Anda di halaman 1dari 24

MINI PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETUBAN


PECAH DINI DI RSUD ZAINAL ABIDIN PAGARALAM
KABUPATEN WAY KANA TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mini Proposal


Mata Kuliah Methodologi Penelitian

OLEH:
LIASARI
NPM 210102330P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebab AKI dan AKB menurut Dinas Kesehatan RI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi,

dan abortus. Infeksi dan perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari ketuban pecah dini.

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum in partu atau

persalinan, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

Dalam keadaan normal ketuban pecah saat persalinan. Bila periode laten panjang dan ketuban sudah

pecah, maka dapat terjadi infeksi yang meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Sofian, 2013).

Kasus kematian ibu di Kabupaten Waykan an berfluktuasi dari tahun 2016 sampai 2018. Pada

tahun 2016 terdapat 2 kasus kematian ibu. Tahun 2017 terdapat 1 kasus kematian ibu bersalin, namun

di tahun 2018 kembali terjadi peningkatan kembali dimana sebanyak 2 ibu meninggal. (Dinkes

Kabupaten Way Kanan, 2020).

Winkjosatro (2016)mengatakan bahwa dikatakan Ketuban Pecah dini (KPD) adalah suatu

keadaan pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pembukaan serviks

< 4 cm ( fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPDmerupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan

penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis (Sari, 2014).
Kejadian ketuban pecah dini sekitar 5 – 8%. 5% diantaranya segera diikuti oleh persalinan dalam 5 –

6 jam, sekitar 95% diikuti persalinan dalam 72 – 95 jam, dan selebihnya memerlukan tindakan

konservatif atau aktif dengan menginduksi persalinan atau operatif (Manuaba, 2014).Persoalan

ketuban pecah dini yang dihadapi yaitu jika terjadi pada prematuritas sehingga menyulitkan kita

uuntuk mengambil keputusan tindakan karena keadaan janin yang premature, yang dapat

menyebabkan anggka kejadian morbiditas dan mortalitas yang tinggi ( Manuaba, 2014).

Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor

predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau

serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak

janin, usia, faktorgolongan darah, faktor multigraviditas/ paritas, usia kehamilan, merokok,keadaan

sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus danpersalinan preterm sebelumnya, riwayat

KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang

berlebihan, kesempitanpanggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat

misalnyahubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis, hidramnionkehamilan ganda,

perut gantung atau pendular abdomen (Wiknjosastro, 2016;Manuaba, 2014)

Risiko ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun bagi janin.

Bagi ibu dapat menyebabkan infeksi intrapartal (dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas),

partus lama, perdarahan postpartum, morbiditas, dan mortalitas maternal. Sedangkan bagi bayi dapat

menyebabkan prematuritas, prolaps funiculli (penurunan tali pusar, hipoksia, asfiksia sekunder,

sindrom deformitas janin, morbiditas, dan mortalitas perinatal (Fadlun & Feryanto, 2012).

Dari hasil presurvey yang dilakukan peneliti di RSUD Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten

Way Kanan tahun 2015 kejadian KPD mencapai 43 kasus (6,2%) dari 692 ibu yang bersalin. Pada

tahun 2016 kejadian Ketuban Pecah Dini mengalami peningkatan menjadi 48 kasus (6,98%) dari 687
ibu yang bersalin, tahun 2017 sebanyak 69 kasus (9,7%) dari 714 ibu yang bersalin dan tahun 2018

sebanyak 75 kasus (10,7%) dari 698 ibu yang bersalin dan di tahun 2020 kasus KPD sebanyak 83

(11,4%) dari 722 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam

Kabupaten Way Kanan(Rekam Medis, 2021).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian tentangfaktor-faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini di RSUD Zainal Abidin

Pagar Alam Kabupaten Way Kanan.

A.Rumusan Masalah

Berdasarkanlatar belakang di atas , maka penulis dapat merumuskan masalah pada penelitian yaitu

“faktor apa saja yang berhubungan dengan ketuban pecah dini diRSUD Zainal Abidin Pagar Alam

Kabupaten Way Kanan Tahun 2021” ?

B.Tujuan

1.Tujuan Umum

Diketahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah

Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan.

2.Tujuan Khusus

a. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

b. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor usia di Rumah Sakit

Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

c. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor paritas di Rumah

Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan
d. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor posisi janin di

Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

e. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor pekerjaan di Rumah

Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

f. Diketahuihubungan posisi janin dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

g. Diketahuihubungan paritas dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan \

h. Diketahuihubungan umur ibu dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

i.Diketahuihubungan pekerjaan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

C.Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembanganpengetahuan tentang ketuban

pecah dini yang berhubungan dengan ilmukebidanan. Diharapkan sebagai pembuktian teori tentang

faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dengan ketuban pecah dini pada ibu hamil, sebagai

studi pustaka dan sebagai salah satu tolak ukur keefektifan dan keberhasilan suatu panyampaian

materi pembelajaran tentang kejadian ketuban pecah dini.

2.Manfaat Aplikatif

A.Bagi Ibu Hamil

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada ibu hamil untuk deteksi dini terhadap

faktor-faktor yang mempangaruhi kelainan pada kehamilan agar tidak terjadi ketuban pecah dini

B.Bagi RSUD Zainal Abidin Pagar Alam


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran faktor penyebab terjadinya ketuban

pecah dini sehingga dapat dilakukan upaya deteksi dini untuk meminimalkan komplikasi yang akan

terjadi dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan.

C.Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan oleh

institusi/ tempat penelitian sebagai bahan referensi kepustakaan penelitian selanjutnya khususnya.

D.Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat di jadikan salah satu refrensi dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan ketuban pecah dini.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah kuantatif dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu hamil yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten

Way Kanan. Objek dalam peneltiian ini adalah : posisi janin, paritas, usia dan pekerjaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teori

1.Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya

konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ibu ke dunia luar melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Varney ,2007).

Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

1.Persalinan kala 1

Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara penbukaan nol sampai pembukaan lengkap,proses

kala I berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dari

pembukaan 0cm- pembukaan serviks 3 cm, dan fase aktif dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan

10 cm.

2.Persalinan kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida

dan 1 jam pada multigravida.

3.Persalinan kala III


Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit.

4.Persalinan kala IV (Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. observasi yang harus

dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan

perdarahan.

Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan adalah jalan lahir (passage), janin

(passanger), kekuatan (power) dan ada dua faktor lain yang juga sangat mempengaruhi terhadap

keberhasilan asuhan persalinan yaitu faktor posisi dan psikologis (Sumarah at al, 2008).

2.Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun teradi jauh sebelum waktunya

melahirkan (Norma, 2013).

Dikatakan ketuban pecah dini yaitu ketuban pecah sebelum persalinan berlangsung karena

selaput membrane atau tekanan uterin atau kedua faktor tersebut. Juga karena infeksi yang berasal

dari servik dan vagina (Asrinah at al, 2014).

3.Etiologi

Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal memicu robekan dilokasi ini.

Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan dan infeksi) dapat menyebabkan terjadinya KPD.
Faktor pencetus kejadian ketuban pecah dini harus diwaspadai jika adanya multiple, riwayat

persalinan preterem sebelumnya, tindakan senggama tidak berpengaruh kepada resiko kecuali jika

higien buruk,predisposisi terhadap infeksi ( Ai yeyeh dan Lia, 2012).

Varney (2006) mengatakan bahwa insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan

malpresentasi janin, kehamilan kembar, dan hubungan yang signifikan antara lain keletihan karna

pekerjaan dan paritas ibu.Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga

selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan

pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin.ketuban pecah dini pada kehamilan prematur

disebabkan oleh adanya faktor – faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.

Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihdramnion, inkompeten serviks dan solusio

plasenta (Manuaba, 2013).

4.Risiko KPD

Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi baik itu terhadap ibu maupun terhadap

bayinya, diantaranya yaitu :

1) Peningkatan persalinan dengan bedah Caesar.

2) Terjadi korioamnionitis (infeksi intrapartum) yang dapat menjadi infeksi sistemik ibu dan bayi

3) Infeksi intramnion dan endometritis pasca persalinan.

4) Terjadi prolaps tali pusat.

5) Gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong dan letak

lintang).

6)Partus kering karena air ketuban habis.

7)Persalinan preterm jika KPD terjadi pada usia kehamilan preterem.

5.Diagnosis
Saifuddin (2014), mengatakan bahwa dalam kasus ketuban pecah dini konfirmasi diagnosanya

perlu diketahui bau cairan ketuban yang khas, jika keluar cairan ketuban sedikit – sedikit, tampung

cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian. Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan

inspekulo. Nilai apakah cairan yang keluar berasal dari ostium uteri atau terkumpul di forniks

posterior.

6. Penanganan .

Gambaran umum tatalaksana KPD sebagai berikut:

1)Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya kematangan paru sehingga

mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2)Jika perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam

dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

3)Pada usia kehamilan 24-32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan

induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan

4).Menghadapi KPD perlu komunikasi dengan ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa

tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan

mungkin harus mengorbankan janinnya.

5). Pemeriksaan yang penting adalah dilakukannya USG untuk mengukur distansia biparietal dan

perlu dilakukan pemeriksaan kematangan paru.

6) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila

tidak terjadi his spontan

7..Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini

1) Malpresentasi

Malposisi atau malpresentasi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan ubun -
ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.

3) Letak lintang dan presentasi bahu

Terjadi jika sumbu panjang janin terletak melintang. Bahu merupakan bagian yang menjadi

presentasi. Pada pemeriksaan abdomen : sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian

besar (kepala atau bokong) pada simfisis pubis. Kepala biasanya teraba di daerah punggung. Pada

pemeriksaan vagina , dapat teraba bahu, tetapi tidak selalu. Lengan dapat mengalami prolaps dan

siku, lengan atau tangan dapat teraba di vagina.Malpresentasi dikatakan terjadi secara kebetulan

hanya jika faktor-faktor lain tidak diketemukan. Pengaruh terhadap persalinan adalah adaptasi bagian

terendah janin dengan Serviks dan panggul yang kurang simetris merupakan salah satu faktor yang

mengurangi efisiensi persalinan dan sering juga terjadi ketuban pecah dini ( Manuaba, 2013 ).

4) Kehamilan Ganda

Menurut Varney (2006), kehamilan ganda dapat menyebabkan ketuban pecah dini karena peregangan

uterus yang berlebihan sehingga tekanan membran dan uterus meningkat.Kehamilan ganda atau

disebut juga dengan kehamilan kembar, ada 2 macam yaitu kehamilan kembar dengan 2 telur

(dizigotik) dan kehamilan ganda 1 telur ( monozigotik ).

5) Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup

maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu.

Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Winkjosastro, 2007;

Oxford, 2010; Manuaba, 2013;Saifuddin, 2014)

Paritas dibagi menjadi :

1) Nulipara

Nulipara adalah para 0 atau wanita yang belum pernah melahirkan bayi.
2) Primipara

Primipara adalah sebutan untuk wanita dimana ia pernah melahirkan anak yang viable sebanyak satu

kali.

3) Multipara

Seorang wanita yang telah hamil dan melahirkan bayi lebih dari 2 kali ( 2 , 3 dan 4 )

4).Grandemultipara

Seorang wanita yang telah hamil lebih dari 5 kali yang menghasilkan anak yang hidup.

6) Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahiirkan sampai saat ini,Umur ibu merupakan faktor

risiko kehamilan yaitu umur <20 tahun dan >35 tahun. Ibu hamil dengan usia muda < 20 tahun

dapat mengalami penyakit kehamilan dan persalinan, ini disebabkan belum matangnya alat

reproduksi untuk hamil maupun melahirkan sehingga dapat merugikan kesehatan ibu.Pada usia > 35

tahun alat reproduksi sudah mulai menurun fungsinya baik anatomis maupun hormonal.Usia paling

aman atau bisa dikatakan waktu repeoduksi sehat adalah antara umur 20 – 35 tahun, karena pada usia

tersebut alat – alat reproduksi sudah siap dan matang. Kesehatan reproduksi wanita sangat penting

pengaruhnya dalam kehamilan (Manuaba, 2013)

7).Status sosial ekonomi (Pekerjaan)

Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat,beberapa pekerjaan yang dianggap

berbahaya atau bisa mencelakakan selama kehamilan.beberapa zat berbahaya seperti bahan kimia,

inhalan, radiasi atau pelarut yang sehari-hari dihadapi selama bekerja, dapat menjadi masalahdalam

kehamilan. Hal lain yang mendapatkan perhatian adalah wanita yang bekerjanya mengharuskan ia

berdiri berjam-jam. Wanita yang sebagian besar waktu kerjanya dihabiskan dengan berdiri, biasanya

mengalami persalinan premature karena mempunyai leher rahim yang tidak kompeten (Norma,
2013). Pada kasus kejadia ketuban pecah dini telah ditemukan hubungan yang signifikan yaitu

adanya keletihan karena bekerja sehingga dapat mengakibatkan ketuban pecah sebelum waktunya

melahirkan.

8) .Polihidramnion

Polihidramnion atau disebut juga hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh

lebih banyak dari normal yaitu biasanya lebih dari 2000 cc.Penyebab terjadinya polihidramnion yakni

adanya produksi air ketuban bertambah yang berasal dari epitel amnion namun juga bisa berasal dari

bertambahnya karena cairan lain masuk kedalam ruang amnion, pengaliran air ketuban terganggu

karena janin tidak menelan cairan ketuban ( Ai yeyeh dan Lia, 2010 ).

9) .Serviks inkompeten

Yang dimaksud dengan serviks inkompeten yaitu serviks (leher rahim) yang membuka secara

premature dibawah tekanan rahim dan janin yang tumbeh membesar. Inkompeten serviks dapat

disebabkan karena adanya kelainan serviks yang bersifat genetik, kontak ibu dengan DES (diethyl-

stilbestrol) ketika ia masih dalam kandungan ibunya, peregangan yang berlebihan atau lecet parah

pada serviks selama satu atau lebih karena persalinan sebelumnya.Inkompeten serviks biasanya

didiagnosis ketika seorang ibu mengalami keguguran pada trimester ke dua setelah mengalami

pemendekan dan penipisan serviks yang progresif dan tidak nyeri serta pembesaran serviks tanpa

kontraksi yang nyata atau perdarahan pervaginam (Manuaba, 2013).

10) .Infeksi

Dalam insiden ketuban pecah dini salah satu faktornya yaitu infeksi vagina atau serviks (misalnya

vaginosis bacterial dan infeksi protozoa) yang ditularkan secara seksual seperti wanita yang memiliki
pasangan seksual baru, atau yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu pada tahun-tahun

terakhir, mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi barier (Norma, 2013).

1).Infeksi bakterial

2).Infeksi protozo

B.Penelitian Terkait

1.Penelitian Maharani (2017) hubungan usia, paritas dengan ketuban pecah dini di Puskesmas Jagir

Surabaya. Hasilpenelitian didapatkan dari 144 ibu bersalinterdapat sebagian besar (53,47%)

denganusia beresiko dan sebanyak 64,93% terjadiKPD, ibu bersalin multipara yang sebagianbesar

(57,38%) terjadi ketuban pecah dini.dan pada ibu bersalin primipara sebagianbesar (75,68%) tidak

terjadi ketuban pecahdini. Hasil uji khi kuadrat dari Yatesdidapatkan pada variabel usia χ²

hitung(91.514,38) > χ² tabel (3,84), dan padavariabel paritas χ² hitung (11,73) > χ² tabel(5,99), maka

diterima. Pada penelitian inidapat disimpulkan bahwa hubungan umur,paritas dengan kejadian

ketuban pecah dinipada ibu bersalin.

2.Penelitian Nurhayati (2011) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di

RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu bersalin

mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja (35,2%), ibu bersalin yang mengalami

kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primipara dan grandemultipara (77,8%) dan ibu bersalin

yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun (14,8%). Ada

hubungan antara paritas (pvalue = 0,018 dan OR = 2,142) dan usia (pvalue = 0,022 dan OR = 3,583)

dengan kejadian ketuban pecah dini. Tidak ada hubungan antara pekerjaan (pvalue = 0,072 dan OR =

1,802) dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011.
3.Penelitian Widia (2017) hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian ketuban pecah dini

pada ibu bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengalaman KPD 50 responden (23,8%).

Uji chi-square ρ value = 0,003 <0,05. Kesimpulannya ada hubungan yang sangat erat antara kelainan

janin dengan kejadian KPD pada ibu ibu di Rumah Sakit Paradise Kabupaten Tanah Bumbu.

Pentingnya peran bidan meningkatkan promosi kesehatan untuk mengurangi insiden KPD.

C.Kerangka Teori

Gambar 2.2
Kerangka Teori

Faktor Penyebab KPD


a. Mal presentasi (posisi
janin)
b. Kehamilan ganda
c. Paritas
d. Umur KetubanPecah Dini
e. Status ekonomi (pekerjaan)
f. Pihidramnion
g. Serviks inkompeten
h. Infeksi

Sumber Modifikasi : Norma (2013) dan Manuaba (2013)

D.Kerangka Konsep

Gambar 2.4
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Posisi Janin
Paritas KetubanPecahdini

Umur

Pekerjaan

E.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.Ada hubungan posisi janin dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2021.

2.Ada hubungan paritas dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin

Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2021.

3.Ada hubungan umur ibu dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin

Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2021.

4.Ada hubungan pekerjaan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin

Pagar Alam Kabupaten Way Kanan Tahun 2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dimana penelitian dengan

menggunakan angka yang dimulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

penampilan dari hasilnya di sertai dengan tabel, grafik, gambar atau tampilan lain (Arikunto,

2013).Dalam penelitian ini berupaya untuk memberikan faktor-faktor yang berhubungan dengan

ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan

Tahun 2020.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat penelitian

Tempat penelitian telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam

Kabupaten Way Kanan.

2.Waktu penelitian
Penelitian initelah dilakukan pada bulan Februari 2020.

C.Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik,

dengan rancangan atau desain studi kasus kontrol (case control study) yaitu studi yang mempelajari

faktor risiko dengan menggunakan pendekatan Retrospective yaitu penelitian dimulai dengan

mengidentifikasi kelompok yang terkena penyakit atau faktor efek/status kesehatan tertentu (kasus)

diidentifikasi pada saat ini kemudian kelompok tanpa efek/faktor risiko (kontrol) diidentifikasi

terjadinya pada saat sebelum terpapar atau pada waktu yang lalu (Sugiyono, 2016). Pada penelitian

ini yaitu diketahui faktor yang berhubungan dengan kejadian KPD

D.Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti(Notoatmodjo,

2012).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal

Abidin Pagar Alam kasus KPD sebanyak 83 (11,4%) dari 722 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit

Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan (Data RM, November 2020)

2.Sampel

Sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti secara

langsung meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Arikunto, 2013). Penentuan

kriteria didasarkan atas beberapa hal, antara lain :

Tabel 3.1
Karakteristik sampel
Kriteria Inklusi Eksklusi
Kasus Ibu bersalin yang mengalami KPD Kasus yang tidak terpantau
di Rumah Sakit Umum Daerah oleh petugas kesehatan
Zainal Abidin Pagar Alam
Kabupaten Way Kanan
Periode tahun 2020
Data rekam medis tercatat dengan
lengkap dan jelas

Kontrol Ibu bersalin yang tidak mengalami


 Kasus yang tidak terpantau
KPD di Rumah Sakit Umum oleh petugas kesehatan
Daerah Zainal Abidin Pagar Alam
Kabupaten Way Kanan tahun 2020

Penentuan jumlah sampel penelitian Kasus Kontrol (Case Control). Dapat dihitung

menggunakan rumus dengan penetapan P0 dan OR untuk variabel yang diambil sebagai dasar

penetapan sampel minimal adalah dari peneliti sebelumnya, yaitu:

Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Sampel Menurut Beberapa Faktor Yang Berhubungan
Variabel Peneliti Tahu P1 P2 OR n
n
Kelainan 2017 42
Widia 0,71 0,22 2,0
letak
Paritas Nurhayati 2016 0,78 0,62 2,1 315

Usia Maharani 2017 0,64 0,29 2,0 81

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus dari Lemeshow (1997)

dalam Notodmotjo (2012):

α
2√
{Z 1− ( 2 P 2 (1−P2 ) }+ Z 1−β √ ( P 1∗( 1−P 1 ) + P 2∗( 1−P 2 ) } 2
n= 2
( P1−P2 )

Keterangan :

n = Jumlah sampel
P1 = Proporsi Terpapar pada kelompok terpapar (0,64)
P2= Proporsi ekposur terpapar pada kelompok tidak terpapar (0,29)
Z α = Confidence level (95 %) = 1,96

Z β = Kekuatan Uji (power 90 %) = 1,28


{1,96 √( 2∗0,29 ( 1−0,64 ) } +1,28 √( 0,64∗( 1−0,64 )+ 0,29∗ (1−0,29 ) } 2
n=
( 0,64−0.29 )2

Dengan perbandingan Kasus : Kontrol = 1 : 2 maka jumlah sampelnya adalah 81:162 orang.

Berdasarkan rumus sampel minimal penelitian ini adalah 243 sampel.

Penentuan jumlah sampel penelitian Kasus Kontrol (Case Control) dengan perbandingan Kasus :

Kontrol = 1 : 2 maka jumlah seluruh sampelnya adalah 81 ibu yang mengalami KPD dan 162 ibu

yang tidak mengalami KPD, sehingga total sampel sebanyak 243 orang.Setelah jumlah sampel

didapat, maka peneliti melakukan pengambilan sampel secara acak sederhana, yaitu:

a.Membuat daftar urut responden

b.Kemudian akan peneliti acak dengan menggunakan tabel excel pada bagian formula (Math dan

Trig)

c.Kemudian pilih randbetween. Ketik jumlah minimal dan maksimal responden didalam penelitian

ini jumlah sampel sebanyak 81KPD dan kontrol sebanyak 81 responden, sehingga peneliti

memasukkan angka 1 pada jumlah minimal dan jumlah maksimal sesuai dengan jumlah sampel yang

peneliti ambil

d.Nomor sampel akan keluar

e.Peneliti akan mengambil sampel sesuai dengan nomor urut yang keluar

E.Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu

objek ke objek lainnya dan terukur (Riyanto, 2017).Variabel dalam penelitian ini terdiri dari umur

ibu, paritas, pekerjaan ibu dan posisi janin.

F.Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pada variabel – variabel yang diamati atau diteliti yang

akan berguna dalam menentukan metode dan alat ukur yang akan dipilih (Arikunto, 2013).

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Umur Usia ibu dari Lembar Melihat rekam 0: tidak berisiko Ordinal
dilahirkan sampai ceklis medis dan (jika usia 20-
saat persalinan Mengisi 35th)
yang tercatat pada lembar ceklis 1: berisiko (jika
rekam medis usia <20 dan
>35th)
(Manuaba,
2013)
2 Paritas Keadaan wanita Lembar Melihat rekam 0:tidak berisiko Ordinal
berkaitan dengan ceklis medis dan (jika jumlah
jumlah anak yang Mengisi anak 1-3)
dilahirkan lembar ceklis 1: berisiko (jika
jumlah anak >3)
(Manuaba,
2013)
3 Posisi presentasi dari Lembar Melihat rekam 0: tidak berisiko Ordinal
Janin janin saat ceklis medis dan (jika posisi
persalinan yang Mengisi presentasi
tercatat direkam lembar ceklis vertex)
medis 1: berisiko (jika
posisi
malpresentasi)

(Manuaba,
2013)
4 Pekerjaan Kegiatan Lembar Melihat rekam 0: tidak bekerja Nominal
seseorang yang ceklis medis dan (IRT)
dilakukan secara Mengisi 1: bekerja
rutinitas dan lembar ceklis (Notoadmotjo,
berkelanjutan, 2012)
dimana pada
kegiatan tersebut
menghasilkan
dana untuk
mencukupi
kebuthan hidup
sehari-hari baik
yang dilakukan di
dalam rumah
maupun di dalam
rumah

G.Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang mengambil data

di rekam medis, kemudian data langsung dikumpulkan pada hari itu juga.
1.Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah

pengumpulan data. Untuk itu data yang masih mentah (raw data) perlu diolah sedemikian rupa

sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian

(Sugiyono, 2018). Tahapan tersebut terdiri dari:

1.Editing

Memeriksa data-data yang dikumpulkan apakah terdapat kekurangan yang mungkin

menyulitkan dalam langkah analisis berikut.

2.Coding

Tahapan memberi kode pada hasil observasi untuk memudahkan pada saat analisis data dan

mempercepat pada saat meng-entry data.

3.Entering

Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah di skor kedalam komputer.

4.Processing

Yaitu langkah yang dilakukan untuk mengolah atau menganalisis data dengan menggunakan uji

chi square pada program spss.

5.Cleaning

Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya. Diurutkan dan disederhanakan sehingga mudah di baca dan

di interpretasikan.

H.Analisa Data
1.Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi variabel

dependen dan variabel independen. Data disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan

menggunakan rumus presentase:

f
P= x 100 %
n
Keterangan:

P = Prosentase

F = Jumlah frekuensi

n = Jumlah sampel

100% = Konstanta

Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel dapat disajikan dalam

bentuk tabel silang atau kurva untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut. Analisa melalui

variabel – variabel yang diteliti dengan melihat hubungan satu variabel bebas dan terikat. Analisis

menggunakan uji statistik Chi Square (Riyanto, 2017), dengan interpretasi:

a. Bila P value ≤ α (0.05), maka Ha diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara

variabel dependen dan variabel dependen.

b. Bila P value > α (0.05), maka Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna

antara variabel independet dan dependen.

c. Untuk menganalisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dengan melihat nilai Odd

ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan antara dua variabel

yang diuji.

Anda mungkin juga menyukai