PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Persalinan sectio caesarea merupakan suatu proses persalinan buatan yang dilakukan
melalui pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding perut dan rahim ibu,
dengan syarat rahim harus dalam keadaan utuh, serta janin memiliki bobot badan di atas
500 gram (Solehati & Kosasih, 2015). Cara melahirkan post Sectio caesaria menguras
lebih banyak kemampuan tubuh dan pemulihannya lebih sulit dibandingkan jika
melahirkan normal. Ibu post Sectio caesaria akan merasakan ketidaknyamanan akibat
jahitan bekas operasi dan akan merasakan nyeri di bagian abdomen (Nolan, 2010).
Luka post sectio saesarea akan mengakibatkan nyeri pada klien. Hal ini menyebabkan
klien post sectio saesarea sangat khawatir untuk bergerak karena rasa sakit yang telah
dirasakan. Klien post sectio saesarea dianjurkan untuk melakukan mobilisasi karena bisa
Menurut Word Healt Organizatin (WHO) pada tahun 2012, dilaporkan bahwa angka
kejadian post sectio saesaria 51,59. Di Indonesia angka kejadian post operasi caesarea
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah ibu bersalin dengan operasi caesarea
sejumlah 60,22%, pada tahun 2011 sebesar 65,19 %, tahun 2012 sebesar 69,22%. Survei
Nasional pada tahun 2015, 951.000 persalinan dengan operasi caesarea dari 4.039.000
persalinan atau sekitar 23,8% dari seluruh persalinan (Kemenkes, 2015). Penulis
mendapatkan data di RS Panti Waluya Malang dalam bulan Januari sampai bulan
Pada ibu yang melakukan sectio saesarea, dapat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
janin dan faktor ibu. Faktor janin terdapat bayi terlalu besar kelainan letak janin, kelainan
tali pusat dan bayi kembar, faktor plasenta. Sedangkan yang terjadi dalam faktor ibu
jumlah anak yang di lahirkan penghambat jalan lahir, keadaan panggul penghambat jalan
lahir kelainan kontraksi lahir. Sehingga harus melakukan sectio saesarea (Apriansah,
dkk. 2014). Post sectio saesarea biasanya yang di keluhkan nyeri pada di area insisi dan
sulitnya untuk melakukan mobilisasi karena adanya bekas luka jahitan di bagian
abdomen.
Berdasarkan fenomena yang ditemui oleh peneliti pratik pada tanggal 23 Juni 2017 di
Ruang AP rumah sakit Panti Waluya Malang yaitu terdapat tiga orang dewasa berusia 27,
29, 30 tahun dengan dilakukan sectio caesarea. Peneliti melakukan pengajian pasien
dengan sulitnya untuk melakukan mobilisasi karena adanya insisi di bagian abdominal
dan adanya rasa nyeri yang di rasakan klien. Dan klien harus melakukan mobilisasi
Mobilisasi pasca sectio saecarea dapat dilakukan setelah 24 – 48 jam pertama pasca
sirkulasi atau peredaran darah, mencegah statis vena, menunjang fungsi pernafasan
2010). Jika mobilisasi tidak dilakukan pada pasien pasca dan sectio saecarea maka akan
menyebabkan bahaya fisiologis dan psikologis. Bahaya fisiologis mempengaruhi fungsi
elektrolit, dan kalsium, gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan penurunan
peristaltik dengan konstipasi dan impaksi fekal (Perry & Potter, 2010).
Oleh karena itu, sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab untuk
dengan pendekatan, preventif, rehabilitative dan kolaboratif. Dalam hal ini, perawat harus
mampu mengkaji secara teliti tingkat kebutuhan pasien akan mobilisasi, membuat
kesehatan yang berkualitas dan komprehensif. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan yang dituangkan dalam karya tulis
ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan pada Post Sectio Saesaria dengan masalah
Masalah dalam studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada Post Sectio
1.4. Tujuan
Malang.
1.5 Manfaat
1) Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang lebih bermutu dan efektif pada keperawatan Post
hambatan mobilitas fisik serta dapat meningkatkan mutu dan kualitas dalam
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan klien dan keluarga sebagai
K.Jakarta: EGC
Salemba Medika.
Neonatus