir turun ke dalam jalan lahir. Persalinan juga merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Menurut cara persalinan,
persalinan diklasifikasikan sebagai berikut.22 1) Partus biasa (normal) disebut juga partus
spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. 2)
Partus luar biasa (abnormal) dalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui
dinding perut dengan operasi SC. 3) Vakum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara
kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.

b. Komplikasi pada Ibu Komplikasi pada ibu adalah penyakit yang baru timbul pada ibu
setelah proses persalinan pada kejadian KPD.13 Komplikasi pada ibu dengan KPD karena
jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering diperiksa
dalam persalinan. Jika terjadi infeksi dan kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan
sepsis dan selain itu juga dapat dijumpai partus lama/dry labour, perdarahan post partum, infeksi
puerperalis/masa nifas, meningkatkan tindakan operatif obstetrik (khususnya SC). Ibu akan
merasa lelah terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama sehingga nadi ibu cepat dan
nampaklah gejala-gejala

12

infeksi. Hal tersebut akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada maternal.11

c. Komplikasi pada Bayi Komplikasi pada bayi adalah penyakit yang baru timbul pada bayi
setelah proses persalinan pada kejadian KPD.13 Walaupun ibu belum menunjukan tanda-
tanda infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu
terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan komplikasi yang sering dialami
oleh janin adalah hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, skor APGAR rendah,
enselopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distress pernapasan, sehingga
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal. KPD menyebabkan hubungan langsung antara
dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden.
Semakin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi sehingga meningkatkan kejadian
kesakitan dan kematian ibu bayi atau janin dalam rahim. Tanda adanya infeksi bila suhu ibu >
38C, air ketuban keruh dan bau. Leukosit>15.000 /mm, perlunakan uterus dan takikardia janin
(>180 x/menit).4

8. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Menurut Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut: 9 a. Tatalaksana Umum 1)
Berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari 2) Rujuk ke fasilitas yang memadai

13

b. Tatalaksana Khusus Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan: 1) ≥ 34


Minggu Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi. 2) 24 – 33
Minggu Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta dan kematian janin. Lakukan persalinan
segera. Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM
tiap 24 jam selama 48 jam. Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
Kehamilan 32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas perawatan
bayi preterm). 3) < 24 Minggu Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin menjadi pilihan Jika terjadi
infeksi (korioamnionitis), lakukan tatalaksana korioamnionitis.

14

B. Kerangka Teori

1. Pengertian KPD

2. Patofisiologi KPD

3. Diagnosis KPD Proses Persalinan


4. Komplikasi KPD a. Cara Persalinan
Ketuban Pecah Dini
5. Tanda dan Gejala KPD b. Komplikasi Ibu
6. Faktor-faktor yang c. Komplikasi Bayi
mempengaruhi KPD
Skema 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu


Bersalin Di RSUI BAnyubening

A. Karakteristik Ibu bersalin:

1. Usia Ibu 2. Paritas 3. Usia Kehamilan 4.


Pekerjaan

B. Proses Persalinan

1. Cara Persalinan 2. Komplikasi pada ibu 3.


Komplikasi pada bayi
Skema 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

A. Karakteristik Ibu Bersalin

1. Usia Ibu rentang kehidupan yang diukur dengan tahun dan lamanya hidup dalam tahun
dihitung sejak dilahirkan
Data Rekam Medis

Dikelompokkan menjadi : 0. Usia <20 1. Usia 20 – 35 2. Usia >35

Ordinal

2. Paritas banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak
terakhir.

Data Rekam Medis

DIklompokkan Menjadi 0. Primipara 1. Multipara 2. Grandemultipara

Ordinal

3. Usia Kehamilan

ukuran lama waktu seorang janinberada dalam rahim, usia janin dihitung dalam minggu dari hari
pertama haid terakhir (HPHT) ibu sampai hari kelahiran.

Data Rekam Medis

Dikelompokan menjadi: 0. < 37 Minggu 1. > 37 Minggu

Ordinal

4. Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah

Data Rekam Medis

Dikelompokkan menjadi : 0. Bekerja 1. Tidak Bekerja

Nominal

B. Proses Persalinan

1. Komplikasi Ibu
penyakit yang baru timbul pada ibu setelah proses persalinan pada kejadian KPD

Data Rekam Medis

Dikelompokan Menjadi 0. Ada 1. Tidak

Ordinal

2. Cara Persalinan

Cara untuk pengeluaran bayi dan plasenta dari rahim ibu.

Data Rekam Medis

DikelompokanMenjadi 0. Spontan 1. SC 2. Vakum

Ordinal

3. Komplikasi Pada Bayi

penyakit yang baru timbul pada bayi setelah proses persalinan pada kejadian KPD

Data Rekam Medis

Dikelompokan Menjadi 0. Ada 1. Tidak

Ordinal

Anda mungkin juga menyukai