Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY.

“ I ” DENGAN POST OP
SECTIO CAESARIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Feny Fidya Nanda (Po.71.24.1.18.016)

Hafifa Asiah Nur Annisa (Po.71.24.1.18.017)

Hilda Hazarani ( Po.71.24.1.18.018)

Ine Hardianti ( Po.71.24.1.18.019)

Irma Diana Agustanti ( Po.71.24.1.18.020)

Dosen Pembimbing Institusi: Rosyati Pastuty, S.SiT., M.Kes.


Dosen Pembimbing Lapangan : Yunita Dewi, S.S.T

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY. “I” DENGAN POST OP


SECTIO CAESARIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2020

Laporan PraktIk Klinik ini telah disetujui oleh

Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Palembang, Maret 2020

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( Yunita Dewi, S.S.T. ) ( Rosyati Pastuti, S.SiT., M.Kes. )

Menyetujui

Ketua Jurusan Kebidanan

( Nesi Novita, S.SiT., M.Kes )


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas


berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Ny. “ I ” Dengan
Post Op Sectio Caesaria Di Ruang Kebidanan Rsud Palembang Bari
Tahun 2020”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


praktik kebidanan di RSUD Palembang Bari. Pada kesempatan ini
kami melakukan pengkajian data di Ruang Kebidanan RSUD
Palembang Bari. Makalah ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai
pihak yang telah ikut serta dalam memberikan masukan dan saran dan
bimbingan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ini menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat :

1. dr. Hj. Makiani, S.H. M. M, MARS selaku Direktur RSUD


Palembang Bari.
2. Nesi Novita, S.SiT., M.Kes. selaku Ketua Jurusan dan Ketua
Program Studi D-3 Kebidanan Politeknik Kesehatan
Palembang
3. dr. Ayus Astoni, Sp.PD,FINASIM selaku Wakil Direktur
Pelayanan RSUD Palembang Bari.
4. dr. Hadi Asyik, Sp.A. selaku ketua komite Medik RSUD
Palembang Bari.
5. Riska Primananda Skm., selaku diklat Rumah Sakit Palembang
Bari.
6. Masrianah, S.Kep,M.Kes selaku Kepala Bidang Perawatan
RSUD Palembang Bari.
7. dr.Yulius Fitora selaku kepala instalasi rawat inap RSUD
Palembang Bari
8. Ibu Yunita Dewi, S.S.T. selaku Kepala Ruang Kebidanan dan
Pembimbing Lapangan RSUD Palembang Bari
9. Ibu Rosyati Pastuti, S.SiT., M.Kes. selaku Pembimbing
Akademik.
10. Seluruh para staf dosen dan karyawan Poltekkes Kemenkes
Palembang Jurusan Kebidanan
11. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
seminar praktik kebidanan ini

Kami menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai


kekurangan. Kami mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya makalah ini
dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Palembang,
Februari 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sectio Caesaea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Naratif & Kusuma, 2015). Tindakan SC ini
dapat dilakukan apabila pasien memiliki beberapa indikasi yang
mengharuskan pasien dilakukan operasi SC. Indikasi mutlak
dilakukannya Sectio Caesaria adalah panggul ibu yang sempit,
plasenta previa, ruptut uteri, kelainan letak janin, gawat janin,
prolapse tali pusat, presentasi bokong, dan ibu memiliki riwayat
SC sebelumnya.
Operasi Sectio Caesarea dianggap sebagai cara melahirkan
yang baik, tidak menyusahkan bagi beberapa perempuan
meskipun diketahui bahwa tindakan ini masih terdapat bahaya.
Jumlah operasi Sectio Caesarea di dunia telah meningkat pada 30
tahun yang lalu 1 dari 12 persalinan diakhiri dengan bedah Sectio
Caesarea sekarang perbandingan ini adalah 1 dari 3 persalinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duma Sari
Lubis, M.Keb., persalinan Sectio Caesarea di Indonesia pada
tahun 2018 dari bulan Januari - Juni dengan indikasi sebesar 268
(75,1%), sedangkan persalinan sc tanpa indikasi sebesar 89
(24,9%).
Berdasarkan rekam medic RSUD Palembang Bari tercatat
mulai dari September 2019 hingga Februari 2020 terdapat 93
pasien yang melakukan operasi Sectio Caesarea atas indikasi
memiliki riwayat SC sebelumnya dari 383 pasien yang melakukan
operasi Sectio Caesarea. Setelah melalukan operasi Sectio
Caesarea, masa nifas tetap menjadi masa yang untuk
mendapatkan perhatian khusus terlebih terhadap luka bekas
operasi SC tersebut, oleh karena itu ibu nifas harus menjalani dan
menjaga kesehatan selama masa nifas
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh
dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
Masa Nifas merupakan salah satu masa kritis bagi ibu dan bayi,
diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah masa nifas
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasentaserta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang
lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Hal yang perlu diperhatikan selama masa nifas ini sendiri
adalah perdarahan dan infeksi. Perdarahan pada masa nifas dapat
terjadi karena uterus yang lembek dan adanya sisa plasenta yang
masih tertinggal dalam Rahim seorang ibu pasca melahirkan.
Sedangkan beberaapa infeksi yang biasa terjadi selama masa nifas
diantaranya adalah infeksi pada jahitan perenium dan infeksi pada
bekas luka persalinan secara Sectio Caesarea (SC).
Salah satu asuhan yang dapat diberikan oleh bidan guna
mengurangi angka infeksi pada masa nifas maka seorang bidan
dapat memberikan asuhan mengenai perawatan luka yaitu
mengganti perban pada bekas jahitan perenium dan juga bekas
luka Sectio Caesarea secara berkala agar tetap kering dan bersih.
Pada kasus yang dibahas kali ini, dimaksudkan untuk
memberikan asuhan ibu nifas kepada Ny. “I” dengan indikasi
memiliki riwayat section caesarea 2x pada persalinan
sebelumnya untuk melakukan perawatan penggantian perban
pasca operasi sectio ceasarea di RSUD Palembang Bari
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
menjadikan perawatan bekas luka Post Op SC yaitu mengganti
perban luka secara berkala menjadi kasus yang penulis angkat
agar dapat menjadi edukasi bagi ibu nifas Post Op SC dan dapat
mengurangi angka infeksi pada masa nifas.

2. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan

Kebidanan Ibu Nifas Dengan Post Op Sectio Caesaria di

Ruang Kebidanan RSUD Palembang Bari.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka

dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengganti perban pada ibu nifas Post Op

Sectio Caesaria?

2. Kapan perban pada ibu nifas Post Op Sectio Caesaria perlu

diganti?

3. Apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi luka

Post Op Sectio Caesaria ?

4. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat mengetahui bagaimana cara mengganti
perban pada ibu nifas Post Op Sectio Caesaria (SC)
dengan indikasi memiliki riwayat section caesarea 2x pada
persalinan sebelumnya Di RSUD Palembang Bari

2. Tujuan Khusus
a) Mampu mengumpulkan data pasien dengan tepat dan
benar sesuai indikasi yang dialami
b) Dapat melakukan penafsiran dengan data yang telat
didapat.
c) Mampu melakukan inditifikasi diagnosa atas kasus
tersebut sesuai data yang telah dikumpulkan
d) Mampu menginditifikasi masalah yang harus
dilakukan segera atau darurat atas kasus yang sedang
ditangani
e) Mampu merancang asuhan yang menyeluruh terhadap
asuhan yang akan diberikan
f) Mampu melaksanakan rancangan yang telah disusun
kepada pasien secara langsung
g) Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan dan
asuhan yang dilakukan terhadap pasien.

5. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagi pasien maupun masyarakat, makalah ini diharapkan


dapat memberikan edukasi tentang mengganti perban luka
Post Op Sectio Caesaria (SC).
2. Bagi pelayanan tenaga kebidanan, makalah ini diharapkan
dapat digunakan sebagai intervensi dalam melaksanakan
asuhan kebidanan, terutama bagi ibu nifas yang telah
melakukan operasi Sectio Caesaria (SC).
3. Untuk pendidikan kebidanan, makalah ini diharapkan
dapat memberi informasi mengenai tindakan mengganti
perban pada ibu nifas Post Op SC.
6. Tinjauan Lapangan
a) Profil RSUD Palembang BARI

1. Selayang Pandang

Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

merupakan unsur penunjang pemerintah daerah dibidang

pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah sakit

milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum

Daerah Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1

Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas

tanah seluas 4,5 H.

Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya

jurusan Kertapati.Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari

jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan

poros Jakabaring.

2. Visi, Misi, Motto dan Tujuan

a. Visi

Menjadi rumah sakit unggul, amanah, dan terpercaya di

Indonesia.

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan

berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai

standar mutu berdasarkan pada etika dan

profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan

masyarakat.

2) Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.


3) Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah

sakit pendidikan dan pelatihan di indonesia.

c. Motto

Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian

kami.

d. Tujuan

1) Pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar

mutu.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

3) Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan

mampu bersaing di era pasar bebas.

4) Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten

dibidangnya.

5) Menyelenggarakan manajemen pengelolahan rumah

sakit yang kondusif dan profesional.

3. Sejarah

a. Sejarah Berdirinya

1) Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD

Palembang BARI merupakan gedung Poli Klinik/

Puskesmas Panca Usaha.

2) Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana,

pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD

Palembang BARI dengan SK Depkes Nomor


1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November 1997

ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Palembang BARI Kelas C.

3) Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 Tentang

Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar

kepada RSUD Palembang BARI, tanggal 7 November

2003.

4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/I3/334/08 tentang

Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut

kepada RSUD Palembang BARI, tanggal 5 November

2008.

5) Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD

Palembang BARI berdasarkan keputusan Wali Kota

Palembang No.915B Tahun 2008 tentang penetapan

RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang

yang merupakan pola pengelolaan keuangan BLUD

(PPK-BLUD) secara penuh.

6) Kemudiandengan SK Depkes Nomor

241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 2 April 2009

ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas

B.

7) KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi

Lulus Tingkat Lengkap kepada RSUD Palembang

BARI tanggal 25 Januari 2012.


b. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur

1) Tahun 1986 s/d 1994:dr.Jane Lidia Jilahelu sebagai

kepala poliklinik/puskesmas panca usaha.

2) Tanggal 1 juli 1996 s/d juni2000 :dr.H.Eddy Zakarty

Monasir. SpOG Sebagaidirektur RSUD palembang

BARI.

3) Bulan juli 2000 s/d November 2000 pelaksanaan

petugas dr.H. Dachlan Abbas S.PB

4) Bulan Desember 2000 s/d Febuari 2001 pelaksanaan

petugas dr. M.Faisal soleh. SpPD

5) Tanggal 14 november 2000 s/d Januari 2012 :

dr.Hj.Indah Puspita

6) H.A.MARS sebagai Direktur RSUD palembang

BARI.

7) Bulan Febuari 2012 s/d sekarang : dr. Hj. MAKIANI

M.Kes.,MM.,MARS sebagai direktur RSUD

palembang BARI.

4. Fasilitas dan Pelayanan

a. Fasilitas

1) Instalasi Gawat Darurat 24 Jam

2) Farmasi / Apotek 24 Jam

3) Rawat Jalan / Poliklinik


4) Rawat Inap

5) Bedah Sentral

6) Rehabilitasi Medik

7) Radiologi 24 jam

8) Laboratorium Klinik 24 Jam

9) Patologi Anatomi

10) Bank Darah

11) Hemodialisa

12) Medical Check Up

13) ECG / EEG

14) USG 4 Dimensi

15) Endoscopy

16) Kamar Jenazah

17) CT Scan 64 Slices

b. Pelayanan Rawat Jalan

1) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam

2) Poliklinik Spesialis Bedah

3) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit

Kandungan

4) Poliklinik Spesialis Anak

5) Poliklinik Spesialis Mata

6) Poliklinik Spesialis THT

7) Poliklinik Saraf

8) Poliklinik Kulit dan Kelamin


9) Poliklinik Spesialis Jiwa

10) Poliklinik Rehabilitasi Medik

11) Poliklinik Spesialis Jantung

12) Poliklinik Spesialis Gigi

13) Poliklinik Spesialis Psikologi

14) Poliklinik Spesialis Terpadu

15) Poliklinik PKBRS

c. Pelayanan Rawat Inap

1) Graha Eksekutif

d. Fasilitas Kendaraan Operasional

1) Ambulance 118

2) Ambulance Bangsal

3) Ambulance Siaga Bencana

4) Ambulance Trauma Center

5) Mobil Jenazah

e. Pelayanan Rawat Inap

1) Perawatan VIP dan VVIP

2) Perawatan Kelas I, II, dan III

3) Perawatan Penyakit Dalam Perempuan

4) Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki

5) Perawatan Anak

6) Perawatan Bedah

7) Perawatan ICU

8) Perawatan Kebidanan
9) Perawatan Neonatus/Nicu/Picu

10) Perawatan Paru

11) Perawatan ICCU

f. Pelayanan Penunjang

1) Instalasi Laboratorium Klinik

2) Instalasi Radiologi

3) Instalasi Bedah Sentral

4) Instalasi Farmasi (Apotek)

5) Instalasi Gizi

6) Instalasi Laundry

7) Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)

8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)

9) Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan

10) Bank Darah

11) Kasir

12) Hemodialisa

13) Instalasi Rehabilitasi Medis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Prinsip Dasar Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta
tindakan berdasarkan teori yang ilmiah, penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang
berfokus pada klien.
a) Proses manajemen bukan hanya terdiri dari pemikiran dan
tindakan, melainkan juga perilaku setiap langkah agar
pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai.
b) Proses manajemen harus mengikuti urutan logis dan
memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan,
hasil temuan dan penilaian yang terpisah menjadi satu
kesatuan yang berfokus pada manajemen klien
Manajemen Kebidanan ada beberapa macam yaitu
manajemen kebidanan menurut Varney, model SOAP, model
SOAPIE dan masih banyak lagi.
A. Manajemen Kebidanan Menurut Varney
Pada manajemen kebidanan menurut Varney terdapat 7
langkah Manajemen Kebidanan, yaitu :
1) Pengumpulan Data Dasar
2) Interpretasi Data Dasar
3) Mengidentifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
4) Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
5) Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
6) Implementasi
7) Evaluasi
B. Model SOAP
Umumnya digunakan untuk pengkajian awal
Cara Penulisan :
1) S : Data Subjektif
Berisi tentang data dari klien (segala bentuk
pernyataan atau keluhan klien) diperoleh dari anamnesa
yang merupakan ungkapan langsung.
2) O : Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil observasi melalui
pemeriksaan umum, fisik, obstetrik, penunjang
(laboratorium, USG, inspekulo, VT, dll).
3) A : Analisis /Assessmen
Kesimpulan berdasarkan dari data S dan O, meliputi
diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta
perlunya tindakan segera.
4) P : Planning
Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis, termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis
atau laboratorium, serta konseling.

2. Konsep Dasar Masa Nifas


A. Definisi Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium adalah periode setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu
atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu
3 bulan (Gavi, 2016).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya


plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu
(Prawirohardjo, 2016).
B. Tahapan Masa Nifas

Menurut Mochtar (2015), tahapan masa nifas dibagi menjadi 3


periode, antara lain sebagai berikut :

1) Puerperium din
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alatalat genetalia yang lamanya antara 6-8 minggu.
3) Remote puerperium
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna. Waktu untuk sehat sempurna bias
berminggu, bulanan atau tahunan.

C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Uterus

Involusi Uterus Involusi atau pengerutan uterus


merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 30 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otototot
polos uterus (Kemenkes, 2016).

Jika sampai 2 minggu postpartum, uterus belum masuk


panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat
disebabkan oleh perdarahan lanjut (late postpartum
haemorrage). Jika terjadi subinvolusio dengan kecurigaan
infeksi, diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi
uterus dapat diberikan uterotonika (ergometrin maleat),
namun ergometrin mempunyai efek samping menghambat
produksi laktasi karena menghambat produksi prolaktin.

2. Lochea
Menurut Kemenkes (2016), lochea adalah ekskresi
cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah
dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau karena
lochea memiliki ciri khas: bau amis atau khas darah dan
adanya bau busuk menandakan adanya infeksi. Jumlah total
pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata kira-kira 240–
270 ml.

Lochea terbagi 4 tahapan:

a) Lochea Rubra/Merah (Cruenta)


Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-3 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo, dan meconium.
b) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecokelatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
postpartum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi
plasenta. Muncul pada hari ke-8 sampai hari ke-14
postpartum.
d) Lochea Alba/Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba
bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.

3. Perubahan Sistem Pencernaan


Dinding abdominal menjadi lunak setelah proses
persalinan karena perut yang meregang selama kehamilan.
Ibu nifas akan mengalami beberapa derajat tingkat diastatis
recti, yaitu terpisahnya dua parallel otot abdomen, kondisi ini
akibat peregangan otot abdomen selama kehamilan. Tingkat
keparahan diastatis recti bergantung pada kondisi umum
wanita dan tonus ototnya, apakah ibu berlatih kontinyu untuk
mendapat kembali kesamaan otot abodimalnya atau tidak.
Pada saat postpartum nafsu makan ibu bertambah. Ibu dapat
mengalami obstipasi karena waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan, pengeluaran cairan yang
berlebih, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir,
pembengkakan perineal yangg disebabkan episiotomi. Supaya
buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet
tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.
Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia.

4. Perubahan Sistem Perkemihan


Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan
kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari
pada 2 – 5 hari post partum. Hal ini akan mengakibatkan
kandung kencing penuh. Sisa urine dan trauma pada dinding
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. Lebih kurang 30 – 60 % wanita mengalami
inkontinensial urine selama periode post partum. Bisa trauma
akibat kehamilan dan persalinan, Efek Anestesi dapat
meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri
perineum terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa
mengurangi hal diatas. Dilatasi ureter dan pyelum, normal
kembali pada akhir postpartum minggu ke empat. Sekitar
40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria
nonpatologis sejak pasca salin hingga hari kedua postpartum.
Mendapatkan urin yang valid harus diperoleh dari urin dari
kateterisasi yang tidak terkontaminasi lochea.
5. Musculoskleletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman-
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta diberikan. Pada
wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan,
abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut
tampak seperti masih hamil. Dalam 2 minggu setelah
melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali
ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali
elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap.

6. Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG
menurun dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3
post partum. Pada hormon pituitary prolaktin meningkat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu2 minggu. FSH
dan LHmeningkatpada minggu ke-3. Lamanya seorang wanita
mendapatkan menstruasi juga dapat dipengerahui oleh factor
menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat
anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktifitas prolactin juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan
ASI.

7. Kardiovaskuler
Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume
darah bergantung beberapa faktor, misalnya kehilangan darah,
curah jantung meningkat serta perubahan hematologi yaitu
fibrinogen dan plasma agak menurun dan Selama minggu-
minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, leukositosis
serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun dan faktor pembekuan darah meningkat.
Perubahan tanda-tanda vital yang terjadi masa nifas
a) Suhu badan Dalam 24 jam postpartum
Suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 – 380C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirka, kehilangan
cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal suhu
badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena adanya pembekuan ASI.
b) Nadi Denyut
Nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit
adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan
karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.

8. Hematologi Leokositoisis, yang meningkatan jumlah


sel darah yang putih hingga 15.000 selama proses persalinan,
tetap meningkat untuk sepasang hari pertama postpartum.
Jumlah sel darah putih dapat menjadi lebih meningkat hingga
25.000 atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika wanita
mengalami proses persalinan diperlama. Meskipun demikian,
berbagai tipe infeksi mungkin dapat dikesampingkan dalam
temuan tersebut. Jumlah normal kehilangan darah dalam
persalinan pervaginam 500 ml, seksio secaria 1000 ml,
histerektomi secaria 1500 ml. Total darah yang hilang hingga
akhir masa postpartum sebanyak 1500 ml, yaitu 200-500 ml
pada saat persalinan, 500-800 ml pada minggu pertama
postpartum ±500 ml pada saat puerperium selanjutnya. Total
volume darahkembali normal setelah 3 minggu postpartum.
Jumlah hemoglobin normal akan kembali pada 4-6 minggu
postpartum. (Febi, 2017)

A. Proses Adaptasi Psikologis

Selain mengalami perubahan fisiologis, ibu nifas juga


mengalami perubahan psikologis. Menurut Saleha (2012), ibu
nifas akan mengalami beberapa periode. Periode ini
diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap
berikut ini:

1) Taking In Period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan
sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap
tubuhnya, lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami.
2) Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Ibu menjadi sangat
sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan
perawat untuk mengatasi kritikan yang
3) Letting Go Period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. ibu mulai secara
penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung
pada dirinya sendiri.

B. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut Gavi (2016), ada beberapa hal yang dibutuhkan


ibu nifas, antara lain :

1. Nutrisi dan Cairan


a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
d) Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 IUKapsul vitamin
A 200.000 IU pada masa nifas diberikan sebanyak dua
kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan
setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama.
Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas, yaitu

(1) Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu


(ASI)

(2) Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi

(3) Kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan

(4) Ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar


secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24–48 jam postpartum. Early
ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan
penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru,
demam dan sebagainya.
3. Eliminasi

Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. ji


ka dalam 8 jam belum dapat berkemih atau sekali berkemih
atau belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Ibu postpartum
diharapkan dapat buang air besar setelah hari ke-2
postpartum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu
diberi obat pencahar per oral atau per rektal.

4. Personal Hygiene

Kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi.


Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,
terutama perineum. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut
dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya dan bagi ibu
yang mempunyai luka episiotomi atau laserasi, disarankan
untuk mencuci luka tersebut dengan air dingin dan
menghindari menyentuh daerah tersebut.

5. Istirahat dan Tidur

Sarankan ibu untuk istirahat cukup. Tidur siang atau


beristirahat selagi bayi tidur.

6. Seksual

Ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas kapan


saja ibu siap dan secara fisik aman serta tidak ada rasa nyeri.

C. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas


Sebagian besar kehamilan berakhir dengan persalinan dan
masa nifas yang normal. Akan tetapi, 15-20 % diperkirakan akan
mengalami gangguan atau komplikasi. Gangguan tersebut dapat
terjadi secara mendadak dan biasanya tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Karena itu, tiap tenaga kesehatan, ibu hamil,
keluarga dan masyarakat perlu mengetahui tanda-tanda bahaya
masa nifas.

Tanda bahaya pada ibu nifas antara lain :

1. Pendarahan pasca persalinan


Pendarahan yang banyak, segera atau dalam 1 jam setelah
melahirkan, sangat berbahaya dan merupakan penyebab
kematian ibu paling sering. Keadaaan ini dapat menyebabkan
kematian kematian dalam waktu kurang dari 2 jam. Ibu perlu
segera ditolong untuk penyelamatan jiwanya. Pendarahan pada
masa nifas (dalam 42 hari setelah melahirkan) yang
berlangsung terus menerus disertai bau tak sedap dan demam,
juga merupakan tanda bahaya.
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir menunjukkan
adanya infeksi. Hal ini bisa disebabkan karena metritis, abses
pelvic, infeksi luka perineum atau karena luka abdominal.
3. Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan
kejang-kejang, bengkak pada wajah, tangan dan kaki bila
disertai tekanan darah tinggi dan sakit kepala.
4. Demam lebih dari 2 hari
Demam lebih dari 2 hari pada ibu nifas bisa disebabkan
oleh infeksi. Apabila demam disertai dengan keluarnya cairan
berbau dari jalan lahir, kemungkinan ibu mengalami infeksi
jalan lahir, akan tetapi jika demam tanpa disertai cairan berbau
dari jalan lahir, perlu diperhatikannya adanya penyakit infeksi
lain seperti demam berdarah, demam tifoid, malaria, dsb
5. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
Payudara bengkak, disertai rasa sakit bisa disebabkan
karena bendungan payudara, inflamasi, atau infeksi payudara.
6. Gangguan psikologis pada masa nifas meliputi :
 Perasaan sedih pasca persalinan (postpartum blues)
Depresi ringan dan berlangsung singkat pada masa nifas,
ditandai dengan :
- Merasa sedih
- Merasa lelah
- Insomnia
- Mudah tersinggung
- Sulit konsentrasi
- Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik
- Setelah 2-3 hari, kadang-kadang sampai 10 hari
 Depresi pasca persalinan (postpartum depression)
- Gejala mungkin bisa timbul dalam 3 bulan pertama pasca
persalinan atau sampai bayi berusia setahun
- Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi :
sedih selama >2 minggu, kelelahan yang berlebihan dan
kehilangan minat terhadap kesenangan
 Psikologis pasca persalinan (postpartum psychotic)
-Ide/pikiran bunuh diri
-Ancaman tindakan kekerasan terhadap bayi baru lahir
-Dijumpai waham curiga/ persekutorik
-Dijumpai halusinasi/ilusi
(Buku Panduan Kemenkes, 2019)

D. Tujuan Asuhan Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik
maupunpisikologis dimana dalam asuhan pada masa ini
peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi,
dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu
terjaga.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh)
dimana bidan harus melakukan menajemen asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai
pengkajian, interpretasi data dan analisa masalah,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga
dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat
mendeteksi secara dini penyulit maupun komplikasi yang
terjadi pada ibu dan bayi.
3. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi
penyulit atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas
pelayanan rujukan.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi,
perencanaan pengaturan jarak kelahiran, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat
serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai
dengan pilihan ibu.

(Bahan ajar kebidanan asuhan kebidanan nifas dan menyusui,


kemenkes, 2018)

E. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab seorang bidan secara


komprehensif dalam asuhan masa nifas sebagai berikut.

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama


masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu
dan bayi serta keluarga
3. Mendorong ibu untuk menyusuiserta meningkatkan rasa
nyaman ibu dan bayi
4. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas
dan menyusui serta melaksanakan rujukan secara aman dan
tepat waktu sesuai dengan indikasi
5. Memberikan konseling unytuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah pendarahan, mengenali tanda-tanda
bahaya masa nifas dan menyusi, pemenuhan nutrisi yang
baik, serta mempraktekkan personal hygiene yang baik
6. Melakukan managemen asuhan dengan langkah-langkah :
pengkajian, melakukan interpretasi data serta menetapkan
diagnose, antisipasi tindakan segera terhadap permasalahan
potensial, menyusun rencana asuhan serta melakukan
pelaksanaan dan evaluasi untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi, serta untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara
etis profesional

(Bahan ajar kebidanan asuhan kebidanan nifas dan menyusui,


kemenkes, 2018)

3. SECTIO CAESAREA (SC)


A. Definisi Sectio Caesarea

Istilah section caesarea berasal dari perkataan latin caedera


yang artinya memotong. Pengertian ini sering dijumpai dalam
roman law (lex regia) dan emporer’s law yaitu undang-undang
yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu
yang meninggal harus keluarkan dari dalam rahim (Mochtar,
2015)

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan


janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. (Naratif & Kusuma, 2015).

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang dilakukan


untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut serta
dinding uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Padila, 2015).
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan
melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu
(laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan
bayi. Seksio Sesarea umumnya dilakukan ketika proses
persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena
beresiko kepada komplikasi medis lainya (Purwoastuti, Dkk,
2015).

B. Jenis-jenis Sectio Caesarea


1. Sectio caesarea (SC) abdomen
SC transperitonealis
2. Sectio Caesarea (SC) vaginalis
Menurut arah sayatan pada Rahim, SC dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Sayatan yang memanjang
b. Sayatan yang melintang
c. Sayatan yang berbentuk huruf T
3. Sectio Caesarea (SC) klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini
teknik ini jarang dilakukan karena memiliki banyak
kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang memiliki banyak pelengketan organ, cara ini dapat
dipertimbangkan.
4. Sectio Caesarea (SC) ismika
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf
pada segmen bawah Rahim kira-kira sepanjang 10 cm
(Naratif & Kusuma, 2015)

C. Indikasi

Menurut (Prawiroharjo, 2015) indikasi section caesarea


adalah :
a. Indikasi ibu
1) Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD
2) Disfungsi Uterus
3) Distosia jaringan lunak
4) Plasenta Previa
5) Pre-Eklampsi
b. Indikasi Anak
1) Janin besar
2) Gawat janin
3) Letak Lintang

D. Definisi Luka Operasi

Luka yang sering terjadi diarea kebidanan yaitu, luka


episiotomi, luka bedah sectio caesarea, luka bedah abdomen
karena kasus ginekologi, atau luka akibat komplikasi proses
persalinan (Maryunani, 2015).

Luka merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan


terputusnya kontinuitas jaringan. Penyebabnya bisa karena
trauma, operasi, ischemia, dan tekanan (Ekaputra, 2015).

Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya


kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh dan mengakibatkan terganggunya
aktivitas sehari – hari (Damayanti, Pitriani, & Ardhiyanti,
2015).

E. Definisi Perawatan Luka Operasi Post Sectio Caesarea

Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan


luka selanjutnya tindakan yang dilakukan untuk merawat luka
dan melakukan pembalutan yang bertujuan untuk mencegah
infeksi silang serta mempercepat proses penyembuhan luka
(Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2015).

Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang


dilakukan untuk meningkatkan proses penyembuhan luka dan
mengurangi rasa nyeri dengan cara merawat luka serta
memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin
(Riyadi & Harmoko, 2015).

Perawatan luka post sectio caesarea menurut buku


standar prosedur operasional tindakan keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar, (2015) yaitu dalam melakukan prosedur
kerja dalam pemberian perawatan luka operasi post section
caesarea dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

A. Pra interaksi

Dimana dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengkaji


kebutuhan ibu

dalam perawatan luka operasi sc serta menyiapkan alat-alat


perawatan.

B. Interaksi

Tahap interaksi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap


diantaranya :

a. Tahap orientasi

Pada tahap orientasi yang dilakukan yaitu


mengucapkan salam, memperkenalkan diri perawat serta
menyampaikan maksud dan tujuan dilakukannya
perawatan luka.

b. Tahap kerja
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah
mulai dari mencuci tangan, menggunakan alat pelindung
diri (APD), membersihkan luka operasi dengan Nacl,
sampai dengan tindakan terakhir yaitu merapikan pasien.

c. Tahap terminasi

Tahap terminasi merupakan fase dimana perawat


mengakhiri tindakan, yang dilakukan perawat pada saat
ini adalah mengevaluasi perasaan ibu serta membuat
kontrak pertemuan selanjutnya.

d. Post interaksi

Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membersihkan alat-


alat, mencuci tangan serta mendokumentasikan tindakan
yang sudah dilakukan (Maternitas, 2015).

F. Tujuan Perawatan Luka Post Sectio Caesarea

Tujuan dari perawatan luka menurut Maryunani, (2015) yaitu :

a. Mencegah dan melindungi luka dari infeksi.

b. Menyerap eksudat.

c. Melindungi luka dari trauma.

d. Mencegah cendera jaringan yang lebih lanjut.

e. Meningkatkan penyembuhan luka dan memperoleh rasa


nyaman.

F. Komplikasi Proses Penyembuhan Luka Post Sectio


Caesarea
Proses penyembuhan luka yang tidak berjalan baik karna
berbagai faktor penghambat akan menyebabkan suatu
komplikasi, faktor yang bisa menjadi penghambat suatu proses
penyembuhan luka menurut Damayanti et al tahun 2015 yaitu :
1. Vaskularisasi
Vaskularisasi dapat memengaruhi penyembuhan luka
karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang
baik untuk pertumbuhan/perbaikan sel.
2. Anemia
Anemia dapat memperlambat suatu proses
penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protekin yang cukup. Oleh sebab itu seseorang yang
mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan
mengalami suatu proses penyembuhan luka yang lama.
3. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan dan kematangan usia seseorang, proses
penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel
sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka
sectio caesarea.
4. Penyakit lain
Penyakit dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka,
adanya suatu penyakit seperti diabetes mellitus dan ginjal
dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi
Nutrisi merupakan suatu unsur utama dalam
membantu perbaikan suatu sel. Terutama karena kandungan
zat gizi yang terdapat didalamnya, seperti vitamin A
diperlukan untuk membantu proses apitelisasi atau
penutupan luka serta sintesis kolagen, vitamin B kompleks
merupakan sebagai kofaktor pada sistem enzim yang
mengandung metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
Vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblast serta dapat
mencegah adanya suatu infeksi pada luka serta dapat
membentuk kapiler-kapiler, dan vitamin K yang dapat
membantu sistensis protombin serta berfungsi sebagai zat
pembekuan darah.
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress, dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka. Orang yang
terlalu gemuk serta banyak mengomsumsi obatobatan,
merokok, atau stres akan mengalami proses penyembuhan
luka yang lebih lama.

Komplikasi umum yang terjadi dalam penyembuhan


luka Menurut Sukma Wijaya tahun 2018 yaitu :
1. Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi saat trauma saat
pembedahan atau terjadi setelah pembedahan, gejala
infeksi sering muncul sekitar dalam 2-7 hari setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi berupa kemerahan, nyeri,
bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan sel darah putih. Suatu cairan luka atau
eksudat yang banyak serta berbau dan berjenis purulen
menandakan terjadinya suatu infeksi, infeksi yang tidak
terkontrol serta tidak segera ditangani maka akan
menyebabkan osteomyelitis, bakteremia, dan sepsis.
2. Pendarahan (Hemoragik)
Pendarahan terjadi paling sering jika kondisi pasien
lemah serta adanya penyakit penyerta oleh pasien seperti
kelainan darah atau bisa karena malnutrisi seperti
kekurangan vitamin K.
3. Dehisen (Dehiscense)
Dehiscense yaitu terpisahnya lapisan kulit serta
jaringan atau tepi luka tidak menyatu dengan tepi luka
yang lain, komplikasi ini dapat terjadi pada hari ke 3
sampai dengan hari ke 11 setelah cendera.
4. Eviserasi
Organ bagian dalam (viseral) dapat keluar dari
permukaan luka yang terbuka ini disebut sebagai
eviserasi.

G. Risiko Infeksi Pada Post Sectio Caesarea


Risiko infeksi merupakan berisiko mengalami suatu
peningkatan terserang organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan. Sedangkan Infeksi adalah invasi tubuh
patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit, suatu penyakit timbul jika patogen berkembang biak
serta menyebabkan suatu perubahan pada jaringan
normal(Potter & Perry, 2005).

H. Faktor Risiko Infeksi Post Sectio Caesarea


Facktor terjadinya risiko infeksi menurut Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia, (2016) yaitu sebagai berikut
:
1. Efek prosedur invasive.
2. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
3. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan
integritas kulit, ketuban percah lama, ketuban pecah
sebelum waktunya.
4. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan
hemoglobin, imununosupresi, supresi respon inflamasi.

I. Penyebab Infeksi Luka Post Sectio Caesarea


Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari hasil penelitian
Wardoyo et al., (2014) penyebab infeksi luka operasi post
sectio caesarea paling sering ditemukan yaitu disebabkan oleh
bakteri E.coli. Menurut (Potter & Perry, 2005) infeksi luka
operasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor pencetus seperti
agent merupakan penyebab infeksi seperti mikroorganisme
yang masuk, serta host merupakan seseorang yang terinfeksi,
dan Environment merupakan lingkungan di sekitar agent dan
host seperti suhu, kelembaban, oksigen, sinar matahari, dan
lainnya. Selisih waktu antara operasi dengan terjadinya ILO
(infeksi luka operasi) rata-rata terjadi 3-11 hari.

J. Tanda Dan Gejala Infeksi Luka Post Sectio Caesarea


Tanda gejala infeksi luka operasi menurut (Muttaqien et al.,
2014) yaitu :
1. Terdapat nyeri dan pus disekitar luka sectio caesarea.
2. Terdapat kemerahan dan bengkak di sekeliling luka sectio
caesarea.
3. Terdapatnya peningkatan suhu tubuh.
4. Terjadinya peningkatan sel darah putih.

Tanda dan gejala yang terjadi pada infeksi luka menurut


(Smeltzer, 2002) yaitu :

1. Rubor
Rubor atau kemerahan yaitu hal pertama yang terlihat
ketika mengalami peradangan, saat reaksi peradangan
timbul terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke
tempat peradangan. Sehingga darah lebih banyak mengalir
ke mikrosirkulasi lokal serta kapiler meregang dengan cepat
terisi penuh dengan darah. Keadaan yang serperti ini disebut
hyperemia yang menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut.
2. Kalor
Kalor ini terjadinya bersamaan dengan kemerahan dari
reaksi peradangan akut, kalor disebabkan oleh sirkulasi
darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37
derajat celcius akan disalurkan ke permukaan tubuh yang
mengalami radang lebih banyak dari pada ke daerah yang
normal.
3. Dolor
Pengeluaran zat seperti histamin atau bioaktif dapat
merangsang suatu saraf. Rasa sakit pula disebabkan oleh
suatu tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang
meradang.
4. Tumor
Pembengkakan disebabkan oleh hiperemi dan juga
sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan serta
sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
5. Functio Laesa
Function laesa merupakan reaksi dari suatu peradangan,
tetapi secara mendalam belum diketahui mekanisme
terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

K. Dampak Infeksi Luka Post Sectio Caesarea


Dampak jika ibu nifas mengalami suatu infeksi luka post
sectio caesarea dan jika tidak segera ditangani dengan cepat
akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan
epidermis maupun dermis serta gangguan sistem persyarafan,
dan kerusakan jaringan seluler (Hasanah & Wardayanti, 2015).

L. Komplikasi

1. Infeksi Puerpuralis

a) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja


b) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
c) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal
ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Pendarahan disebabkan karena :

a) Banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka


b) Atonia Uteri
c) Pendarahan pada placenta bled
4. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan
kandung kemih bila reperitonalisasi terlalu tinggi. Suatu
komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi rupture uteri, kemungkinan hal ini
lebih banyak ditemukan sesudah section caesarea klasik.

M. Penatalaksanaan
1. Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,
maka pemberian cairan perintavena harrus cukup banyak
dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10% garam fisiologis dan
RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar HB rendah diberikan tranfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan m
akanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dilakukan sejak 6-8 jam
setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukan
selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya
d. Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi
posisi setengah duduk (semi fowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
,kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ketiga pasca
operasi, pasien bisa dipulangkan.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri
dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus
dan menyebabkan pendarahan. Kateter biasanya terpasang
24-28 jam/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan pasien.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotic
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1) Supositoria : ketopropen sup 2× 24 jam
2) Oral : Tramadol tiap 6 jam atau Paracetamol
3) Injeksi : Penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
c. Obat-obatan yang lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum
penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I
vit.c
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi,
bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
adalah suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan.

3. SOP (Standar Operasional Prosedur) Ganti Verban


A. Petunjuk
1) Baca dan pelajari job sheet yang tersedia
2) Ikuti petunjuk instruksi
3) Bekerja dengan hati-hati

B. Keselamatan Kerja
1) Pastikan langkah-langkah dilakukan secara benar dan
sisetematis
2) Tetap menjaga kesterilan alat dan bahan yang
digunakan
3) Jaga pivacy pasien, sehingga pasien betul-betul merasa
nyaman
4) Melakukan pencegahan infeksi dengan cara mencuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan serta
menggunakan sarung tangan
5) Letakkan semua alat ditempat yang mudah dijangkau

C. Pekerjaan Klinik
 Peralatan :
1. Handuk kering
2. Bak instrumen berisi :
a.   Sepasang handscoon
b.  2 buah pinset
c.    Kassa steril
3. Bengkok
4. Salep luka
5. Perlak
6. Selimut
7. Kom 1 buah

 Bahan
1.      Air bersih dan sabun cuci tangan
2.      Plester
3.      Larutan antiseptik/NaCl
4.      Supratul
D. Prosedur Kerja

NO LANGKAH KERJA

1. Beri salam dan perkenalkan diri


Key point :
Senyum, sapa dan sopan
2.  Beri informasi kepada ibu, jelaskan tindakan yang akan dilakukan sampai
pasien menerti dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan
 Lakukan informed consent
3. Persiapan alat
Persiapkan alat, bahan dan perlengkapan lainnya untuk melkaukan tindakan
ganti verban
1.      Bak instrumen berisi :
a.       Sepasang handscoon
b.      2buah pinset
c.       Kassa steril
2.      Bengkok
3.      Salep luka
4.      Perlak
5.      Selimut
6.      Kom 1 buah
7.      Handuk kering
4. Atur posisi pasien snyaman mungkin, sebaiknya pasien dalam posisi
terlentang agar mempermudah perawatan ganti verban
5. Cuci tangan sebelum tindakan dan keringkan, cuci tangan sesuai prosedur
dan keringkan dengan handuk kering
6. Buka bak instrumen dan emmakai handscoon
Key point :
Hal ini untuk mencegah infeksi
7. Membuka kassa dan plester pada luka dengan menggunakan pinset
Key point :
        Jika plester sulit dilepaskan dapat diberikan alcohol
        Angkat balutan pada luka dengan pinset kemudian buang bekas balutan
kedalam bengkok
8. Kaji luka operasi
Key point :
Lihat dengan seksama keadaan lukaoperasi apakah ada luka yang terbuka
atau tidak dan tanda-tanda infeksi atau tidak
9. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik/NaCl dari arah atas
kebawah/kanan kekiri hingga bersih
Key point :
        Gunakan NaCl atau betadine sebagai antiseptik
Besihkan luka mulai dari bagian terjauh dari bidan
       

10. Tutup luka dengan kassa steril


Key point :
Untuk mencegah kontaminasi dan infeksi tutup kembali luka dengan kasa
steril
11. Pasang plester pada luka yang telah ditutup kassa steril
Key point :
Setelah selesai tutup kembali luka dengan plester sepanjang luka operasi
12. Rapihkan pasien, lingkungan dan bersihkan peralatan
Key point :
        Atur kembali posisi pasien senyaman mungkin
Rapihkan area sekitar tempat tidur pasien
       

13. Rendam peralatan yang telah digunakan dalam larutan klorin


Key point :
Rendam selmaa 10 menit dalam larutan klorin
14. Cuci tangan setelah tindakan
Key point :
Cuci tangan sesuai prosedur dan keringkan dengan handuk kering
15. Mengevaluasi
Key point :
Mengevaluasi hasil tindakan dan menginformasikan hasil tindakan kepada
ibu dan keluarga
16. Konseling
Key point :
Memberitahukan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi, dan
menganjurkan ibu untuk segera memberitahu tenaga medis bila ada
keluhan
17. Dokumentasikan tindakan yang telah dlakukan
Key point :
Catat semua tindakan yang telah dilakukan secara benar dan sistematis.
(Siti Nurbaiah, 2016)

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. “ I”


DI RSUD PALEMBAN BARI
TAHUN 2020

Tanggal pengkajian : 04 Februari 2020


Pukul : 11.00 Wib

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. I NamaSuami :Tn. A
Umur :35 tahun Umur :37 thn
Agama :islam Agama : Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan : Diploma
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :swasta
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa :indonesia
No HP : 08526715686 No HP : 0852178746724
Alamat : Jln. Tj. Duku 1 Rt 032/005 Talang Kelapa
Alang-alang Lebar.

2. Alasan Datang/Keluhan utama


Ibu mengatakan ingin mengganti verban post sc 3 hari.

3. Riwayat Kebidanan
a. Status perkawinan : Sah
Umur saat kawin : 19 tahun
Lamanya perkawinan: 6 tahun
b. Haid
menarche : 15 tahun
Teratur/tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
sifat : Cair
Lamanya :7 hari
warna : Merah Kecoklatan
Banyak : 3x ganti pembalut
c. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu.
N Usia DitolongPenyulit TP Nifas/ Anak Keadaan
O Kehamilan
Oleh LaktasiJK BB PB
1 Aterm Dokter KPSW 2016 Baik LK 2900 49 Baik
2 Aterm Dokter KPSW 2018 Baik PR 2800 48
Baik
3. Aterm Dokter - 2020 Baik 3000
Baik

d. Riwayat persalinan sekarang


Usia kehamilan : aterm
Anak Lahir : 04-02-2020
Jenis prsalinan :SC
Pukul :09.00 WIB
Penyulit/ Komplikasi : Tidak Ada
BBL/PBL : 3000 gram/ 48 Cm

Jumlah pendarahan
 Kala III : 150cc
 Kala IV : 160 ccc
Plasenta : Lengkap

4. Data Kesehatan
a. riwayat penyakit yang diderita/pernah diderita:
TBC : Tidak pernah
Penyakit ginja : Tidak pernah
Malaria : Tidak pernah
Diabetes Militus : Tidak pernah
Hipertensi : Tidak pernah
AIDS : Tidak pernah
Peny.Jantung : Tidak pernah
Peny.Keamin : Tidak pernah

b. Riwayat Operasiyang pernah dijalani


SC : Pernah
Appendiks : Tidak pernah
c. Riwayat Penyakit Keluarga/Keturunan
TBC : Tidak pernah
Kelainan Darah : Tidak pernah
AIDS : Tidak pernah
Penyakit jangtung : Tidak pernah
Penyakit keamin : Tidak pernah
Penyakit ginjal : Tidak pernah
Hipertensi : Tidak pernah
Retardasi mental : Tidak pernah
Hepatitis : Tidak pernah
Masalah herediter : Tidak pernah
DM : Tidak pernah
Kelainan kongonital: Tidak pernah

5. Data Kebiasaan Sehari-hari


Kebiasaan Sebelum Hamil Waktu Hamil
a. Nutrisi
Pola 1 Piring nasi, ½ ½ piring nasi, ¼
makan mangkok Sayur , 1 mangkok sayur, ½
potong ikan1 buah potong ayam,
pisang sepotong buah
Porsi semangka
minum 3x shari
keluhan 8 gelas air putih 2x sehari
pantangan Tidak ada 7 gelas air putih
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
b. Eliminasi
BAK 4x sehari 6x sehari
Frekuensi Jernih Jernih
Warna Tidak ada Tidak ada
Penyulit

BAB
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Warna Kuning Kuning
Pemyulit Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat &
Tidur 2 jam siang dan 8 jam 1 jam siang, dan
Malam 6 jam malam
d. Olahraga Jalan- jalan pagi Jalan-jalan pagi

e. Personal
Hygiene 2x sehari 2x sehari
Gosok gigi 2x sehari 2x sehari
Mandi 3x sehari 3x sehari
Ganti
pakaian
dalam

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : baik TB : 160 cm
Kesadaran :Composmentis BB : 55 kg

Tanda-tanda vital :
Nadi : 80x/m TD : 120/80mmHg
Suhu : 36,5o c RR :20 x/m
2. Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
1) Kepala
Rambut : bersih, tidak mudah rontok, warna
hitam.
Mata : conjungtiva tidak anemis, skelera tidak
icterus
Hidung : Polip (-)
Mulut :caries gigi (+)
Muka : Oedema (-)
2) Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-),pembesaran vena jungularis (-)
3) Payudara : Simetris, putting susu: Menonjol, colostrum (+)
4) Abdomen
Strie Livide/Albicsn : (+)
Linea Nigra : (+)
Luka bekas Operasi : (+)
Kelainan : (-)
5) Genetalia eksterna
Perineum : hematoma (-), oedema
(-)
Pengeluaran Secret Vagina :
 Jenis : Serosa
 Warna : Kecoklatan
 Bau : Amis
6) Ekstremitas bawah
Tungkai simetris/tidak : Simetris
Oedema : Tidak Ada
Varises : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada

b. Palpasi Abdomen
kontraksi uterus : Baik
konsistensi uterus : Baik
tinggi fundus uteri : 4 jari bawah pusat
involusi uterus : Baik
Kandung kemih : kosong

C. ANALISIS
1. Diagnosis : P3A0 post partum SC atas indikasi Riwayat SC 2x
2. Masalah : Ingin mengganti verban post SC 3 hari yang lalu .

D. PENATALAKSANAAN
1. menjelaskan keadaan umum ibu (baik) dengan tanda vital
Nadi : 80x/m TD : 120/80mmHg
Suhu : 36,5o c RR :20 x/m
TFU :4 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

2. memberikan KIE tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI


selama 6 buan tanpa makanan tambahan.ASI adalah makanan
yang penting bagi bayi karena ASI mengandumg gizi yang cukup
yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
ASI juga mengandung zat anti alergi untuk mencegah alergi pada
bayi.
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau
melakukannya

3. Memberikan KIE tentang personal hygiene, yaitu dengan menganjurkan


ibu untuk mengganti celana dalam, dan membersihkan kemaluan setiap
sesudah BAK atau BAB dengan air mengalir.
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau
melakukannya.

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti nasi,


sayuran,
buah-buahan, kacang-kacangan, telur, tempe, tahu, daging,ikan
laut untuk menambah energi ibu selama menyusui.
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau
melakukannya.

5. mengganti verban pada perut ibu dan melihat bekas luka operasi, hasil:
luka bekas operasi sudah kering dan bekas jahitan rapi.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

6. Memberikan KIE tentang perawatan luka SC,yaitu dengan mencuci tangan


terlebih dahulu sebelum melakukan perawatan luka,bersihkan luka dengan
menggunakan kasa steril dan cairan Nacl,oleskan sedikit salep menggunakan
antibiotik jikadiperlukan dari anjuran dokter,menyarankan ibu agar tidak
beraktivitas yang berat dar hindari menggunakan pakaian yang ketat
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau
melakukannya

BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas atau puerperium adalah periode setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Gavi,
2016).
Berdasarkan pengkajian hari ke – 3 tanggal 6 Februari 2020
didapat data subyektif Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada Ny.
“I” P3A0 Post SC atas indikasi Riwayat SC pada persalinan
sebelumnya pukul 09.00 WIB. Ny. “I” P3A0 umur 35 tahun, agama
Islam, bangsa Indonesia, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, alamat di
jalan Tj. Duku 1 RT 032/005 Talang Kepala, Alang-Alang Lebar Kota
Palembang Sumatera Selatan.

Adapun data objektif Asuhan Kebidanan Ny. “I” P 3A0 dengan


Post SC atas indikasi Riwayat SC 2x. Setelah dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil TD : 120/80, Suhu 36,5oC, Respirasi
20x/menit, nadi 80x/menit. Pemeriksaan Inspeksi, kepala rambut
bersih, tidak rontok, warna hitam, muka tidak ada oedema, leher tidak
ada pembesaran kelenjar Tiroid dan pelebaran vena Jugularis,
Payudara simetris, putting susu menonjol, terdapat colostrum, tidak
ada kelainan dan tidak ada keluhan, Pada Genetalia terdapat lochea
Serosa, bagian Ekstremitas tidak ada oedem. Pemeriksaan palpasi
didapatkan hasil, kontraksi uterus baik, konsistensi uterus baik, TFU 4
jari bawah pusat, Involusi Uteri baik dan kandung kemih kosong.

Berdasarkan data subyektif dan objektif diatas, maka dapat


ditegakkan suatu diagnose yaitu, Ny. “I” P3A0 dengan Post SC 3 hari
atas indikasi Riwayat SC 2x.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. “I” P 3A0 dengan Post


SC 3 hari atas indikasi Riwayat SC 2x di RSUD Palembang bari yaitu
berupa pemberitahuan hasil pemeriksaan, KIE tentang pemberian ASI
Ekslusif, KIE nutrisi, KIE Personal Hygiene, KIE perawatan Luka SC
dan mengganti verban ibu.
BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan ibu nifas post
sectio caesarea pada kasus Ny.”I” dalam melakukan asuhan
penggantian perban berdasarkan prinsip dasar manajemen
kebidanan berupa SOAP. Maka, penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal, yaitu:
a. Ny. “I” melahirkan anak ke tiga aterm tanpa riwayat abortus
secara sectio caesarea di RSUD Palembang Bari dibantu
dokter. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis,
Hasil pemeriksaan umum ; tekanan darah : 120/80 mmHg,
suhu : 37 ®c, pernapasan: 20 ×/m, nadi : 80 ×/m. TFU :4
jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, involusi uterus:
baik, tidak ada infeksi pada luka operasi, lochea : rubra.
b. Diagnosa P3A0 post partum SC atas indikasi riwayat SC
dua kali
c. Perencanaan awal yang dilakukan pada Ny. “I” secara
menyeluruh yaitu : informed consent, observasi kala IV 2
jam pertama setelah pindah ke ruangan inap, memasang
infus RL 2 oksitosin, membantu ibu untuk melakukan IMD
setelah bayi di imunisasi hb0 dan vit.k, memberikan support
dan semangat kepada pasien untuk keberhasilan IMD
d. Penatalaksanaan setelah 3 hari operasi, perban ibu diganti
dengan perban anti basah. Dengan cara mencuci tangan
terlebih dahulu, kemudian memakai handscun, membuka
perban dengan bantuan pinset dan alcohol swab, lalu kaji
luka dengan melihat apakah ada infeksi dan darah, lihat dan
periksa luka dengan menekan kedua sisi atas dan bawah
untuk melihat jahitan rapat atau tidak, kemudian bersihkan
luka dengan larutan antiseptic, lalu pasang perban anti
basah agar memudahkan ibu untuk mandi dan beraktifitas
ketika pulang kerumah
e. Memberikan konseling pada Ny. “I” untuk melakukan
perawatan luka operasi yaitu dengan mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum melakukan perawatan luka,
bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril dan cairan
Nacl, oleskan sedikit salep menggunakan antibiotik jika
diperlukan dari anjuran dokter, menyarankan ibu agar tidak
beraktivitas yang berat dan hindari menggunakan pakaian
yang ketat.

2. SARAN
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah yang kami susun ini dapat
memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan
dan dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Palembang pada umumnya dan Jurusan
Kebidanan pada khususnya.
b. Bagi Lahan Praktik
Asuhan yang diberikan sudah cukup baik.
Diharapkan agar lahan praktik khususnya RSUD
Palembang Bari mampu mengedukasi pasien agar mampu
melakukan perawatan luka bekas operasi dirumah secara
mandiri.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih baik
dalam menerapkan asuhan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan yang telah ditetapkan sebagai kewenangan bidan.
Serta diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan dalam asuhan kebidanan.
d. Bagi Pasien
Diharapkan kepada pasien agar lebih memiliki
kesadaran untuk memantau kesehatan dirinya dengan rutin
serta pentingnya melakukan pengawasan terhadap masa
nifas terutama kebersihan luka dan bagaimana
perawatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alnisa, Rani. 2016. Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea.


http://www.Academika.Edu>LaporanPendahuluanSC. Diakses
pada 17 februari 2020

Gavi. 2016. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Deepublish
Hardiana, 2016. Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Post Seksio
Sesarea (Sc) Hari Ke Ii Pada Ny.”M” Di Rskdia Pertiwi
Makassar Tahun 2016. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwiNl4joxObnAhUryjgGHfbtCVIQFjAAegQIA
hAB&url=http%3A%2F%2Frepositori.uin-alauddin.ac.id
%2F4904%2F1%2FKTI
%2520HARDIANA_opt.pdf&usg=AOvVaw0h_yA3NZyBfTg
OUhfxCnq5 . Makassar : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Diakses pada 13 Februari 2020.

I Nyoman Juliana. 2017. Gambaran Perawatan Luka Oleh Perawat


Sesuai Standar Operasional Prosedur Di Rumah Sakit Umum
Bahteramas Sulawesi Tenggara. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwjR2_egyObnAhXJxzgGHUf6DQIQFjAAegQI
BhAB&url=http%3A%2F%2Frepository.poltekkes-kdi.ac.id
%2F335%2F1%2FGABUNGAN%2520KTI
%2520NYOMAN.pdf&usg=AOvVaw0Jg7kRbD3XqNvt4jn2xr
Mf . Kendari: Politeknik Kesehatan Kendari. Diakses pada 13
Februari 2020

Jannah,Nurul.2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan.Jogjakarta:

ARRUZZ MEDIA

Ismail, Nurkhayat. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post


Partum Sectio Caesarea.
http://www.elib.stikesmuhgombong.ac.id>AsuhanKeperawata
nPadaPasienPostPartumSectioCaesarea. Jawa Tengah : Stikes
Muhammadiyah Gombong. Diakses 16 Februari 2020

KEMENKES RI, 2019. Panduan Pelayanan Paska Persalinan Bagi


Ibu dan Bayi Baru Lahir. http : //kesga.kemkes.go.id. Diakses
16 Februari 2020
Naratif dan Kusuma. 2015. Definisi Sectio Caesarea. http
://www.Repository.poltekkes.denpasar.ac.id. Diakses pada 16
Februari 2020

Prawiwohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina


Pustaka

Rekam Medik RSUD Palembang Bari September 2019-Februari 2020

Sukma,F., Eli Hidayati, dan Siti Nuhasiyah J. 2017. Buku Ajar


Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta

Saleha, siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta :


Salemba Medika

Zulfika, 2016. Gambaran Implementasi Prosedur Perawatan Luka


Post Operasi oleh Perawat di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwjR2_egyObnAhXJxzgGHUf6DQIQFjAFegQ
IBxAB&url=http%3A%2F%2Frepository.umy.ac.id
%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F2835%2Fl.
%2520Lampiran.pdf%3Fsequence%3D11%26isAllowed
%3Dy&usg=AOvVaw1RCnggSyzkwaC-SnUZMHil .
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses
pada 13 februri 2020

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6933

repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2383/3/bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai