PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah
(Mahmud, 2020). Persalinan dapat diartikan sangat penting bagi seorang ibu
dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan (37-42 minggu). Terdapat dua metode persalinan yaitu persalinan
lewat vaginam yang dikenal persalinan alami dan persalinan caesar atau
dilakukan operasi Sectio Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Angka Kematian Ibu
(AKI) masih sangat tinggi sekitar 810 wanita meninggal akibat komplikasi
terkait kehamilan atau persalinan diseluruh dunia setiap hari, dan sekitar
persalinan dengan metode Sectio Caesarea (SC) pada perempuan usia 10-54
1
2
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia Secara Nasional 2017 dan 2019 tidak
dari Medical Record dalam 2 tahun terakhir bulan Januari sampai dengan
Desember jumlah ibu bersalin dengan tindakan sectio caesaria pada tahun
2021 mencapai 2.055 orang, di tahun 2022 meningkat menjadi 2349 orang.
Ibu (AKI) di Kabupaten Grobogan pada tahun 2021 yaitu 418 per 1.000
kelahiran hidup. Ditahun 2022 angka kematian ibu yaitu 128 per 1.000
kelahiran hidup.
penurunan gangguan dan kematian pada ibu dan janin. Sedangkan dampak
nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko infeksi dan sulit tidur, tetapi dampak
yang paling sering muncul dirasakan oleh klien post sectio caesarea adalah
Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada
operasi sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya
hamil, bersalin, dan gejala masa nifas, yang terdiri atas trias gejala, yaitu
maternal. Oleh sebab itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius
2020)
dalam penyembuhan luka sctio caesarea atau untuk melatih kemandirian ibu
nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat ang berlangsung selama berjam
jam atau bahkan berhari hari. Pemberian analgesik seoerti paracetamol, asam
mefenamat, dan ibu profen biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri pada
4
komplikasi dan ibu bisa segera merawat bayinya. Dampak tidak melakukan
mobilisasi dini post sectio caesarea, sehingga ibu post sectio caesarea perlu
diajarkan tahap tahap mobilisasi dini. Tahap tahap mobilisasi dini diberikan
saat kondisi pasien membaik pada hari ke nol dan 6-8 jam pertama post sectio
caesarea, hal yang perlu disampaikan pada ibu post sectio caesarea adalah
pada enam jam pertama post sectio caesarea belajar mengangkat lengan ,
5
kanan miring kiri, kemudia pada jam 12-24 jam pertama dilatih untuk duduk,
saat pasien sudah bisa duduk lalu diajarkan berlatih berjalan. Pada hari kedua
Pratama, 2020)
pasien takut bergerak dan ragu untuk melakukan aktivitas lain. Dengan
adanya luka post operasi menjadikan pasien cenderung untuk berbaring saja,
dini pada post op sectio Caesarea salah satunya adalah perubahan gerak dan
posisi, ini harus diterangkan pada penderita atau keluarga yang menunggu,
penyembuhan luka dengan mobilisasi miring ke kiri dan dan kekanan (Kasdu
dalam Heryani & Denny, 2017). Berdasarkan latar belakang diatas penulis
tertarik untuk menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan Judul "Asuhan
B. Perumusan Masalah
dengan Fokus Intervensi Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesaria
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesaria Hari Ke-1 dengan
2. Tujuan Khusus
Ny. X
Ny.X.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
b. Penulis dapat menerapkan konsep teori yang ada dengan keadaan yang
pasien selama hamil mungkin sampai dengan tentang Post Sectio Caesar,
sehingga klien dan keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala sewaktu
hamil dan Post Sectio Caesar. Klien dan keluarga juga dapat mengerti
4. Bagi Institusi
Fokus Intervensi Mobilisasi Dini pada Pasien Post Sectio Caesaria dengan
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II
KONSEP TEORI
1. Definisi
dengan peningkatan berat badan diikuti edema pada kaki atau tangan,
mortalitas ibu dan anak terutama sebelum masa usia kehamilan aterm.
darah ≥140/90 mmHg yang terjadi pada masa kehamilan dengan usia
2022)
dikaitkan denagn ibu yang memiliki satus sosial ekonomi yang kurang
kehamilan
2. Klasifikasi Preeklampsia
sebagai berikut :
1. Preeklampsia Ringan
11
b) Edema umum pada kaki, jari tangan, dan muka atau ditandai
2. Preeklampsia Berat
mmHg
c) Oliguria, yaitu jumlah urin yang kadang dari 500 cc/24 jam
pada episgastrium
3. Etiologi
et al, 2016)
12
Wahyuningsih, 2016):
1. Paritas
6. Obesitas.
4. Manifestasi Klinis
1. Hipertensi
2. Odema
harus dicurigai.
13
3. Proteinuria
b) Masalah kesehatan
c) Pandangan kabur
d) Nyeri episgastrium
5. Fisiologi
sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini
a. Uterus
14
b. Vagina
c. Ovarium
(Wiknjosastro, 2006).
d. Payudara
e. Sistem sirkulasi
f. Sistem Respirasi
g. Traktus Digestivus
h. Traktur urinarius
uterus yang membesar seingga ibu lebih sering kencing dan ini
lagi pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun
i. Kulit
6. Patofisiologi
organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak
7. Pathway
Faktor resiko :
Faktor imunologi Tekanan Darah
1. Riwayat keluarga dengan preeklampsia
2. Riwayat tekanan darah tinggi
3. Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya
Perfusi Jaringan
4. Wanita dg gangguan fungsi organ
5. obesitas
Kemampuan
Co2 Adanya lesi Edema paru Edema serebral
fitrasi
Gangguan perfusi
Proteinuria Spasme arterioral
Resiko gawat Dispnea
jaringan janin retina
Protein plasma
dalam tubuh Ketidakefektifan Pandangan kabur
pola nafas
Kekurangan
Gangguan persepsi
volume cairan
sensori penglihatan
19
21
Perubahan fisiologis
Indikasi Sectio Caesarea (SC)
Laktasi Uterus
Perubahan psikologi Anestesi Luka post operasi
Produksi ASI Involusi uterus
(taking in, taking
hold, letting go Mengenai Menghisap Kontraksi usus
Bedrest Perubahan ujung saraf meningkat
saraf simpatis simpatis
Penambahan Ketidakefektifan Lochea
anggota baru Peristaltik Pemberian ASI
usus Kondisi diri
Merangsang
menurun
hormone
Perubahan Keterbatasan Pendarahan
Konstipasi histamine
peran Resiko cidera gerak
meningkat
Hambatan Regenerasi sel
Keterbatasan gerak Perasaan tidak Mobilitas darah merah
Kurang
nyaman Fisik tidak optimal
perawatan
Ketidakmampuan
merawat diri Organisme Vol. Darah
Nyeri HB menurun
patogen kurang
Gangguan
mudah
Defisit pola tidur
berkemban Suplay O2
perawatan Kekurangan dan nutrisi
diri Volume
Resiko Infeksi berkurang
Cairan
Intoleransi
Aktivitas
20
22
8. Komplikasi
pada ibu dan janin menurut (Sarwono dalam Kasnur dkk., 2020):
Pada ibu:
b) Pendarahan intrakrinal
d) Gagal ginjal
f) Edema
Pada Janin :
b) Prematur
c) Sindroma stress
d) Kematian janin
e) Kematian neonatal
f) Pendarahan intraventikular
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
dan trombosit.
23
b. Pemeriksaan Janin
10. Penatalaksanaan
al, 2020) prilaku dan gaya hidup sehat berpengaruh penting dalam
a. Penanganan aktif
2) Pengobatan medis
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg
b. Penanganan Konsevatif
1. Definisi
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atu
dengan berat diatas 5000 gram, melalui sayatan pada dinding uterus
rahim terinspeksi
bayi
jahita tiga lapis. Pada masa modern ini hampir sudah tidak
ini relatif lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacum
5. Histerektomi Caesarea
secepat mungkin.
3. Etiologi
antara lain :
5. Patofisiologi
persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau
pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post SC,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
6. Komplikasi
b. Pendarahan
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan EKG
c. Elektrolit
d. Hemoglobin/hemaktokrit
f. Urinalis
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
2) Priksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
b. Diet
boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
operasi.
d. Pemberian Cairan
f. Penanganan konservatif
1. Definisi
berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan
“Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim
Ambarwati, 2018)
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai
a. Puerperium Dini
setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
minggu
c. Remote Puerperium
1) Uterus
2) Lokhea
keluarnya
a) Lokhea Rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
b) Lokhea sanguinolenta
d) Lokhea alba
3) Perubahan Vagina
4) Perubahan Perineum
tubuh.
c. Perubahan Sistem
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara
lain:
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu
39
pada endometrium.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
3) Tekanan darah
4) Pernafasan
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
(Fatmawati, 2020).
40
2. APGAR Skor
menit pertama dan 5 menit kedua sesudah bayi lahir. Namun penilaian
harus dimulai segera sesudah bayi lahir. Penilaian ini harus dilakukan
pernafasan, denyut jantung atau warna bayi yang tidak sesuai dengan
Tabel 2.1
41
setelah persalinan dan ibu yang menjalani Operasi Sectio Caesarea bisa
yaitu:
pasien.
42
antara lain:
c. Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila
persalinan normal timbul rasa takut untuk buang air kecil, dan
4. Tahap-tahap mobilisasi
caesarea yang diajarkan pada pasien yaitu posisi terlentang kedua lutut
ditekuk dan nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan
involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
terbuka.
involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Indikasi
d. Persiapan alat
Tidak ada
e. Persiapan pasien
f. Prosedur
perawat
e) Mencuci tangan
2) Tahap orientasi
waktu
3) Tahap kerja
yang tenang
47
5-10 kali
24 jam post Sc
4) Mencuci tangan
h. Dokumentasi
respon Pasien
49
1. Pengkajian
a. Identitas Ibu
b. Keluhan utama
c. Riwayat Kesehatan
pasien.
51
d. Riwayat Perkawinan
e. Riwayat Obstetri
persalinan, keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir anak
f. Riwayat kontrasepsi
2) Pola Aktifitas
pasca operasi.
3) Pola Eliminasi
istirahat dan tidur karena adanya kehadiran bayi dan nyeri yang
5) Pola Sensori
yang dilakukan.
pasien.
53
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
apakah ada benjolan atau lesi, dan biasanya pada ibu post partum
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
5) Leher
6) Dada
a. Jantung
b. Paru-paru
7) Payudara
oedema atau tidak, dan pada hari ke-3 post partum, payudara
Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
55
8) Abdomen
9) Genetalia
10) Anus
11) Integumen
12) Ekstermitas
2. Diagnosa Keperawatan
operasi
Penyebab :
neoplasma)
fisik berlebihan)
Subjektif :
1) Mengeluh nyeri
Objektif :
1) Tampak meringis
3) Gelisah
5) Sulit Tidur
Objektif :
5) Menarik diri
7) Diaphoresis
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
5) Glaucoma
hasil :
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Sulit tidur
Intervensi (SIKI)
Observasi
nyeri
59
4) Non verbal
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Penyebab :
2) Perubahan metabolism
3) Ketidakbugaran fisik
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
60
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
16) Nyeri
18) Kecemasan
Subjektif :
Objektif :
Subjektif :
Objektif :
1) Sendi kaku
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
hasil :
4) Nyeri menurun
5) Kecemasan menurun
Intervensi (SIKI)
Observasi
ambulasi
Terapeutik
kruk)
meningkatkan ambulasi
Edukasi
Faktor resiko :
3) Malnutrisi
a) Gangguan peristaltic
c) Perubahan sekresi pH
g) Merokok
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
1) AIDS
2) Luka bakar
4) Diabetes melitus
5) Tindakan invasive
7) Penyalahgunaan obat
9) Kanker
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
hasil :
4) Demam menurun
5) Kemerahan menurun
6) Nyeri menurun
7) Bengkak menurun
8) Vesikel menurun
Intervensi (SIKI )
Observasi:
Terapeutik
lingkungan pasien
Edukasi
G. Metode Penelitian
sebagai berikut.
study kasus.
66
sebelumnya dan biasanya harus dikaji secara runtut dan rinci. Keuntungan
yang paling penting besar dari desain ini merupakan pengkajian secara
runtut dan rinci dapat memiliki jumlah meskipun dari responden sedikit,
secara jelas, misalnya studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
2. Subyek Penelitian
Preeklampsia
4. Fokus Studi
mudah dan hasilnya lebih maksimal atau lebi baik (Saryono, 2010)
a. Stestoskop
b. Sphygmomanometer
a. Wawancara
b. Obsevasi
yang dapat dilakukan penelitian yang dapat mencari perubahan atau hal
68
hal yang akan dirancang atau diteliti. Dalam metodi ini terdapat adanya
7. Etika Penelitian
melindungi hak hak subyek. Dalam penelitian ini peneliti yang dapat
a. Informed Consent
Informed Consent adalah bentuk yang ada persetujuan antara peneliti dan
bertujuan untuk agar subyek yang bisa bisa mengerti maksud dan tujuan
responden.
b. Anonymity
atau mencantumkan namaresponden pada lembar atau alat ukur dan hanya
dapat menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data atau
c. Confidentiality
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. F., Surya, S., & Nurdin, I. (2019). FAKTOR RISIKO KEJADIAN
PREEKLAMSIA DI RSIA SITI Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Akdemika Jurnal UMGO, 8(2), 150–162.
Retrieved from
https://journal.umgo.ac.id/index.php/akademika/article/view/408/241
Ambarwati. (2018). Perinatal ; Masa nifas. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Andarini, S. D., & Wahyuningsih, I. R. (2016). Karakteristik Ibu Bersalin Dengan
Preeklampsia Berat Di RS Dr. Moewardi Surakarta. Infokes: Jurnal Ilmiah
Rekam Medis …, 6(2), 42–47.
Arda, D., & Hartaty, H. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Post Op Section
Caesarea dalam Indikasi Preeklampsia Berat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 10(2), 447–451. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.631
Arofah, S. (2019). APGAR score, Bayi berat lahir re PERBEDAAN NILAI
APGAR SCORE BAYI BERAT LAHIR RENDAH CUKUP BULAN DAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH TIDAK CUKUP BULAN. Scientia
Journal, 8(1), 40–47. https://doi.org/10.35141/scj.v8i1.405
Fatmawati, L. (2020). Keperawatan Maternitas Bayi Baru Lahir. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Gresik, 25.
Heryani, R., & Denny, A. (2017). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. Jurnal Ipteks Terapan, 11(1), 109.
https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i1.661
Kalombeng, A. P., Febrianti, N., & Udiani, N. N. (2022). Post Sectio Caesarea Di
Rsud Undata Provinsi Sulawesi Tengah Pendahuluan Nilai kematian
kehamilan bunda di u proses persalinan melalui pembedahan Badan
kesehatan bumi World Health Organization mengusulkan kalau nilai Di
Indonesia kelahiran dengan Sectio d, 9(2), 162–170.
Kasnur, K., Firdayanti, F., & Rahmadhani, R. (2020). Manajemen Asuhan
Kebidanan Intranatal Berkelanjutan pada Ny “M” dengan Preeklampsia
Berat di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tanggal 15 Oktober – 21
November 2018. Jurnal Midwifery, 2(1), 31–43.
https://doi.org/10.24252/jmw.v2i1.13156
Made Yoga Putra, N. & H. (2015). No TitleÉ?__. Ekp, 13(3), 1576–1580.
Maryanti, S., & Endrike M, F. E. (2019). Karakteristik Ibu Dengan Persalinan
Sectio Caesaria Di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 14(4), 407–410.
https://doi.org/10.35892/jikd.v14i4.293
64
71