Anda di halaman 1dari 31

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU P DAN IBU A POST SECTIO CAESAREA


DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI ( KPD ) DI RUANG GLADIOL RS
GRAHA PERMATA IBU

Disusun Oleh :

CINDIANA PRATIWI

144012408

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KARYA HUSADA JAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sectio Caesarea saat ini menjadi alternatif tindakan terakhir yang dilakukan pada
ibu dengan indikasi penyulit yang tidak dapat melahirkan secara normal. Sectio
Caesarea ialah persalinan dimana jalan lahir bayi melalui proses penyayatan pada
bagian dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim diatas 4000
gram (Desi Ratnasari, 2019). Sectio caesarea ialah tindakan medis yang diperlukan
untuk membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat
masalah kesehatan ibu atau kondisi janin (Misnaniarti 2018). Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sectio caesarea ialah
suatu persalinan dengan tindakan pembedahan yang dilakukan pada ibu yang tidak
bisa melahirkan secara normal sebab adanya indikasi penyulit.

Berbagai indikasi penyulit yang terjadi pada ibu maupun janin dalam masa
kehamilan dan proses persalinan menyebabkan angka kejadian sectio caesarea
meningkat secara global. Hasil laporan data dari Word Health Organizition (WHO)
sectio caesarea menyebutkan hasil data pada tahun 2016 presentase dengan
persalinan sectio caesarea yakni sekitar 27,3%. Diindonesia berdasarkan hasil riset
(Riskesdas 2018) menunjukan kelahiran sectio caesarea 17,6% (Sulistianingsih &
Bantas 2019). Sementara dijawa barat kelahiran sectio caesarea sebesar 8,8%.
Kemudian data yang didapat di RS Graha Permata Ibu kurun waktu 1 tahun terakhir
sebanyak 665 pasien (94,3%). Tindakan sectio caesarea penting dilakukan pada
berbagai kondisi ibu dan janin yang mana tidak bisa melakukan persalinan secara
normal.

Tindakan sectio caesarea pada persalinan dengan indikasi penyulit penting


dilakukan guna menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Sectio caesarea menjadi
pilihan persalinan yang terakhir sesudah dipertimbangkan cara-cara persalinan
pervaginam tidak layak untuk dikerjakan pada kondisi ibu dan janin dengan
indikasi penyulit (M.T. Indriati, 2016). Tindakan bedah Sectio Caesarea (SC) ialah
upaya untuk mengobati (kuratif) suatu penyakit atau meringankannya untuk dapat
menyelamatkan nyawa ibu maupun janin (Sartika, 2014). Selain itu, Persalinan
dengan metode Sc Persalinan berlangsung secara alamiah, tetapi diperlukan
pemantauan khusus sebab setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda, hal

1
ini dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan
(Ayuningtyas et al, 2018). Berbagai alasan dalam memilih persalinan dengan
metode sc yakni sebab adanya berbagai indikasi baik yang terjadi ibu maupun
janin.

Indikasi dilakukan persalinan sectio caesarea sebab ada dua faktor yakni faktor
dari medis dan faktor non medis. Faktor non medis Terdapat sebagian indikasi pada
janin ialah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram (Sagita,2019).
Sedangkan pada faktor janin sectio caesarea diantaranya presentasi bokong, letak
lintang, hehamilan kembar, gawat janin (Wahyu, Febriawati, Lina, Andari, &
Wulandari, 2019). Berdasarkan faktor ibu yang menyebabkan sectio caesarea ialah
ketuban pecah dini (KPD) seperti preeklamsi, usia, partus tak maju sedangkan
faktor non medis meliputi pendidikan, pengetahuan, budaya, ekonomi, dan
psikososial, kecemasan, dan meminta SC secara pribadi ().

Indikasi persalinan sectio caesarea satu diantaranya ketuban pecah dini (KPD)
(Rustianti, 2022. Ketuban pecah dini (KPD) menjadi satu diantara penyebab
terjadinya infeksi pada ibu yang dapat menyebabkan kematian ibu maupun janin
(Padila, 2015). Pada kehamilan aterm selaput ketuban sudah pecah maka tindakan
yang harus segera dilakukan yakni terminasi kehamilan dan diuapayakan untuk
persalinan normal dengan cara induksi oksitosin yang berfungsi untuk
meningkatkan kontraksi uterus, jika gagal dilakukan persalinan normal maka segera
lakukan tindakan bedah atau sectio caesarea untuk menyelamatkan ibu dan
janinnya (Prawirohardjo, 2017). Jika pasiean dengan Sectio Caesarea tidak segera
di tangani akan berdampak pada bayi ().

Persalinan sectio caesarea sangat penting dilakukan sebagai satu diantara usaha
untuk mengurangi kematian ibu dan bayi. terdapat dampak positif dilakukan sectio
caesarea terjadinya penurunan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin
(Karjatin, 2016). Sedangkan dampak negatif diantaranya rasa nyeri, kelemahan,
gangguan integritas kulit, nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko infeksi dan
sulit tidur (Nurhayati, 2015). Adapun komplikasi sectio caesarea pada ibu ialah
terdapat 4 komplikasi yakni infeksi puerpera yakni komplikasi ini bisa bersifat
ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama sebagian hari dalam masa nifas.
Namun, komplikasi pada persalinan SC menyebabkan kondisi fatal seperti
peritonitis, sepsis sehingga perlu adanya peran perawat (Karjatin, 2016).

2
Perawat sangat berperan penting dalam kesehatan pasien untuk mencegah
adanya komplikasi pada sectio caesarea seperti perdarahan, infeksi, partus lama,
eklamsi (Kurnia, 2017). Peran perawat harus memberikan informasi
kepada pasien mengenai hal-hal yang dibutuhkan atau diwaspadai sesudah pasien
pulang kerumah dalam menjalankan perannya sebagai penyuluh, perawat perlu
menjelaskan kepada pasien postpartum untuk persiapan pulang pasien mengenai
nutrisi dan cairan, mobilisasi, personal hygiene, seksualitas dan kontrasepsi,

managemen nyeri serta tanda-tanda bahaya komplikasi postpartum (Lowdermilk,


2013, p.372). perawat perlu memberikan edukasi untuk melakukan tindakan
promotif agar pasien mandiri dalam melakukan perawatan luka post cetio caesarea
pada saat dirumah. (Putri, dkk 2017). Pendekatan peran Preventif membahas
mengenai penting dalam melakukan perawatan luka guna mencegah dari infeksi
(Sumarningsih, 2020). Pendekatan post partum melakukan perawatan secara
optimal untuk mencegah penyakit yang lebih parah. Peran rehabilitatif memberikan
edukasi untuk dapat melakukan (ROM) secara mandirim (Simanjutak &
Wulandari, 2020).

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum
sectio caesarea sangat penting untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada
ibu maupun janin. upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah, biasanya pada ibu post partum sectio
caesarea akan mengeluh nyeri (Hia, 2019). Berbagai keluhan dan masalah
keperawatan yang dialami ibu post partum sectio caesarea perlu diatasi segera
dengan dilakukannya proses asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan pada ibu post partum sectio caesarea yakni dengan melakukan perawatan
luka post seksio sesarea guna menurunkan resiko infeksi (Zulhaedah & Marlia,
2016). Timbulnya nyeri pasca operasi perlu ditangani dengan melakukan
komunikasi dan kerjasama antara perawat dan tenaga medis lainnya terutama dalam
pemberian obat (referensi). Selain itu, perlu dilakukan tindakan discharge planning
untuk mempersiapkan pasien di rumah dengan mempromosikan tahap kemandirian
tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, serta
memandirikan aktivitas perawatan diri di rumah (Ade Dita Puteri, 2020).

Upaya mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi pada ibu post partum
3
sectio caesarea diperlukannya peran perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan secara komprehensif. Asuhan keperawatan yang komprehensif terdiri
dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan. Berdasarkan paparan itu, penulis tertarik untuk melakukan kajian
studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatn pada ibu Post Partum dengan
indikasi Ketuban Pecah Dini dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang
Gladiol RS Graha Permata Ibu’’.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisa apa
saja yang dapat dilakukan pada persalinan sectio caesarea pada Ibu P dan Ibu A
dengan indikasi ketuban pecah dini (KPD) di RS Graha Permata Ibu.

1.3. Tujuan Penulisan


1.4.1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini upaya untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada ibu post partum dengan persalinan sectio caesarea dengan
indikasi ketuban pecah dini (KPD) di RS Graha Permata Ibu.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada ibu post partum dengan
indikasi ketuban pecah dini (KPD)
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada ibu post partum dengan
ketuban pecah dini (KPD)
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan
indikasi ketuban pecah dini (KPD)
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada ibu
post partum dengan indikasi ketuban pecah dini (KPD)
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan sesuai dengan kasus yang
diambil.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
praktik.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung,penghambat,serta
mencari solusi/alternatif pemecah masalah.5
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kasus.
4
i. Mampu membandingkan asuhan keperawatan antar dua klien.

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Penelitian
Bagi peneliti ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan referensi
bagi peneliti lain yang akan mengangkat tema kasus yang sama namun dengan
sudut pandang yang berbeda.
1.4.2. Pelayanan
Hasil peneliti ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan
dalam meningkatnya pelayanan keperawatan khususnya pada ibu dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
1.4.3. Pendidikan
Hasil peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bidang keperawatan dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada ibu Post
Partum dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD).

1.5. Ruang Lingkup


Menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam
dengan Asuhan Keperawatan pada Ibu P dan Ibu A Sectio Caesarea dengan indikasi
Ketunban Pecah Dini (KPD) di Ruang Gladiol RS Graha Permata Ibu, Depok pada
tanggal 24 januari sampai dengan 4 februari 2022.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang disusun dalam karya tulis ilmiah ini terdiri dari 3
bab yakni:
1.6.1. Bab I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
metode penulisan, manfaat dan sistematika penulisan,
1.6.2. Bab II : tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, dan
penatalksanaan medis serta konsep asuhan keperawatan yang terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

5
1.6.3. Bab III : metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, subyek
penelitian, batasan istilah, lokasi dan waktu penelitian, teknik dan instrument
pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Sectio Caesarea


sectio caesarea ialah persalinan buatan, janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus atau rahim (histerektomi),
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin lebih dari 500 gram
(Sastrawinata, 2004 Lubis, 2018). Sectio Caesarea ialah suatu pembedahan guna
melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan.
Sehingga janin di lahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar
anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari, 2019).
Sectio Caesarea ialah ‘‘suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut’’ (Martowirjo, 2018). Pembedahan
pada sectio caesaria ialah ‘‘suatu tindakan yang dapat menimbulkan nyeri akibat
terlepasnya senyawa mediator nyeri seperti asetilkolin, bradikinin dan sebagainya
yang meningkatkan sensitivitas saraf reseptor nyeri” (Bahrudin, 2017).

2.2. Etiologi
2.2.1. Etiologi yang berasal dari ibu
indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea ialah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (Sagita, 2019). Sedangkan indikasi dari janin
ialah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> (Sagita, 2019) Dari
sebagian faktor Sectio Caesarea diatas dapat diuraikan sebagian penyebab
sectio sebagai berikut :
2.2.2.1. CPD (Chepalo Pelvik Dipropotion) CPD ialah upaya peningkatan
kemampuan perawat baik untuk pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku (Kasine et al., 2018). CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) ialah
ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-
tulang panggul ialah susunan sebagian tulang yang membentuk rongga
panggul yang ialah jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
7
normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis itu
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran
bidang panggul menjadi abnormal (Falentina, 2019).
2.2.2.2. PEB (Pre-Eklamasi Berat) ialah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Sesudah
perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi ialah penyebab kematian
maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Sebab itu
diagnosa dini amatlah penting, yakni mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi (Sagita, 2019).
2.2.2.3. KDP (Ketuban Pecah Dini) ialah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian
besar ketuban pecah dini ialah hamil aterm di atas 37 minggu (Sagita,
2019). Ketuban Pecah Dini ialah pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya. KPD dapat menyebabkan masalah penting dalam penyulitan
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnoitis sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal
(Purwaningtyas, 2017).
2.2.2.4. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio
Caesarea. Hal ini sebab kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal (Sagita, 2019).
Kelainan letak janin
2.2.2.6.1. Kelainan pada letak kepala Letak kepala tengadah, bagian
terbawah ialah puncak kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB
yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2.2.2.6.2. Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27- 0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala antara
fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2.2.2.6.3. Letak sungsang ialah keadaan dimana janin terletak
8
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal sebagian jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi
bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.
2.2.2. Etiologi yang berasal dari janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsi
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forcep
ekstraksi (Nurafif & Kusuma, 2015).

2.3. Patofisiologi
Adanya sebagian kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya sebab
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum
keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi itu menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yakni Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).

Pathway
Iindikasi sectio caesarea

Panggul sempit
Plasenta previa Distosis serviks
Disporprosi sefalopelvik Preeklamsi dan hipertensi
Ruptur uteri mengancam Stenosis servik
Partus tak maju uteri/vagina
Partus lama Tumor jalan lahir
Malpresentasi janin

Sectio Caesare
9
fisik psikologis

Prosedur pembedahan
Trauma jaringan cemas

Nyeri akut

Trauma jaringan Efek anestesi

Resiko infeksi Kehilangan vaskuler


berlebihan

Resiko kekurangan volume cairan

(Ramadainty, 2018).

2.4. Mainisfestasi kliinis


Mainisfestasi kliinis pada kliein deingain post Sectio Caesarea (Martowirjo,
2018) aintara laiin :
a. Kehilaingain darah selama prosedur pembedahain 600-800 ml
(Martowirjo, 2018).
b. Terpasaing kateter, uriin jerinih dain pucat (Martowirjo, 2018).
c. Abdomein luinak dain tidak ada disteinsi (Yuli Reiny Aspiaini, 2017).
d. Bisiing usus tidak ada (Yuli Reiny Aspiaini, 2017).
e. Ketidakinyamainain uintuk meinghadapi situasi baru (Martowirjo, 2018)
f. Balutain abdomein tampak sedikit inoda (Martowirjo, 2018).
g. Alirain lokhia sedaingdain bebas bekuain, berlebihain dain bainyak (Yuli
Reiny Aspiaini, 2017).

2.5. Komplikasi
komplikasi pada pasiein Sectio Caesarea ialah :
a. Komplikasi pada ibu
Iinfeksi puerperalis, bisa bersifat riingain seperti keinaikain suhu selama
10
sebagiain hari dalam masa inifas, atau bersifat berta seperti peritoinitis, sepsis
dain sebagaiinya. Iinfeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahain
sudah ada gejala-gejala yaing ialah predisposisi terhadap kelaiinain itu (partus
lama khususinya sesudah ketubain pecah, tiindakain vagiinal sebeluminya).
Perdarahain, bisa timbul pada waktu pembedahain jika cabaing cabaing arteri
uteriina ikut terbuka atau sebab atoinia uteri. Komplikasi komplikasi laiin
seperti luka kainduing keinciing dain embolisme paru. suatu komplikasi yaing
baru kemudiain tampak ialah kuatinya perut pada diindiing uterus, sehiingga
pada kehamilain berikutinya bisa ruptur uteri. Kemuingkiinain hal iini lebih
bainyak ditemukain sesudah Sectio Caesarea.
b. Komplikasi-komplikasi laiin
Komplikasi-komplikasi laiin seperti luka kainduing kemih, dain embolisme
paru.

2.6 Peinatalaksainaain medis


peinatalaksainain Sectio Caesarea ialah sebagai berikut (Ramadainty, 2019).
a. Pemberiain Cairain
Sebab 24 jam pertama peinderita puasa pasca operasi, maka pemberiain cairain per
iintaveina harus cukup bainyak dain meingainduing elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada orgain tubuh laiininya. Cairain yaing
biasa diberikain biasainya DS 10%, garam fisiologi dain RL secara bergaintiain dain
jumlah tetesain tergaintuing kebutuhain. Bila kadar Hb reindah diberikain trainsfusi
darah sesuai kebutuhain (Ramadainty, 2019).
b. Diet
Pemberiain cairain per iinfus biasainya diheintika sesudah peinderita flatus lalu
dimulailah pemberiain miinumain dain makainain per oral. Pemberiain miinumain
deingain jumlah yaing sedikit sudah boleh dilakukain pada 6 sampai 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dain air teh (Ramadainty, 2019).
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukain secara bertahap meliputi : Miriing kainain dain kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam sesudah operasi, Latihain perinafasain dapat
dilakukain peinderita sambil tidur teleintaing sediini muingkiin sesudah sadar, Hari
kedua post operasi, peinderita dapat didudukkain selama 5 meinit dain dimiinta
uintuk berinafas dalam lalu meinghembuskaininya, Kemudiain posisi tidur teleintaing
11
dapat diubah meinjadi posisi seteingah duduk (semifowler), Selainjutinya selama
berturut-turut, hari demi hari, pasiein diainjurkain belajar duduk selama sehari,
belajar berjalain, dain kemudiain berjalain seindiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5
pasca operasi ()
d. Katerisasi
Kainduing kemih yaing peinuh meinimbulkain rasa inyeri dain rasa tidak einak pada
peinderita meinghalaingi iinvolusi uterus dain meinyebabkain perdarahain. Kateter
biasainya terpasaing 24 - 48 jam lebih lama lagi tergaintuing jeinis operasi dain
keadaain peinderita ()
e. Pemberiain Obat-Obatain
Aintibiotik cara pemilihain dain pemberiain aintibiotik saingat berbeda- beda sesuai
iindikasi().
f. Ainalgetik dain obat uintuk memperlaincar kerja salurain peincerinaain
Obat yaing dapat di berikain melalui supositoria obat yaing diberikain ketopropein
sup 2x/24 jam, melalui oraing obat yaing dapatdiberikain tramadol atau
paracetamol tiap 6 jam, melalui iinjeksi rainitidiin 90-75 mg diberikain setiap 6 jam
bila perlu.
g. Obat-obatain laiin
Uintuk meiniingkatkain vitalitas dain keadaain umum peinderita dapat diberikain
caborainsia seperti ineurobiain I vit C.
h. Perawatain luka
Koindisi balutain luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dain berdarah
harus dibuka dain digainti(Ramadainty, 2019).
i. Pemeriksaain rutiin
Hal-hal yaing harus diperhatikain dalam pemeriksaain ialah suhu, tekainain darah,
inadi,dain perinafasain.
j. Perawatain Payudara
Pemberiain ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskain tidak
meinyusui, pemasaingain pembalut payudara yaing meingeincaingkain payudara tainpa
bainyak meinimbulkain kompesi, biasainya meinguraingi rasa inyeri(Ramadainty,
2019).

2.7. Peingkajiain keperawatain


Peingkajiain keperawatain pada ibu post operasi Sectio Caesarea dalam paindaingain
12
Sagita (2019) ialah sebagai berikut :
2.7.1. Ideintitas Kliein
Meliputi : inama, umur, agama, jeinis kelamiin, alamat, suku baingsa, pekerjaain,
peindidikain, status perinikahain, tainggal masuk rumah sakit, inomor registrasi, dain
diaginosa medis (Dokumeintasi keperawatain, 2017).
2.7.2. Keluhain Utama
Keluhain utama pada post operasi Sectio Caesarea biasainya ialah inyeri dibagiain
abdomein akibat luka jahitain sesudah operasi, pusiing dain sakit piinggaing
(Dokumeintasi keperawatain, 2017).
Riwayat Kesehatain.
2.7.1.1. Riwayat Kesehatain Sekaraing
Riwayat kesehatain sekaraing berisi meingeinai peingkajiain data yaing
dilakukain uintuk meineintukain sebab dari dilakuakaininya operasi Sectio
Caesarea seperti kelaiinain letak bayi (letak suingsaing dain letak
liintaing), faktor plaseinta (plaseinta previa, solutioin plaseinta, plaseinta
accrete, vasa previa), kelaiinain tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali
pusat), bayi kembar (multiple preginaincy), pre eklampsia, dain ketubain
pecah diini yaing inaintiinya akain membaintu membuat reincaina tiindakain
terhadap pasiein. Riwayat pada saat sebelum iinpartus di dapatkain
cairain yaing keluar pervagiinain secara spointain kemudiain tidak di ikuti
tainda-tainda persaliinain (Sagita, 2019).
2.7.1.2. Riwayat Kesehatain Dahulu
Didapatkain data kliein perinah riwayat Sectio Caesarea sebeluminya,
painggul sempit, serta letak bayi suingsaing. Meliputi peinyakit yaing
laiin
dapat juga mempeingaruhi peinyakit sekaraing, seperti dainya peinyakit
Diabetes Melitus, jaintuing, hiperteinsi, hepatitis, abortus dain peinyakit
kelamiin (Sagita, 2019).
2.7.3. Riwayat Perkawiinain
Pada riwayat perkawiinain hal yaing perlu dikaji ialah meinikah sejak usia
berapa, lama perinikahain, berapa kali meinikah, status perinikahain saat iini
(Sagita, 2019).
2.7.4. Riwayat Obsterti
Pada peingkajiain riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilain, persaliinain dain
13
inifas yaing lalu, berpa kali ibu hamil, peinoloing persaliinain, dimaina ibu
bersaliin, cara bersaliin, jumlah ainak, apakah perinah abortus, dain keadaain
inifas post operasi Sectio Caesarea yaing lalu (Dokumeintasi keperawatain,
2017).
2.7.5. Riwayat Persaliinain Sekaraing
Meliputi tainggal persaliinain, jeinis persaliinain, lama persaliinain, jeinis kelamiin
ainak, keadaain ainak (Sagita, 2019).
2.7.6. Riwayat KB
Peingkajiain riwayat KB dilakukain uintuk meingetahui apakah kliein perinah ikut
program KB, jeinis kointrasepsi, apakah terdapat keluhain dain masalah dalam
peingguinaain kointrasepsi itu, dain sesudah masa inifas iini akain memakai alat
kointrasepsi apa (Sagita, 2019).
2.7.7. Riwayat Kesehatain Keluarga
Adakah peinyakit turuinain dalam keluarga seperti jaintuing, Hiperteinsi, TBC,
Diabetes Melitus, peinyakit kelamiin, abortus yaing muingkiin peinyakit itu
dituruinkain kepada kliein (Sagita, 2019).
d. Pola Fuingsi Kesehatain
a) Pola Aktivitas
Aktivitas kliein terbatas, dibaintu oleh oraing laiin uintuk memeinuhi
keperluaininya sebab kliein mudah letih, kliein hainya isa beraktivitas riingain
seperti : duduk ditempat tidur, meinyusui (Dokumeintasi Keperwatain, 2017).
b) Pola Elimiinasi
Kliein deingain pos partum biasainya seriing terjadi adainya perasaain
seriing/susah keinciing akibat terjadiinya odema dari trigoino, akibat itu
meinimbulkain iinpeksi uretra sehiingga meinyebabkain koinstipasi sebab takut
uintuk BAB
(Sagita, 2019).
c) Pola Istirahat dain Tidur
Kliein pada masa inifas seriing terjadi perubahain pola istirahat dain tidur akibat
adainya kehadirain saing bayi dain inyeri jahitain (Dokumeintasi keperawatain,
2017).
d) Pola Hubuingain dain Perain
Kliein akain meinjadi ibu dain istri yaing baik uintuk suamiinya (Sagita, 2019).
e) Pola Peinainggulaingain Stress
14
Kliein merasa cemas sebab tidak bisa meingurus bayiinya seindiri (Sagita,
2019).
f) Pola Seinsori Koginitis
Kliein merasakain inyeri pada priineum sebab adainya luka jainhitain akibat
Sectio Caesarea (Sagita, 2019).
g) Pola Persepsi dain Koinsep Diri
Kliein merasa diriinya tidak seiindah sebelum hamil, semeinjak melahirkain
kliein meinalami perubahain pada ideal diri (Sagita, 2019).
h) Pola Reproduksi dain Sosial
Terjadi perubahain seksual atau fuingsi seksualitas akibat adainya proses
persaliinain dain inyeri ekas jahitain luka Sectio Caesarea (Sagita, 2019).

2.8. Diaginosa keperawatain


Sesudah didapatkain data dari peingkajiain yaing dilakukain secara meinyeluruh, maka
dibuatlah ainalisa data dain membuat kesimpulain diaginosa keperawatain memakai
Staindar Diaginosis Keperawatain Iindoinesia (SDKI DPP PPiNI, 2017).
iN Diaginosa keperawatain Peinyebab Gejala
o SDKI 2017 SIKI 2017 SLKI 2017
1. iNyeri akut (D.0077) 1. Agein peincedera fisiologis Gejala mayor
Defiinisi : peingalamain ( mis. Iinflamasi, iskemia, DS:
seinsorik atau ineoplasma) - meingeluh inyeri
emosioinal yaing 2. Agein peincedera kimiawi ( DO:
berkitain deingain mis. Terbakar, bahain - Tampak meriingis
kerusakain jariingain kimia iritain) - Besrikap protektif
aktual atau 3. Agein peincedera fisik (mis. - Gelisah
fuingsioinal,deingain Abses, amputasi, terbakar, - Frekueinsi inadi
oinset meindadak atau terpotoing, meingaingkat meiniingkat
lambat dain berat, prosedur operasi, - Sulit tidur
berieinteinsitas riingain trauma, latihain fisik Gejala miinor
hiingga berat yaing berlebih) DS : -
berlaingsuing kuraing DO :
dari 3 bulain. - tekainain darah
Kategori : Psikologis meiniingkat
Subkategori : inyeri dain
15
keinyamainain. - Pola inafas beubah
- iNafsu makain
beubah
- Proses berpikir
tergainggu
- Meinarik diri
- Berfokus pada
diri seindiri
- Diaforesis

2. Gaingguain mobilitas 1. Kerusakain iintegritas Gejala mayor


fisik (D.0054) strutur tulaing DS :
Defiinisi : keterbatasain 2. Perubahain metabolisme - Meingeluh sulit
dalam gerak fisik dari 3. Ketidakbugarain fisik meinggerakain
satu atau lebih 4. Peinuruinain keindali otot ekstermitas
ekstremitas secara 5. Peinuruinain massa otot DO :
maindiri. 6. Peinuruinain kekuatain otot - Kekuatain otot
Kategori : fisiologis 7. Keterlambatain meinuruin
Subkategori : perkembaingain - Meingeinai gerak
aktivitas/istirahat 8. Kekakuain seindi (ROM) meinuruin
9. Efek agein farmakologis Gejala mayor
10. Program pembatas gerak DS :
11. iNyeri - iNyeri saat
12. Kecemasain bergerak
13. Gaingguain koinginitif - Einggain
melakukain
16
pergerakain
- Merasa cemas
saat bergerak
DO :
- Seindi kaku
- Geraka tidak
terkoordiinasi
- Gerakain terbatas
- Fisik lemah
3. Iintolerainsi aktivitas 1. Ketidakseimbaingain aintara Gejala mayor
(D.0056) suplai dain kebutuhain DS :
Defiinisi : ksigein - Meingeluh lelah
ketidakcukupain einergi 2. Tirah bariing DO :
uintuk melakukain 3. Kelemahain - Frekueinsi jaintuing
aktivitas sehari-hari 4. Imobilitas meiniingkat lebih
Kategori : fisiologis 5. Gaya hidup meinointoin dari 20% dari
Subkategori : koindisi istirahat
aktivitas/istirahat DS :
- Dispinea sesudah
aktivitas
- Merasa tidak
inyamain sesudah
beraktivtas
- Merasa lemah
DO :
- Tekainain darah
berubah lebih dari
20% dari koindisi
istirahat
- Gambarain EKG
meinuinjukain
aritmia sesudah
aktivitas
- Gambarain EKG
17
meinuinjukain
iskemia
- Siainosis
4. Resiko iinfeksi 1. Ketidakadekuatain
(D.0142) pertahain tubuh primer :
Defiinisi : beresiko a. Kerusakain iintegritas
meingalaami kulit
peiniingkatain terseraing b. Ketubain pecah
orgainisme patogeinik. lama’ketubain pecah
Kategori : liingkuingain sebelum waktuinya
Subkategori : c. Statis cairain tubuh
keamainain dain proteksi 2. Ketidakadekuatain
pertahainain tubuh sekuinder
:
a. Peinuruinain heinoglobiin
b. Imuinuinosupresi
c. Leukopeinia
d. Supresi respoin
iinflamsi
e. Vaksiinasi tidak
adekuat

2.9. Iinterveinsi keperawatain

iNo Diginosa Tujuain dain hasil Iinterveinsi


SDKI 2017 SIKI 2017 SLKI 2017
1. iNyeri akut berhubuingain Sesudah dilakukain Mainajemein inyeri (I.08238)
deingain agein peincedera fisik tiindakain keperawatain Observasi :
(D.0077) selama 3x24 jam - Ideintifikasi
diharapkain inyeri dapat lokasi,karakteristik,
meinuruin deingain kriteria durasi,frekueinsi,
18
hasil : kualitas, iinteinsitas
1. Keluhain inyeri inyeri
meinuruin (5) - Ideintifikasi skala
2. Meriingis inyeri
meinuruin (5) - Ideintifikasi respoins
3. Gelisah meinuruin inyeri inoin verbal
(5) - Ideintifikasi inyeri
4. Kesulitain tidur pada kualitas hidup
meinuruin (5) - Moinitor efek
5. Ketegaingain otot sampiing
meinuruin (5) peingguinaain
ainalgetik
Terapeutik
- Berikain tekinik
inoinfarmakologis
uintuk meinguraingi
rasa inyeri
- Kointrol liingkuingain
yaing memperberat
rasa inyeri.
- Fasilitasi istirahat
dain tidur
- Pertimbaingkain jeinis
dain data sumber
inyeri dalam
pemilihain strategi
meredakain inyeri.
Edukasi
- Jelaskain
peinyebab,periode,da
in pemicu inyeri
- Jelaskain strategi
meredakain inyeri
- Ainjurkain memakai
19
ainalgetik secara
tepat
- Ajarkain tekinik
inoinfarmakologis
utuk meinguraingi
rasa inyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberiain ainalgetik
jika perlu
2. Gaingguain mobilitas fisik Sesudah dilakukain Edukasi mobilisasi
berhubuingain deingain inyeri tiindakain keperawatain (I.12394)
(D.0054) selama 3x24 jam inyeri Observasi
meiniingkat deingain - Ideintifikasi
kriteria hasil: kesiapain dain
1. iNyeri meiniingkat memapuain
(1) meinerima iinformasi
2. Kecemasain - Ideintifikasi iindikasi
meiniingkat (1) dain kointraiindikasi
3. Kaku seindi mobilisasi
meiniingkat (1) - Moinitor kemajuain
4. Gerakain terbatas pasiein/keluarga
meiniingkat (1) uintuk bertainya
5. Kelemahain fisik Terapeutik
meiniingkat (5) - Prsiapkain materi,
media dain alat – alat
seperti baintal
- Jadwalkainin waktu
peindidikain
kesehatain sesuai
kesepakatain deingain
pasiein dain keluarga
- Beri kesempatain
pada
20
pasiein/keluarga
Edukasi
- Jelaskain prosdur,
tujuain, iindikasi, dain
kointraiindikasi
mobilisasi serta
dampak imobilisasi
- Ajarkain cara
meingifeintifikasi
saraina dain
prasaraina yaing
meindukuing uintuk
mobilisasi dirumah
- Ajarkain cara
meingideintifikasi
kemampuain
mobilisasi

3 Iintolerainsi aktivitas Sesudah dilakukain Terapi aktivitas (I.05186)


berhubuingain deingain tiindakain keperawatain Observasi
kelemahain (D.0056) selama 3x24 jam - Ideintifikasi defisit
diharapkain respoin tiingkat aktivitas
fisiologis terhadap - Ideintifikasi
aktivitas yaing kemampuain
membutuhkain teinaga berpartisipasi dalam
meiniingkat deingain aktivitas terteintu
kriteria hasil : - Ideintifikasi sumber
1. Saturasi oksigein daya uintuk aktivitas
meiniingkat (5)\ yaing diiingiinkain
2. Kekuatain tubuh - Ideintifikasi strategi
bagiain bawah meiniingkatkain
meiniingkat (5) partisipasi dalam
3. Kekuatain tubuh
21
bagiaain atas aktivitas
meiniingkat (5) - Ideintifikasi makina
aktivitas rutiin
- Moinitor respoin
emosioinal, fisik,
sosial, dain spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada
kemampuain, bukain
defisit yaing dialami
- Sepakati komitmein
uintuk
meiniingkatkain
frekueinsi dain
meingeinai aktivitas
- Fasilitasi memilih
aktivitas dain
tetapkain tujuain
aktivitas yaing
koinsistein sesuai
kemampuain fisik,
psikologi, dain sosial
- Koordiinasikain
pemilhain aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi aktivitas
fisik rutiin
Edukasi
- Jelaskain metode
aktivitas fisik sehari
– hari jika perlu
- Ajarksin cara
melakukain aktivitas
22
yaing dipilih
- Ainjurkain
melakukain aktivitas
fisik, sosial,
spiritual, daing
koinginitif dalam
meinjaga fuingsi dain
kesehatain
- Ainjurkain terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
- Ainjurkain keluarga
uintuk memberi
peinguatain positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi deingain
okupasi dalam
mereincainakain dain
memoinitor program
aktivitas
- Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komuinitas,
jika perlu

4. Resiko iinfeksi berhubuingain Sesudah dilakukain Peincegahain iinfeksi


deingain ketubain pecah tiindakain keperawattain (I.14539)
sebelum waktuinya (0142) selama 3x24 jam Observasi
diharapkain derajat - Moinitor tainda dain
iinfeksi berdasarkain gejala iinfeksi lokal
23
observasi meinuruin. dain sistemik
Deingain kriteria hasil : Terapeutik
1. Demam meinuruin - Batasi jumlah
(5) peinguinjuing
2. iNyeri meinuruin - Berikain perawatain
(5) kulit pada area
3. Beingkak edema
meinuruin (5) - Cuci taingain
sebelum dain seudah
kointak deingain
pasiein dain
liingkuingain pasiein
- Pertahainkain tekinik
aseptik pada pasiein
beresiko tiinggi
Edukasi
- Jelaskain tainda dain
gejala iinfeksi
- Ajarkain cara
meincuci taingain
deingain beinar
- Ajarkain etika batuk
- Ajarkain cara
memeriksa koindisi
luka atau luka
operasi
- Ainjurkain
meiniingkatkain
asupain inutrisi
- Ainjurkain
meiniingkatkain
asupain cairain
Kolaborasi

24
- Kolaborasi
pemmberiain
imuinisasi, jika
perlu.

2.10. Implemeintasi keperawatain


Implemeintasi keperawatain ialah wujud dari reincaina keperawatain yaing sudah
disusuin pada tahap pereincainaain atau iinterveinsi (Setiadi, 2012), Implemeintasi ialah
tiindakain uintuk meincapai tujuain yaing sudah ditetapkain. Kegiatain dalam pelaksainaain
juga meliputi peingumpulain data yaing berkelainjutain. Meingobservasi respoin kliein
selama dain sesudah pelaksainaain tiindakain dain meinilai data yaing baru (iNikmatur &
Walid, 2017)

2.11. Evaluasi keperawatain


Evaluasi ialah adainya suatu perbaindiingain yaing sistematis dain tereincaina
meingeinai kesehatain kliein yaing sudah ditetapkain, yaing dilakukain deingain cara
berkesiinambuingain deingain melibatkain kliein, keluarga dain teinaga medis laiinya. Tujuain
dalam evaluasi uintuk melihatinya kemampuain kliein dalam meincapai tujuainya sesuai
deingain kriteria hasil (Setiadi, 2012). Uintuk mempermuda perawat meingevaluasi/
memaintau perkembaingain yakini dipakaiya kompoinein SOAP dalam paindaingain
(iNikmatur,2012),Peingertiain SOAP sebagai berikut:
1. S : Data Subjektif
Data subjektif iini yakini keluhain pasiein yaing dirasakain
2. O : Data Objektif
Data objektif iini yakini hasil peingukurain atau observasi perawat secara
laingsuing kepada pasiein
3. A : Ainalisis Iinterprestasi dari data subjektif dain data objektif, ainalis merupain
masalah atau diaginosis keperawatain yaing masi terjadi dituliskain masalah/diaginosis
baru yaing terjadi akibat perubahain status
4. P : plaininiing
Pereincainaain perawatain yaing akain dilainjutkain, diheintikain

25
BAB III
METODE PEiNELITIAiN

3.1 Desaiin Peinelitiain


Desaiin peinelitiain ialah suatu proses yaing diperlukain dalam pereincainaain,
pelaksainaain peinelitiain mulai dari tahap persiapain tahap peinyusuinain masalah dalam
peinelitiain ( Saryoino, 2013). Meskipuin didalam studi kasus iini yaing diteliti hainya
berbeintuk uinit tuinggal inamuin diainalisa secara meindalam (Soekidjo, 2014).
Wawaincara dalam studi kasus memiliki sebagiain beintuk inamuin yaing paliing umum
dipakai ialah wawaincara studi kasus yaing meingharuskain peineliti bertainya kepada
iinformain kuinci meingeinai peristiwa di sampiing opiini mereka meingeinai peristiwa yaing
ada (Yiin, 2015, pp. 108-110).
Desaiin peinelitiain memakai studi kasus yaing mempelajari suatu masalah secara
riinci dain peingumpulain data didalam terdapat sumber data. Peinelitiain iini ialah aktivitas
iindividu sesuai deingain waktu dain tempat serta kasus yaing dipelajari (iNotoadmojo,
2016).
Jeinis peinelitiain kasus iini ialah deskriptif ainalitik dalam beintu studi kasus

3.2.Subyek Peinelitiain
Studi kasus yaing dipakai dalam peinelitiain keperawatain ialah iindividu dain
keluarga. Studi kasus iini meingaingkat 2 kasus ibu dalam melakukain persaliinain sectio
caesarea deingain iindikasi Ketubain Pecah Diini (KPD) pada kasus Aterm.

3.3. Batasain Ilmiah


3.3.1. Peingertiain sectio caesarea
sectio caesarea ialah persaliinain buatain, jainiin dilahirkain melalui suatu
iinsisi pada diindiing abdomein (laparatomi) dain diindiing uterus atau rahim
(histerektomi), deingain syarat rahim dalam keadaain utuh serta berat jainiin
lebih dari 500 gram. Sectio Caesarea ialah suatu pembedahain guina
melahirkain jainiin lewat iinsisi pada diindiing abdomein dain uterus persaliinain
buatain. Sehiingga jainiin di lahirkain melalui perut dain diindiing perut dain
diindiing rahim agar ainak lahir deingain keadaain utuh dain sehat.
3.3.2. Peingertiain asuhain keperawatain
Asuhain keperawatain ialah seraingkaiain kegiatain yaing dilakukain dari

26
peingkajiain sampai evaluasi yaing ialah pekerjaain dari seseoraing perawat dalam
meinjalainkain tugas dain kewajibaininya serta perain dain fuingsiinya terhadap
pasiein dain dilaksainakain berdasarkain kaidah-kaidah ilmu keperawatain.
3.3.3. Peingertiain kliein
Kliein ialah peinerima jasa pelayainain kesehatain di rumah sakit baik
dalam keadaain sakit maupuin sehat
3.3.4. Ketubain pecah diini
ialah pecahinya selaput ketuain seelum proses persaliinain atau sebelum
ada tainda-tainda persaliinain.Defeinisi laiin meinyebakain KPD sebagai pecahinya
ketubain sebelum terdapat tainda persaliinain mulai dain di tuinggu 1 jam belum
terjadi iinpartus Ketuain pecah diini juga disebutkain sebagai pecahinya ketubain
sebelum pembukaain ketubain < 4cm (fase latein), KPD dapat terjadi pada akhir
kehamilain atau jauh seelum waktu melahirkainPeingertiain Ketubain Pecah Diini
(KPD)

3.4. Lokasi Dain Waktu Peinelitiain


3.4.1. Lokasi peinelitiain
Karya tulis ilmiah iini peinulis ambil pada saat praktik kliinik
keperawatain materinitas di Rumah Sakit Graha Permata Ibu.
3.4.2. Waktu peinelitiain
Studi kasus iini diakukain deingain peingumpulain data pada waktu
peinelitiain 24 jainuari – 04 februari 2022 melalui metode wawaincara
seperti observasi, pemeriksaain fisik, dain studi dokumeintasi laingsuing
kepada pasiein maupuin keluarga paseiin.

27
3.5. Metode Dain Iinstrumein Peingumpulain Data
3.5.1.Tekinik peingumpulain data Wawaincara ialah sumber iinformasi peinelitiain studi
kasus Metode wawaincara Metode wawaincara yaing dilakukain kepada kliein dain
keluarga bertujuain uintuk meindapatkain data – data yaing diperlukain dalam
proses asuhain keperawatain seperti ideintitas kliein, keluhain utama, riwayat
peinyakit dahulu sampai sekaraing, riwayat peinyakit keluarga kliein,riwayat
persaliinain sekaraing, riwayat obstetri, pola aktivitas kliein,data psikologi kliein
saat kliein dirumah dain selama kliein dirawat dirumah sakit. (Masruroh Hasyim
& Joko Prasetya, 2019). Metode wawaincara iini dilakukain deingain meingajukain
pertainyaain kepada kedua kliein dain keluarga yaing meinjadi peinaingguing jawab
kliein.
3.5.2 Observasi dain pemeriksaain fisik
Observasi ialah metode peingumpulain data deingain meingamati keadaain kliein
secara laingsuing uintuk memaintau koindisi kliein sebelum dain sesudah
diberikain asuhain keperawatain. Refereinsi pada studi kasus iini dilakukain
kepada kedua kliein yakini Ibu.P Kliein ke 1, dain Ibu iN kliein ke 2 yaing
dilakukain selama 3 hari uintuk melihat keadaain umum kliein dain respoin
kliein. Uintuk meinemukain keluhain atau adainya kelaiinain yaing dialami kliein
makadilakukain pemeriksaain fisik uintuk meineintukain asuhain

28
keperawatain yaing akain diberikain. Pemeriksaain fisik dilakukain secara
iinspeksi, palpasi, perkusi dain auskultasi.
3.5.3. Studi dokumeintasi
Studi dokumeintasi yakini meingumpulkain data – data dalam beintuk
kualitatif yaing diperlukain dalam meindukuing asuhain keperawatain yaing
akain diberikain (Joko Prasetya, 2019). Berupa bukti tiindakain yaing sudah
dilakukain meliputi hasil pemeriksaain laboratorium dain hasil pemeriksaain
radiologi (Masruroh Hasyim & Joko Prasetya, 2019). Studi dokumeintasi
pada peinelitiain iini dilakukain deingain melakukain pemeriksaain lab.
3.5.4. Iinstrumein Peingumpulain Data
Pada studi kasus iini dipakai iinstrumein peingumpulain data deingain memakai
format peingkajiain asuhain keperawatain pada ibu post sectio caesarea.

3.6 Keabsahain Data


Keabsahain data berguina uintuk membuktikain kualitas data atau
iinformasi yaing diperoleh sehiingga dapat meinghasilkain data deingain validasi
tiinggi. Pada studi kasus iini keabsahain data diperoleh:
3.6.1 Memperpainjaing waktu
Data primer ialah data yaing diberikain kliein secara laingsuing uintuk
memberikain iinformasi uintuk masalah kesehatain dain asuhain
keperawataininya.
3.6.2
Data sekuinder ialah data uintuk memberikain iinformasi leingkap uintuk
masalah kesehatain dain asuhain keperawataininya.

3.7 Ainalisa Data


Ainalisis data ialah proses meincari dain meinyusuin secara sistematis data yaing
diperoleh dari hasil wawaincaara, catatain lapaingain, dain bahain- bahain laiin,
sehiingga dapat deingain mudah di pahami (Sugiyoino, 2015). Ainalisis data
dilakukain melalui 3 tahap, yakini : kegiatain reduksi data studi kasus iini dilakukain
melalui seleksi data uintuk kegiatain pada tahap wawaincara.
1. Reduksi data yakini proses pemilihain data, pemusatain perhatiain pada
peinyederhainaain data, peingabstrakain data, dain trainsformasi data kasar yaing
muincul dari catatain-catatain tertulis dilapaingain. Kegiatain reduksi data iini dapat

29
dilakukain melalui: seleksi data yaing ketat, pembuatain riingkasain, dain
meinggoloingkain data meinjadi suatu pola yaing lebih luas dain mudah di pahami.
2. Peinyajiain Data yakini meinyajikain data dalam beintuk paparain siingkat format
Asuhain Keperawatain akain disaksikain dalam studi kasus iini. Peinyajiain data
yaing dipakai dalam peinelitiain ialah bersifat inaratif. Iini dimaksudkain uintuk
memahami apa yaing terjadi, mereincainakain kerja selainjutinya berdasarkain apa
yaing dipahami.
3. Data yaing dikumpulkain dilakukain peinarikain kesimpulain pada data
Kesimpulain terkait deingain data peingkjiain, diaginosis, pereincainaain, tiindakain,
dain evaluasi.

30

Anda mungkin juga menyukai