Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP By.

Ny.A DENGAN ASFIKSIA SEDANG


DI PUSKESMAS PARUGA
TAHUN 2022

Laporan Individu Praktik Klinik Kebidanan I


TANGGAL 23 Februari 2022

Disusun Oleh

Nama : NURHAYANA

NIM : 021.03.0098

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


SEKOLAH TIMGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP By. Ny.A DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI PUSKESMAS PARUGA
TAHUN 2022

Laporan Individu Praktik Klinik Kebidanan I


Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui
Tanggal 2022

Disusun oleh :

NURHAYANA
NPM : 021.03.0098

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akedemik

(Eka Mulyati,S.ST.) (Sri Hardiani,S.Tr.Keb.,M.Kes)

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL..................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................1
A. Latar belakang...........................................1
B. Tujuan umum dan tujuan khusus............................3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................5
A. Kajian Teori.............................................5
B. Asuhan Kebidanan sesuai kasus...........................13
C. Manajemen kebidanan menurut SOAP........................15
BAB III TINJAUAN KASUS........................................17
A. DATA SUBYEKTIF..........................................17
B. DATA OBYEKTIF...........................................19
C. ANALISA.................................................22
D. PENATALAKSANAAN.........................................23
E. EVALUASI................................................24
BAB IV PEMBAHASAN.............................................33
A. Penyebab asfiksia.......................................33
B. Asuhan segera pada bayi baru lahir Ny. “A” pada jam
pertama setelah kelahiran....................................34
BAB V PENUTUP.................................................38
A. KESIMPULAN..............................................38
B. SARAN...................................................38
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kemampuan pelayanan kesehatan sangatlah berpengaruh
dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan
bayinya. Angka kematian bayi lebih mencerminkan kesanggupan
suatu negara untuk memberisuatu pelayanan kesehatan
(Wiknjosastro, 2015)

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat Angka


Kematian Bayi (Rahma & Armah, 2014). Dari seluruh kematian
neonatal, sekitar 60% merupakan kematian bayi umur <7 hari
yang disebabkan oleh gangguan perinatal yang salah satunya
asfiksia (Katiandagho & Kusmiyati, 2015). WHO mencatat
sekitar 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi yang meninggal
(Rochwati & Rizqy, 2014). Laporan World Helath Statistics
2014 menyebutkan bahwa ada 20 penyebab utama dari Years of
Life Lost (YLL), asfiksia menempati urutan ke tujuh (WHO,
2014).

Di Indonesia sendiri seluruh kematian bayi baru


lahir, sebanyak 57% meninggal. Penyebab kematian bayi baru
lahir di Indonesia adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum,
infeksi, dan kelainan kongenital (Katiandagho & Kusmiyati,
2015). Data Riset Kesehatan Dasar Depkes tahun 2007
menyatakan bahwa kematian pada bayi baru lahir usia 0-6
hari 35,9% disebabkan oleh asfiksia (Gerugun, Adam & Losu,
2014).

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari,


faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin, dan faktor

1
2

persalinan. Faktor ibu, meliputi hipoksia pada ibu, usia


ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravid
empat atau lebih, setiap penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin. Sebagai contoh hipertensi,
jantung, paru-paru, dan lain lain. Faktor plasenta,
meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya. Faktor janin atau neonatus, meliputi tali pusat
menumbung, lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
premature, kelainan kongenitas pada neonatus, dan lain-
lain. Faktor persalinan, meliputi partus lama, partus
dengan tindakan, dan lain-lain (Ilyas, Mulyati & Nurlina,
2012).

Menurut WHO usia kehamilan, salah satunya menjadi


penyebab kejadian asfiksia dimana dibedakan menjadi tiga
yaitu prematur (< 37 minggu), matur (37- 42 minggu), dan
post matur (> 42 minggu) (Rahma & Armah, 2014). Persalinan
dengan bayi prematur, organ vitalnya belum berkembang
dengan sempurna sehingga menyebabkan ia belum mampu untuk
hidup diluar kandungan (Gerugun, Adam & Losu, 2014).
Sedangkan bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilah >42
minggu kejadian asfiksia bisa disebabkan karena fungsi
plasenta yang tidak maksimal lagi akibat proses penuaan
sehingga mengakibatkan transport oksigen dari ibu ke janin
terganggu. Selain itu, jumlah air ketuban juga berkurang
mengakibatkan perubahan abnormal pada jantung janin yang
akhirnya janin mengalami hipoksia dan kadang terjadi
aspirasi mekonium dan berakhir dengan kelahiran bayi dengan
asfiksia (Katiandagho & Kusmiyati, 2015).

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran sangat


berperan dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan
3

neonatus, demikian pula kejadian asfiksia neonatus


mengalami perubahan yang nyata walaupun demikian perubahan
ini tampak masih sangat tinggi dan belum dapat memecahkan
permasalahan asfiksia secara tuntas, keadaan asfiksia ini
masih berpengaruh terhadap kualitas bayi dimasa mendatang.
Dengan menggunakan manajemen kebidanan diharapkan asfiksia
dapat teratasi dengan cepat dan tepat (Manuaba IBG, 2015)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan


Kota Bima memperlihatkan angka kematian neonatus per
kecamatan di Kota Bima tahun 2020 sebesar 24 per 100.000
kelahiran hidup dengan penyebab salah satunya asfiksia.
Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari PWS
(pemantauan wilayah setempat) dua tahun terakhir yaitu 2020
dan 2021 di Ruang Bersalin Puskesmas Paruga jumlah kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir adalah 43 kasus. Maka dari
itu Perlunya tenaga kesehatan mengetahui faktor resiko
terjadinya asfiksia yang berguna dalam menganalisa kejadian
asfiksia, kejelasan besarnya faktor resiko, membantu proses
diagnosis dan termasuk untuk upaya pencegahannya.

Kenyataan inilah kemudian mendorong penulis untuk


mengkaji permasalahan sebagai wujud perhatian dan tanggung
jawab penulis dalam memberikan kontribusi pemikiran pada
berbagai pihak yang berkompeten untuk mencari solusi yang
tepat atas permasalahan tersebut. lewat penyusunan laporan
tugas praktikum yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Ny.”A” Dengan Asfiksia Sedang di Ruang Bersalin Puskesmas
Paruga Kota Bima

B. Tujuan umum dan tujuan khusus


1. Tujuan umum
4

Dapat menerapkan dan melakukan asuhan kebidanan pada


Bayi Ny.A dengan Asfiksia ringan di Ruang Bersalin
Puskesmas paruga Kota Bima
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa data dasar pada Bayi Ny.A dengan
Asfiksia ringan di Ruang Bersalin Puskesmas
paruga Kota Bima
b. Merumuskan diagnosa/masalah pada Bayi
Ny.N dengan Asfiksia ringan di Ruang Bersalin
Puskesmas paruga Kota Bima
c. Mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada
Bayi Ny.A dengan Asfiksia ringan di Ruang
Bersalin Puskesmas paruga Kota Bima
d. Menyusun rencana tindakan Asuhan kebidanan pada
Bayi.A dengan Asfiksia ringan di Ruang Bersalin
Puskesmas paruga Kota Bima
e. Melaksanakan tindakan Asuhan kebidanan pada Bayi
Ny.A dengan Asfiksia ringan di Ruang Bersalin
Puskesmas paruga Kota Bima
f. Mengevaluasi tindakan Asuhan kebidanan pada Bayi
Ny.A dengan Asfiksia ringan di Ruang Bersalin
Puskesmas paruga Kota Bima
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang
tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga
dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Jumiarni & Mulyati, 2016).
Asfiksia neonaturum adalah bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan
hipoksia serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tak
dilakukan secara sempurna sehinga tindakan perawatan
dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul
(Wiknjosastro, 2015).
2. Etiologi
Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-
menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan
pernapasan teratur, bila terjadi gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan terjadi
asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul
pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah
kelahiran. Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi yang
terdiri dari: faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin
dan faktor persalinan (Jumiarni & Mulyati, 2016).
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu yang terjadi
karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika
atau anastesia dalam, usia ibu kurang dari 20 tahun atau

5
6

lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial


ekonomi rendah, setiap penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin seperti: kolesterol
tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru / TBC,
ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain. Faktor
plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel
pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi tali
pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, IUGR,
premature, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus
dengan tindakan, dan lain- lain (Jumiarni & Mulyati,
2016).
3. Klasifikasi

Tabel 1
Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR
Score

Tanda 0 1 2 Jumlah
Nilai

Frekuensi Tidak Kurang dari Lebih


jantung Ada 100x/menit dari
100x/men
it
Usaha Tidak Lambat,Tidak Menangis
bernafas Ada Teratur Kuat

Tonus Lumpuh Ekstremitas Gerak


otot Fleksi Aktif
Sedikit
Refleks Tidak Gerak Sedikit Menangis
Ada
Tubuh
Warna Biru/ Tubuh
dan
kulit Pucat Kemerahan,
Ekstremi
Ekstremitas
tas
7

Kemeraha
Biru
n
(Fida & Maya, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak, 2012)

Keterangan :

a. Nilai 0-3 : Asfiksia berat


b. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 : Normal

Pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,


bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian
dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai
apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah
lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor apgar). Asfiksia neonatorum di
klasifikasikan (Fida & Maya, 2012) :
a. Asfiksia Ringan (vigorus baby) Skor APGAR 7-10,
bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
b. Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia) Skor
APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100
x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang- kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
8

pada asfiksia berat.


4. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi menurut Wiknjosastro
(2015) biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat
dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda
gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu :
a. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun
sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya
b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya,
akan tetapi pada presentasi kepala mungkin
menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin,
dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa
pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin
disertai asfiksia.
5. Penilaian Asfiksia bayi baru lahir
9

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru


lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan
dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung
melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan
keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan


memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai
jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan
tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan
kesimpulan untuk tindakan vertilasi tekanan positif
(Wiknjosastro, 2015).

6. Perubahan patologis dan gangguan klinis


Pernapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat
gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih
berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh
dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu
(Primary Apnoe) disertai dengan penurunan frekuensi
diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita asfiksia
berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini
terjadi bradikardi dan penurunan TD.
10

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan


perubahan keseimbangan asam-asam pada tubuh bayi. Pada
tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis
respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi
akan terjadi proses metabolisme an acrobic yang berupa
glikolisis gukogen tubuh. Sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardio
vaskuler yang disebabakan oleh beberapa keadaan
diantarannya :

a. Hilangnya Sumber Glukogen dalam jantung akan


mempengaruhi fungsi jantung
b. Terjadi asidosis metabolis akan menimbulkan kelemahan
otot jantung
c. Pengisian udara alucolus yang kurang adekuat akan
mengakibatkan tetap tingginya Resistensi Pembuluh
darah Paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
demikian pula kesistem sirkulasi tubuh lain akan
mengalami gangguan (Mochtar, 2012).
Dalam menentukan tingkat asfiksia neonatorum
digunakan kriteria penilaian yaitu yang disebut
dengan skor APGAR. Skor APGAR biasanya dinilai 1
menit setelah bayi lahir lengkap pada skor APGAR
menit 1 ini menunjukan beratnya asfiksia yang
diderita dan untuk menentukan pedoman resusitasi dan
perlu juga dinilai setelah 5 menit bayi lahir karena
hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan
morbiditas dan mertilitas neonatal (Mochtar, 2012).

7. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-
tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
11

a. Memastikan saluran terbuka


- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi
bahudiganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa
ET) untuk memastikan saluran pernafasan
terbuka.
b. Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai
pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan
balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi)
c. Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
- Kompresi dada
- Pengobatan
Langkah-Langkah Resusitasi:
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian
keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk
mengurangi evaporasi.
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi
terlentang pada alas yang datar.
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing
positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari
mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian
lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil
telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
f. Nilai pernafasan jika nafas spontan lakukan
penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
12

kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai


warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan
observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan
positif.
g. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan
ventilasi tekanan positif.
h. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan
O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus
menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi
mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari
mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
i. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas
spontan.
2) 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan
pemberian PPV.
3) 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut
jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4) < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi
jantung.
5) Kompresi jantung
Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi
adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
a. Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan
tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
b. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan
lain menahan belakang tubuh bayi.
c. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik
setelah kompresi dada.
13

d. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung


dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100
x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
e. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan
pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3
mL / kg BB secara IV.
f. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100
x / menit hentikan obat.
g. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi
pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5
menit.
h. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut
jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan
tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit (Wiknjosastro,
2015).

B. Asuhan Kebidanan sesuai kasus


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses manajemen
ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana disetiap
langkah disempurnakan secara periodik, proses ini
dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Dengan adanya proses manajemen asuhan
kebidanan ini maka mudah kita dapat mengenali dan
mengidentifikasi masalah selanjutnya, merencanakan dan
melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif (Varney,
2017).
2. Tahapan Manajemen Asuhan Kebidanan
14

Manajemen kebidanan terdiri dari dari beberapa


langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas
tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi
klien. Berikut langkah-langkah dalam proses
penatalaksanaan menurut langkah vernay. Adapun tahapan
manajemen asuhan kebidanan menurut langkah Varney (2017)
adalah sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan semua data yang dibutuhkan baik
melalui anamnesis maupun pemeriksaan untuk menilai
keadaan klien secara menyeluruh seperti pemeriksaan
laboratorium dan USG
b. Langkah II (Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual)
Pada tahap ini merupakan pengembangan dari
interpretasi data dasar yang telah dikumpulkan
sebelumnya kedalam identifikasi yang spesifik
mengenai masalah atau diagnosis. Masalah adalah hal
yang berhubungan dengan apa yang dialami klien.
Pengetahuan profesional sebagai dasar/arahan untuk
mengambil tindakan. Diagnosis kebidanan yang
ditegakkan harus berlandaskan atas ancaman
keselamatan hidup klien.
c. Langkah III(Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial
Yang Membutuhkan Antisipasi Masalah Potensial)
Identifikasi adanya masalah potensial dari
diagnosis atau masalah yang ada, hal ini dilakukan
sebagai tindakan antisipasi atau pencegahan untuk
segala sesuatu yang dapat terjadi.
15

d. Langkah IV(Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera)


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
e. Langkah V(Penyusunan Rencana)
Pengembangan suatu rencana tindakan yang
komprehensif, ditentukan berdasarakan langkah
sebelumnya. Suatu rencana tindakan yang komprehensif
tidak hanya mencakup indikasi apa yang timbul
berdasarkan kondisi klien tetapi juga menyangkut
masalah yang berhubungan dengan kondisi tersebut dan
juga dapat berupa bimbingan yang diberikan terlebih
dahulu kepada ibu terhadap apa yang diharapkan
selanjutkan.
f. Langkah VI(Pelaksanaan Asuhan)
Pelaksanaan asuhan yang telah direncanakan
dengan memperhatikan efisiensi dan keamanan tindakan.
g. Langkah VII (Evaluasi)
Evaluasi adalah cara menilai tentang keefektipan
tindakan yang telah diberikan serta mengadakan
penyesuaian kembali pada langkah sebelumnya pada
setiap aspek dari proses manajemen yang efektif

C. Manajemen kebidanan menurut SOAP


1. Pengertian Manajemen Kebidanan menurut SOAP
Metode 4 langkah pendokumentasian yang disebut SOAP
ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan
dipakai untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan klien
dalam rekaman medis sebagai catatan perkembangan
kemajuan (Handayani & Mulyati, 2017).
2. Tahapan Manajemen Kebidanan sesuai SOAP
SOAP Menurut Simatupang E.J.2006 adalah
16

a. Data Subjective
Data atau fakta yang merupakan informasi yang
diperoleh dari pasien atau dari keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. Yang mencakup Nama,
Umur, Tempat Tinggal, Pekerjaan, Status
Perkawinan, Pendidikan serta keluhan-keluhan
b. Data Objective
Merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan
fisik mencakup inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi serta pemeriksaan penunjang lainnya
seperti pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
lainnya
c. Assessment
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil
perumusan masalah yang mencakup kondisi, masalah
yang diprediksi terhadap kondisi tersebut.
Penegakan diagnosis kebidanan dijadikan sebagai
dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman
keselamatan pasien/klien.
d. Planning
Merupakan rencana kegiatan yang mencakup
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan
dalam melakukan intervensi untuk memecahkan
masalah pasien/klien
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

TERHADAP By. Ny. A DENGAN ASFIKSIA SEDANG

DI PUSKESMAS PARUGA

TAHUN 2022

Tanggal masuk : 23 Februari 2022


Pukul : 08.45 wita
No. MR : -
PENGKAJIAN Tgl/jam 23 Februari 2022 jam 08.45
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. A
Umur : 0 hari
Tanggal lahir : 23 februari 2020
2. Identitas Orang Tua/Wali
Nama : Ny.Amelia
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : DIII
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/bangsa : Bima/indonesia
Alamat : Pane Rt 08, Rw 03
3. Riwayat Kahamilan
G2P1A0 uk 40-41 minggu T/H/I
Hamil : Kedua
Frekuensi ANC : 4 kali
Imunisasi TT : lengkap
Kenaikan BB Hamil : 8 kg
Keadaan waktu Hamil : Sehat

17
18

a. Riwayat penyakit/kehamilan
1) Perdarahan : tidak
2) Eklamsi : tidak
3) Pre eklamsi : tidak
4) Penyakit Kelamin : tidak
5) Penyakit Lain : tidak
b. Kebiasaan waktu hamil
1) Makanan : tidak
2) Obat-obatan/jamu : Obat vitamin yang diberikan
dari puskesmas saja
3) Merokok : tidak
4) Lain-lain : tidak
c. Komplikasi Persalinan
Ibu : tidak
d. Riwayat persalinan
1) Lama kala I : 8 jam
Lama Kala II : 45 menit
Lama Kala III : 17 menit
2) Warna air ketuban : kuning kehijauan
3) Jumlah air ketuban : 50cc
4) Jenis persalinan : Spontan Pervaginam
5) Penolong : Bidan
6) Jam/tgl/lahir : 08.45 wita 23 Februari 2022
7) Jenis kelamin : Perempuan
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : compos mentis
BB : 3100 kg
Vital sign :TD : - N : 112x/menit S : 36,5 C R :
40x/menit
2. Pemeriksaan APGAr SCORE
19

KRITERIA 0-1 MENIT 1-5 MENIT


1.Denyut jantung 2 2
2.Usaha nafas 1 1
3. Tonus otot - 1
4. Reflek - 1
5.Warna kulit 1 1
TOTAL 4 6

3. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
1)Berat badan : 3100 gr
2)Panjang badan : 49 cm
3)Lingkar Kepala : 34 cm
4)Lila : 10 cm

b. Refleks
1) Moro/kaget : ada, lemah
2) Palmargraf /menggenggam : ada, lemah
3) Sucking/ menghisap : ada, lemah
4) Rooting Reflek / mencari : ada, lemah
5) swallowing / menelan : ada, lemah
c. Menangis :Menangis pada saat dirangsang
d. Tanda vital
1) Suhu : 360 C
2) Nadi : 110 x/menit
3) Pernapasan : 40 x/menit
e. Kepala
1) Simetris : Tidak ada kelainan yang
dialami
2) ubun-ubun besar : Cembung
3) Ubun-ubun kecil : tidak ada
4) Caput succeederium : tidak ada
20

5) Cephal hematoma : Tidak ada


6) Sutura : Tidak Moulage
7) Luka di kepala : Tidak ada
8) Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan
f. Mata
1) Posisi : Simetris mata kanan dan kiri
2) kotoran : tidak terdapat kotoran
3) Perdarahan : Tidak terdapat perdarahan
4) Bulu mata : ada
g. Hidung
1) Lubang Hidung : terdapat 2 lubang (kanan dan
kiri)
2) Cuping Hidung : ada , kanan dan kiri simetris,
gerakan antara kanan dan kiri kembang kempis secara
bersamaan
3) Keluaran : Tidak ada
h. Mulut
1) Simetris : atas dan bawah
2) Palatum : tidak ada
3) Saliva : tidak ada hipersaliva
4) Bibir : tidak ada labio skizis
5) Gusi : merah tidak ada laserasi
6) Lidah bintik putih : tidak ada
i. Telingga
1) Simetris : Kanan dan kiri
2) Daun Telinga : ada kanan dan kiri
3) Lubang telinga : ada kanan dan kiri
4) Keluaran : tidak ada

j. Leher
1) Kelainan : tidak ada kelainan
21

2) Pergerakan : dapat bergerak kekanan dan


kiri
k. Dada
1) Simetris : Simetris tidak ada kelainan
2) Pergerakan : bergerak waktu bernafas
3) Bunyi nafas : napas cepat, lembut teratur,
dangkal
4) Bunyi jantung : Lup- duk teratur
l. Perut
1) Bentuk : tidak ada kelainan
2) Bising usus : Teratur
3) Kelainan : tidak ada kelainan
m. Tali pusat
1) Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 veria
2) Perdarahan : tidak ada perdarahan
3) Kelainan : tidak ada kelainan
n. Kulit
1) Warna : Kemerahan dan ekstremitas biru
2) Tunger : (+) ada
3) Lanugo : ada
4) Vernik caseosa : ada
5) Kelainan : tidak ada kelainan
o. Punggung
1) Bentuk : Lurus
2) Kelainan : tidak ada kelainan
p. Ekstremitas
1) Tanagan : Simetris kanan dan kiri
2) Kaki : Simetris kanan dan kiri
3) Gerakan : (+) ada
4) Kuku : lengkap
5) Bentuk kaki : lurus
6) Bentuk tangan : lurus
22

7) Kelainan : tidak ada kelainan


q. Genetalia wanita
1) Labia nimora : ada
2) Labia mayora : ada
3) Klitoris : ada
4) Kelainan : tidak ada
C. ANALISA
1. Diagnosa
Bayi baru lahir spontan pervaginam lebih bulan, letak
kepala diameter sub occipito Bregmatika lahir dengan
asfiksia sedang.
2. Masalah
Gangguan penurunan O2
Dasar : terdapat lender pada jalan nafas
3. Kebutuhan
Bersihkan jalan nafas, pertahankan suhu, perawatan tali
pusat, pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar :
a.Apgar, pengaturan suhu
b.Tali pusat masih basah
c.Pemberian ASI eksklusif
4. Diagnose potensial
a. Asfiksia berat
b. Hipotermi berat / sedang
c. Infeksi tali pusat
Dasar :
a. Ekstremitas bayi terlihat biru
b. Suhu tubuh 36,60C
c. Tali pusat masih basah
23

D. PENATALAKSANAAN
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada
diatas perut ibu bila tali pusat panjang.
b. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk
menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu
tubuh melalui
c. Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian
dari dada bayi dengan meletakan bayi terlentang dibawah
alat pemancar panas. Alat pemancar panas, alat pemancar
panas perlu disiapkan sebelum agar kasur tempat diletakan
bayi juga hangat.
2. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membebaskan jalan nafas dengan cara membersihkan mata,
hidung dan mulut bayi secara Zig zag dengan Kassa Steril
segera setelah lahir
b. Meletakan bayi telentang atau miring dengan leher agak
ekstensi atau tengadah dengan meletakan selimut atau
handuk yang digulung dibawah bahu sehingga bahu terangkat
2-3 cm
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion
dan lender mulut dari hidung menggunakan slim zungier.
Bila air ketuban bercampur mekonium maka penghisapan dan
trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap
dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.
3. Melakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi kearah atas untuk melancarkan
peredaran darah
b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan
yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernapasan
4. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
24

b. Menghitung frekuensi DJJ bayi


c. Menilai warna kulit bayi
5. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat
6. Melakukan langkah awal resusitasi
a. Menjaga bayi agar tetap hangat
b. Mengatur posisi bayi agar mempermudah jalan nafas
c. Menghisap lendir dengan menggunakan alat penghisap lendir
yaitu bola karet
d. Mengeringkan dan melakukan rangsangan taktil pada bayi
e. Mengatur kembali posisi kepala dan selimut bayi
f. Melakukan penilaian pada bayi setelah melakukan tindakan
awal resusitasi
7. Menjelaskan pada ibu mengenai manfaat ASI eksklusif untuk
bayi 0-6 bulan dimana kandungan didalam ASI tersebut sudah
mencukupi kebutuhan bayi untuk perkembangan otaknya dan
sudah memenuhi kebutuhan nutrisinya, bagi ibu pemberian ASI
menghindarkan ibu mengalami perdarahan dan mempercepat
penyembuhan ibu pasca persalinan, dan bagi keluarga
pemberian ASI mempunyai nilai ekonomis.
8. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran
hijau agar pengeluaran ASI yang cukup.
E. EVALUASI
Tanggal 23 Februari 2022 jam 08.50 wita
1. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
a. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c. Radian warmer telah dinyalakan untuk memberikan
kehangantan pada bayi
2. Pembebasan Jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah dibersihkan
25

b. Bayi telah diposisikan dengan benar


c. Jalan nafas telah dibersihkan
3. Rangsangan taktil telah dilakukan, punggung telah diusap
kearah atas
4. Melakukan penilaian : Bayi bernafas spontan
5. Perawatan tali pusat telah dilakukan
6. Menjelaskan kepada ibu bahwa sudah dilakukan resusitasi
dan ibu mengerti.
7. Ibu mengerti mengenai pentingnya ASI ekslusif
a. Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI
eksklusif
b. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengkonsumsi sayur-
sayuran hijau
8. Ibu mengerti dan akan mengkonsumsi sayuran jika sudah
pulang dari fasilitas kesehatan tersebut.
26

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 23 Februari 2022 jam 15.45 wita

S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat menyusui ASI dengan baik

2. Ibu mengatakan akan memberikan ASI Eksklusif sampai 6


bulan

3. Ibu mengatakan bayinya sudan BAK 1 x

4. Ibu mengatakan bayinya tampak sehat dan akan segera


pulang

5. Ibu mengatakan akan selalu menjaga kehangatan bayinya


bila sudah di rumah

O : 1. Keadaan umum baik

2. Tanda-tanda vital

RR : 30 x/mnt BB : 3100 gram

Suhu : 36,5 0C PB : 49 cm

Nadi : 110 x/mnt

Reflek :

a. Kaget : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada
27

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat masih basah

5. Perut bayi tidak kembung

6. Eliminasi

BAB : -

BAK : 1 x

A : 1. Diagnosa

Bayi baru lahir umur 6 jam

2. Masalah : tidak ada

3. Kebutuhan : 1.Pemberian ASI Eksklusif

2.Perawatan bayi baru lahir pada ibu dan


keluarga :

- Personal Hygiene bayi

- Pertahankan suhu tubuh bayi

3. Perawatan bayi sehari-hari

P : 1. Mandikan bayi 2 x sehari

2. Merawat tali pusat

3. Memberikan Penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang

a. Personal Hygiene bayi

b. Pemberian ASI Eksklusif

c. Pertahankan suhu tubuh bayi


28
BAB IV
PEMBAHASAN

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak


dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Jumiarni & Mulyati,
2016).
A. Penyebab asfiksia
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang sehingga aliran oksigen janin
berkurang dan akibatnya terjadi gawat janin. Hal ini menyebabkan
asfiksia bayi baru lahir.
Faktor-faktor dari keadaan ibu sebagai berikut :
a. Preeeklampsi dan eklampsi
b. Perdarahan abnormal
c. Partus lama / partus macet
d. Deman selama persalinan
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan post matur
Dilihat dari tali pusat dapat juga menjadi penyebab
terjadinya asfiksia BBL adalah sebagai berikut :
a. Lilitan tali pusat
b. Tali puat pendek
c. Prolapsus tali pusat
Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia :
a. Bayi premature
b. Persalinan sulit (letak sungsang, gemelli, distosia,
ekstraksi vakum, forcep)
c. Kelainan kongenital
d. Air ketuban bercampur mekonium

33
34

Pada teori kasus bayi dengan asfiksia sedang, diperoleh


tanda-tanda seperti: Tidak bernapas atau bernapas megap-megap,
warna kulit kemerahan dan penurunan kesadaran. Dengan nilai
apgar score 4 – 6. Penyebab terjadinya asfiksia dipengaruhi 3
faktor yaitu: Faktor Ibu, Faktor Tali Pusat, dan Faktor Bayi.
Penanganan yang dilakukan adalah RESUSITASI.
Dalam kasus ini telah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
pada bayi Ny “A” dengan asfiksia sedang ditemukan bahwa penyebab
terjadinya asfiksia dipengaruhi adanya ketuban bercampur
mekonium dan tali pusat pendek. Pada analisa dan penatalaksanaan
dilakukan langkah awal resusitasi. Pada evaluasi, setelah
dilakukan tindakan penatalaksanaan, bayi dapat menangis kuat,
warna kulit merah dan adanya peningkatan kesadaran dan tidak
tampak terjadi komplikasi.
B. Asuhan segera pada bayi baru lahir Ny. “A” pada jam pertama
setelah kelahiran
a. Resusitasi BBL
Dalam kasus ini, bayi Ny. “A” yang mengalami asfiksia sedang
segera dibersihkan lendir dan jalan napasnya, kemudian
dilakukan langkah awal resusitasi. Setelah dilakukan
resusitasi, keadaan umum bayi Ny. “A” tampak membaik,
pernapasan kembali normal dan bayi menangis kuat.
b. Pertahankan suhu tubuh bayi
Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam pertama.
Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi
harus tertutup.
Pada kasus bayi Ny. “A” belum dimandikan dan hanya dikeringkan
serta dibungkus dengan kain kering dan hangat. Ini dilakukan
untuk mencegah hipotermi.
c. Klem dan potong tali pusat
35

Tali pusat diklem dengan 2 buah klem pada titik ± 1cm diantara
kedua klem. Potonglah tali pusat diantara kedua klem saling
melindungi tubuh bayi dengan gunting dengan tangan kiri anda
Setelah dilakukan pemotongan tali pusat, kemudian tali pusat
di jepit dengan klem tali pusat pelastik. Perawatan tali
pusat, dengan cara pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan
terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih
secara longgar. Lipat popok dibawah tali pusat dan apabila
terkena kotoran atau tinja, bersihkan dengan sabun dan air
bersih dan keringkan.
d. Kontak dini dengan ibu
Berikan bayi dengan ibu sesering mungkin. Kontak dini antara
ibu dan bayi sangat penting untuk kehangatan (mempertahankan
panas yang benar pada bayi baru lahir), ikatan batin dan
pemberian ASI. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila
bayi telah siap (dengan menunjukkan reflek, rooting). Jangan
paksakan bayi untuk menyusu (Asuhan Persalinan Normal, Revisi
2017)
Pada kasus bayi Ny. “A” langsung diberikan kepada ibu untuk
disusui untuk mencegah bayi agar tidak hipoglikemi sekaligus
menerapkan metode kangguru untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
dengan melakukan kontak langsung dengan tubuh ibu.
e. Pemberian ASI secara dini
Pemberian ASI sebaiknya dimulai dalam waktu 1 jam lahir, jika
mungkin anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba menyusui
bayinya setelah tali pusat dipotong dan diklem. (Asuhan
Persalinan Normal, Revisi 2017)
Pada kasus bayi Ny. “A” langsung diberikan kepada ibunya untuk
disusui untuk mencegah hipoglikemi pada bayi sekaligus
mencegah hipotermi dengan melakukan metode kangguru sehingga
terjadi kontak langsung antara ibu dan bayi. Ibu diberikan KIE
tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif bagi bayi, ibu dan
36

keluarga. Manfaat ASI bagi bayi adalah bayi akan mempunyai


kekebalan tubuh yang lebih kuat dari bayi yang minum susu
formula, bagi ibu pemberian ASI menghindarkan ibu mengalami
perdarahan dan mempercepat penyembuhan ibu pasca persalinan,
dan bagi keluarga pemberian ASI mempunyai nilai ekonomis.
f. Pemberian vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin
K pada bayi baru lahir, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberikan vitamin K proral 1 mg /hari selama 3
hari. Sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5 – 1 mg secara IM. (Winkjosastro, 2015)
Pada kasus bayi Ny. “A” : diberikan injeksi vitamin K 0,5 mg
secara IM pada paha kiri 1/3 paha atas bayi.
g. Pemberian Hb0
Pentingnya pemberian imunisasi HB-0 pada bayi yaitu memberikan
kekebalan pada tubuh bayi dari penularan ibu dengan status
HbsAg positif. Virus Hepatitis B jika menyerang bayi akan
berdampak pada kerusakan organ hati pada bayi bahkan dapat
menyebabkan kanker hati. Oleh karena itu, pemberian imunisasi
HB-0 pada bayi akan memberikan perlindungan terhadap paparan
virus Hepatitis (Blandina Tri Novita Laia, 2019)
Pada kasus bayi Ny. “A” setelah 1 jam dari pemberian vitamin K
: diberikan injeksi Hb0 secara IM pada paha kanan 1/3 paha
atas bayi.
h. Perawatan rutin
Anjurkan pada orang tua cara merawat bayi dan perawatan harian
bayi :
1. Beri ASI sesuai dengan kehendak bayi mulai dari hari
pertama
2. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
3. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering
37

4. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan


jika perlu
5. Jaga keamanan bayi jika sakit atau menyusui kurang baik
Pada kasus bayi Ny. “A” ibu telah diberikan KIE tentang
perawatan bayi sehari-hari di rumah secara rutin.
Maka dapat disimpulkan bahwa antara tinjauan teori dan
kasus nyata pada bayi Ny “A” baru lahir dengan asfiksia sedang
tidak ditemukan adanya kesenjangan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada kasus bayi Ny “A” dengan asfiksia sedang,
setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan diketahui
penyebab utama terjadinya asfiksia adalah cairan ketuban
bercampur mekonium dan adanya tali pusat pendek. Sehingga
pada intervensi dan implementasi dilakukan tindakan awal
resusitasi dengan segera untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Setelah dilakukan tindakan resusitasi bayi
dapat menangis kuat, warna kulit merah dan kesadaran
meningkat.

B. SARAN
1. Bidan
Diharapkan selalu siap melakukan resusitusi bayi pada
setiap pertolongan persalinan
2. Orang Tua
- Mampu menjaga kehangatan tubuh bayi dengan
dekapan
- Segera memberikan Asi kepada bayinya
3. Institusi
Mampu memberikan keterampilan penatalaksanaan BBL
dengan asfiksia sesuai dengan mutu standar pelayanan
kesehatan
4. Mahasiswa
Diharapkan mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan
penanganan bayi dengan asfiksia.

38
DAFTAR PUSTAKA

Blandina Tri Novita Laia. (2019). Gambaran Pengetahuan Ibu


Tentang Imunisasi Hepatitis B (HB-0) Pada Bayi Baru Lahir
Di Klinik Pratama Kasih Ibu Desa Jaharun B Galang Sumatera
Utara Tahun 2019.

Fida & Maya.(2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.Jogjakarta :


D-Medika.

Gerungan, J. C. Adam, S., & Losu, R. N. (2014). Faktor-faktor


yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSUP Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Kebidanan vol,
2(1), 66-72

Handayani, Sih Rini & Mulyati, Triwik Sri. (2017). Bahan Ajar
Kebidanan Dokumnetasi Kebidanan. Kemkes BPPSDM.

Ilyas, J., Sulyati, S., & S, N. (2012). Asuhan keperawatan


perinatal. Jakarta : EGC

JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Jaringan


Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi

Jumiarni, Mulyati Sri, Nurlina, 2016. Asuhan Keperawatan


Perinatal, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Katiandagho, N & Kusmiyati. (2015). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Jurnal
Ilmiah Bidan, 3(2), 28-38

Manuaba, I B G. 2015. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Maolinda, W., Salmarini, D. D., & Mariani. (2015). Hubungan
persalinan tindakan dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Dinamika
Kesehatan, 13(15), 146-151

Mochtar, Rustam. 2012. Synopsis Obstetri. Jakarta : ECG

Rahma, A & Armah, M., 2014, Analisis Faktor Risiko Kejadian


Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan
RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013, Jurnal
Kesehatan, p. 283.

Rochwati, S. (2014). Hubungan antara usia pada ibu bersalin


dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir di RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2), 43-48

Simatupang E.J,2006. Penerapan Unsur-Unsur Manajemen Dalam


Praktek Kebidanan, Awan Indah, Jakarta

Varney, Hellen. 2008. Varney’s Midwifery, Fourth Edition. London


: Jones dan Bartlett Publisher.

Winkjosastro, Hanifa dkk. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-


SP.

World Health Organization. (2014). World Health Statistics 2014

Anda mungkin juga menyukai