Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sectio caesar merupakan suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 1000 gr

atau umur kelahiran > 28 minggu (manuaba, 2012).Metode-metode

tersebut dilakukan dengan indikasi-indikasi khusus dengan satu tujuan

yaitu menyelamatkan ibu maupun janinnya.Indikasi dilakukan sectio

caesarea dapat dikarenakan dari faktor ibu maupun janin (Wiknjosastro,

Hanifa 2015). Indikasi dari ibu antara lain : induksi persalinan gagal,

proses persalinan tidak maju, disproporsi sefalopelvik, diabetes, kanker

serviks, riwayat sectio caesarea sebelumnya, riwayat ruptur uterus,

obstruksi jalan lahir, plasenta previa, sedangkan indikasi dari janin antar

lain : gawat janin, prolaps tali pusat, posisi melintang, malpresentasi janin,

kelainan janin dan indikasi yang paling umum untuk proses sectio caesarea

adalah ketuban pecah dini (Norwitz, 2015).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan suatu keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan.Ketuban pecah adalah komplikasi

yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai

kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang

kurang bulan. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan kurang drai

1
34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan

terjadiya prematuritas (Soewanto,2008).

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan<4 cm

(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh

sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi

lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. (Nugroho, 2012)

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata

sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran

di dunia. Sedangkan menurut RISKESDAS tahun 2012 tingkat persalinan

sectio caesarea di Indonesia sudah melewati batas maksimal standar WHO

dan peningkatan ini merupakan masalah kesehatan masyarakat (public

health). Tingkat persalinan sectio caesarea di Indonesia 15,3% sampel dari

20.591 ibu yang melahirkan pada kurun waktu 5 tahun terakhir disurvey

dari 33 provinsi. Gambaran adanya faktor risiko ibu saat melahirkan atau

di operasi caesarea adalah 13,4 % karena indikasi ketuban pecah dini,

5,49% karena Preeklampsia, 5,14% karena Perdarahan, 4,40% Kelainan

letak Janin, 4,25% karena jalan lahir tertutup, 2,3% karena ruptur uterus

(RISKESDAS, 2012).Pada tahun 2016 di indonesia kasus ketuban pecah

dini sebesar 52 kasus (4,68%). Dari tahun 2016-2017 kejadian ketuban

pecah dini mengalami kenaikan 9,95 % (Depkes RI, 2018). Di Sumatera

Barat angka kejadian komplikasi dengan KPD sebanyak 3,6%. RS Ibnu

2
Sina Bukittinggi Yarsi, Sumbar didapatkan gambaran adanya faktor resiko

ibu saat melahirkan atau operasi karena Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah

sebanyak 16 orang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2015) di RSUD

Dr.Moewardi, kejadian sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini sebesar

5% -10% dari semua kehamilan, ketuban pecah dini pretern terjadi 1%

dari semua kehamilan.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka kelompok tertarik

untuk mengambil topik seminar tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ny.F

dengan Post Sectio Caesaria Indikasi Ketuban Pecah Dini Di Ruangan Siti

Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi. Tahun 2020”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada kasus ini adalah bagaimana Asuhan

keperawatan maternitas pada Ny. F dengan Sectio Caesar (SC) indikasi

ketuban pecah dini (KPD) Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi

Tahun 2020.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan proses

keperawatan maternitas dimulai dari pengkajian hingga pendokumentasian

Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan Sectio Caesar (SC) indikasi

3
ketuban pecah dini (KPD) Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi

Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakuka pengkajian pada Ny. F dengan

Sectio Caesar (SC) indikasi ketuban pecah dini (KPD) di Ruang

Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2020.

2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada Ny.

F dengan Sectio Caesar ( SC ) indikasi ketuban pecah dini (KPD)

Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2020.

3. Mahasiswa mampu menyusun rencana Asuhan keperawatan pada

Ny. F dengan Sectio Caesar ( SC ) indikasi ketuban pecah dini

(KPD) di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi Tahun

2020.

4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada

Ny. F dengan Sectio Caesar (SC) indikasi ketuban pecah dini

(KPD) Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi Tahun

2020.

5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari intervensi yang

dilakukan pada Ny. F dengan Sectio Caesar (SC) indikasi ketuban

pecah dini (KPD) Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2020.

6. Mahasiswa mampu mendokumentasika hasil pemberian asuhan

keperawatan pada Ny. F dengan Sectio Caesar (SC) indikasi

4
ketuban pecah dini (KPD) Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2020.

1.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini, dapat digunakan untuk mahasiswa,

institusi pendidikan serta pengenmbangan ilmu keperawatan.

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru

dalam melakukan studi kasus terkait dengan pemberian asuhan

keperawatan pada klien Sectio Caesar (SC) dengan indikasi KPD

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan dan melakukan asuhan

keperawatan pada klien Sectio Caesar (SC) dengan indikasi KPD

Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2020.

1.4.3 Bagi Lahan Praktek

Mahasiswa mampu mengaplikasikan intervensi-intervensi bar dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien Sectio Caesar (SC)

dengan indikasi KPD Di Ruang Siti Aisyah RSI Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2020.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR


2.1.1 Defenisi
1. Sectio Caesar

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam, 2009

dalam Sugeng J, 2012).

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan

perut.(Nurarif & Kusuma, 2015).

Sectio Caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan dengan

cara membuka dinding abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan

janin (Benson & Pernoll, 2008) dengan syarat rahim dalam keadaan utuh

serta berat janin di atas 500 gram dan usia janin > 28 minggu

(Syaifuddin, 2009) yang dilakukan dengan cara melakukan suatu irisan

pembedahan yang akan menembus dinding abdomen pasien

(laparotomy) dan uterus (histerektomi) dengan tujuan untuk

mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi, 2007). Tindakan operasi

Sectio Caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin dan ibu

karena adanya suatu komplikasi yang akan terjadi kemudian bila

persalinan dilakukan secara pervaginam.

6
2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir

kehamilan maupun jauh sbelum waktunya melahirkan.Ketuban pecah

dini adalah selaput sebelum ada tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer,

2011).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan suatu keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan.Ketuban pecah adalah komplikasi

yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai

kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang

kurang bulan. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan kurang

drai 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan

kemungkinan terjadiya prematuritas (Soewanto,2008).

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada

pembukaan<4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD

sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD

yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. (Nugroho,

2012).

7
2.1.2 Etiologi Sectio Caesar dan KPD

Menurut Manuaba (2009) ibu hamil dilakukan Sectio Caesar

karena mengalami antara lain: ruptur uteri imminen, perdarahan

antepartum,ketuban pecah dini, panggul sempit, Menurut Roestam

(2009) dan Saeffudin (2009) penyebab ketuban pecah dan belum

diketahui secara pasti. Maka preventif tidak dapat dilakukan kecuali

dalam usaha menekan infeksi, adapun penyebab ketuban pecah dan

karena faktor infeksi, berkurangnya kekuatan membran atau

meningkatnya tekanan intra uteri pada trisemester kedua serviks

inkompeten (berkontraksi). Selaput ketuban yang terlalu tipis, propas

tali pusat, mal presentasi janin dan uterus yang merenggang berlebihan

ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi proses persalinan

berlangsung.

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyakit, kelahiran prematur dan terjadinya infeksi

korioamnionitas sampai sepsis yang meningkatkan morboditas dan

mortalitas perinatal.Sdan dapat menyebabkan infeksi pada ibu (Muchtar,

2009).

Beberapa faktor predisposisi KPD antara lain:

a) faktor selaput ketuban

b) faktor infeksi, misalnya infeksi genetalia menyebabkan

berkurangnya membran atau meningkatnya tekanan uteri oleh kedua

faktor

8
c) faktor tekanan intra uteria yang mendadak

d) faktor yang berhubungan dengan obstetri dan ginekologi

e) faktor sosio ekonomi yang rendah

f) faktor rokok

g) faktor keturunan

h) faktor antagorisme golongang darah A, B, O

i) trauma, misalnya pemeriksaan panggul atau poitis

j) kelainan letak presentasi bayi

2.1.3 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini ( KPD)

Tanda-tanda dan gejala terjadinya ketuban pecah dini dari

beberapa sumber seperti yang disebutkan dibawah ini: memeriksa

keluarnya cairan air ketuban secara merembes, misalnya keluarnya

cairan yang banyak atau sedikit-sedikit merembes dari vagina. Sifat

fisik cairan amnion yaitu bau khas, warna keruh, tes lakmus alkalis, jika

kertas lakmus tetap berwarna biru maka tanda air ketuban, jika berwarna

merah maka tanda urine ( Gulardi& Mochtar, 2011).

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban pecah

merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak

seperti bau amoniak. Mungkin cairan tersebut masih merembes atau

menetes, dengan ciri pucat dan bergaris waena darah. Cairan ini tidak

akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.

Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah

9
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk

sementara.Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut

jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang

terjadi ( Nugroho, 2012)

2.1.4 Patofisiologi Secttio Caesar dan KPD

1. Secttio Caesar (SC) merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan

berat diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi panggul, disfungsi uterus,

distorsia jaringan lunak, plasenta previa, ketuban pecah dini, untuk ibu.

Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang

setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari

aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan

aspek fisiologi yaity produk oxsitosin yang tidak adekuat akan

mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit. Luka dari insisi akan

menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan

antiobiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri karena insisi

yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi

pasien perlu dilakukan aestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun

anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu,

anestesi umum menyebabkan bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak

dapat diatasi dengan mudah. Sedangkan Pengaruhnya terhadap ibu

sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah

banyak keluar, kemudan terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak

10
efektf akibat sekret berlebihan karena kerja otot nafas silia yang

menutup. ( Saifuddin, Mansyor, 2002).

2. Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan

membran atau penambahan tekanan interauteri ataupun oleh sebab

keuda-keduanya. Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah

penyebab independen dari ketuban pecah dan selaput ketuban yang tidak

kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah

dengan mengeluarkan air ketuban.

Menurut Taylor (2010), terjadinya ketuban pecah dini ternyata ada

hubungnnya dengan hal-hal berikut. Adanya hipermotilitas rahim yang

sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti ini

pielonefritis, sistisis, serviks dan vaginitis, selaput ketuban terlalu

tipis(kelainan ketuban). Infeksi (amnionitis atau koriomnitis). Faktor-

faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi,

disproporsi cervix incomplet dan lainnya. Ketuban pecah didniartifisial

(amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini (Mochtar, 2006)

2.1.5 Komplikasi sectio Caesar

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :

1) Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi

ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas,

infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa

11
terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus lama dan

ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2) Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia

uteria ikut terbuka atau karena atonia uteria.

3) Terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru

dan deep vein trombosis

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini Pre Sectio Caesar

a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa. Warna, konsentrasi, bau

dan pHnya .

b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine

atau sekret vagina.

c. Sekret vagina ibu hamil pH 4-5, dengan kertas Nitrazin tidak berubah

warna< tetapi kuning.

d. Tes lakmus ( tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru

menunjukkan adanya air ketuban (alkasih). pH air ketuban 7-7,5 darah

dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

gambaran daun pakis.

f. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD

terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi

kesalahan pada penderita oligohidramnion.

12
2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan

akan menaikan insidensi bedah caesarea, dan kalau menunggu

persalinan spontan akan menaikan insidensi chorioamniontis. Kasus

KPD yang kurang bulan kalua menumpuh cara-cara aktiv harus

dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalua menempuh cara

konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru,

harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek

prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur

kehamilan.Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur

kehamlan dan letak janin.Resiko yang lebih sering pada KPD dengan

janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis.Oleh karena

itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk

menentukan waktu yang optimal untuk persalinan.

Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru

sudah matang, chorioamnionitis yang diikiti dengan sepsis pada janin

merupakan sebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada

kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan lama

pecahnya selaput ketuban aau lamanya periode laten. Penatalaksanaan

KPD pada kehamilan aterm ( > 37 Minggu). Beberapa penelitan

13
menyebutkan lma periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai

hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan

komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan

dari persalinan disebut periode laten = L.P = “lag” period. Makin muda

umur kehamilan makin memanjang L.P nya.

Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi

persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan

akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila

dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda

persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan

bedah sectio caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan

infeksi pada ibu.

Walapun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus

namun pencegahan terhadap chorioamnionitis lebih penting dari pada

pengobatannya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu

dlakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera

setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan

profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi mungkin telah terjadi ,

proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa

penulis menyarankan berperan aktif, (induksi persalinan) segera

dberikan atau ditunggu 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi

inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten, durasi

KPD dapat diperpendek sehngga resiko infeksi dan trauma obstetrik

14
karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan

perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan

jalannnya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya.

Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang

fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan

menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan

dngan memperhatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan,

sebaliknya < 5 dilakukan pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri

persalinan dengan sectio cesarean. Penatalaksanaan KPD pada

kehamilan preterem ( < 37 Minggu).

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan

tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif

disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebgai profilaksi penderita

perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan didalam posisi trendelenberg,

tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya

infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-

obatan ultranelaksen atau tocolitic agar diberikan juga tujuan menunda

proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatifdengan

pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilankurang bulan

adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau

melakukan pengelolaan konservatif muncul tanda-tanda infeksi, maka

segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur

kehamilan.Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai

15
berlangsung dengan jelas merangsang timbulnya his ternyata dapat

menimbulkan komplikasi-komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi-

komplikasi yagdapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri,

ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.

Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan

tindakan bedah cesarean hendaknya.Seperti halnya pada pengelolaan

KPD yang cukup bulan, tindakan bedah cesarean hendaknya dikerjakan

bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada

indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus

tak maju, dll.

Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan

aktif.Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkna

komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang

ketat, sehingga dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu

dengan kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intaruterin. Sikap

konservatif meliputi pemeriksaan lekosit darah tepi setiap hari,

pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam,

pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat

diagnosis ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam. Pemberian

kortikosteroid antenatal pada preterem KPD telah dilaporkan secara

pasti dapat menurunkan kejadian RDS. (8) The National Institutes of

Health (NIH) telah merekomondasikan penggunaan kortikosteroid pada

preterem KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi

16
intraamnion. Sediaan terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12

mg i.m tiap 24 jam atau dexsametason 4 dosisi masingmasing 6 mg tiap

12 jam.

2.1.8 Pengkajian dan perawatan antenatal maternal

Observasi: 1) Setelah pendaftaran, lakukan pengkajian dasar pada

suhu, nadi, tekanan darah, aktivitas uterus, vaginal discharge, dan

urinalisis, 2) Observasi selanjutnya: ke satu, setiap 4 jam: cek suhu,

nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, kedua , 2

kali sehari: DJJ, ketiga, setiap hari: tekanan darah dan kaji aktivitas

usus. Tes patologi: Pada saat pendaftaran sudah diduga KPD: 1)

Kumpulkan full blood picture (FBP), 2) C-reactive protein jika

diindikasikan, 3) Urine tengah, 4) Low vaginal swab dan/atau

endoservical swab. Edukasi maternal: Ajari ibu tentang personal hygiene

termasuk mengganti pembalut setiap 4 jam atau sebanyak yang

dibutuhkan. dan tidak dianjurkan menggunakan tampon, anjurkan

latihan kaki sesering mungkin dan ajarkan ibu menggunakan graduated

compressions hingga mobilitas kembali normal.

Elastic compression stockings digunakan untuk mencegah deep

vein thrombosis, jadwalkan dengan dokter anak saat usia gestasi<32

minggu atau selama kehamilan jika ada komplikasi. Diskusikan

manajemen anak premature, seperti metode memberi makan, NICU,

faktor risiko, dan hasil yang dicapai. Jadwalkan ibu dan kelurga tentang

17
NICU, informasikan ibu tentang sumber pelayanan informasi kesehatan

atau tanya ke perawat/bidan, hindari ibu melakukan hubungan seksual

jika KPD.

2.1.9 Manajemen KPD

Setelah dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini,

usia gestasi harus dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan

hidrasi dan antibiotic, serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin

dengan usia gestasi 32 minggu atau lebih memiliki kematangan paru-

paru dan lebih dapat bertahan hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-

tanda akan melahirkan, maka ibu harus diberi induksi melahirkan.

Hanya sedikit KPD premature mencapai kematangan paru dan dapat

bertahan hidup.

Uterus adalah inkubator yang terbaik bagi janin. Dengan cara

memonitor tandatanda komplikasi pada janin, yang berhubungan dengan

sepsis, penurunan volume cairan amnion, dan distres janin, proses

kelahiran dapat ditunda hingga janin mencapai kematangan paru. Pasien

dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya

memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan

seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah

pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress

tests 2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril.

Antibiotic yang diberikan dapat memperpanjang kehamilan dan

meningkatkan hasil yang maksimal bagi ibu dan janin.Korticoid

18
bermanfaat untuk KPD.Profilaksis surfaktan dapat meningkatkan hasil

yang maksimal pada janin premature.

2.1.10 Penatalaksanaan Keperawatan

Manajemen terapi pada ketuban Pecah Dini: Konservatif : rawat

rumah sakit dengan tirah baring, tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat

janin, umur kehamilan kurang 37 minggu, antibiotik profilaksis dengan

amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari, memberikan tokolitik bila ada

kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan

fungsi paru janin, jangan memeriksakan pemeriksaan dalam vagina

kecuali ada tanda-tanda gawat janin, melakukan terminasi kehamilan

bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin, bila dalam 3 x 24 jam

tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan

mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan

terminasi kehamilan.Aktif, bila didapatkan infeksi berat maka berikan

antibiotik dosis tinggi.

Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka

lakukan terminasi kehamilan, induksi atau akselerasi persalinan, lakukan

sectio cesarean bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami

kegagalan, lakukan sectio histrektomi bila terdapat tanda-tanda infeksi

uterus berat ditemukan.Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi

pecah ketuban. Yang harus segera dilakukan : pakai pembalut tiap

keluar banyak atau handuk yang bersih, tenangkan diri jangan bergerak

terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri. Yang tidak

19
boleh dilakukan : tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada

resiko terinfeksi kuman, jangan bergerak mondar-mandir atau berlari

kesana kemari, karena air ketuban akan terasa keluar. Berbaringlah

dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.

2.1.11 Penatalaksanaan Post Partum


1. Penatalaksanaan umum
Perawatan pasca bedah menurut Mochtar (2010):
a. Perawatan luka insisi
Luka insisi diberikan dengan natrium clorida lalu ditutup dengan luka
kasa dan diganti secara periodik
b. Pemeriksaan cairan

20
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN SC DENGAN

INDIKASI KETUBAN PECAH DINI

Pendekatan Proses Keperawatan Proses keperawatan yaitu merupakan

rangkaian tindak asuh keperawatan yang harus dilakukan perawat

secara sistematis, sinambung, terencana dan profesional. Mulai dari

mengidentifikasi masalah kesehatan, merencanakan tindakan,

mengurangi dan mencegah terjadinya masalah baru, melaksanakan

tindakan keperawatan hingga mengevaluasi hasil dari tindakan tersebut.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yang “Sequensial” dan berhubungan :

pengkajian diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(Rohmah, 2009).

A. Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan

meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi

janin, prolaps tali pussat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

Pengkajian terdiri dari :

1. Biodata

a. Identitas Klien

Terdiri dari identitas klien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status marital, tanggal masuk

RS, tanggal operasi, nomor CM, ruang / kamar, diagnosa medis, tanggal

pengkajian, alamat.

21
b. Identitas Penanggung Jawab

Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.

c. Riwayat Kesehatan

2. Keluhan Utama

Keluhan yang paling menonjol dan yang paling dirasakan oleh klien

dengan post partum seksio sesarea. Pada saat dilakukan pengkajian

pada umumnya klien mengeluh nyeri luka operasi di daerah abdomen.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat pada saat sebelum inpartu di dapatkan cairan ketuban yang ke

luar pervaginaan secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda

persalinan.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,DM,

TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit menular

dan diturunkan, seperti penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan lain

-lain.

6. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a. Riwayat Obstetri

Riwayat kehamilan : GPA

22
Tabel 2.1

Riwayat Obstetri

No Waktu Umur Jenis Tempat / Jenis Berat Keadaan


Partus Kehamilan Partus Penolong Kelamin Bayi Anak
Lahir Sekarang

b. Riwayat Ginekologi

Mengkaji tentang kelainan atau keluhan pada waktu hamil yang

dapat mempengaruhi keadaan sekarang dan sebelumnya.

c. Riwayat Menstruasi

Umur pertama mengalami haid, lama haid, banyaknya perdarahan,

siklus, HPHT, taksiran persalinan, dan usia kehamilan.

d. Riwayat Perkawinan

Umur klien dan suami pada waktu nikah, lama menikah, berapa kali

menikah.

e. Riwayat Kontrasepsi

Mengenai jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan

lamanya penggunaan, masalah yang dihadapi dengan menggunakan

kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan

sekarang.

f. Riwayat Kehamilan Sekarang

23
Riwayat yang berisi tentang keadaan klien selama kehamilan sekarang

yaitu: keluhan saat kehamilan, pergerakan janin, keadaan janin,

kebiasaan memeriksakan kehamilan, tempat pemeriksaan, immunisasi.

g. Riwayat Persalinan Sekarang.

Riwayat klien dari mulai merasakan tanda –tanda persalinan kemudian

diperiksa oleh dokter atau bidan dan diketahui hasil pemeriksaannya

yang apabila keadaan gawat, langsung dirujuk ke rumah sakit

untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

h. Riwayat Nifas Sekarang

Di kaji ada tidaknya perdarahan, bau, dan keluhan pada daerah luka

post operasi pada saat bergerak.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Mengkaji tentang kesadaran klien, tanda-tanda vital (temperatur,

nadi, respirasi dan tekanan darah), BB, TB.

b. Sistem Integumen

Suhu tubuh, lesi dan dekubitus, keadaan luka operasi, skala nyeri, turgor,

striae gravidarum, warna rambut, penyebaran rambut, kebersihan kulit

kepala dan rambut, keadaan dan warna kuku klien.

c. Sistem Sensori

1) Mata

24
Keadaan konjungtiva, sklera, pupil, reflek terhadap cahaya, alat

bantu penglihatan, dan keluhan.

2) Telinga

Bentuk, fungsi pendengaran, kebersihan, alat bantu yang di gunakan

dan keluhan.

3) Hidung

Bentuk, fungsi penciuman, kebersihan, alat yang terpasang

dan keluhan.

4) Mulut

Mukosa bibir, kondisi gigi, fungsi pengecapan dan menelan,

kondisi lidah dan keluhan.

5) Leher

Peninggian jugularis vena pressure, pembesaran kelenjar getah bening,

kelenjar thyroid dan keluhan.

6) Sistem Pernapasan

Bentuk dada, rasio pernafasan inspirasi dan ekspirasi, pola nafas,

frekuensi pernafasan, bunyi pernafasan, kebersihan dan keluhan.

7) Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah, nadi, capillary refilling time, denyut nadi, bunyi

jantung.

8) Sistem Gastrointestinal

Bising ususfrekuensi 4-8 kali/menit

9) Sistem Perkemihan

25
Alat yang terpasang, warna urine, volume urine.

10) Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atas: bentuk dan ukuran, alat yang terpasang.

Ekstremitas bawah: oedema, bentuk dan ukuran, disertai keluhan.

11) Sistem Reproduksi

a) Mamae: Bentuk, keadaan puting susu, keluhan.

b) Genetalia: Bentuk, lochea dan warna, bau dan kebersihan.

c) Uterus: Tinggi Fundus Uteri.

8. Aktivitassehari -hari

a. Nutrisi dan cairan

1) Nutrisi

Kaji tentang jenis, frekuensi,pantangan, keluhan yang dirasakan.

2) Cairan

Kaji tentang jenis, frekuensi, jumlah per hari, keluhan.

b. Eliminasi

1) Buang Air Besar

Kaji tentang frekuensi, konsistensi, warna, dan keluhan.

2) Buang Air Kecil

Kaji tentang frekuensi, warna, alat yang terpasang dan keluhan.

3) Istirahat Tidur

Dikaji tentang lamanya tidur, dan keluhan.

4) Personal Hygiene

26
Dikaji tentang mandi, mencuci rambut, gunting kuku, gosok

gigi, ganti pakaian dan keluhan.

5) Aktivitas

Dikaji tentang aktivitas sehari –hari, dan keluhan.

9. Aspek Psikososial

Mengkaji tentang status emosi klien, konsep diri (body image,

identitas klien, peran, ideal diri, dan harga diri).

10. Aspek Sosial

Kaji tentang komunikasi klien dengan keluarga dan petugas

kesehatan.

11. Aspek Spiritual

Mengkaji apa agama klien, keadaan ibadah klien sebelum sakit dan

sesudah nifas.

12. Pengetahuan Klien dan Keluarga Mengenai:

a. Immunisasi

b. Perawatan payudara

c. Teknik pemberian ASI

d. KBi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri /ketidaknyamanan b/d Agens cidera fisik

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan mobilitas fisik

3. Resiko infeksi b/d trauma jaringan/luka post Sectio caesar

27
4. Kecemasan berhubungan Dengan Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian,

perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

5. Ketidakefektifan pemberian ASI b/d Pengeluaran asi yang belum

lancar.

28
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi

1. Nyeri /ketidaknyamanan b/d - Pain Level, Manajemen nyeri


Agens cidera fisik - pain control, Observasi :
- comfort level Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, karakterisik,
keperawatan selama.... Pasien tidak mengalami durasi, frekuensi, kualitas dan
nyeri, dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab - Identifikasi skala nyeri
nyeri, - Identifikasi respon nyeri
 mampu menggunakan tehnik Terapeutik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Berikan teknik non farmakologis
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Kontrol lingkungan yang memperberat
menggunakan manajemen nyeri nyeri

 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Fasilitasi istirahat dan tidur

frekuensi dan tanda nyeri) Edukasi

 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Jelaskan strategi menghilangkan nyeri

berkurang - Anjurkan teknik non farmakologis

29
 Tanda vital dalam rentang normal - Kolaborasi penggunaan analgetik
2. Intoleransi aktifitas - Energi konservation Manajemen energy
berhubungan dengan nyeri - Aktiviti tolerance Observasi
,mobilitas fisik - Self care: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kriteria hasil: yang menagkibatkan kelelahan
 Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa - Monitor kelelahan fisik dan emosional
disertai peningkatan tekanan darah, nadi - Monitor pola jam tidur
dan RR Aktiviti terapi - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
 Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi selama melakukan aktivitas
medik dalam merencanakan program Terapeutik :
terapi yang tepat - Sediakan lingkungan yang nyaman
 Bantu klien untuk mengidentifikasi dan rendah stimulus
aktifitas yang mampu dilakukan - Lakukan rentang gerak pasif dan aktif

 Bantu untuk memilih aktifitas konsisten - Berikan aktivitas distraksi yang

 Mampu melakukan aktifitas sehari-hari menenangkan

(ADLS) secara mandiri Edukasi :

 Tanda-tanda vital normal Energi - Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan aktivitas secara
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa
bertahap

30
bantuan alat Kolaborasi :
 Status respirasi: pertukaran gas dan - Kolaborasi dengan gizi tentang cara
fentilasi adekuat meningkatkan asupan makanan
3. Resiko infeksi b/d trauma Setelah dilakukan asuhan keperawatan … jam Pengontrolan infeksi
jaringan/luka post sc tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien Observasi :
dengan KH: - Monitor tanda dan gejala infeksi
 Tidak ada tanda-tanda infeksi - Monitor adanya luka
 status imune klien adekuat AL dbn - Kaji suhu pada pasien
Terapeutik :
- Pertahankan teknik aseptik
- Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Inspeksi kulit dan mukosa terhadap
panas, drainase
Edukasi :
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Dorong masukkan cairan

31
- Dorong istirahat
- Kolaborasi penggunaan analgetik
4. Konstipasi b/d Post Sectio Kriteria hasil: Constipation monitor
Caessar  mempertahankan feces lunak setiap1-3  tanda dan gejala,bising usus,feces
hari frekuensi,volume,kosultasi dengan
 bebas dari ketidaknyamanan dan dokter tentang pendekatan dan
konstipasi penurunan bising usus
 mengidentifikasi indikator untuk  identifikasi faktor penyebab dukung
mencegah  intake cairan pantau tanda dan gejala
 konstipasi feces lunak den berbentuk  konstipasi memantau bising usus
 jelaskan etiologi masalah untuk
tindakan kepada pasien
 menyusun jadwal ke toilet mendorong
 meningkatkan asupan
5. Ketidakefektifan pemberian Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang Manajemen pengeluaran asi
ASI b/d Pengeluaran asi yang proses / situasi menyusui, mendemonstrasikan Observasi
belum lancar. teknik efektif dari menyusui, menunjukkan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kepuasan regimen menyusui satu sama lain. KH: menerima informasi

32
 Agar klien mampu menyusui bayinya - Identifikasi tujuan atau keinginan
dengan cara baik dan air susu ibu keluar menyusui
banyak dan lancer. Terapeutik :
- Sediakan materi dan pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Dukung ibu dalam meningkatkan
kepercayaandiri dalam menyusui
Observasi
- Berikan konseling menyusui
- Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
dan bayi
- Ajarkan perawatan payudara post
partum
- Ajarkan posisi menyusui dan
perlekatan dengan benar.

33
BAB III

PENGKAJIAN POST PARTUM

Data umum klien

1. Initial klien : NY.F Initial suami : Tn.A

2. Usia : 25 th Usia : 26 th

3. Status perkawinan : Kawin Status perkawinan : Kawin

4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang

5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Keluhan utama :

Pasien masuk ke igd pada tanggal 07 januari 2020, pukul 04.00 WIB,

dengan pecah ketuban sebanyak ± 500cc dan pecahnya dirumah.

Pada pengkajian dilakukan pasien mengatakan pemeriksaan kehamilan

pada usia kehamilan di usia 2 bulan s/d usia 9 bulan, pemeriksaan TTV : TD:

133/88mmHg Suhu : 36,5ºC Nadi : 78x/menit RR: 20x/menit. HPHT : 27-03-

2019 TF : Tiga jari diatas pusat dan Pembukaan 4cm, serta Pemeriksaan lakmus :

Tidak dilakuan ,Anemis : tidak ada

Riwayat kehamilan saat ini :

Klien post op sc dengan indikasi KPD yang anastesi spinal selama ± 1 jam

lamanya, klien mengatakan nyeri yang timbul karena ada luka sayatan pada

abdomen bekas operasi yang nyerinya terasa tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 4.

34
Dan klien juga mengatakan masih keluar lendir bercampur darah merembes di

vagina yang berwarna keruh .dengan bau yang khas dan amis, sulit bergerak

karena luka operasi, klien mengatakan tidak tidak tau bagaimana cara merawat

luka, klien mengatakansemua aktivitas dibantu keluarga,,klien mengatakan luka

belum kering, klien mengatakan masih lemas, kilen mengatakan ASI masih

belum keluar. Klien mengatakan sulit tidur, klien mengatakan sering terjaga

tengah malam, klien mengatakan istirahat tidak cukup,klien mengatakan tidak

nyaman.

Klien tampak ada balutan di bekas operasi, klien tampak meringis

kesakitan memegang abdomen, klien tampak dibantu aktivitas dibantu

keluarga,klien tampak berbaring ditempat tidur, klien tampak lemah, payudara

klien masih padat, luka pasien masih belum kering. TTV : TD: 122/85mmHg

Suhu : 36,5ºC Nadi : 78x/menit RR: 20x/menit. Klien tampak kurang nyaman,

klien mengatakan kurang istirahat, klien tampak terjaga tengah malam

1. pemeriksaankehamilan : pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 2

bulan sampai 9 bulan.

2. Masalah kehamilan :inpartu + Ketuban pecah pada tanggal 7 januari 2020,

pukul 04:00 WIB, sebanyak ± 500cc dan pecahnya dirumah.

35
Riwayat persalinan

Jenis Persalinan Jenis Kehamilan Perdarahan Masalah dalam persalinan

SC Perempuan Normal Resiko Infeksi luka

Tanggal: 08-01- BB: 3,1grm (pedarahan

2020 PB: 50cm terjadi pada

Pukul : saat operasi

13:00Wib sebanyak

±500cc)

Riwayat ginekologi

1. Masalah Ginekologi : klien mengakan tidak ada penyakit penyerta pada

saat hamil.

2. Riwayat KB : Ny.F tidak memiliki riwayat penggunaan alat

kontrasepsi/KB, karena Ny.F baru menikah dan baru hamil yang pertama.

36
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status obstretik : P1A0 post sc dengan KPD

Keadaan
 Keadaan Umum: Sedang
 Kesadaran : ComposMentis (CM)
 BB : 61 Kg
 TB : 157 Cm
Tanda vital
 Tekanan darah : 122/85 mmHg
 Nadi : 90 x / i
 Pernafasan : 20 x / i
 Suhu : 36,7 C

1. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala: Keadaan rambut bersih, rambut berwarna hitam, tidak ada

terdapat pembengkakan pada kepala

Mata : simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva berwarna

merah muda, slera berwarna putih,tidak ada edema valpebra

Hidung: keadaan lubang hidung bersih, tidak ada terdapat serumen dalam

lubanghidung, tidak ada terdapat polip

Mulut : keadaan umum mulut bersih, gigi pasien lengkap, tidak ada

karier pada gigi

37
Telinga : daun telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak ada

terdapatserumen pada telinga, lubang telinga tampak bersih,

dan pendengaran klien baik

Leher: saat diraba tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan

kelenjar tiroid

Dada

Jantung : I : Arteri carotis normal, tidak terdapat distensi vena jugularis

P : Ictus cardis tidak teraba

P : tidak terdapat nyeri tekan/lepas, letak IC ada pada spatium

intercostal V sebelah medial linea midklavikularis sinistra

A : suara jantung vesikuler, irama teratu

Pernapasan

Paru : I :Bentuk dada simetris, pengembangan dada sama, pola nafas

teratasi

P : premitus sama kiri dan kanan, tidak ada kelainan yang

ditemui

P : Sonor diseluruh lapangan paru

A : Irama teratur, tidak ada suara tambahan yang ditemui

Payudara :

38
I : Payudaratampak bersih, tidak ada abses atau mastitispada

payudara.kemudian payudara padat. Kondisi kebersihan mulut

bayi baik, tidak ada kotoran berwarna putih atau

hitam.Pengeluaran ASI : pengeluaran ASI ada namunbelum

terlalu banyak

Putting susu : puting susu menonjol keluar

P: Tidak ada bendungan payudara

Kemampuan menyusui : kemampuan menyusui belum terlihat

karena bayi masihdiperinatologi.

Masalah khusus :Ketidak efektifan pemberian ASI

Abdomen

I : Terdapat balutan bekas operasi dibagian abdomen, jenis luka

baru (basah).

P : Kontraksi uterus bagus, ketika di raba abdomen terasa keras,

tidak ada distensi kandungkemih, tinggi fundus 3 jari di bawah

pusat, terdapat luka, terdapat nyeri timbul karena ada luka

sayatan bekas operasi, luka terlihat basa, tidak ada tanda

kemerahan, Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, dan Lokasi nyeri

pada abdomen, dengan Skala nyeri 4.

P :Timpani

39
A :Bising Usus (+) <5

Masalah khusus:Nyeri akut dan Resiko Infeksi

Perineum dan genital

Vagina : integritas kulit baik, tidak ada edema di sekitar vagina

Perineum : Tidak ada bekas episiotomy karena Ny.F melahirkan

dengan caraoperasi

Kebersihan : vagina dan perineum klien bersih, karena dilakukan

vulva hygiene setiap hari

Lokia : Jumlah : sedikit, jenis lokia adalah rubra ±100cc

Jenis/warna : merah kehitaman

Konsistensi : sedikit kenyal

Hemorhoid : tidak ada terdapat hemoroid

Masalah khusus : tidak ada terdapat masalah khusus

Ekstremitas atas :

Tidak ada edema pada ekstremitas atas, terpasang IUFD RL 20 tts/m

40
Ekstremitas bawah

Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas karena nyeri dibagian bekas

operasi dan masih beddres, pasien tampaksedikit lemah dan terbaring

ditempat tidur, ADL dibatu keluarga

Masalah Khusus : Intoleransi Aktifitas

Eliminasi urin dan BAB

Urin :Kebiasaan BAK : ±1500 sehari

Kebiasaan BAB : 1 x dalam sehari

BAB saat ini : belum BAB , konstipasi :tidak

Masalah khusus: tidak ada masalah pada eliminasi

Istirahat dan kenyamanan

Pola tidur: Ny.F tidur 7 jam dalam sehari, setelah dirawat sering terbangun

dan kurang dari 7jam yaitu 4jam.

Masalah : Gangguan pola tidur

Mobilisasi dan latihan

Tingkat mobilisasi :Tingkat mobilisasi pasien masih kurang karena

nyeri operasi dan masih baddres , ADL masih

perlu dibantu oleh keluarga, latihan mika/miki

masih di anjurkan.

41
Nutrisi dan cairan: Nafsu makan klien bagus, klien menghabiskan 1 porsi

makan yang disediakan oleh Rumah Sakit , asupan

cairan cukup 7 gelas sehari

Keadaan mental

Adaptasi psikologis : adaptasi psikologis klien baik, pasien berada di tahap

adaptasi psikologis pre taking in.

Penerimaan terhadap bayi: klien dan keluarga sangat senang

dengankehadiran bayi

Masalah khusus : tidak ada terdapat masalah khusus

Obat-obatan :

`No Nama Obat Fungsi obat Dosis Cara pemakaian Freku Tgl

. ensi Pemberian

1. Ceftriaxone Ceftriaxone adalah 1gr IV 1x 7-01-2020

obat yang

digunakan untuk

mengatasi berbagai

infeksi bakteri. Obat

ini bekerja dengan

cara menghambat

pertumbuhan

bakteri atau

42
membunuh bakteri

dalam tubuh.

2. B complek bermanfaat untuk 500gr Oral 2x1 9/10/12-

mengatasi masalah 01-20

saraf di tubuh

dengan harga tidak

terlalu mahal dan

efek yang diberikan

cukup maksimal.

3. Paracetamol 500gr Oral 3x500 9/10/12-


adalah obat untuk
01-20
penurun demam dan

pereda nyeri, seperti

nyeri haid dan sakit

gigi. Paracetamol

tersedia dalam

bentuk tablet 500

mg dan 600 mg,

sirup, drop,

suppositoria, dan

infus.

Paracetamol bekerja

dengan cara

43
mengurangi

produksi zat

penyebab

peradangan, yaitu

prostaglandin.

Dengan penurunan

kadar prostaglandin

di dalam tubuh,

tanda peradangan

seperti demam dan

nyeri akan

berkurang.

4. Cefixime 200gr Iv 2x1 9/10/12-


antibiotik untuk
01-20
mengobati infeksi

bakteri pada telinga,

saluran pernapasan,

dan infeksi saluran

kemih. Obat minum

ini berisi cefixime

trihydrate dalam

bentuk tablet dan

44
sirup.

Obat cefixime akan

menghambat

perkembangbiakan

bakteri, tetapi tidak

dengan virus. Oleh

karena itu, cefixime

tidak diperlukan

untuk mengobati

infeksi virus, seperti

flu.

Hasil pemeriksaan penunjang :

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. HB 12,8 g/Dl 12.0 – 16.0

2. Leukosit 16,82 10ᶺ3/uΊ 5000 – 10.00mm3

3. Eritrosit 5,03 10ᶺ3/uΊ 500.000 – 4,6 jt

4. Hemaktokrit 37,7% 38-46 %

5. Trombosit 294 10ᶺ3/uΊ 150.000 – 400.000

45
Rangkuman hasil pengkajian

Masalah Keperawatan :

 Nyeri akut

 Ketidakefektifan pemberian asi

 Intoleransi aktivitas

 Resiko infeksi

 Gangguan pola tidur

Rencana pulang

Dari IGD pasien masuk keruang KB tindakan untuk di persiapkan keruang

Ok dan di observasi, setelah itu masuk keruang operasi untuk tindakan SC,

selanjutnya pemulihan lalu dipindahkan kekamar perawatan, pada saat di ruang

rawatan pasien mendapankan perawatan mulai dari perwatan ibu pada saat

perawatan perinium, perawatan payudara, pemberian pendidikan kesehatan

tentang nyeri, pemberian ASI yang baik, nutrisi pada ibu menyusui,demonstrasi

perawatan payudara serta perawatan pada bayi, memandikan bayi dan perawatan

tali pusat. Pada saat pemberian pendidikan kesehatan di berikan juga lift pada

masing-masing materi lalu dalam kurun waktu 2-3 hari jika keadaan pasien

membaik, maka pasien dianjurkan untuk pulang

46
ANALISA DATA

MASALAH ETIOLOGI

NO. DATA KEPERAWATAN

1. DS : Nyeri akut Adanya luka bekas

- Pasien mengatakan operasi

nyeri pada bekas

operasi.

DO :

- Pasien tampak luka

post.op di bagian

perut

- Pasien tampak

meringis kesakitan

- Nyeri

P : penyebab nyeri timbul

karena ada luka

sayatan bekas operasi

Q : Nyeri terasa seperti

tertusuk-tusuk

R : Lokasi nyeri pada

abdomen

S: Skala nyeri 4

47
T: Nyeri terasa secara

berkala/hilang

timbul.

- TD : 122/85m

- N: 90x/m

- S: 36,7 ºC

- P : 20x/m

2. DS :

- Pasien mengatakan Resiko infeksi Tindakan

ada invasif/pembedahan

luka post.operasi di

abdomen

- Pasien mengatakan

luka pada bekas

operasi basah

DO :

- Tampak ada bekas

luka post.op

- TD : 130/80m

- N: 90x/m

- S: 36,7 ºC

- P : 20x/m

48
- Leukosit: 16,82

10ᶺ3/uΊ

3. DS

- Pasien mengatakan Intoleransi aktivitas Efek pembedahan

semua aktivitas terhadap luka post

dibantu operasi

oleh keluarga

- Pasien mengatakan

sulit beraktivitas

karena belum bisa

beraktifitas maximal

kerena perbaikan

sayatan ± 2 jam post

op

- Pasien mengatakan

badan lemah

DO :

- aktivitas klien

tampak

dibantu keluarga

- Klien tampak ada

bekas sc dan spinal

49
- Pasien tampak hanya

berbaring ditempat

tidur

- Pasien tampak lemah

- TD : 122/85m

- N: 90x/m

- S: 36,7 ºC

- P : 20x/m

4. DS :

- klien mengatakan asi Ketidakefektifan Pengeluaran asi

masih belum keluar pemberian asi belum lancar

- klien mengatakan

payudara padat

DO :

- asi klien tampak

belum lancar keluar

- payudara klien

tampak padat

5. DS: Hambatan

- klien mengatakan Gangguan pola tidur lingkungan (mis:

sulit tidur bau tidak

- Klien mengatakan sedap,jadwal

50
sering terjaga tengah pemantauan, suhu

malam dan kurang lingkungan,

nyaman kebisingan, dll).

- Klien

mengatakanistirahat

tidak cukup

DO :

- klien tampak lemah

- Klien tampak kurang

istirahat

- Klien tampak kurang

nyaman

Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Adanya luka bekas operasi

2. Ketidak efektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplay ASI tidak

cukup

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif/pembedahan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Efek pembedahan terhadap luka

post operasi

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis: bau

tidak sedap,jadwal pemantauan, suhu lingkungan, kebisingan, dll).

51
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.F Ruangan : Siti

Aisyah

No.MR : 342216

No. Diagnosa keperawatan Luaran Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri

dengan Adanya luka keperaatan selama 1x24 Observasi :

bekas operasi jam, nyeriyang dirasakan - Identifikasi lokasi,

dapat berkurang dari skala 4 karakterisik, durasi,

menjadi skala 2 frekuensi, kualitas dan

K.H : intensitas nyeri

- Klien mampu - Identifikasi skala nyeri

mengontrol nyeri - Identifikasi respon

- klien mampu mengenali nyeri

nyeri (skala, intensitas, Terapeutik

frekuensi, dan tanda - Berikan teknik non

nyeri) farmakologis

- Ttv batas normal - Kontrol lingkungan

yang memperberat

nyeri

- Fasilitasi istirahat dan

tidur

52
Edukasi

- Jelaskan strategi

menghilangkan nyeri

- Anjurkan teknik non

farmakologis

- Kolaborasi penggunaan

analgetik

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pengontrolan infeksi

berhubungan dengan keperaatan selama 1x24 Observasi :

Tindakan jam, infeksi tidak terjadi - Monitor tanda dan

invasif/pembedahan Tujuan : gejala infeksi

Infeksi tidak terjadi - Monitor adanya luka

KH : - Kaji suhu pada pasien

- Klien dapat Terapeutik :

mengontrol resiko - Pertahankan teknik

infeksi aseptik

- Klien bebas dari - Cuci tangan setiap

tanda dan gejala sebelum dan sesudah

infeksi tindakan

- Tingkatkan intake

nutrisi

- Inspeksi kulit dan

53
mukosa terhadap

panas, drainase

Edukasi :

- Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan

gejala infeksi

- Dorong masukkan

cairan

- Dorong istirahat

- Kolaborasi penggunaan

analgetik

3. Intoleransi aktivitas Tujuan : Manajemen energy

berhubungan dengan - Klien dapat Observasi

Efek pembedahan beraktivitas seperti - Identifikasi gangguan

terhadap luka post biasa fungsi tubuh yang

operasi KH : menagkibatkan

- Berpartisipasi dalam kelelahan

aktivitas fisik - Monitor kelelahan fisik

tampak disertai dan emosional

peningkatan tekanan - Monitor pola jam tidur

darah, nadi dan RR - Monitor lokasi dan

- Mampu melakukan ketidaknyamanan

54
aktivitas sehari-hari selama melakukan

(ADL) secara aktivitas

mandiri Terapeutik :

- Sediakan lingkungan

yang nyaman dan

rendah stimulus

- Lakukan rentang gerak

pasif dan aktif

- Berikan aktivitas

distraksi yang

menenangkan

Edukasi :

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan

aktivitas secara

bertahap

Kolaborasi :

- Kolaborasi dengan gizi

tentang cara

meningkatkan asupan

makanan

55
4. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Observasi

pemberian asi keperawatan selama 1x24 - Identifikasi kesiapan

berhubungan dengan pemberian asi diharapkan dan kemampuan

pengeluaran asi yang lancar. menerima informasi

belum lancar K.H : - Identifikasi tujuan atau

- pada saat menyusui keinginan menyusui

perlekatan bayi pada Terapeutik :

payudara ibu meningkat - Sediakan materi dan

- tetesan/pancaran asi pendidikan kesehatan

meningkat - Jadwalkan pendidikan

- suplai asi adekuat kesehatan

meningkat - Berikan kesempatan

untuk bertanya

- Dukung ibu dalam

meningkatkan

kepercayaandiri dalam

menyusui

Observasi

- Berikan konseling

menyusui

- Jelaskan manfaat

menyusui bagi ibu dan

bayi

56
- Ajarkan perawatan

payudara post partum

- Ajarkan posisi

menyusui dan

perlekatan dengan

benar.

5. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan

berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 Observasi:

hambatan lingkungan pemberian asi diharapkan - Identifikasi kesiapan

(mis: bau tidak lancar. dan kemampuan

sedap,jadwal K.H : menerima informasi

pemantauan, suhu - keluhan sulit tidur Terapeutik:

lingkungan, kebisingan, meningkat - Sediakan materi dan

dll). - sering terjaga tengah pengaturan aktivitas

malam menurun dan istirahat

- istirahat tidak cukup - Jadwalkan pemberian

menurun pendidikan kesehatan

- Berikan kesempatan

pasien untuk bertanya

Edukasi

- Jelaskankan pentingna

melakukan aktivitas

57
fisik/olaraga secara

rutin

- Ajarkan cara

mengidntifikasi

kebutuhan istirahat

- Anjurkan menyususn

jadwal aktivitas dan

istirahat

- Ajarkan cara

mengidentifikasi target

dan jenis aktivitas

sesuai kemampuan.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Diagnosa Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi

1. Nyeri Kamis/09-1- - Monitor vital sign S:

2020/11.00 - Melakukan - Pasien

pengkajian Mengatakan

nyeri secara Nyeri Masih

komperehensif Terasa

- Mengobservasi reak
O:

58
si non verbal dari - Pasien Tampak

ketidaknyamanan Meringis

- Mengontrol - Skala Nyeri 4

lingkungan - Td : 122/85

yang dapat Mmhg

mempengaruhi nyeri - N : 77x/I

- Mengajarkan teknik - Rr : 20x/I

non farmakologis - S : 36,5

- Berkolaborasi A : Nyeri

penggunaan P : Manajemen Nyeri

analgetik

Resiko
2 Kamis/09-1- - Memonitor tanda S :

infeksi
2 2020/11.00 dan gejala infeksi - Pasien Mengatakan

- Memonitor Masih Belum

kerentanan terhadap Memahami

infeksi Tanda Dan Gejala

- Membatasi Infeksi

pengunjung
O:
- Mengajarkan pasien
- Pasien Masih
dan keluarga tanda
Tampak Bingung
dan gejala infeksi
A : Masalah Belum
- Mengajarkan cara

59
menghindari infeksi Teratasi

- Mencuci tangan P:Intervensi dilanjutkan

sebelum dan

sesudah tindakan

keperawatan

- Memberikan

antibiotik sesuai

anjuran dokter

Intoleransi Kamis/09-1- - Membantu pasien S:

aktivitas 2020/11.00 mengidentifikasi - Pasien Mengatakan

aktifitas yang Masih Belum Bisa

mampu dilakukan Beraktifitas Karena

- Membantu pasien Luka Post.Op,

untuk melakukan Masih Terasa Sakit,

aktifitas Tapi Untuk Mika

- Menganjurkan Miki Sudah Mulai

pasien mengubah Dilakukan

posisi atau duduk


O:
- Memberikan
- Pasien tampak
motivasi pada pasien
mengubah posisi
agar bias melakukan
tidur
aktivitas sendiri

60
- A : Intoleransi aktivitas

P : Manajemen energy

Nyeri Jum’at/10-1- - Melakukan S:

2020/18.00 pengkajian - Pasien Mengatakan

nyeri secara Nyeri sudah

komperehensif mulaiberkurang

- Mengobservasi reak O:

si non verbal dari - Pasien Tampak

ketidaknyamanan Meringis

- Mengontrol - Skala Nyeri 2

lingkungan - Td : 119/86

yang dapat Mmhg

mempengaruhi nyeri - N : 77x/i

- Mengajarkan teknik - Rr : 20x/i

non farmakologis - S : 36,5

- Berkolaborasi A : Nyeri

penggunaan P : Manajemen Nyeri

analgetik

Resiko Jumat, - Monitor vital sign S:

infeksi 10/01/2020 - Memonitor tanda - Pasien

18:00 dan gejala infeksi Mengatakan

61
- Memonitor sudah mulai Me

kerentanan terhadap mahami

infeksi Tanda Dan Gejala

- Membatasi Infeksi

pengunjung
O : Pasien sudah
- Mengajarkan pasien
tidak Bingung
dan keluarga tanda
lagi
dan gejala infeksi
A : Masalah sudah
- Mengajarkan cara
Teratasi
menghindari infeksi
P: Pasien sudah diboleh
- Mencuci tangan
pulang
sebelum dan

sesudah tindakan

keperawatan

- Memberikan

antibiotik sesuai

anjuran dokter

Intoleransi Sabtu, - Membantu pasien S:

aktivitas 11/01/2020 mengidentifikasi - Pasien

10:00 aktifitas yang Mengatakan

mampu dilakukan sudah Bisa

- Membantu pasien Beraktifitas

untuk melakukan

62
aktifitas secara bertahap

- Menganjurkan
O:
pasien mengubah
- Pasien tampak
posisi atau duduk
mengubah posisi
- Memberikan
tidur
motivasi pada
- Pasien sudah
pasien agar bias
mulai berjalan
melakukan
kekamar mandi
aktivitas sendiri
A : masalah teratasi
-
P : pasien dibolehkan

pulang

Nyeri Sabtu, - Monitor vital sign S:

11/01/2020 - Melakukan - Pasien

pengkajian Mengatakan

nyeri secara Nyeri sudah

komperehensif mulai berkurang

- Mengobservasi re
O:
aksi
- Pasien tampak
non verbal dari
tidak Meringis
ketidaknyamanan
lagi
- Mengontrol
- Skala Nyeri 2

63
lingkungan - Td : 121/76

yang dapat Mmhg

mempengaruhi - N : 75x/i

nyeri - Rr : 20x/i

- Mengajarkan - S : 36,1

teknik non A : Nyeri

farmakologis P : Manajemen Nyeri

- Berkolaborasi

penggunaan

analgetik

- Memonitor tanda S :

dan gejala infeksi - Pasien

- Memonitor Mengatakan

kerentanan sudah mulai Me

terhadap infeksi mahami

- Membatasi Tanda Dan Gejala

pengunjung Infeksi

- Mengajarkan
O:
pasien dan
- Pasien sudah
keluarga tanda
tidak Bingung
dan gejala infeksi
lagi
- Mengajarkan cara

64
menghindari A :Masalah sudah

infeksi Teratasi

- Mencuci tangan P : Pasien rencana pulang

sebelum dan

sesudah tindakan

keperawatan

- Memberikan

antibiotik sesuai

anjuran dokter

Intoleransi Sabtu,11/01/2 - Membantu pasien S:

aktivitas 020 mengidentifikasi - Pasien

aktifitas yang Mengatakan

mampu dilakukan sudah Bisa

- Membantu pasien Beraktifitas

untuk melakukan secara bertahap

aktifitas
O:
- Menganjurkan
- Pasien tampak
pasien mengubah
mengubah posisi
posisi atau duduk
tidur
- Memberikan
- Pasien sudah
motivasi pada
mulai berjalan
pasien agar bias
kekamar mandi
melakukan

65
aktivitas sendiri A : masalah teratasi

P : pasien rencana pulang

Pemberian Sabtu. - Monitor vital sign S:

ASI 11/01/2020 - Melakukan - Pasien

10:00 pengkajian cara Mengatakan

pemberian ASI sudah Bisa

- Mengobservasi re mengeluarkan asi

aksi sedikit demi

non verbal dari sedikit

ketidaknyamanan
O:
- Mengontrol
- Pasien tampak
lingkungan
mengubah posisi
yang dapat
menyusui dan
mempengaruhi
melancarkan asi
pengeluaran ASI
dengan benar
- Mengajarkan
A : masalah teratasi
teknik pemberian
P : pasien rencana pulang
ASI

- Berikan konseling

menyusui

- Jelaskan manfaat

menyusui bagi

66
ibu dan bayi

- Ajarkan

perawatan

payudara post

partum

- Ajarkan posisi

menyusui dan

perlekatan dengan

benar.

Intoleransi Sabtu - Jelaskankan S:

aktivitas ,11/01/2020 pentingyna - Pasien

10:00 melakukan pola Mengatakan

tidur yang cukup sudah Bisa

serta aktivitas Beraktifitas

fisik/olaraga secara bertahap

secara rutin
O:
- Ajarkan cara
- Pasien tampak
mengidntifikasi
mengubah p
kebutuhan
osisi tidur
istirahat yang
A : masalah teratasi
cukup
P : pasien rencana pulang
- Anjurkan

menyusun jadwal

67
aktivitas dan

istirahat

- Ajarkan cara

mengidentifikasi

target dan jenis

aktivitas sesuai

kemampuan.

68
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. F selama 3

hari, yaitu pada tanggal 9 januari hingga 12 januari 2020dengan

diagnoseSectio Caesar dengn indikasi ketuban pecah dini (KPD) diruang

rawat Siti Aisyah di RS Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi. Beberapa hal yang perlu

di bahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus keperawatan tersebut,

kelompok telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses

asuhan keperawatan pada klien dengan Striktur Uretra sesuai dengan teori-

teori yang ada.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2010) di RSUD Dr.

Moewardi tentang asuhan keperawatan post Sectio Caesar yang menyatakan

bahwa salah satu indikasi dilakukan persalinan tindakan adalah indikasi

ketuban pecah dini. Dimana ketuban pecah sebelum proses persalian

berlangsung yang disebabkan karena berkurangya kekuatan membran atau

meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya

kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berassal dari vagina

dan serviks (Saifuddin 2015)..

Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh

mana keberhasilan yang dicapai akan di uraikan sesuai dengan prosedur

69
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

4.1 Tahap Pengkajian

Didalam tahap pengkajian kami melakukan wawancara langsung pada pasien

di ruangan Rawatan Siti Aisyah . Pengkajian diawali dari pengumpulan data

tentang identitas pasien, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa

lalu, riwayat kesehatan keluarga, kebiasaan hidup sehari-hari, daerah tempat

tinggal. Selama pasien dirawat dirumah sakit dilakukan pengkajian yang

meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual. Selain itu juga didukung oleh data

yang ada dalam catatan keperawatan/studi dokumentasi yang mendukung

pengkajian.Saat pengkajian pada Tn. S, penulis tidak mendapatkann

hambatan, karena pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif.

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan suatu keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan >

4 cm ( fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh

sbelum waktunya melahirkan KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi

lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirnya. ( Nugroho, 2012)

Menurut Nugroho (2012), tanda terjadinya KPD adalah keluarnya cairan

ketuban pecah yang merembes melalui vagina . aroma air ketuban berbau

amis dan tidak seperti bau amoniak. Cairan masih merembes atau menetes,

dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, demam bercak vagina yang

banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat.

70
Dari kasus yang ditemui pada Ny. F, dengan indikasi (KPD) Ny. F

mengatakan pemeriksaan usia kehamilan di usia 2 bulan, mengeluh nyeri

dibagian perut bawah yang timbul karena sayatan pada abdomen bekas operasi

yang nyerinya terasa tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 4, klien mengatakan

masih keluar cairan yang merembes melalui vagina yang berwarna keruh,

dengan bau yang khas dan amis, sulit bergerak karena luka operasi,klien

mengatakan tidak tahu bagaimana cara merawat luka, klien mengatakan

semua aktivitas dibantu keluarga, klien mengatakan luka belum kering, klien

mengatakan masih lemas, klien mengatakan ASI masih belum keluar. Klien

tampak ada balutan dibekas operasi, klien tampak meringis kesakitan, klien

tampak aktivitasnya dibantu dengan keluarga, klien tampak berbaring

ditemapat tidurnya klien tampak lemah, payudara klien masih pada, klien

mengatakan sulit tidur. Dari hasil TTV: TD: 122/85 mmHg, N: 90x/Menit, S:

36,7 C, R: 20x/menit. HPHT 27-03-2019, TFU: tiga jari diatas pusat dan

pembukaan 4 cm, Jadi analisa dari pengkajian teori dengan kasus didapatkan

tidak ada perbedaan yang signifikan.

4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian dari satu kasus yang dipaparkan pada BAB

sebelumnya, didapatkan data subjektif dan objektif yang mengarah semua

masalah keperawatan pada teori yang ada dialami oleh satu pasien tersebut.

Beberapa tanda gejala dan pemeriksaan mengarah pada 5 masalah

keperawatan tersebut. Tanda gejala diatas bisa muncul pada pasien penderita

Post sectio caessar yang disebabkan oleh perasaan takut terhadap ketidak

71
setujan dan penolakan interpersonal, adanya trauma fisik dan informasi yang

minim. Pada asuhan keperawatan pada Ny. F dengan Secctio Caessar dengan

indikasi ketuban pecah dini (KPD) ini, kami menemukan diagnosa

keperawatan sebagai berikut :

Pada diagosa keperawatan, pada teori di angkat diagnosa keperawatan adalah :

6. Nyeri /ketidaknyamanan b/d Agens cidera fisik

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan mobilitas fisik

8. Resiko infeksi b/d trauma jaringan/luka post Sectio caesar

9. Konstipasi b/d luka Post Sectio Caesar

10. Kecemasan berhubungan Dengan Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian,

perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

11. Ketidakefektifan pemberian ASI b/d Pengeluaran asi yang belum

lancar.

12. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan dilakukan

Sectio Caesar

13. Perubahan proses keluarga b/d perkembangan transisi/peningkatan

anggota keluarga

14. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan pola

minum bayi

Sedangkan diagnosa pada kasus lebih mengarah pada diagnosa

keperawatan Post SC, yang mana kelompok mengangkat diagnosa :

72
1. Nyeri akut berhubungan dengan Adanya luka bekas operasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif/pembedahan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Efek pembedahan

terhadap luka post operasi

4. Ketidakefektifan pemberian asi berhubungan dengan Pengeluaran

asi belum lancar

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan lingkungan

(mis: bau tidak sedap,jadwal pemantauan, suhu lingkungan,

kebisingan, dll).

Hasil penelitian Triwahyuni (2015) tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan post sectio caesarea menyatakan bahwa diagnosa

keperawatan yang didapatkan adalah gangguan rasa nyaman (nyeri), resiko

infeksi dan ansietas.

Jadi analisa diagnosa teori dengan kasus dapat disimpulkan terdapat

perbedaan karena pada teori kelompok mengangkat tentang KPD

sedangkan pada teori kelompok lebih mengarah pada Post SC, karena

salah satu indikasi dilakukan Sectio Caessar adalah pada pasien dengan

KPD.

4.3 Tahap Intervensi

Intervensi yang menjadi fokus analisa dalam perawatan klien yaitu perawatan

pada nyeri dengan pemberian terapi tehnik relaksasi nafas dalam untuk

mengatasi masalah keperawatan nyeri akut. Terapi relaksasi nafas dalam

merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, mengajarkan klien bagaimana

73
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan

nafas secara perlahan, selain dapat mengurangi ketengan otot, teknik relaksasi

nafas dalam juga dapat meningkat ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi

darah (smelzert,2002). Terapi relaksasi nafas dalam ini bertujuan untuk

meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, meningkatkan

efisiensi batuk, mengurangi stres fisik maupun emosional yaiu dapat

menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi kecemasan ( Smelzert& Bare,

2002).

Seperti intervensi yang dilakukan, pemberian tehnik relaksasi nafas dalam

dapat diberikan pada saat klien merasakan nyeri, dan akan lebih efektif jika

diimbangi dengan pemberian analgetik. Tehnik ini diberikan dengan cara

menganjurkan klien pada saat nyeri untuk melakukan tehnik relaksasi nafas

dalam, dengan cara menarik nafas melalui hidung selama 3-5 detik, dan

hembuskan nafas melalui mulut selama 3-5 detik. Cara ini dapat dilakukan

selama 3 hari perawatan.Selain itu tidak adanya kontra indikasi pemberian

teknik relaksasi nafas dalam maka klien dapat diberikan intervensi

tersebut.Jumlah intervensi yang dapat dilakukan setiap dibutuhkan hingga

skala nyeri pasien menjadi berkurang menjadi skala nyeri ringan atau tidak

nyeri.

Perbaikan skala nyeri ini juga didukung oleh pemberian analgetik yang optimal

dimana terlihat dari perhitungan skala nyeri yang sudah menurun.Dari skala

nyeri 5 (sedang) menjadi dengan skala nyeri 3 (ringan).teknik relaksasi nafas

dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini

74
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,

napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas

nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Didukung oleh penelitian Mulyadi (2015) menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi relaksasi nafas dalam

terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi.Berdasarkan

teori, teknik relaksasi napas dalam ini sangat banyak kegunaannya,

salahsatunya adalah untuk pereda nyeri.Sebenarnya banyak latihan pernafasan

yang berbeda, namun untuk mendapatkan maanfaatnya pasien atau penderita

harus melakukanya minimal dua kali sehari atau setiap kali merasakan nyeri,

stress, terlalu banyak pikiran, dan pada saat merasa sakit.Namun yang paling

penting adalah bagaimana kemauan individu untuk melakukannya.Semakin

sering mempraktekkan maka semakin banyak manfaat yang didapat.

Penelitian lain yang mendukung pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap skala

nyeri kepala adalah penelitian Priliana (2014) yang mengemukakan bahwa

teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post op

fraktur femur (p<0,05). Teknik relaksasi mampu mengendalikan hormon

adrenalin dan kortisol sebagai penyebab stress, selain itu teknik relaksasi nafas

dalam juga dapat membantu pasien meningkatkan konsentrasi sehingga dapat

merasa lebih tenang.

75
Permulaannya mahasiswa mahasiswa menjelaskan penyebab kaitanya dengan

kondisi klien saat ini.Kemudian mahasiswa menganjurkan klien untuk

menggunakan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri. Mahasiswa

mencontohkan dengan memberikan simulasi secara loangsung bagaimana cara

melakukan teknik relaksasi dengan benar kepada klien. Mahasiswa juga

mngungatkan kepada klien untuk tidak berfokus pada nyeri serta mengatur

posisi senyaman mungkin.Mahasiswa juga menjelaskan penggunaan teknik

relaksasi nafas dalam tersebut kepada keluarga klien (anak atau istri) klien.

Agar dapat membantu klien jika nyeri timbul pada saat klien dirumah.

4.4 Tahap Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki

perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,

kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi

sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan

advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008)

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan disesuaikan dengan masalah yang

dihadapi Ny. F sehingga masalah tersebut dapat teratasi.

Mengatasi nyeri berhubungan dengan adanya bekas luka operasi.Tindakan

yang dilakukan kelompok yaitumemonitor vital sign, melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

76
kualitas dan faktor presipitasi, mengobservasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan, mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, mengajarkan tentang

teknik non farmakologi, memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri dan

menganjurkan utuk meningkatkan istirahat.

Mengatasi resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.Tindakan yang

dilakukan kelompok yaitumemonitor tanda dan gejala infeksi, memonitor

kerentanan terhadap infeksi, membatasi pengunjung, mengajarkan pasien dan

keluarga tanda dan gejala infeksi, mengajarkan cara menghindari infeksi,

mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan dan

memberikan terapi antibiotik.

Mengatasi intoleransi aktivitas.Tindakan yang dilakukan kelompok

yaitumembantu pasien mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan,

membantu pasien untuk melakukan aktifitas, menganjurkan pasien mengubah

posisi atau duduk dan memberikan motivasi pada pasien agar bisa melakukan

aktivitas sendiri.

4.5 Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Asmadi,

2008).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny. F dengan Post

Sectio Caessar dengan indikasi KPD, hari pertama sampai hari ketiga, kondisi

77
Ny. F sudah memperlihatkan adanya perbaikan namum belum terlalu

signifikan. Ny.Fmasih sedikit merasakan nyeri tapi sudah memahami tentang

tanda-tanda infeksi dan cara menjaga luka agar tetap bersih.

Evaluasi hasil dari diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan adanya

bekas luka operasi Didapatkan data subjectif : pasien mengatakan nyeri sudah

agak berkurang dan data objectif : pasien tampak agak tenang, TD = 120/90

mmHg, S = 36,7., N = 80 x/i, P = 22 x/i.

Evaluasi hasil dari diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan

tindakan invasif/ pembedahan Didapatkan data subjectif : pasien mengatakan

sudah memahami tentang tanda infeksi dan perawatan luka dan data objectif :

pasien bisa menjawab pertanyaan dari perawat.

Evaluasi hasil dari diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas.Didapatkan data

subjectif :pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas seperti berjalan

satu atau dua langkah dan data objectif : pasien tampak berjalan walupun

kadang aktivitas yang lain masih di bantu keluarga.

78
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal senin 9 Januari 2020, Ny. F, klien

mengatakan pemeriksaan usia kehamilan di usia 2 bulan, mengeluh nyeri

dibagian perut bawah yang timbul karena sayatan pada abdomen bekas operasi

yang nyerinya terasa tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 4, klien mengatakan

masih keluar darah di vagina, sulit bergerak karena luka operasi,klien

mengatakan tidak tahu bagaimana cara merawat luka, klien mengatakan

semua aktivitas dibantu keluarga, klien mengatakan luka belum kering, klien

mengatakan masih lemas, klien mengatakan ASI masih belum keluar. Klien

tampak ada balutan dibekas iperasi, klien tampak meringis kesakitan, klien

tampak aktivitasnya dibantu dengan keluarga, klien tampak berbaring

ditemapat tidurnya klien tampak lemah, payudara klien masih pada, klien

mengatakan sulit tidur. Dari hasil TTV: TD: 122/85 mmHg, N: 90x/Menit, S:

36,7 C, R: 20x/menit. HPHT 27-03-2019, TFU: tiga jari diatas pusat dan

pembukaan 4 cm, Diagnosa yang ditemukan pada Ny. F dengan Secctio

Caesar dengan indikasi ketuban pecah dini yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan Adanya luka bekas operasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif/pembedahan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Efek pembedahan terhadap luka

post operasi

79
4. Ketidakefektifan pemberian asi berhubungan dengan Pengeluaran asi

belum lancar

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan lingkungan (mis: bau

tidak sedap,jadwal pemantauan, suhu lingkungan, kebisingan, dll).

Intervensi yang didapatkan pada pasien tersebut yaitu pada tahap

perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan masalah

keperawatan. Dalam memperioritaskan masalah keperawatan dilihat dari

kebutuhan dan kondisi klien pada saat pengkajian. mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam pada pasien. Teknik ini merupakan tindakan untuk

mengurangi nyeri dan mengurangi kecemasan pada pasien. Implementasi

pada tahap ini pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

keperawatanyang telah dibuat dan di dokumentasikan. Yaitu mengajarkan

pasien dalam melakukan tindakan non farmakologi dengan cara tarik nafas

dalam. Evaluasi yang didapatkan yaitu nyeri sudah berkurang dengan skal

nyeri 1, Pasien sudah memahami tentang tanda infeksi dan perawatan luka,

pasien bisa menjawab pertanyaan dari perawat, pasien mengatakan sudah bisa

melakukan aktivitas seperti berjalan satu atau dua langkah dan pasien tampak

berjalan walaupun kadang aktivitas yang lain masih di bantu keluarga

80
5.2 SARAN

1. Penulis

Hasil yang didapat ini dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga

bagi kelompok dari aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif tentang

asuhan keperawatan pada ibu dengan Post Sectio Caessar dengan indikasi

Ketuban Pecah Dini (KPD)

2. Institusi pendidikan

Diharapakan hasil ini dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai

masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang

profesional dalam memberikan asuhan keperawatan,khususnya pada kasus

ibu dengan Post Sectio Caessardengan indikasi Ketuban Pecah Dini (

KPD).

3. Rumah Sakit

Diharapkan bisa sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan terutama

para bidan Di RS Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi dalam memberikan

pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang memuaskan

pada klien Post Sectio Caessar dengan indikasi Ketuban Pecah Dini

(KPD)

81
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. 2008. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Post Sectio Caesaria.

Surakarta : UMS. Astanti. 2006.

Asuhan Keperawatan pada Pasien Sectio Caesaria Atas Indikasi Ketuban Pecah

Dini. Surakarta : Politeknik Kesehatan.

Cindy, dkk. 2009. Sectio Caesaria. http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/secsio-

caesarea-atasindikasi-ketuban.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012 jam 18.30.

Harnawatiaj, 2008. Asuhan Keperawatan Sectio Caesaria.

http:nursingbegin.com/askep.sectio-caesaria.html. Diakses pada tanggal 14 Mei

2012 jam 16.30. Jensen, 2002. Keperawatan Maternitas dan Ginekologi. Jilid 2.

Bandung : VIAPKP.

Mochtar, R. 2000. Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC. Nakita, 2009. Ilmu

Keperawatan. http://emedicine.Medscape.com/articler/26/137-overview.html.

Diakses pada tanggal 15 Mei 2012 jam 18.45. Oxorn. 2008. Fisiologi dan Patologi

Persalinan. Edisi 2. Jakarta : Esentia Medika.

Prawirohardjo. 2005. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Edisi 1. Jakarta : Bina Pustaka.

Prawirohardjo. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI.

82
Saifudin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Trimumpuni, M. A. T. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S P2a0 Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Post Sectio Caesarea Hari Ke-0 Atas Indikasi

Riwayat Post Sectio Caesarea Dan Ketuban Pecah Dini Di Ruang Bougenvil Rsud

Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga (Doctoral Dissertation, Universitas

Muhammadiyah Purwokerto

Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

Wiknjosastro. 1999. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.

83

Anda mungkin juga menyukai