OLEH:
LIASARI
NPM 210102330P
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab AKI dan AKB menurut Dinas Kesehatan RI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi,
dan abortus. Infeksi dan perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum in partu atau
persalinan, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Dalam keadaan normal ketuban pecah saat persalinan. Bila periode laten panjang dan ketuban sudah
pecah, maka dapat terjadi infeksi yang meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Sofian, 2013).
Kasus kematian ibu di Kabupaten Waykan an berfluktuasi dari tahun 2016 sampai 2018. Pada
tahun 2016 terdapat 2 kasus kematian ibu. Tahun 2017 terdapat 1 kasus kematian ibu bersalin, namun
di tahun 2018 kembali terjadi peningkatan kembali dimana sebanyak 2 ibu meninggal. (Dinkes
Winkjosatro (2016)mengatakan bahwa dikatakan Ketuban Pecah dini (KPD) adalah suatu
keadaan pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pembukaan serviks
< 4 cm ( fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPDmerupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis (Sari, 2014).
Kejadian ketuban pecah dini sekitar 5 – 8%. 5% diantaranya segera diikuti oleh persalinan dalam 5 –
6 jam, sekitar 95% diikuti persalinan dalam 72 – 95 jam, dan selebihnya memerlukan tindakan
konservatif atau aktif dengan menginduksi persalinan atau operatif (Manuaba, 2014).Persoalan
ketuban pecah dini yang dihadapi yaitu jika terjadi pada prematuritas sehingga menyulitkan kita
uuntuk mengambil keputusan tindakan karena keadaan janin yang premature, yang dapat
menyebabkan anggka kejadian morbiditas dan mortalitas yang tinggi ( Manuaba, 2014).
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau
serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak
janin, usia, faktorgolongan darah, faktor multigraviditas/ paritas, usia kehamilan, merokok,keadaan
sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus danpersalinan preterm sebelumnya, riwayat
KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang
berlebihan, kesempitanpanggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat
Risiko ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun bagi janin.
Bagi ibu dapat menyebabkan infeksi intrapartal (dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas),
partus lama, perdarahan postpartum, morbiditas, dan mortalitas maternal. Sedangkan bagi bayi dapat
menyebabkan prematuritas, prolaps funiculli (penurunan tali pusar, hipoksia, asfiksia sekunder,
sindrom deformitas janin, morbiditas, dan mortalitas perinatal (Fadlun & Feryanto, 2012).
Dari hasil presurvey yang dilakukan peneliti di RSUD Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten
Way Kanan tahun 2015 kejadian KPD mencapai 43 kasus (6,2%) dari 692 ibu yang bersalin. Pada
tahun 2016 kejadian Ketuban Pecah Dini mengalami peningkatan menjadi 48 kasus (6,98%) dari 687
ibu yang bersalin, tahun 2017 sebanyak 69 kasus (9,7%) dari 714 ibu yang bersalin dan tahun 2018
sebanyak 75 kasus (10,7%) dari 698 ibu yang bersalin dan di tahun 2020 kasus KPD sebanyak 83
(11,4%) dari 722 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis penulis tertarik untuk mengambil judul
penelitian tentangfaktor-faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini di RSUD Zainal Abidin
A.Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang di atas , maka penulis dapat merumuskan masalah pada penelitian yaitu
“faktor apa saja yang berhubungan dengan ketuban pecah dini diRSUD Zainal Abidin Pagar Alam
B.Tujuan
1.Tujuan Umum
Diketahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah
2.Tujuan Khusus
a. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
b. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor usia di Rumah Sakit
c. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor paritas di Rumah
Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan
d. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor posisi janin di
Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan
e. Diketahuidistribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini berdasarkan faktor pekerjaan di Rumah
Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan
f. Diketahuihubungan posisi janin dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
g. Diketahuihubungan paritas dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
h. Diketahuihubungan umur ibu dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
i.Diketahuihubungan pekerjaan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
C.Manfaat Penelitian
1.Manfaat Teoritis
pecah dini yang berhubungan dengan ilmukebidanan. Diharapkan sebagai pembuktian teori tentang
faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dengan ketuban pecah dini pada ibu hamil, sebagai
studi pustaka dan sebagai salah satu tolak ukur keefektifan dan keberhasilan suatu panyampaian
2.Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada ibu hamil untuk deteksi dini terhadap
faktor-faktor yang mempangaruhi kelainan pada kehamilan agar tidak terjadi ketuban pecah dini
pecah dini sehingga dapat dilakukan upaya deteksi dini untuk meminimalkan komplikasi yang akan
terjadi dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan.
Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan oleh
institusi/ tempat penelitian sebagai bahan referensi kepustakaan penelitian selanjutnya khususnya.
Penelitian ini dapat di jadikan salah satu refrensi dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor
Jenis Penelitian ini adalah kuantatif dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu hamil yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten
Way Kanan. Objek dalam peneltiian ini adalah : posisi janin, paritas, usia dan pekerjaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori
1.Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya
konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ibu ke dunia luar melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Varney ,2007).
Tahapan Persalinan
1.Persalinan kala 1
Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara penbukaan nol sampai pembukaan lengkap,proses
kala I berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dari
pembukaan 0cm- pembukaan serviks 3 cm, dan fase aktif dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan
10 cm.
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida
menit.
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. observasi yang harus
dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan
perdarahan.
Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan adalah jalan lahir (passage), janin
(passanger), kekuatan (power) dan ada dua faktor lain yang juga sangat mempengaruhi terhadap
keberhasilan asuhan persalinan yaitu faktor posisi dan psikologis (Sumarah at al, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun teradi jauh sebelum waktunya
Dikatakan ketuban pecah dini yaitu ketuban pecah sebelum persalinan berlangsung karena
selaput membrane atau tekanan uterin atau kedua faktor tersebut. Juga karena infeksi yang berasal
3.Etiologi
Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal memicu robekan dilokasi ini.
Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan dan infeksi) dapat menyebabkan terjadinya KPD.
Faktor pencetus kejadian ketuban pecah dini harus diwaspadai jika adanya multiple, riwayat
persalinan preterem sebelumnya, tindakan senggama tidak berpengaruh kepada resiko kecuali jika
Varney (2006) mengatakan bahwa insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan
malpresentasi janin, kehamilan kembar, dan hubungan yang signifikan antara lain keletihan karna
pekerjaan dan paritas ibu.Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin.ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor – faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihdramnion, inkompeten serviks dan solusio
4.Risiko KPD
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi baik itu terhadap ibu maupun terhadap
2) Terjadi korioamnionitis (infeksi intrapartum) yang dapat menjadi infeksi sistemik ibu dan bayi
5) Gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong dan letak
lintang).
5.Diagnosis
Saifuddin (2014), mengatakan bahwa dalam kasus ketuban pecah dini konfirmasi diagnosanya
perlu diketahui bau cairan ketuban yang khas, jika keluar cairan ketuban sedikit – sedikit, tampung
cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian. Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan
inspekulo. Nilai apakah cairan yang keluar berasal dari ostium uteri atau terkumpul di forniks
posterior.
6. Penanganan .
2)Jika perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam
3)Pada usia kehamilan 24-32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan
4).Menghadapi KPD perlu komunikasi dengan ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa
tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan
5). Pemeriksaan yang penting adalah dilakukannya USG untuk mengukur distansia biparietal dan
6) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila
1) Malpresentasi
Malposisi atau malpresentasi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan ubun -
ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Terjadi jika sumbu panjang janin terletak melintang. Bahu merupakan bagian yang menjadi
presentasi. Pada pemeriksaan abdomen : sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian
besar (kepala atau bokong) pada simfisis pubis. Kepala biasanya teraba di daerah punggung. Pada
pemeriksaan vagina , dapat teraba bahu, tetapi tidak selalu. Lengan dapat mengalami prolaps dan
siku, lengan atau tangan dapat teraba di vagina.Malpresentasi dikatakan terjadi secara kebetulan
hanya jika faktor-faktor lain tidak diketemukan. Pengaruh terhadap persalinan adalah adaptasi bagian
terendah janin dengan Serviks dan panggul yang kurang simetris merupakan salah satu faktor yang
mengurangi efisiensi persalinan dan sering juga terjadi ketuban pecah dini ( Manuaba, 2013 ).
4) Kehamilan Ganda
Menurut Varney (2006), kehamilan ganda dapat menyebabkan ketuban pecah dini karena peregangan
uterus yang berlebihan sehingga tekanan membran dan uterus meningkat.Kehamilan ganda atau
disebut juga dengan kehamilan kembar, ada 2 macam yaitu kehamilan kembar dengan 2 telur
5) Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup
maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu.
Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Winkjosastro, 2007;
1) Nulipara
Nulipara adalah para 0 atau wanita yang belum pernah melahirkan bayi.
2) Primipara
Primipara adalah sebutan untuk wanita dimana ia pernah melahirkan anak yang viable sebanyak satu
kali.
3) Multipara
Seorang wanita yang telah hamil dan melahirkan bayi lebih dari 2 kali ( 2 , 3 dan 4 )
4).Grandemultipara
Seorang wanita yang telah hamil lebih dari 5 kali yang menghasilkan anak yang hidup.
6) Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahiirkan sampai saat ini,Umur ibu merupakan faktor
risiko kehamilan yaitu umur <20 tahun dan >35 tahun. Ibu hamil dengan usia muda < 20 tahun
dapat mengalami penyakit kehamilan dan persalinan, ini disebabkan belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil maupun melahirkan sehingga dapat merugikan kesehatan ibu.Pada usia > 35
tahun alat reproduksi sudah mulai menurun fungsinya baik anatomis maupun hormonal.Usia paling
aman atau bisa dikatakan waktu repeoduksi sehat adalah antara umur 20 – 35 tahun, karena pada usia
tersebut alat – alat reproduksi sudah siap dan matang. Kesehatan reproduksi wanita sangat penting
berbahaya atau bisa mencelakakan selama kehamilan.beberapa zat berbahaya seperti bahan kimia,
inhalan, radiasi atau pelarut yang sehari-hari dihadapi selama bekerja, dapat menjadi masalahdalam
kehamilan. Hal lain yang mendapatkan perhatian adalah wanita yang bekerjanya mengharuskan ia
berdiri berjam-jam. Wanita yang sebagian besar waktu kerjanya dihabiskan dengan berdiri, biasanya
mengalami persalinan premature karena mempunyai leher rahim yang tidak kompeten (Norma,
2013). Pada kasus kejadia ketuban pecah dini telah ditemukan hubungan yang signifikan yaitu
adanya keletihan karena bekerja sehingga dapat mengakibatkan ketuban pecah sebelum waktunya
melahirkan.
8) .Polihidramnion
Polihidramnion atau disebut juga hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh
lebih banyak dari normal yaitu biasanya lebih dari 2000 cc.Penyebab terjadinya polihidramnion yakni
adanya produksi air ketuban bertambah yang berasal dari epitel amnion namun juga bisa berasal dari
bertambahnya karena cairan lain masuk kedalam ruang amnion, pengaliran air ketuban terganggu
karena janin tidak menelan cairan ketuban ( Ai yeyeh dan Lia, 2010 ).
9) .Serviks inkompeten
Yang dimaksud dengan serviks inkompeten yaitu serviks (leher rahim) yang membuka secara
premature dibawah tekanan rahim dan janin yang tumbeh membesar. Inkompeten serviks dapat
disebabkan karena adanya kelainan serviks yang bersifat genetik, kontak ibu dengan DES (diethyl-
stilbestrol) ketika ia masih dalam kandungan ibunya, peregangan yang berlebihan atau lecet parah
pada serviks selama satu atau lebih karena persalinan sebelumnya.Inkompeten serviks biasanya
didiagnosis ketika seorang ibu mengalami keguguran pada trimester ke dua setelah mengalami
pemendekan dan penipisan serviks yang progresif dan tidak nyeri serta pembesaran serviks tanpa
10) .Infeksi
Dalam insiden ketuban pecah dini salah satu faktornya yaitu infeksi vagina atau serviks (misalnya
vaginosis bacterial dan infeksi protozoa) yang ditularkan secara seksual seperti wanita yang memiliki
pasangan seksual baru, atau yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu pada tahun-tahun
1).Infeksi bakterial
2).Infeksi protozo
B.Penelitian Terkait
1.Penelitian Maharani (2017) hubungan usia, paritas dengan ketuban pecah dini di Puskesmas Jagir
Surabaya. Hasilpenelitian didapatkan dari 144 ibu bersalinterdapat sebagian besar (53,47%)
denganusia beresiko dan sebanyak 64,93% terjadiKPD, ibu bersalin multipara yang sebagianbesar
(57,38%) terjadi ketuban pecah dini.dan pada ibu bersalin primipara sebagianbesar (75,68%) tidak
terjadi ketuban pecahdini. Hasil uji khi kuadrat dari Yatesdidapatkan pada variabel usia χ²
hitung(91.514,38) > χ² tabel (3,84), dan padavariabel paritas χ² hitung (11,73) > χ² tabel(5,99), maka
diterima. Pada penelitian inidapat disimpulkan bahwa hubungan umur,paritas dengan kejadian
2.Penelitian Nurhayati (2011) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu bersalin
mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja (35,2%), ibu bersalin yang mengalami
kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primipara dan grandemultipara (77,8%) dan ibu bersalin
yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun (14,8%). Ada
hubungan antara paritas (pvalue = 0,018 dan OR = 2,142) dan usia (pvalue = 0,022 dan OR = 3,583)
dengan kejadian ketuban pecah dini. Tidak ada hubungan antara pekerjaan (pvalue = 0,072 dan OR =
1,802) dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011.
3.Penelitian Widia (2017) hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian ketuban pecah dini
pada ibu bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengalaman KPD 50 responden (23,8%).
Uji chi-square ρ value = 0,003 <0,05. Kesimpulannya ada hubungan yang sangat erat antara kelainan
janin dengan kejadian KPD pada ibu ibu di Rumah Sakit Paradise Kabupaten Tanah Bumbu.
Pentingnya peran bidan meningkatkan promosi kesehatan untuk mengurangi insiden KPD.
C.Kerangka Teori
Gambar 2.2
Kerangka Teori
D.Kerangka Konsep
Gambar 2.4
Kerangka Konsep
Posisi Janin
Paritas KetubanPecahdini
Umur
Pekerjaan
E.Hipotesis Penelitian
1.Ada hubungan posisi janin dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
2.Ada hubungan paritas dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin
3.Ada hubungan umur ibu dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin
4.Ada hubungan pekerjaan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dimana penelitian dengan
menggunakan angka yang dimulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya di sertai dengan tabel, grafik, gambar atau tampilan lain (Arikunto,
2013).Dalam penelitian ini berupaya untuk memberikan faktor-faktor yang berhubungan dengan
ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan
Tahun 2020.
1.Tempat penelitian
Tempat penelitian telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam
2.Waktu penelitian
Penelitian initelah dilakukan pada bulan Februari 2020.
C.Rancangan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik,
dengan rancangan atau desain studi kasus kontrol (case control study) yaitu studi yang mempelajari
faktor risiko dengan menggunakan pendekatan Retrospective yaitu penelitian dimulai dengan
mengidentifikasi kelompok yang terkena penyakit atau faktor efek/status kesehatan tertentu (kasus)
diidentifikasi pada saat ini kemudian kelompok tanpa efek/faktor risiko (kontrol) diidentifikasi
terjadinya pada saat sebelum terpapar atau pada waktu yang lalu (Sugiyono, 2016). Pada penelitian
1.Populasi
2012).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal
Abidin Pagar Alam kasus KPD sebanyak 83 (11,4%) dari 722 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit
Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan (Data RM, November 2020)
2.Sampel
Sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti secara
langsung meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Arikunto, 2013). Penentuan
Tabel 3.1
Karakteristik sampel
Kriteria Inklusi Eksklusi
Kasus Ibu bersalin yang mengalami KPD Kasus yang tidak terpantau
di Rumah Sakit Umum Daerah oleh petugas kesehatan
Zainal Abidin Pagar Alam
Kabupaten Way Kanan
Periode tahun 2020
Data rekam medis tercatat dengan
lengkap dan jelas
Penentuan jumlah sampel penelitian Kasus Kontrol (Case Control). Dapat dihitung
menggunakan rumus dengan penetapan P0 dan OR untuk variabel yang diambil sebagai dasar
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Sampel Menurut Beberapa Faktor Yang Berhubungan
Variabel Peneliti Tahu P1 P2 OR n
n
Kelainan 2017 42
Widia 0,71 0,22 2,0
letak
Paritas Nurhayati 2016 0,78 0,62 2,1 315
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus dari Lemeshow (1997)
α
2√
{Z 1− ( 2 P 2 (1−P2 ) }+ Z 1−β √ ( P 1∗( 1−P 1 ) + P 2∗( 1−P 2 ) } 2
n= 2
( P1−P2 )
Keterangan :
n = Jumlah sampel
P1 = Proporsi Terpapar pada kelompok terpapar (0,64)
P2= Proporsi ekposur terpapar pada kelompok tidak terpapar (0,29)
Z α = Confidence level (95 %) = 1,96
Dengan perbandingan Kasus : Kontrol = 1 : 2 maka jumlah sampelnya adalah 81:162 orang.
Penentuan jumlah sampel penelitian Kasus Kontrol (Case Control) dengan perbandingan Kasus :
Kontrol = 1 : 2 maka jumlah seluruh sampelnya adalah 81 ibu yang mengalami KPD dan 162 ibu
yang tidak mengalami KPD, sehingga total sampel sebanyak 243 orang.Setelah jumlah sampel
didapat, maka peneliti melakukan pengambilan sampel secara acak sederhana, yaitu:
b.Kemudian akan peneliti acak dengan menggunakan tabel excel pada bagian formula (Math dan
Trig)
c.Kemudian pilih randbetween. Ketik jumlah minimal dan maksimal responden didalam penelitian
ini jumlah sampel sebanyak 81KPD dan kontrol sebanyak 81 responden, sehingga peneliti
memasukkan angka 1 pada jumlah minimal dan jumlah maksimal sesuai dengan jumlah sampel yang
peneliti ambil
e.Peneliti akan mengambil sampel sesuai dengan nomor urut yang keluar
E.Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu
objek ke objek lainnya dan terukur (Riyanto, 2017).Variabel dalam penelitian ini terdiri dari umur
F.Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pada variabel – variabel yang diamati atau diteliti yang
akan berguna dalam menentukan metode dan alat ukur yang akan dipilih (Arikunto, 2013).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Umur Usia ibu dari Lembar Melihat rekam 0: tidak berisiko Ordinal
dilahirkan sampai ceklis medis dan (jika usia 20-
saat persalinan Mengisi 35th)
yang tercatat pada lembar ceklis 1: berisiko (jika
rekam medis usia <20 dan
>35th)
(Manuaba,
2013)
2 Paritas Keadaan wanita Lembar Melihat rekam 0:tidak berisiko Ordinal
berkaitan dengan ceklis medis dan (jika jumlah
jumlah anak yang Mengisi anak 1-3)
dilahirkan lembar ceklis 1: berisiko (jika
jumlah anak >3)
(Manuaba,
2013)
3 Posisi presentasi dari Lembar Melihat rekam 0: tidak berisiko Ordinal
Janin janin saat ceklis medis dan (jika posisi
persalinan yang Mengisi presentasi
tercatat direkam lembar ceklis vertex)
medis 1: berisiko (jika
posisi
malpresentasi)
(Manuaba,
2013)
4 Pekerjaan Kegiatan Lembar Melihat rekam 0: tidak bekerja Nominal
seseorang yang ceklis medis dan (IRT)
dilakukan secara Mengisi 1: bekerja
rutinitas dan lembar ceklis (Notoadmotjo,
berkelanjutan, 2012)
dimana pada
kegiatan tersebut
menghasilkan
dana untuk
mencukupi
kebuthan hidup
sehari-hari baik
yang dilakukan di
dalam rumah
maupun di dalam
rumah
G.Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang mengambil data
di rekam medis, kemudian data langsung dikumpulkan pada hari itu juga.
1.Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah
pengumpulan data. Untuk itu data yang masih mentah (raw data) perlu diolah sedemikian rupa
sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
1.Editing
2.Coding
Tahapan memberi kode pada hasil observasi untuk memudahkan pada saat analisis data dan
3.Entering
Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah di skor kedalam komputer.
4.Processing
Yaitu langkah yang dilakukan untuk mengolah atau menganalisis data dengan menggunakan uji
5.Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya. Diurutkan dan disederhanakan sehingga mudah di baca dan
di interpretasikan.
H.Analisa Data
1.Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi variabel
dependen dan variabel independen. Data disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan
f
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = Prosentase
F = Jumlah frekuensi
n = Jumlah sampel
100% = Konstanta
Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel dapat disajikan dalam
bentuk tabel silang atau kurva untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut. Analisa melalui
variabel – variabel yang diteliti dengan melihat hubungan satu variabel bebas dan terikat. Analisis
a. Bila P value ≤ α (0.05), maka Ha diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara
b. Bila P value > α (0.05), maka Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna
c. Untuk menganalisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dengan melihat nilai Odd
ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan antara dua variabel
yang diuji.