Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan normal merupakan proses dari mulai mulesnya ibu sampai

pada keluarnya bayi dengan kondisi kepala dahulu melalui vagina, dengan

lama persalinan kurang dari 24 jam (Whalley, 2008). Proses ini kadang tidak

berjalan semestinya dan janin tidak dapat lahir secara normal karena beberapa

faktor, yaitu komplikasi kehamilan, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama,

ruptur uteri, cairan ketuban yang tidak normal, keadaan panggul. Keadaan

tersebut perlu tindakan medis berupa operasi sectio caesarea (Padilla, et

al.,2008).

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti

memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu

pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka

dinding per ut dan rahim ibu (Todman, 2017; Lia.al, 2010)

Proses persalinan dengan sectio caesarea saat ini mengalami

peningkatan yang cukup besar. Data dari World Health Organization (WHO).

tahun 2008-2009 dari 1000 kelahiran di dunia, sekitar 5-15 % dengan

persalinan sectio caesarea (Kounteya. 2010 dalam fitri. 2011). Angka

kejadian sectio caesarea di indonesia mengalami peningkatan pada tahun

2005 sampai 2006 sebesar 51.59% menjadi 53,68% (Grace, 2007 dalam

Sumelung, dkk tahun 2014) Berdasarkan dari data dari rekam medis Rumah

Sakit Dr.Moewardi Surakarta (2015) tingkat persalinan sectio caesarea dari


tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami penurunan dari 1496 menjadi 98

persalinan sectio caesarea.

Data WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health di 23

negara, menunjukkan tingkat kelahiran caesaria tanpa indikasi medis berkisar

antara 0,01–2,10%, bahkan di China mencapai 11,6% (Suryati, 2012). Di

Indonesia angka kejadian operasi cesar mengalami peningkatan pada tahun

2000 jumlah ibu bersalin dengan operasi cesar 47,22%, tahun 2001 sebesar

45,19 %, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun

2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar

53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan. Survei Nasional

pada tahun 2009, 921.000 persalinan dengan operasi cesar dari 4.039.000

persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (Kemenkes, 2013).

Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan.

Tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea 47,22%, tahun 2001

sebesar 45,19 %, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%,

tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006

sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Grace,

2007). Survei Nasional pada tahun 2009, 921.000 persalinan dengan secti dari

4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, presentase persalinan dengan

Sectio Caesarea di Indonesia masih besar yaitu 15,3% dan 5,5% di Sulawesi

Tenggara. Hasil riskesdas tahun 2013 di indonesia menunjukkan kelahiran

dengan Sectio Casarea sebanyak 9,8% dan 3,3% disulawesi tenggara

(riskesdas,2013).
Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan dirumah sakit

umum Dewi Sartika tahun 2016, jumlah persalinan Sectio Caesarea sebanyak

496 orang (%) dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 679

orang (%).

Persalinan dilakukan dengan jalan pembedahan atau disebut dengan

sectio caesarea apabila dengan indikasi terjadi gawat janin, diproporsi

sepalopelvik, persalinan tidak maju, plasenta previa, prolapus tali pusat, mal

presentase janin, letak lintang (Norwitz & Schorge, 2007 dalam Sumelung

2013).

Tindakan operasi caesar merupakan salah satu tindakan yang hanya

dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan normal atau jika ada

masalah pada proses persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin.

Keadaan yang memerlukan operasi caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir

tertutup plasenta (plasenta previa totalis), persalinan macet, ibu mengalami

hipertensi (preeklamsia), bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta

terjadi pendarahan sebelum proses persalinan. Pada beberapa keadaan,

tindakan operasi caesar ini bisa direncanakan atau diputuskan jauh-jauh hari

sebelumnya (Utama, 2011).

Menurut manuaba (2001) dalam Grace & Nasution (2012) salah satu

konsep dasar perawatan pada masa nifas pasa salin setelah section caesarea

adalah mobilisasi dini. Mobilisasi dini perlu dilakukan secara bertahap, guna

memperepat proses jalannya penyembuhan. Mobilisasi dini meningkatkan

fungsi paru-paru, memperkecil resiko pembentukan gumpalan darah,


meningkatkan fungsi pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar

mulai bekerja lagi

Imobilisasi atau tirah baring dapat menyebabkan penurunan fungsi

sensorik, perubahan emosional atau perilaku, seperti : permusuhan, perasaan

pusing, takut, dan perasaan tak berdaya sampai ansietas ringan bahkan sampai

psikosis; depresi karena perubahan peran dan konsep diri, gangguan pola

tidur karena perubahan rutinitas atau lingkungan, dan perubahan koping.

Imobilisasi yang lama durasinya juga akan mengakibatkan bahaya psikologis

yang semakin besar pada pasien pasca lapaatomi dan secto caesarea (Potter

& Perry, 2010).

Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan

melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan

seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol

dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, selain itu mobilisasi dini suatu

aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk

mempertahankan kemandirian (Wirnata, 2010).

Mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post

operasi sectio untuk mencegah komplikasi. Kemampuan pasien untuk

bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan yang

harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang

maksimal. Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur menbantu mencegah

komplikasi pada sistem pernafasan, kardiovaskular, mencegah dekubitus,

merangsang peristaltic usus dan mengurangi rasa nyeri (Kasdu, 2012).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengangkat

rumusan masalah “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien SC (Sectio

Caesarea) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik Di

RSU Dewi Sartika Kota kendari”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran asuhan keperawatan pasien SC dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari”

2. Tujuan khusus

a) Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas

b) Mengidentifikasi kemampuan melakukan aktivitas pasien melalui

tindakan mobilisasi fisik

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien

dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

2. Manfaat aplikatif

a) Pelayanan keperawatan

Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan

masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

b) Manfaat untuk pasien dan keluarga


Hasil dari penelitian dapat menambah pengetahuan serta

wawasan pasien dan keluarga tentang cara memenuhi kebutuhan

klien khususnya kebutuhan mobilisasi.

c) Manfaat untuk instansi kesehatan

Hasil dari penelitian dapat menambah informasi tambahan

dan referensi oleh pendidik maupun mahasiswa tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan kebutuhan dasar mobilisasi.

Anda mungkin juga menyukai