Oleh:
NADIA PUTRI ANGGRAINI
NIM : 1601022
Oleh:
NADIA PUTRI ANGGRAINI
NIM : 1601022
Saifuddin, Adul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
94
95
PENDAHULUAN
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono ,
2010). Indikasi dalam Sectio Caesarea salah satunya adalah ketuban pecah
dini, ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagaian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu sedangkan
Manuaba , 2010 ). Saat ini kebanyakan ibu sudah mengetahui apa saja macam
Namun banyak juga ibu terutama pada ibu dengan primigravida atau ibu
muda yang tidak bisa membedakan antara air ketuban dan air seni
disertai dengan kontraksi maupun lendir atau darah, biasanya ibu tidak terlalu
kawatir dengan keadaan tersebut. Oleh sebab itu saat datang ke rumah sakit
ibu dengan ketuban pecah dini biasanya datang dengan keluhan gerakan bayi
melemah tidak seperti biasanya. Kondisi seperti itu harus segera dilakukan
1
2
bagi janin dan ibu. Penanganan ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu persalinan normal dan dengan operasi sesar (Sarwono, 2010).
Melahirkan melalui operasi caesar baik atas indikasi medis maupun atas
permintaan pihak pasien kini meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan dari
pada tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di indonesia pada tahun 2013
sebanyak 35% ( Depkes RI,2013 ). Di Jawa Timur kasus ketuban pecah dini
pada tahun 2013 sebanyak 18% ( Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2013 ).
Di RSUD Bangil insiden ketuban pecah dini cukup banyak dari survey awal
yang teah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember Tahun 2017 di
RSUD Bangil sebanyak 14,5% yaitu 166 kasus ibu dengan persalinan sectio
caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. (RM RSUD Bangil, 2017)
melindungi janin terhadap infeksi dan trauma. Penyebab ketuban pecah dini
sampai sekarang masih belum pasti dan belum jelas, namun insiden ketuban
selaput yang terlalu tipis, malpresentasi janin, kehamilan kembar, dan infeksi
vagina atau serviks, keletihan bekerja dan multipara ( Verney midwife , 2008
). Tanda dan gejala pada kehamilan KPD adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dengan ciri pucat
timbul jika ketuban pecah dini tidak segera ditangani adalah resiko infeksi
3
amniotik sehingga bakteri mudah masuk kedalam tubuh. Komplikasi pada ibu
dapat terjadi sepsis sedangkan pada bayi dapat fetal distress syndrome,
). Agar tidak terjadi komplikasi yang berarti maka salah satunya di lakukan
Sectio caesarea , namun adapun akibat tindakan Sectio caesarea yang terjadi
pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi infeksi puerperal, perdarahan, luka
Belum ada cara pasti untuk mencegah kebocoran kantung ketuban. Namun
dan olahraga teratur. Jika sudah terindikasi KPD maka peran seorang perawat
menjaga lingkungan untuk meminimalkan resiko infeksi dan cedera pada ibu
tentang mobilisasi dini, juga mengajarkan ibu untuk segera mandiri dalam
caesarea agar tidak terjadi infeksi, teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri,
4
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
keperawatan pada klien dengan diagnosa Post Sectio caesarea indikasi Ketuban
1.3.2.1 Mengkaji klien dengan diagnosa Post Sectio caesarea indikasi ketuban
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
1.5.2.1 Wawancara
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
terdekat klien, catatan medic, perawat, hasil-hasil pemeriksaan lain dan tim
kesehatan lain.
7
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi
1.6.2 Bagian inti , terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakt dari sudut medis
TIJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada pasien Post. Sc atas indikasi ketuban pecah dini.
Konsep penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara
pasien Post. Sc atas indikasi ketuban pecah dini dengan melakukan asuhan
evaluasi.
2.1.1 Pengertian
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau
8
9
2.1.2 Etiologi
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
2.1.3 Indikasi
abnormalis pada power atau tidak kuat konraksi uterus. ”Passenger” bila
atas panggul lebih besar, maka dalam hal ini serviks uteri kurang
Tumor yang dapat dijumpai berupa mioma uteri, tumor ovarium, dan
2012).
3) Plasenta Previa
dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya atau
4) Ruptura Uteri
Ruptura uteri baik yang terjadi dalam masa hamil atau dalam
dikatakan sejumlah besar janin atau bahkan hampir tidak ada janin
5) Disfungsi Uterus
tidak adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan
6) Solutio Plasenta
dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Selain itu bisa juga
2008)
2) Gawat Janin
(Prawirohardjo, 2008).
3) Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby)
melitus). Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat mengalami
13
(Prawirohardjo, 2008).
4) Indikasi Sosial
suatu faktor yang berperan dalam angka kejadian sectio caesarea yaitu
vagina, dan bayi dapat lahir sesuai dengan waktu yang diinginkan.
1) Bila janin sudah mati atau keadaan buruk dalam uterus sehingga
kemungkinan hidup kecil, dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk
melakukan operasi.
sebagai berikut:
(Prawirohardjo, 2008)
16
2.1.6 Komplikasi
2) Atonia uteri
2.1.6.3 Luka kandung kemih, emboli paru dan komplikasi lainnya yang
jarang terjadi.
2.1.6.4 Kemungkinan ruptur uteri atau terbukanya jahitan pada iterus karena
dan diperiksa.
operasi.
dilahirkan.
18
2) Tim bedah ini bekerja dalam keadaan suci hama yaitu mencuci
(Cuningham, 2006)
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci hama (larutan
betadin dan sebagainya), lalu ditutup dengan kain penutup luka. Secara
periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan, dibuat pula catatan
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pacsa operasi (PPO), maka
5-10%, garam fisiologis dan ringer laktat secara bergantian jumlah tetesan
permenit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikut transfusi darah atau
Jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini dapat dipakai
cairan peroral.
2.1.8.3 Diet
Oleh karena kemajuan yang pesat dalam bidang anastesi, keluhan mual
dan muntah pasca bedah saat ini sudah sangat berkurang bahkan jarang
ditemukan kecuali bila peristaltik usus kurang baik (peralisis) dan perut
jam pasca bedah berupa air putih dan air teh yang yan jumlahnya dapat
dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah. Setelah cairan infus
diberikan, berikan makanan bubur sering (MI), minuman air buah dan
akhirnya makanan biasa (MB). Sejak boleh minum pada hari pertama
2.1.8.4 Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan di
daerah operasi, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-
20
perinfus, atau obat-obatan lainnya. Setelah hari pertama atau kedua rasa
2.1.8.5 Mobilisasi
Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat duduk
(Winkjosatro, 2005).
21
2.2.1 Pengertian
ketuban pecah dini kurang bulan yaitu pecah ketubah sebelum cukup bulan
2.2.2 Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas, akan tetapi ada beberapa
polihidramnion.
bakteri vagina.
tipis.
curetage).
2.2.2.6 Multipara dan peningkatan usia ibu/usia ibu yang terlalu muda
2.2.2.7 Defisiensi nutrisi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c).
(Mitayani, 2011)
melalui vagina.
2.2.3.2 Aroma ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
2.2.3.3 Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di
2.2.3.4 Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, detak jantung
terjadi.
kasus lain dapat kita temukan dan kita analisis dari tanda dan gejala yang
muncul, seperti :
Tanda dan gejala yang Tanda dan gejala yang Diagnosa kemungkinan
tiba
2.Cairan tampak di
introitus
jam
2. Demam/menggigil cairan
3.DJJ cepat
4.Perdarahan pervagina
sedikit
4.Disuria
4.Pembukaan dan
perdarahan servik
1) Prematuritas
problem.
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian
ketuban pecah dini (KPD). Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini (KPD)
(radang pada korion dan amnion). Selain itu terjadi prolaps atau keluarnya tali
pecah dini (KPD) pretrem. Hipoplasi paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada ketuban pecah dini (KPD) kejadiannya hampir mencapai 100%
apabila ketuban pecah ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
2013).
anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-
tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini.
dengan cara :
bau dan PH nya. Cairan yang keluar dari vagina bisa air ketuban atau
26
mungkin juga urine atau sekret vagina. Tes lakmus (tes nitrazin), jika
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosa dengan anamnesa dan
2.2.7 Pencegahan
air besar.
27
2.2.7.4 Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di
2.2.8 Penatalaksanaan
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
pada ibu maupun pada janin dan haru di rawat dirumah sakit.
minggu.
28
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan indikasi.
uterin).
persalinan diakhiri.
Jika ibu dengan KPD ini tidak segera mendapatkan tindakan maka
paling sering terjadi pada ketuban pecah dini (KPD) sebelum usia
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban
terjadi pada ketuban pecah dini (KPD), infeksi intrauterin, tali pusar
Pecah Dini
2.3.1 Pengkajian
Caesarea meliputi :
1) Indetitas
2) Keluhan Utama
mencegah kehamilan.
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak, ada otot bantu nafas,
didapat redup/pekak.
2) B2 (Blood)
Inspeksi : lihat ada atau tidaknya sianosis, anemis (jka terjadi syok
Palpasi : kaji CRT normal kembali <2 detik, akral hangat, cek nadi
reguler
3) B3 (Brain)
Palpasi : CRT <2 detik, nyeri pada luka bekas post operasi.
32
4) B4 (Bledder)
5) B5 (Bowel)
operasi.
konstipasi.
6) B6 (Bone)
bawah.
33
7) Uterus
8) Pola Aktivitas
9) Pemberian ASI
Biasanya dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu baru
dibagi menjadi dua data objektif dan data subjektif dan kemudian ditentukan
2010).
2.3.3.1 Nyeri Akut berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen.
post op SC.
tubuh.
2.3.4 Intervensi
( McCloskey, 2009 )
mmHg. 4. Menurunkan
mengurangi rasa
nyeri.
4. Memampukan
keluarga terdekat
untuk aktifitas
dalam perawatan
pasien.
normal menit.
kotoran,
pembalut
perineal dan
linen yang
terkontaminasi
dengan tepat.
3. Tinaju ulang
hemoglobin,
perhatikan
adanya kondisi
yang mempredis
posisiskan
40
pasien pada
infeksi pasca
operasi.
4. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
memberikan
obat antiseptic
sesuai terapi.
2.3.5 Implementasi
1) Diagnosa 1
Implementasi :
2) Diagnosa 2
Implementasi :
bertahap.
3) Diagnosa 3
Implementasi :
4) Diagnosa 4
Implementasi :
therapeutic.
2.3.6 Evaluasi
Pre Sc
Kelemahan
penurunan
sirkulasi
MK : Mobilitas
fisik
Gambar 2.1 Pathway POST SC Indikasi KPD (Sumber : Amin dan Harhdi, 2015)
BAB III
TINJAUAN KASUS
atas indikasi ketuban pecah dini, pos sectio caesarea hari ke-0 maka penulis
menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 7-10 januari 2019
dengan data pengkajian pada tanggal 8 januari 2019 jam 11.00 WIB. Anamnesa
3.1 Pengkajian
Nama : Ny. L
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
44
45
Nama : Tn. W
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3.1.3.1 Keluhan Utama: Pasien mengatakan nyeri pada luka post op, P:
nyeri karena adanya luka post op, Q: nyeri dirasakan seperti diiris-iris oleh
timbul, S: dengan skala nyeri 7, T: nyeri hilang apabila pasien tidak terlalu
3.1.3.2 Riwayat Masuk Rumah Sakit: Pada tanggal 7 januari 2019 pasien
dibawa oleh keluarga ke rumah sakit pukul 07.30 WIB. Operasi dilakukan
46
pada tanggal 7 januari 2019 jam 16.40 dan selesai dipindahkan ke ruang
dan bayi lahir dengan BB: 2900 g. Setelah post SC pasien mengeluh nyeri
di daerah insisi.
1) Menarche : 15 tahun
3) HPHT : 5-04-2018
4) Siklus : Teratur
Anak
Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
Ke
Umur Pend
N Us Penyak Jeni Penol Peny Laser Jeni
keha Infeksi araha BB PJ
o ia it s ong ulit asi s
milan n
. hn ming nta n cm
gu n
47
3.1.4.3 Genogram
Perempuan
Menikah
Pasien
((1)Lochea :
( ) lochea sanguinolenta
( ) lochea serosa
( ) lochea alba
( ) lochea parulenta
( ) lochiotosis
Jumlah :
Jumlah : 450cc
episiotomy
((1)BB : 2900 g
((2)TB : 40 cm
( √ ) Alkohol 70%
( ) Betadine
((5)Anus : Berlubang
((6)Suhu : 36,6˚C
((7)Lingkar Kepala : 32 cm
49
((8)Kelainan Kepala :
Caput succedanum
Hydrocephalus
Cephal Hematoma
Microcephalus
lain
melahirkan
keluar
masalah
ke puskesmas
( ) Penyakit jantung
51
( ) Penyakit hipertensi
( ) penyakit lainnya
bersih
berbahaya
tidak tercemar
3.1.8.4 Ibu tinggal dengan siapa : dengan suami dan anak pertama
keluarganya bertambah
52
3.1.10.9 B1 (Breath)
Jenis Vesikuler
3.1.10.10 B2 (Blood)
3) Pulsasi : Kuat
3.1.10.11 B3 (Brain)
1) Kesadaran : Composmetis
2) Orientasi : Baik
7) Istirahat / tidur :
1) Mata
3) Telinga : Simetris
5) Peraba : Normal
3.1.10.12 B4 (Bladder)
3) Kebersihan : Bersih
menggunakan kateter
3.1.10.13 B5 (Bowel)
1) Mulu : Bersih
2) Mukosa : Lembab
7) Abdomen : Elastis
8) Peristaltik : 8x/menit
3.1.10.14 B6 (Bone)
2) Kekuatan otot : 5 5
3 3
4) Kulit : Lembab
5) Fraktur : Tidak
7) Akral : Hangat
9) Mamme : (√ ) ya ( ) tidak
3.1.10.15 B7 (Pengindraan)
3.1.10.16 B8 (Endokrin)
hipoglikemia.
58
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Neutrofil 18,5
Limfosit 1,0
Monosit 0,3
Eosinofil 0,0
Basofil 0,0
%
Neutrofil % H 93,0 39,3 – 73,7
%
Limfosit % L 4,9 18,0 – 48,3
%
Monosit % L 1,8 4,40 – 12,7
59
3.1.12 ERAPI
ANALISA DATA
S : Skala 7
T : Saat bergerak
DO :
kurang lebih 10 cm
bekas oprasi
7. TTV :
TD : 120/90 Mmhg
Nadi : 85x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,9˚C
mika/miki
DO :
ditempat tidur
beraktifitas
keluarga
bergerak
62
6. Kekuatan otot 5 5
3 3
payudara tentang
DO :
perawatan
1. Keadaan umum masih lemah
payudara
2. Payudara teraba keras saat
dipalpasi
berwarna gelap
berkerak
keluar
dengan benar
63
1. Nyeri Akut
BERDASARKAN PRIORITAS
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri luka post op sectio caesarea
Dx HASIL
: karakteristik, berlangsung.
frekuensi,
1. Mampu mengontrol nyeri
durasi dan
2. Mampu melakukan teknik
lualitas nyeri.
relaksasi dan distraksi
2. Observasi 2. Guna menunjang
secara mandiri
reaksi non data subjektif
3. Wajah pasien sudah tidak
verbal dari yang diperoleh
tampak menyeringai lagi
ketidaknyama oleh pasien
4. Skala nyeri 0 – 3
nan akibat rasa misalnya : wajah
5. Pasien mampu menyatakan
nyeri pasien masih
rasa nyaman setelah nyeri
tampak
berkurang
65
menyeringai dan
pasien masih
tampak
memengangi
perutnya
3. Observasi
3. Untuk
skala nyeri
mengetahui
yang dialami
tingkat berat
oleh pasien
ringannya nyeri
yang dialami
oleh pasien
4. Untuk
4. Ajarkan teknik
mengurangi rasa
non
nyeri yang
farmakologi
timbul secara
untuk
tiba – tiba
mengurangi
dengan cara
nyeri seperti
nafas dalam dan
teknik
panjang atau
relaksasi dan
mengalihkan
distraksi
perhatian ke
sesuatu yang
66
dapat
mengurangi
nyeri yang
5. Kolaborasi
5. Guna membantu
dengan dokter
mempercepat
dan tim medis
proses
dalam
penyembuhan
pemberian
terapi secara
farmakologi
atau
pemberian
bawah, mika
1. Pasien sudah bisa mika
miki setelah 6
miki
jam post op,
2. Pasien sudah dapat duduk
duduk setelah
3. Pasien sudah belajar
12 jam post op
67
ekstermitas
bawah agar
kembali seperti
semula.
3. Batasi 3. Mencegah
SC
4. Bantu pasien 4. Mengistirahatkan
SC.
5. Kolaborasi 5. Membantu
dala kesembuhan
pemberian pasien.
terapi
farmakologi.
perawatan 2. Membantu
1. Pasien sudah memahami
payudara pasien agar lebih
tentang perawatan
2. Berikan mengetahui dan
payudara
penyuluhan menegerti
2. Pasien sudah mampu
mengenai tentang
melakukan message
perawatan perawatan
lembut pada payudara
payudara payudara
3. Pasien mampu
3. Mengajarkan 3. Membantu agar
69
payudara perawatan
payudara sendiri
4. Anjurkan 4. Membantu
perawatab mengeluarkan
kali sehari
5. Merupakan salah
5. Reinforcement
satu motivasi
pada pasien
agar pasien lebih
jika sudah
semangat dalam
dapat
melakukan
melakukan
perawatan
perawatan
payudara
payudara
70
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx
ζ
1. 08 14.30 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
kualitas nyeri
bagian bawah
S : skala 7
14.35 nyeri
tampak menyeringai
ζ
op
skala 7
ζ
4. Mengajarkan teknik non
14.45 distraksi
ζ
14.50 obat anti nyeri
seperti antrain.
ζ
2. 08 14.55 1. Mengajarkan pada pasien untuk
ζ
2. Memotivasi pasien agar mau belajar
bergerak
ζ
tahap pemulihan post op.
15.05
3. Batasi aktifitas pasien yang terlalu
berat
kecil
73
ζ
15.10 4. Membantu pasien dalam melakukan
jatuh
15.15
5. Berkolaborasi dengan dokter dan
ζ
tim medis dalam pemberian terapi
farmakologi
pasca op
ζ
3. 08 15.20 1. menanyakna pada pasien tentang
ζ
penatalaksanaan yang sudah di
ketahui pasien.
menggunakan leaflet
74
ζ
15.30 3. Mengajarkan teknik cara perawatan
keluar
ζ
15.35
melakukan perawatan payudara satu
zaitun
15.40
5. Memberikan reinforcement
CATATAN PERKEMBANGAN
ζ
08 Januari Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan
operasi
O:
- Skala nyeri 7
cm
- Pasien tampak
menyeringai
- Pasien tampak
memegangi bagian
kassa steril
- Pusing (+)
- TTV
TD : 120/90 Mmhg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,9˚C
P : Intervensi dilanjutkan
ζ
08 Januari Hambatan mobilitas fisik S : pasien mengatakan
O:
dibantu keluarga
banyak beraktifitas
- Pasien tampak
berbaring di tempat
tidur
77
aktifitasnya
- Pasien tampak
bergerak
5 5
3 3
P : Intervensi dilanjutkan
ζ
08 januari Defisit pengetahuan S : Pasien mengatakan
dengan kurangnya
O:
informasi tentang
- Payudara teraba keras
perawatan payudara
saat dipalpasi
keluar
78
P : Intervensi dilanjutkan
ζ
09 Januari Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan
O:
- Skala nyeri 5
kurang dari 10 cm
- Pasien tampak
menyeringai
- Pasien tampak
memegangi bagian
luka operasi
kassa steril
79
- TTV :
TD : 120/80 Mmhg
N : 82x/Menit
S : 36,5˚C
RR : 22x/Menit
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
ζ
09 januari Hambatan mobilitas fisik S : Pasien mengatakan
O:
rileks
- Pasien mampu
beraktivitas dengan
bantuan keluarga
memgangi bangian
80
bekas operasi
kuat
- Kekuatan otot 5 5
4 4
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
ζ
09 Januari Defisit pengetahuan S : pasien mengatakan
O:
- Pasien mengerti
tentang perawatan
payudara
81
melakukan massage
- Pasien belum
melakukan perawatan
payudara
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
ζ
10 Januari Nyeri akut berhubungan S :Pasien mengatakan
O:
kurang lebih 10 cm
- Skala nyeri 2
- TTV
TD : 120/70 Mmhg
N : 84x/menit
S : 36,5˚C
82
RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
ζ
10 Januari Hambatan mobilitas fisik S : Pasien mengatakan
O:
rileks
berbaring ditempat
tidur
- Pasien mampu
beraktivitas secara
mandiri
memgangi bagian
luka post op
- Kekuatan otot
5 5
5 5
83
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
ζ
10 Januari Defisit pengetahuan S : Pasien mengatakan
O:
- Pasien mengerti
tentang perawatan
payudara
- Pasien mampu
melakukan perawatan
payudara secara
mandiri
- Pasien mampu
melakukan massagrr
lembut payudara
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
84
EVALUASI KEPERAWATAN
ζ
10 Januari Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan
O:
kurang lebih 10 cm
- Skala nyeri 1
- TTV
N : 84x/menit
S : 36,5˚C
RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (
Pasien KRS)
85
ζ
10 Januari Hambatan mobilitas fisik S : Pasien mengatakan
O:
rileks
berbaring di tempat
tidur
- Pasien mampu
beraktifitas secara
mandiri
memegangi bagian
tubuhnya yang
post op
- Kekuatan otot
5 5
5 5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (
Pasien KRS)
86
ζ
10 Januari Defisit pengetahuan S : Pasien mengatakan
O:
- Pasien mengerti
tentang perawatan
payudara
- Pasien mampu
melakukan perawatan
payudara secara
mandiri
- Pasien mampu
melakukan massage
lembut payudara
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
( Pasien KRS)
BAB 4
PEMBAHASAN
terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa post sc dengan indikasi KPD di ruang Nifas (mawar
4.1 Pengkajian
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien dan keluarga terbuka
(2009) tinjauan pustaka didapat data, tidak ada nyeri tekan dan sesak nafas,
trakhea : tidak ada deviasi, tidak ada suara tambahan seperti ronkhi dan whezing,
bentuk dada simetris, dan biasanya klien tidak menggunakan otot bantu nafas.
Pada tinjauan kasus didapatkan data, bentuk dada normal simetris, susunan ruas
tulang belakang normal, pola nafas normal, respiratore rate 20 x/menit, irama
teratur jenis regular, tidak menggunakan retraksi otot bantu, perkusi thorax sonor,
tidak menggunakan alat bantu nafas, vokal premitus normal kanan kiri sama,
kasus tidak ada masalah keperawatan. Menurut opini penulis pada tinjauan
87
88
tinjauan pustaka didapat data, tidak ada nyeri dada, tidak adanya sakit kepala,
suara jantung: S1 S2 normal, tidak adanya gangguan irama, pada tinjauan kasus
didapatkan data, nyeri pada dada tidak ada, irama jantung teratur, pulsasi kuat,
posisi ICS 4 dan 5, bunyi jantung lup dup S1 - S2 tunggal, CRT normal < 3 detik,
tidak ada cyanosis, tidak ada clubbing finger, JVP tidak ada kelainan jugularis,
pada pemeriksaan fisik B2 (Blood) tinjauan kasus tidak ada masalah keperawatan.
Menurut opini penulis pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak memiliki
kesenjangan.
tinjauan pustaka didapat data, keadaan umum klien terkadang baik dan terkadang
putih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, leher tidak terdapat pembesaran
tiroid, pada fungsi presepsi sensori pendengaran kanan kiri normal, penciuman
dalam batas normal, pengecapan dapat merasakan manis, asin, dan pahit,
pengelihatan normal, perabaan dapat merasakan panas, dingin, dan tekanan. Pada
baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudsky, tidak ada nyeri
± 2 jam/hari, malam 7 jam/hari, tidak ada kelainan nervus cranialis, lain – lain
tidak ada. Pada pemeriksaan B3 (Brain) tinjauan kasus tidak ditemukan masalah
keperawatan. Menurut opini penulis pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
tinjauan pustaka didapat data, pada miksi klien tidak mengalami gangguan, warna
urine jernih, dan pada tinjauan kasus didapatkan data yang sama hal ini karena
inkontensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. Tinjauan kasus didapatkan
data, benuk alat kelamin normal, libido kemauan normal, kemampuan normal,
bau khas, warna kuning, tempat yang digunakan urinebag, pasien menggunakan
alat bantu kateter. Pada pemeriksaan fisik B4 (Bladder) tinjauan kasus tidak ada
masalah keperawatan. Menurut opini penulis pada tinjauan pustaka dan tinjauan
pustaka didapat data, mual, muntah, konstipasi, dan nyeri abdomen, pada tinjauan
kasus didapatkan data, mulut bersih, mukosa lembab, bibir normal, gigi bersih,
kebiasaan gosok gigi pasien gosok gigi 1x sehari, tenggorokan tidak ada kesulitan
1x selama di RS, tidak ada masalah eliminasi alvi. Pada pemeriksaan fisik B5
(Bowel) tinjauan kasus tidak ada masalah keperwatan. Menurut opini penulis pada
tinjauan pustaka didapat data mual, muntah, konstipasi, dan nyeri abdomen, pada
tinjauan pustaka didapat data, nyeri pada saat pasienmelakukan mobilitasi, pada
tinjauan kasus didapat data, kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (rom) :
bebas kekuatan otot ektrimitas atas kanan 5 kiri 5, ektrimitas bawah kanan 3 kiri
3, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, kulit bersih, akral hangat, turgor elastis <
2 detik, kelembapan lembab, tidak ada oedema, kebersihan kult bersih, wajah
aktifitas. Menurut opini penulis pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak
memiliki kesenjangan.
Analisa data pada tinjauan pustaka hanya mengurangi teori saja sedangkan
pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan nyata yang dialami klien karena
4.2.1 Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka menurut Wilkison,
M, Judith. (2009), ada empat. Namun penulis hanya mengambil 2 diagnosa yang
actual, yatu :
4.2.1.1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri luka post op sectio caesarea
agen injuri luka post op sectio caesarea karena klien dengan luka post op akan
mengalami nyeri akibat adanya diskontinuitas jaringan kulit. Pada tinjauan kasus
didapatkan hasil yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri luka post op
91
sectio caesarea dengan data objektif yang mendukung yaitu klien mengeluh nyeri
pada perutnya, nyeri terasa seperti di iris – iris, nyeri terasa di sekitar luka pada
abdomen, skala nyeri 7 =, nyeri terasa hilang timbul, klien tampak meringis
kesakitan, wajah klien tampak meneyeringai, terdapat luka post op sepanjang ±10
berhubungan dengan nyeri akut. Pada tinjauan kasus didapatkan hasil yaitu
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut denagn data objektif
yang mendukung yaitu pasien mengatakan belum melakukan mobilitas mik – miki
op SC.
tubuh.
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri luka post op sectio caesarea
4.3 Intervensi
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus ada
masalah (Psikomotor).
4.3.1 Intervensi doagnose Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri luka post
op sectio caesarea
tinjauan kasus, alasanya karena adadata yang didapat pasien mengatakan nyeri
pada luka bekas operasi pada perutnya, klien mengeluh nyeri pada perutnya, nyeri
terasa seperti di iris – iris, nyeri terasa disekitar luka, skala nyeri 7, nyeri terasa
hilang timbul, saat nyeri muncul ±10 menit dan hilang sebentar kemudian muncul
lagi dalam waktu yang lama. Nyeri semakin dirasakan ketika pasien melakukan
prioritas karena yang paling dirasakan klien. Nyeri Akut berhubungan dengan
agen injuri luka post op sectio caesarea dengan data objektif yang mendukung
perutnya, nyeri terasa seperti di iris – iris, nyeri terasa di sekitar luka pada
abdomen, skala nyeri 7 =, nyeri terasa hilang timbul, klien tampak meringis
93
kesakitan, wajah klien tampak meneyeringai, terdapat luka post op sepanjang ±10
cm, tidak terdapat pus (nanah), tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharakan nyeri yang dialami pasien berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil : klien tampak rileks dan nyaman, skala nyeri berkurang 1 –
percaya, observasi skala nyeri, observasi TTV, ciptakan lingkungan yang tenang,
Ajarkan klien teknik distraksi dan relaksasi, Atur posisi pasien senyaman
akut
dilakukan intervensi yang sama pada tinjauan kasus, alasannya klien menegluh
belum melakukan mobilitas mika – miki karena nyeri pada luka bekas post op,
Ajarkan pada pasien untuk mulai menggerakkan ekstermitas bawah, mika – miki,
duduk sampai jalan dalam jarak dekat, motivasi pasien agar mau belajar bergerak,
batasi aktifitas pasien yang terlalu berat, bantu pasien dalam melakukan aktifitas
mansdiri pasien yang belum bisa dilakukan sendiri, kolaborasi dengan dokter dan
4.4 Implementasi
telah disusun dan direalisasikan pada klien dan ada pendokumentasian serta
intervensi.
4.4.1 Implementasi doagnose Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri luka
mengajarka klien teknik distraksi dan relaksasi, mengatur posisi pasien senyaman
terapi, infus RL 1500cc/24 jam, injeksi Cefozoline 2X1 gr/hari, Ranitidine 2X50
mg/hari, dapat dilakukan sesuai rencana karena klien kooperatif dalam tindakan.
Menurut opini penulis untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien dapat dilakuka
farmakologi dan non farmakologi yaitu dengan cara teknik relaksasi nafas dalam
dan distraksi dengan cara peralihan seperti melihat TV, mendengarkan music,
sehingga klien tampak rileks, dan terapi secara farmakologi yaitu dengan injeksi
nyeri akut
– miki, duduk sampai jalan dalam jarak dekat, melakukan mika – miki setelah 2 –
3 jam keluar dari ruang pemulihan dan disusul dengan belajar duduk dan berjalan
penyuluhan dan sedikit menerangkan pada pasien tahap – tahap pemulihan post
op, batasi aktivitas pasien terlalu berat, tidak diperbolehkan berjalan yang terlalu
jauh atau mengangkat benda yang berat seperti kursi atau meja kecil, membantu
pasien dalam melakukan ktifitas mandiri pasien yang belum bisa dilakukan
belajar jalan karena takut jatuh, berkolaborasi dengan dokter dan tim medis dalam
4.4 Evaluasi
membuat teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat
dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalah secara langsung.
Pada tinjauan kasus pada waktu dilakukan evalusi tentang nyeri akut
waktu 3x24 jam karena tindakan yang tepat, klien juga melakukan apa yang
diajarkan opleh perawat ajarkan untuk mengatasi nyeri dan berhasil dilaksanakan
dan tujuan serta kriteria hasil terlah tercapai sebagian. Pada intoleransi aktifitas
96
berhubungan dengan nyeri akut, pada waktu dilakukan evaluasi klien dapat
Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteri hasil dapat tercapai karena adanya
kerja sama yang baik antara perawat dan klien serta keluarga klien dan tim
kesehatan lainnya. Hasil evaluasi pada Ny.L sudah sesuai dengan harapan,
masalah teratasi sebagian dan klien KRS pulang pada tanggal 10 Januari 2019
PENUTUP
secara langsung pada pasien dengan kasus post SC dengan indikasi KPD hati ke –
0 di ruang nifas Mawar – 5 Rumah sakit bangil pasuruan, maka penulis dapat
5.1 Simpulan
Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien Ny.
L dengan diagnosa medis Post SC dengan indikasi KPD hari ke 0 ruang nifas
5.1.1 Pengkajian sangat penting pada pasien post sc yang perlu diperhatikan
bertambah pada pasien dengan post sc, pada pemeriksaan fisik pada ibu
5.1.2 Pada pasien denga post sc akan mengalami beberapa masalah fisik,
tinjauan kasus adalah nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan kurang
97
98
5.1.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jan dengan harapan
setiap saat. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena
5.2 Saran
berikut :
kesehatan yang ada pada pasien tentang post sc, seperti penyuluhan
Saifuddin, Adul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
94
95
Dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah
dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini
dengan baik. Semua data dan informasi dari saya sebagai paertisipan hanya
akan digunakan untuk tujuan dari kasus ini.
( ...................................................................... )
( ...................................................................... )
( ...................................................................... )
YAYASAN KERTA CENDEKIA
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur Rangka Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496, Fax: 031-891497
Email: admin@kertacendekia.ac.id
PENYULUHAN KESEHATAN
I. Tujuan
memahami dan
II. Sasaran
RS Bangil Pasuruan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
V. Setting
1. Setting Waktu
YAYASAN KERTA CENDEKIA
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur Rangka Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496, Fax: 031-891497
Email: admin@kertacendekia.ac.id
KEGIATAN PENYULUHAN
Peserta
2. Setting Tempat
Penyaji
VI. Media
Laptop
LCD
Leaflet
VII. Pengorganisasian
Moderator : Nadia Putri Anggraini
Penyaji : Nadia Putri Anggraini
Notulen : Nadia Putri Anggraini
Fasilitator : Nadia Putri Anggraini
Dokumentasi : Nadia Putri Anggraini
YAYASAN KERTA CENDEKIA
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur Rangka Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496, Fax: 031-891497
Email: admin@kertacendekia.ac.id
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
b. Peserta penyuluhan antusias dalam menanggapi materi
c. Peserta penyuluhan antusias dalam mengikuti kegiatan tanya jawab
d. Peserta diupayakan tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan
penyuluhan selesai
3. Evaluasi Hasil
a. Penyuluhan mengerti tentang perawatan payudara pada ibu hamil
b. Peserta hadir saat penyuluhan
YAYASAN KERTA CENDEKIA
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur Rangka Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496, Fax: 031-891497
Email: admin@kertacendekia.ac.id
MATERI SAP
A. Pengertian
Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang
dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran payudara sehingga memperlancar pengeluaran
ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Saleha, 2009)
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
teratur untuk memeliharan kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum (Saryono, 2009).
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara ibu
setelah melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan saat
merawat payudara agar ASI keluar dengan lancar (Suririnah,2007).
Jadi perawatan payudara masa nifas adalah kegiatan yang dilakukan oleh ibu
pasca melahirkan sebagai upaya untuk memelihara kesehatan payudara dan
membantu memperlancar produksi ASI.
7. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga
siap untuk disusukan kepada bayinya
D. Waktu Pelaksanaan
1. Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan
2. Dilakukan minimal 2x dalam sehari
E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Perawatan Payudara
1. Potong kuku tangan sependek mungkin,serta kikir agar halus dan tidak melukai
payudara.
2. Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.
3. Lakukan pada suasana santai,misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum
berangkat tidur.
menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu lanjutkan dengan gerakan memutar puting
ke satu arah.Ulangi sampai beberapa kali dan dilakukan secara rutin.
2. Jika Asi Belum Keluar
Walaupun asi belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera menyusui
sejak bayi baru lahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini, Dengan teratur
menyusui bayi maka hisapan bayi pada saat menyusu ke ibu akan merangsang
produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang akan membantu kelancaran ASI.
Jadi biarkan bayi terus menghisap maka akan keluar ASI. Jangan berpikir
sebaliknya yakni menunggu ASI keluar baru menyusui.
3. Penanganan puting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa mengistirahatkan 24
jam pada payudara yang lecet dan memerah ASI secara manual dan di tampung
pada botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil .Olesi dengan krim
untuk payudara yang lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang
lecet.
4. Penanganan pada payudara yang terasa keras sekali dan nyeri, asi menetes pelan
dan badan terasa demam.
Pada hari ke empat masa nifas kadang payudara terasa penuh dan keras, juga
sedikit nyeri.Justru ini pertanda baik. Berarti kelenjar air susu ibu mulai
berproduksi. Tak jarang diikuti pembesaran kelenjar di ketiak, jangan cemas ini
bukan penyakit dan masih dalam batas wajar.Dengan adanya reaksi alamiah tubuh
seorang ibu dalam masa menyusui untuk meningkatkan produksi ASI, maka tubuh
memerlukan cairan lebih banyak.Inilah pentingnya minum air putih 8 sampai
dengan 10 gelas sehari. (Mellyna, 2009)
YAYASAN KERTA CENDEKIA
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur Rangka Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496, Fax: 031-891497
Email: admin@kertacendekia.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2008. Keperawatan Maternitas. Hal 460. Jakarta : EGC diakses pada
tanggal 27 Maret 2016 pukul 17.36 WIB
Mellyna, H. 2009. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Hal 29. Jakarta : Puspa
Swara. diakses pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 17.36 WIB
Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika. diakses pada tanggal 27 Maret 2016 pukul 19.44 WIB
MANFAAT
1. Menjaga kebersihan
payudara
2. Melancarkan sirkulasi di
payudara
3. Merangsang produksi ASI
4. Mencegah pembekakan
payudara