Disusun Oleh :
CINDIANA PRATIWI
144012408
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai indikasi penyulit yang terjadi pada ibu maupun janin dalam masa
kehamilan dan proses persalinan menyebabkan angka kejadian sectio caesarea
meningkat secara global. Hasil laporan data dari Word Health Organizition (WHO)
sectio caesarea menyebutkan hasil data pada tahun 2016 presentase dengan
persalinan sectio caesarea yakni sekitar 27,3%. Diindonesia berdasarkan hasil riset
(Riskesdas 2018) menunjukan kelahiran sectio caesarea 17,6% (Sulistianingsih &
Bantas 2019). Sementara dijawa barat kelahiran sectio caesarea sebesar 8,8%.
Kemudian data yang didapat di RS Graha Permata Ibu kurun waktu 1 tahun terakhir
sebanyak 665 pasien (94,3%). Tindakan sectio caesarea penting dilakukan pada
berbagai kondisi ibu dan janin yang mana tidak bisa melakukan persalinan secara
normal.
1
ini dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan
(Ayuningtyas et al, 2018). Berbagai alasan dalam memilih persalinan dengan
metode sc yakni sebab adanya berbagai indikasi baik yang terjadi ibu maupun
janin.
Indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea sebab ada dua faktor yakni faktor
dari medis dan faktor non medis. Faktor non medis Terdapat sebagian indikasi pada
janin ialah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram (Sagita,2019).
Sedangkan pada faktor janin sectio caesarea diantaranya presentasi bokong, letak
lintang, hehamilan kembar, gawat janin (Wahyu, Febriawati, Lina, Andari, &
Wulandari, 2019). Berdasarkan faktor ibu yang menyebabkan sectio caesarea ialah
ketuban pecah dini (KPD) seperti preeklamsi, usia, partus tak maju sedangkan
faktor non medis meliputi pendidikan, pengetahuan, budaya, ekonomi, dan
psikososial, kecemasan, dan meminta SC secara pribadi ().
Indikasi persalinan sectio caesarea satu diantaranya ketuban pecah dini (KPD)
(Rustianti, 2022. Ketuban pecah dini (KPD) menjadi satu diantara penyebab
terjadinya infeksi pada ibu yang dapat menyebabkan kematian ibu maupun janin
(Padila, 2015). Pada kehamilan aterm selaput ketuban sudah pecah maka tindakan
yang harus segera dilakukan yakni terminasi kehamilan dan diuapayakan untuk
persalinan normal dengan cara induksi oksitosin yang berfungsi untuk
meningkatkan kontraksi uterus, jika gagal dilakukan persalinan normal maka segera
lakukan tindakan bedah atau sectio caesarea untuk menyelamatkan ibu dan
janinnya (Prawirohardjo, 2017). Jika pasiean dengan Sectio Caesarea tidak segera
di tangani akan berdampak pada bayi ().
Persalinan sectio caesarea sangat penting dilakukan sebagai satu diantara usaha
untuk mengurangi kematian ibu dan bayi. terdapat dampak positif dilakukan sectio
caesarea terjadinya penurunan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin
(Karjatin, 2016). Sedangkan dampak negatif diantaranya rasa nyeri, kelemahan,
gangguan integritas kulit, nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko infeksi dan
sulit tidur (Nurhayati, 2015). Adapun komplikasi sectio caesarea pada ibu ialah
terdapat 4 komplikasi yakni infeksi puerpera yakni komplikasi ini bisa bersifat
ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama sebagian hari dalam masa nifas.
Namun, komplikasi pada persalinan SC menyebabkan kondisi fatal seperti
peritonitis, sepsis sehingga perlu adanya peran perawat (Karjatin, 2016).
2
Perawat sangat berperan penting dalam kesehatan pasien untuk mencegah
adanya komplikasi pada sectio caesarea seperti perdarahan, infeksi, partus lama,
eklamsi (Kurnia, 2017). Peran perawat harus memberikan informasi
kepada pasien mengenai hal-hal yang dibutuhkan atau diwaspadai sesudah pasien
pulang kerumah dalam menjalankan perannya sebagai penyuluh, perawat perlu
menjelaskan kepada pasien postpartum untuk persiapan pulang pasien mengenai
nutrisi dan cairan, mobilisasi, personal hygiene, seksualitas dan kontrasepsi,
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum
sectio caesarea sangat penting untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada
ibu maupun janin. upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah, biasanya pada ibu post partum sectio
caesarea akan mengeluh nyeri (Hia, 2019). Berbagai keluhan dan masalah
keperawatan yang dialami ibu post partum sectio caesarea perlu diatasi segera
dengan dilakukannya proses asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan pada ibu post partum sectio caesarea yakni dengan melakukan perawatan
luka post seksio sesarea guna menurunkan resiko infeksi (Zulhaedah & Marlia,
2016). Timbulnya nyeri pasca operasi perlu ditangani dengan melakukan
komunikasi dan kerjasama antara perawat dan tenaga medis lainnya terutama dalam
pemberian obat (referensi). Selain itu, perlu dilakukan tindakan discharge planning
untuk mempersiapkan pasien di rumah dengan mempromosikan tahap kemandirian
tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, serta
memandirikan aktivitas perawatan diri di rumah (Ade Dita Puteri, 2020).
Upaya mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi pada ibu post partum
3
sectio caesarea diperlukannya peran perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan secara komprehensif. Asuhan keperawatan yang komprehensif terdiri
dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan. Berdasarkan paparan itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian
studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatn pada ibu Post Partum dengan
indikasi Ketuban Pecah Dini dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang
Gladiol RS Graha Permata Ibu’’.
1.4.1. Penelitian
Bagi peneliti ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan referensi
bagi peneliti lain yang akan mengangkat tema kasus yang sama namun dengan
sudut pandang yang berbeda.
1.4.2. Pelayanan
Hasil peneliti ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan
dalam meningkatnya pelayanan keperawatan khususnya pada ibu dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
1.4.3. Pendidikan
Hasil peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bidang keperawatan dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada ibu Post
Partum dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD).
5
1.6.3. Bab III : metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, subyek
penelitian, batasan istilah, lokasi dan waktu penelitian, teknik dan instrument
pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2. Etiologi
2.2.1. Etiologi yang berasal dari ibu
indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea ialah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (Sagita, 2019). Sedangkan indikasi dari janin
ialah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> (Sagita, 2019) Dari
sebagian faktor Sectio Caesarea diatas dapat diuraikan sebagian penyebab
sectio sebagai berikut :
2.2.2.1. CPD (Chepalo Pelvik Dipropotion) CPD ialah upaya peningkatan
kemampuan perawat baik untuk pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku (Kasine et al., 2018). CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) ialah
ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-
tulang panggul ialah susunan sebagian tulang yang membentuk rongga
panggul yang ialah jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
7
normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis itu
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran
bidang panggul menjadi abnormal (Falentina, 2019).
2.2.2.2. PEB (Pre-Eklamasi Berat) ialah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Sesudah
perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi ialah penyebab kematian
maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Sebab itu
diagnosa dini amatlah penting, yakni mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi (Sagita, 2019).
2.2.2.3. KDP (Ketuban Pecah Dini) ialah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian
besar ketuban pecah dini ialah hamil aterm di atas 37 minggu (Sagita,
2019). Ketuban Pecah Dini ialah pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya. KPD dapat menyebabkan masalah penting dalam penyulitan
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnoitis sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal
(Purwaningtyas, 2017).
2.2.2.4. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio
Caesarea. Hal ini sebab kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal (Sagita, 2019).
Kelainan letak janin
2.2.2.6.1. Kelainan pada letak kepala Letak kepala tengadah, bagian
terbawah ialah puncak kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB
yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2.2.2.6.2. Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27- 0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala antara
fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2.2.2.6.3. Letak sungsang ialah keadaan dimana janin terletak
8
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal sebagian jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi
bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.
2.2.2. Etiologi yang berasal dari janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsi
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forcep
ekstraksi (Nurafif & Kusuma, 2015).
2.3. Patofisiologi
Adanya sebagian kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya sebab
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum
keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi itu menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yakni Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).
Pathway
Iindikasi sectio caesarea
Panggul sempit
Plasenta previa Distosis serviks
Disporprosi sefalopelvik Preeklamsi dan hipertensi
Ruptur uteri mengancam Stenosis servik
Partus tak maju uteri/vagina
Partus lama Tumor jalan lahir
Malpresentasi janin
Sectio Caesare
9
fisik psikologis
Prosedur pembedahan
Trauma jaringan cemas
Nyeri akut
(Ramadainty, 2018).
2.5. Komplikasi
komplikasi pada pasiein Sectio Caesarea ialah :
a. Komplikasi pada ibu
Iinfeksi puerperalis, bisa bersifat riingain seperti keinaikain suhu selama
10
sebagiain hari dalam masa inifas, atau bersifat berta seperti peritoinitis, sepsis
dain sebagaiinya. Iinfeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahain
sudah ada gejala-gejala yaing ialah predisposisi terhadap kelaiinain itu (partus
lama khususinya sesudah ketubain pecah, tiindakain vagiinal sebeluminya).
Perdarahain, bisa timbul pada waktu pembedahain jika cabaing cabaing arteri
uteriina ikut terbuka atau sebab atoinia uteri. Komplikasi komplikasi laiin
seperti luka kainduing keinciing dain embolisme paru. suatu komplikasi yaing
baru kemudiain tampak ialah kuatinya perut pada diindiing uterus, sehiingga
pada kehamilain berikutinya bisa ruptur uteri. Kemuingkiinain hal iini lebih
bainyak ditemukain sesudah Sectio Caesarea.
b. Komplikasi-komplikasi laiin
Komplikasi-komplikasi laiin seperti luka kainduing kemih, dain embolisme
paru.
24
- Kolaborasi
pemmberiain
imuinisasi, jika
perlu.
25
BAB III
METODE PEiNELITIAiN
3.2.Subyek Peinelitiain
Studi kasus yaing dipakai dalam peinelitiain keperawatain ialah iindividu dain
keluarga. Studi kasus iini meingaingkat 2 kasus ibu dalam melakukain persaliinain sectio
caesarea deingain iindikasi Ketubain Pecah Diini (KPD) pada kasus Aterm.
26
peingkajiain sampai evaluasi yaing ialah pekerjaain dari seseoraing perawat dalam
meinjalainkain tugas dain kewajibaininya serta perain dain fuingsiinya terhadap
pasiein dain dilaksainakain berdasarkain kaidah-kaidah ilmu keperawatain.
3.3.3. Peingertiain kliein
Kliein ialah peinerima jasa pelayainain kesehatain di rumah sakit baik
dalam keadaain sakit maupuin sehat
3.3.4. Ketubain pecah diini
ialah pecahinya selaput ketuain seelum proses persaliinain atau sebelum
ada tainda-tainda persaliinain.Defeinisi laiin meinyebakain KPD sebagai pecahinya
ketubain sebelum terdapat tainda persaliinain mulai dain di tuinggu 1 jam belum
terjadi iinpartus Ketuain pecah diini juga disebutkain sebagai pecahinya ketubain
sebelum pembukaain ketubain < 4cm (fase latein), KPD dapat terjadi pada akhir
kehamilain atau jauh seelum waktu melahirkainPeingertiain Ketubain Pecah Diini
(KPD)
27
3.5. Metode Dain Iinstrumein Peingumpulain Data
3.5.1.Tekinik peingumpulain data Wawaincara ialah sumber iinformasi peinelitiain studi
kasus Metode wawaincara Metode wawaincara yaing dilakukain kepada kliein dain
keluarga bertujuain uintuk meindapatkain data – data yaing diperlukain dalam
proses asuhain keperawatain seperti ideintitas kliein, keluhain utama, riwayat
peinyakit dahulu sampai sekaraing, riwayat peinyakit keluarga kliein,riwayat
persaliinain sekaraing, riwayat obstetri, pola aktivitas kliein,data psikologi kliein
saat kliein dirumah dain selama kliein dirawat dirumah sakit. (Masruroh Hasyim
& Joko Prasetya, 2019). Metode wawaincara iini dilakukain deingain meingajukain
pertainyaain kepada kedua kliein dain keluarga yaing meinjadi peinaingguing jawab
kliein.
3.5.2 Observasi dain pemeriksaain fisik
Observasi ialah metode peingumpulain data deingain meingamati keadaain kliein
secara laingsuing uintuk memaintau koindisi kliein sebelum dain sesudah
diberikain asuhain keperawatain. Refereinsi pada studi kasus iini dilakukain
kepada kedua kliein yakini Ibu.P Kliein ke 1, dain Ibu iN kliein ke 2 yaing
dilakukain selama 3 hari uintuk melihat keadaain umum kliein dain respoin
kliein. Uintuk meinemukain keluhain atau adainya kelaiinain yaing dialami kliein
makadilakukain pemeriksaain fisik uintuk meineintukain asuhain
28
keperawatain yaing akain diberikain. Pemeriksaain fisik dilakukain secara
iinspeksi, palpasi, perkusi dain auskultasi.
3.5.3. Studi dokumeintasi
Studi dokumeintasi yakini meingumpulkain data – data dalam beintuk
kualitatif yaing diperlukain dalam meindukuing asuhain keperawatain yaing
akain diberikain (Joko Prasetya, 2019). Berupa bukti tiindakain yaing sudah
dilakukain meliputi hasil pemeriksaain laboratorium dain hasil pemeriksaain
radiologi (Masruroh Hasyim & Joko Prasetya, 2019). Studi dokumeintasi
pada peinelitiain iini dilakukain deingain melakukain pemeriksaain lab.
3.5.4. Iinstrumein Peingumpulain Data
Pada studi kasus iini dipakai iinstrumein peingumpulain data deingain memakai
format peingkajiain asuhain keperawatain pada ibu post sectio caesarea.
29
dilakukain melalui: seleksi data yaing ketat, pembuatain riingkasain, dain
meinggoloingkain data meinjadi suatu pola yaing lebih luas dain mudah di pahami.
2. Peinyajiain Data yakini meinyajikain data dalam beintuk paparain siingkat format
Asuhain Keperawatain akain disaksikain dalam studi kasus iini. Peinyajiain data
yaing dipakai dalam peinelitiain ialah bersifat inaratif. Iini dimaksudkain uintuk
memahami apa yaing terjadi, mereincainakain kerja selainjutinya berdasarkain apa
yaing dipahami.
3. Data yaing dikumpulkain dilakukain peinarikain kesimpulain pada data
Kesimpulain terkait deingain data peingkjiain, diaginosis, pereincainaain, tiindakain,
dain evaluasi.
30