HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL : Asuhan Keperawatan Pada Ny “I” Dengan Post Sectio Caesaria P1A0
Atas Indikasi Plasenta Previa Total Di Ruang Kebidanan RSUD
Palembang BARI Tahun 2023
Nita Septarina, S.Kep., Ners Ns. Sutrisari Sabrina N, S.Kep., M.Kes., M.Kep
NIP.198009022003122002 NIDN. 02.24.038601
Mengetahui ,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM
NIP. 198707012010011001
i
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karuniaNya kami dengan segala kemampuan dan kesungguhan dapat menyelesaikan makalah
berjudul " Asuhan Keperawatan Pada Ny “I” Dengan Post Sectio Caesaria P 1A0 Atas Indikasi
Plasenta Previa Total Di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI Tahun 2023.
Adapun penulisan makalah ini untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
melaksanakan praktek klinik kebidanan STIK Bina Husada Palembang Program Studi
Profesi Ners di RSUD Palembang BARI.
Dalam penulisan makalah ini tak lepas dari bantuan dan peran serta dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempulan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat
1. dr Hj.Makiani,SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI .
2. dr.Amalia,M.Kes. sebagai Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI .
3. dr.Alfarobi, M.Kes. sebagai Wakil Direktur Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
4. Bembi Farizal, S.ST.Pi.,MM sebagai Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Rumah sakit Umum daerah Palembang BARI.
5. Bety Maryanti, SKM.,M.Kes sebagai Sub.Koordinator Kerjasama dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
6. Hj. Masrianah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Kabid Pelayanan Keperawatan RSUD Palembang
BARI
7. Riska Aprianti, S.Kep.,Ns sebagai Koordinator Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
8. dr. H. Yulius Fitora, M.Kes Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI
9. Nita Septarina, S.Kep., Ners sebagai Pembimbing Klinik Maternitas RSUD Palembang BARI
10. Bdn Yunita Dewi, SST sebagai Kepala Ruangan Kebidanan RSUD Palembang BARI
11. Ns.Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep., M.Kes., M.Kep sebagai Pembimbing
Akademik STIK Bina Husada Palembang.
12. Para Dokter Fungsional beserta staf dan karyawan-karyawati Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
13. Bapak dan ibu dosen beserta Staf STIK Bina Husada Palembang.
ii
v
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, membalas dan melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya
atas bantuan yang telah diberikan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Kelompok 1
iii
vi
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.2.2 Tujuan khusus ............................................................................................ 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4
2.1 Profil RSUD Palembang BARI ........................................................................... 4
2.2 Konsep Dasar Post Partum ........................................................................... …11
2.3 Konsep Sectio Caesaria ....................................................................................... 18
2.4 Konsep Plasenta Previa....................................................................................... 19
2.5 Pathway ............................................................................................................... 21
BAB III TUJUAN KASUS .............................................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 34
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 38
5.2 Saran.................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Dilihat dari berbagai fakta di atas maka keluhan yang dialami pasien harus
dilakukan penatalaksanaan dengan tepat. Perawat yaitu sebagai pemberi asuhan
keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk dalam pemberian pelayanan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada ibu post sectio caesarea. Dengan fakta tersebut
penulis tertarik untuk menyusun makalah “Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
Atas Indikasi Plasenta Previa Pada Ny “I” Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari”.
a. Visi
b. Misi
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan menjadi
RSUD Palembang BARI tanggal 19Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646, RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi
5
6
Gedung Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan
Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung
Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung
Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria.
Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 RSUD
Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh tingkat lanjut. Serta Ditetapkan
sebagai BLUD- SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari sebagai SKPD
Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh. Adapun pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung
Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung Instalai Gizi (Dapur),
Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan
IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe
B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah
kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi: Gedung
Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung
Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010-
2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung
PICU, Workshop dan Musholah.
a. Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah SakitUmum Daerah
Palembang BARI merupakan geduang Poliklinik atau Puskesmas Panca
Usaha.
b. Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997di tetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum kelas C.
c. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu
7
a. Fasilitas
4) Bedah Sentral
7) Rehabilitation Medik
8) Radiologi 24 jam
12) Hemodialisa
16) Endoskopi
b. Pelayanan
5) Perawatan Anak
6) Perawatan Bedan
7) Perawatan ICU
8) Perawatan Kebidanan
9) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU
1. Dokter jaga 24 j am
2. Ambulans 24 Jam
e. Pelayanan Penunjang
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Farmasi
5) Instalasi Gizi
6) Bank Darah
9) Instalasi Laundry
12) Kasir
13) Hemodialisa
1) Ambulance 118
2) Ambulance bangsal
3) Ambulance siaga
5) Mobil jenazah
11
d. Kesehatan ibu dan bayi sangat penting untuk dijaga, baik kesehatan fisik
mauapun mental. Kesehtan fisik yang dimaksud adalah pemulihan
kesehatan ibu secara umum.
e. Melaksanakan screening
h. Terdapat berbagai hal yang harus dijelaskan kepada ibu agar dapat
menyiapkan diri untuk menyusui bayinya yaitu :
a. Menjelaskan tentang cara merawat payudara dengan baik dan benar.
b. Memakai bra yang dapat digunakan untuk memberikan ASI agar merasa
aman dan nyaman
c. Mengajarkan tentang teknik atau posisi memberi ASI yang benar
d. Apabila ada masalah ketika papilla lecet disarankan agar mengolesi ASI
di sekitar papilla setelah memberikan susu.
e. Konseling Keluarga Berencana (KB)
f. Konseling KB merupakan percakapan antara konselor dengan ibu yang
bertujuan untuk membantu ibu untuk mengambil keputusan sesuai
dengan kondisi dan pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap
tentang alat kontrasepsi.
1) Sistem reproduksi
a) Uterus
Perubahan yang terjadi yaitu pada uterus mengalami proses pengecilan
uterus setelah membesar akibat kehamilan kemudian kembali ke bentuk
seperti sebelum hamil. Berat uterus dapat meningkat 11 kali. Uterus
mengecil sekitar 500 gram pada saat seminggu setelah kelahiran, 2 pekan
setelah kelahiran uterus mengecil sekitar 350 gram. Setelah 6 minggu
kembali normal (Jayanti & Mayasari, 2022).
b) Lochea
Lochea adalah ekresi cairan rahim pada saat nifas. Lochea juga mengalami
proses involusi. Perubahan lochea menurut Putri (2020) yaitu :
(1). Lochea rubra
Berisi sisa darah yang bercampur dengan lendir dan berwarna putih
kemerahan, 3 sampai 7 hari pasca persalinan.
(3) Lochea serosa
ke 2 sampai 6.
2) Sistem pencernaan
3) Sistem perkemihan
a. Sistem musculoskeletal
Pada ibu nifas dinding perut akan terasa penuh dalam waktu lama
yang disebabkan oleh kehamilan, dinding perut masih lembek dan kendur.
Diperlukan waktu beberapa minggu agar struktur ini kembali ke keadaan
normal. Jika otot-ototnya tetap atonik, dinding perut akan tetap kendur.
Ada pemisahan yang jelas atau diastasis muskulus rektus. Pada kondisi ini,
dinding perut di sekitar garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum, fasia
tipis, lemak subkutan dan kulit (Suryani et al., 2020).
b. Sistem endokrin
a. Oksitosin
Glandula pituitarin posterior dapat mengekresikan ositosin dan
bekerja pada otot rahim dan payudara. Oksitosin yang berada di dalam
sirkulasi darah dapat mengakibatkan otot rahim berkontraksi.
b. Prolactin
Menurunnya estrogen menyebabkan ekresi dari prolactin akan
bereaksi terhadap alveoli di payudara mengakibatkan produksi ASI
sehingga kadar prolactin tetap tinggi.
c. HCG, HPL, Estrogen, dan Progesterone
Kadar hormone, HPL, HCG, estrogen, dan progesteron yang terdapat
pada darah ibu turun drastis dan biasanya normal kembali setelah satu
pekan.
c. Pemulihan ovulasi dan menstruasi
Ovulasi jarang terjadi sebelum minggu ke-20 pada ibu yang menyusui
bayinya, dan tidak lebih dari minggu ke-28 pada ibu yang melanjutkan
menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan
menstruasi biasanya mulai terjadi antara 7-10 minggu (Kurniati et al.,
2015).
d.Tanda-tanda vital
Menururt Kurnia (2019), perubahan ttv pada ibu post partum yaitu :
a. Suhu tubuh
Pada 24 jam pertama suhu tubuh ibu bisa naik hingga 38 derajat
celsius yaitu efek dari kehausan saat melahirkan.
b. Nadi
Denyut nadi akan tetap tinggi pada beberapa jam setelah proses
kelahiran bayi dan akan menurun kembali dengan frekuensi yang kurang
stabil. Denyut nadi akan kembali normal pada minggu ke 8 sampi 10
setelah kelahiran.
c. Pernapasan
RR ibu harus berada diantara rentang normal sebelum proses
persalinan.
d. Tensi
Biasanya tensi akan sedikit berubah atau masih tetap
16
4) Sistem kardiovaskuer
5) Sistem hematologi
1) Fase taking in
Fase ini dimana suatu masa yang menjadikan ibu tergantung dan
berlangsung di hari pertama sampai ke dua. Perhatian ibu akan tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya, biasanya akan menceritakan proses persalinanya
secara berulang. Akibatnya ibu cenderung pasif terhadap orang-orang di
sekitarnya. Dengarkan dan luangkan waktu untuk ibu merupakan suatu dukungan
yang begitu berharga. Tidur yang tenang merupakan saat yang sangat penting untuk
ibu karena dapat mengurangi gangguan pada padan dan mental, selain itu gizi yang
seimbang juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, serta untuk
mempersiapkan proses menyusui.
Fase ini terjadi selama 3 sampai 10 hari setelah kelahiran bayi. Pada fase ini ibu
akan merasa tidak mampu untuk merawat bayinya, ibu juga akan sangat sensitive
mengakibatkan ibu akan mudah tersinggung dan marah. Pada masa ini ibu sangat
membutuhkan motivasi karena pada masa ini merupakan peluang yang bagus untuk
menerima masukan bagaimana cara merawat diri dan bayinya, sehingga akan timbul
rasa percaya diri.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase dimana ibu akan menerima tanggung jawabnya sebagai
ibu dan berlangsung 10 hari setelah kelahiran bayinya. Ibu akan dapat membiasakan
dirinya untuk merawat bayinya dan rasa percaya diri ibu meningkat pada masa ini.
Ibu juga mulai bertanggung jawab atas perawatan bayinya dan harus menyesuaikan
untuk kebutuhan bayinya yang sangat membutuhkan ibunya sehingga
mengakibatkan kurangnya hak, kebebasan, dan hubungan social ibu (Azizah, 2019).
18
Sectio caesarea sendiri bersal dari Bahasa latin yaitu caedo yang memiliki arti
“memotong”. Operasi SC memiliki arti yaitu persalinan melalui sayatan di perut dan di
dinding rahim. Operasi sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan di mana dibuat
sayatan pada dinding perut sampai Rahim untuk membantu proses persalinan (Zuleikha
et al., 2022). Tindakan SC merupakan pilihan yang tepat ubtuk ibu yang akan
melahirkan dengan adanya penyebab medis dan non medis, operasi SC dilakukan
dengan cara memutuskan jaringan kontuinitas dengan sayatan sehingga bayi dapat keluar
dan meninggalkan rasa nyeri pada bekas sayatan dan nyeri akan bertambah di saat
anestesi habis (Febiantri & Machmudah, 2021).
2.3.2 Indikasi
a. Pada ibu
Stenosis panggul, tumor jalan lahir obstruksi, striktur servik, plasenta previria,
disproporsi sefalopelvis, ruptur uterus, diabetes (jarang), riwayat obsterti yang
buruk, riwayat operasi sectio caesarea klasik, infeksi hipervirus tipe 2 (genetik)
b. Pada bayi
Posisi janin tidak stabil, presentasi sungsang (jarang), penyakit atau kelainan
janin (Rezeki & Sari, 2018).
2.3.3 Komplikasi
a. Infeksi puerperal
Terdapat infeksi yang dapat terjadi antara lain ilo post SC, dehisensi
luka SC, dehisensi luka episiotomy dan lain-lain.
b. Perdarahan
komplikasi utama setelah operasi SC adalah pendarahan akibat
dilatasi insisi uterus, atonia uteri, kesulitan mengeluarkan plasenta, dan
hematoma.
c. Komplikasi yang terjadi pada bayi
2.4.2 Etiologi
caesarea atau operasi uterus lainnya, kelahiran bayi kembar, usia ibu diatas
35 tahun, prosedur bayi tabung, penggunaan kokain dan merokok. Ibu
dengan usia diatas 35 tahun memiliki risiko plasenta previa 3 kali lipat
lebih besar dibandingkan dengan wanita usia 20-35 tahun. Pada kehamilan
dengan ibu primitua primer, terjadi keadaan dimana endometrium yang
kurang baik, misalnya akibat atrofi endometrium atau vaskularisasi desidua
yang tidak baik, karena keadaan tersebut maka plasenta harus tumbuh
meluas untuk mencukupi kebutuhan janin (Rahmania & Purnamawati,
2022).
2.4.3 Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa lateralis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta previa letak retak rendah
2.4.4 Komplikasi
2.5 Pathway
Riwayat Persalinan
1. Jenis Persalinan : SC a/i Tgl/jam : 07 Desember 2023/07.30 wib
2. Jenis kelamin bayi : L/P, BB/PB : 3.800gr/50 cm A/S
3. Perdarahan - cc
4. Masalah dalam persalinan plasenta previa
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi pasien mengatakan pertama menstruasi pada umur 15
tahun.
2. Riwayat KB pasien mengatakan belom pernah KB.
22
23
P : Nyeri post SC
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dibagian abdomen
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Suhu 36,50C
Pernapasan 21 x/mnt
Kepala Leher
Kepala : normal tidak ada benjolan
Mata : tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis.
Hidung : bersih, simetris
Mulut : normal bersih kemampuan mengunyah baik
Telinga : simetris, bersih tidak ada penumpukan serum
Leher : normal, tidakada pembesaran kelenjar tyroid.
Masalah khusus : tidak ada masalah keperawatan
Dada
Jantung : suara jantung normal berbunyi lup dub
Paru : simetris tidak ada edema
Payudara : simetris, tidak ada pembengkakan, aerola hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : cukup baik
Masalah khusus : tidak ada masalah keperawatan
Abdomen
Involusi uterus : TF U 2 cm di bawa h p us at
Fundus uterus : teraba keras posisi 3 jari dibawah pusat
Kandungan kemih : normal
Diastasis rektus abdomis Selebar 2 jari
Fungsi pencernaan : pasien mengatakan belum BAB setelah operasi
Masalah khusus : pasien mengatakan nyeri pada luka SC nya
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit baik, edema tidak ada, memar tidak ada,
rupture tidak ada, hematom tidak ada
baik Perineum : Utuh
Tanda REEDA
R : Kemarahan : ya/tidak
E : Bengkak : ya/tidak
E : echimosis : ya/tidak
D : discharge : serum/pus/darah/tidak ada
A : aproximate : baik/tidak
Kebersihan : baik
Lochea Jumlah
24
TERAPI
Terapi Cara Pemberian Dosis Golongan/Jenis Indikasi
Infus Rl Intravena 20 tpm Jenis Resusitasi cairan
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Antiinflamasi Nyeri
Mg nonsteroid (OAINS)
Cefazoline Injeksi 1x 2 gr Antibiotik Mencegah
infeksi
Pronalges Supos 2x 100 Nonsteroid anti- Nyeri pasca post
Mg inflammatory drug partum
(NSAID)
Tramadol Injeksi 1 x 50 Agonis opioid Nyeri
Mg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANALISA DATA
Nama & TT
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
Perawat
Intoleransi Kamis, 07
07- 12-2023 / 13.30
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan S : pasien mengatakan
aktivitas Desember 2023 kelelahan belum bisa
(D.0056) R/ pasien mengatakan merasakan nyeri bergerak miring
11.50 dan takut saat akan bergerak kanan miring kiri
dikarenakan luka jahitan
2. Memonitor pola dan jam tidur R/ O:
12.00 pasien belum bisa tidur
- Pasien tampak
3. Memonitor lokasi dan
12.05 ketidaknyamanan selama lemah
melakukan aktivitas - TTV :
R/ pasien mengatakan masih takut untuk TD : 130/80
bergerak dikarenakan luka post SC mmHg
12.10 4. Menyediakan lingkungan nyaman N : 85 x/menit
dan rendah stimulasi T : 36,8 OC
R/ lingkungan pasien aman dan nyaman
5. Melakukan Latihan rentang gerak pasif RR : 20 x/menit
12.15 dan aktif A : Masalah
R/ pasien mulai belajar miring kanan dan belum teratasi
miring kiri P: Intervensi
6. Memfasilitasi duduk di sisi tempat 2,4,5,6,7
tidur, jika tidak berpindah atau dilanjutkan
12.20 berjalan
R/ pasien belum bisa duduk dan berjalan
7. Menganjurkan melakukan aktivitas
12.25 secara bertahap
R/ pasien mulai miring kanan dan
miring kiri
30
Nama & TT
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Perawat
Intoleransi Jumat/08 08- 12-2023 / 13.30
aktivitas Desember
(D.0056) 2023 S: pasien mengatakan
08.10 1. Memonitor pola dan jam tidur R/ rasa sakit pada luka
pasien belum bisa tidur Post SC nya sudah
08.15 2. Menyediakan lingkungan nyaman
berkurang dan
dan rendah stimulasi
R/ lingkungan pasien aman dan nyaman sudah bisa ke
08.20 3. Melakukan Latihan rentang gerak pasif kamar mandi
dan aktif dengan bantuan
R/ pasien mulai belajar miring kanan dan keluarga
miring kiri
08.25 4. Memfasilitasi duduk di sisi tempat O:
tidur, jika tidak berpindah atau
- Pasien tampak
berjalan
R/ pasien belum bisa duduk dan berjalan membaik
08.30 5. Menganjurkan melakukan aktivitas - TTV :
secara bertahap TD : 100/80
R/ pasien mulai belajar duduk dan mmHg
bediri dibantu keluarga N : 80 x/menit
T : 36,6 OC
RR : 20 x/menit
A :Masalah
teratasi
P: Intervensi
dihentikan
32
Nama & TT
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
Perawat
Nyeri akut Sabtu, 09 09- 12-2023 / 19.30
(D.0077) Desember 2023 /
14.35 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : pasien mengatakan rasa
frekuensi dan skala nyeri sakit pada luka Post SC nya
sudah berkurang skala
R/ pasien mengatakan nyeri nya sudah Nyeri menjadi 2
14.40 berkurang, pasien mengatakan skala O :
nyeri 2 - Pasien tampak
2. Mengidentifikasi respon non-verbal
membaik
14.45
- TTV :
R/ pasien tampak membaik
17.00 TD : 120/70
3. Mengevaluasi teknik non-farmakologis mmHg
untuk mengurangi rasa nyeri yang telah N : 80 x/menit T
diajarkan (tenknik relaksasi nafas dalam) : 36,5 OC
RR : 20 x/menit
4. Berikan analgetic asam mefenamat
A : Masalah
3x500mg sesuai anjuran sebelumnya teratasi sebagian
P : Intervensi
dihentikan pasien boleh
pulang
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny “I” di dapatkan pembahasan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan dan verifikasi data yang
bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien dan rencana
yang efektif dalam perawatan pasien. Pengkajian keperawatan dilakukan secara
komprehensif dan terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis
data, sistematika data, dan penentuan masalah. Tahap pengumpulan data merupakan
langkah pertama dalam pengkajian keperawatan. Merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi, situasi, kebutuhan klien. Pengumpulan data
dilakukan secara akurat dan nyata, lengkap, relevan, singkat, dan deskriptif. Selain itu
juga dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengkajian fisik, observasi, serta
dengan melihat hasil pemeriksaan diagnostik (Nurul Azizah, 2019).
Pada Ny “I” di dapatkan hasil pengkajian pasien mengatakan masih takut dan
belum bisa beraktivitas di karenakan pasien merasa lemah akibat luka pasca operasi,
pasien baru bisa miring kanan dan kiri 2 jam setelah operasi. Pasien mengeluhkan
nyeri di bagian abdomen akibat luka operasi, nyeri seperti di tusuk-tusuk dengan
skala nyeri 4 dan frekuensi nyeri hilang timbul. Pasien mengatakan kemampuan
menyusui baik, puting susu pasien menonjol dan ASI sudah mulai keluar karena bayi
sudah mulai bisa menghisap putting susu ibu secara kuat.
2. Diagnosa
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI PPNI, 2017)
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien post sectio caesaria
adalah nyeri akut, intoleransi aktivitas dan menyusui tidak efektif.
34
35
data subjektif dan objektif dimana pasien mengatakan tubuhnya lemah, pasien
tampak lemah dan pasien belum bisa melakukan aktivitas hanya miring kanan dan
kiri setelah 2 jam pasca operasi. Diagnosa nyeri akut di tegakkan karena adanya data
subjekti pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, pasien mengatakan nyeri saat
bergerak, pasien mengatakan skala nyeri 4 dan pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan data objektif nya adalah pasien tampak meringis saat berpindah
posisi, terdapat luka jahitan post operasi di abdomen.
3. Intervensi
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI PPNI, 2018)
Intervensi Keperawatan adalah tindakan yang di lakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengelola masalah kesehatan dan mencapai tujuan
kesehatan yang di inginkan. Tindakan ini dapat berupa tindakan langsung atau tidak
langsung, seperti memberikan informasi, memberikan saran atau solusi, atau
melakukan tindakan fisik seperti memberikan obat atau melakukan perawatan luka.
Tujuan dari intervensi keperawatan adalah untuk membantu pasien dalam mengelola
masalah kesehatannya, mencegah terjadinya masalah esehatan baru, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
4. Implementasi
Menurut Satuan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI PPNI, 2018)
Implementasi Keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan dan dilakukan pada
kasus sesuai dengan rencana keperawatan yang disusun.
Pada nyeri akut implementasi di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah
ditentukan yaitu manajemen nyeri. Dimana salah satunya adalah memberikan terapi
nonfarmakologis dengan relaksasi nafas dalam. Dalam melakukan implementasi
pasien bersedia melakukan anjuran atau arahan yang di berikan. Pasien telah
melakukan relaksasi nafas dalam yang berguna untuk membantu mengurangi rasa
nyeri.
37
5. Evaluasi
Menurut (PPNI, 2018) Evaluasi Keperawatan merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir
yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.
Evaluasi keperawatan pada Ny”I” di ambil pada hari ke 3 pasien di rawat, dari
implementasi yang telah dilakukan selama 3 hari maka evaluasi keperawatan
didapatkan pasien mempu duduk dan berdiri serta beraktivitas dibantu oleh keluarga,
pasien sudah tampak membaik dan tidak meringis lagi, pasien mengatakan jika skala
nyeri nya telah berkurang menjadi skala 2. Pasien telah di perbolehkan pulang atas
anjuran dokter.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, penulis dapat menarik kesimpulan dari asuhan
Keperawatan pada Ny “I” dengan post sectio caesaria P1A0 atas indikasi plasenta
previa yaitu:
1. Pengkajian pada Ny “I” di dapatkan hasil pasien mengatakan masih takut dan belum
bisa beraktivitas di karenakan pasien merasa lemah akibat luka pasca operasi, pasien
baru bisa miring kanan dan kiri 2 jam setelah operasi. Pasien mengeluhkan nyeri di
bagian abdomen akibat luka operasi, nyeri seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4
dan frekuensi nyeri hilang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Ny”I” yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik.
3. Intervensi yang diberikan pada Ny”I” adalah manajemen energi untuk diagnosa
intoleransi aktivitas salah satunya dengan melakukan aktivitas secara bertahap dan
manajemen nyeri untuk diagnosa nyeri akut salah satunya dengan mengajarkan teknik
nonfarmakologis dengan teknik tarik nafas dalam dan pemberian obat analgetik
sesuai anjuran dokter.
4. Implementasi pada Ny”I” di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah di tentukan
yaitu manajemen energi untuk diagnosa intoleransi aktivitas. Salah satunya yaitu
menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap atau mobilisasi dini. Pada
nyeri akut implementasi di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan
yaitu manajemen nyeri. Dimana salah satunya adalah memberikan terapi
nonfarmakologis dengan relaksasi nafas dalam.
38
39
5.2 Saran
5.2.1 Bagi STIK BINA HUSADA PALEMBANG
Diharapkan bagi institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan dan
arahan kepada mahasiswa/mahsiswi dalam menjalani praktik klinik
keperawatan terutama mengenai hal-hal baru yang ditemui mahasiswa dilahan
praktik yang belum didapatkan dipendidikan, sehingga kualitas pendidikan
pun dapat ditingkatkan khususnya program studi Keperawatan dan Profesi
Ners STIK Bina Husada Palembang.
Putri, A., Dewi, S., Setianingsih, N. J., & Novyriana, E. (2022). Peran Mobilisasi Dini Pada
Penyembuhan Luka Pasca Sectio Kaisarea Machine Translated by Google. 1(1), 7–14.
Journal, J., & Health, O. F. (2020). Literatur Review : Faktor Penyebab Plasenta Previa
Pada Ibu Hamil Literature Review : Factors Causing Placenta Previain. 1–7.
Jayanti & Mayasari. 2022. Anatomi Fisiologis Sistem Reproduksi. Jurnal Kesehatan
Indonesia.
Karbela, P., Aisyah, R. D., Susiatmi, S. A., & Pekalongan, K. K. (2022). CASE STUDY :
Comprehensive Midwife Care in Mrs . T in Pajomblangan Village , Study Case :
Working Area of Puskesmas Kedungwuni 1 Pekalongan District Studi Kasus : Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny . T di Desa Pajomblangan Wilayah Kerja
Puskesmas. 1296–1299.
Kurniati et al. (2015). Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Plasenta Previa Pada
Ibu Hamil. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery)
Kusbandiyah, J., & Puspadewi, Y. A. (2020). Pengaruh Postnatal Massage terhadap Proses
Involusi dan Laktasi Masa Nifas di Malang. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery).
Maryani, D., & Elisa, M. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta
Previa Totalis Di Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Tk. Iiiâ Kota Bengkulu.
Journal Of Midwifery, 6(2), 1–6. https://doi.org/10.37676/jm.v6i2.626
Mursiti, T., & Nurhidayati, T. (2020). Identifikasi Ibu Bersalin Perokok Pasif Terhadap
Kejadian Placenta Previa Di Rumah Sakit Wilayah KabupatenKendal. Midwi fery Care
Journal,
Ningsih, N. J. setia, & Rahmadhani, W. (2022). the Role of Early Mobilization on Wound
Healing After Sectio Caesarea. Journal of Sexual and Reproductive Health Sciences,
1(1), 7.
Nurul Azizah; Rafhani Rosyidah. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan i
Nifas dan Menyusui (M. T. Septi Budi Sartika, Multazam (ed.)). Umsida press.
i i i i
Putri. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas . Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan.
Analis Kesehatan Dan Farmasi, 20(2), 223-234.
Rahayu. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesaria Atas Indikasi
Plasenta Previa. . Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan. Analis Kesehatan Dan Farmasi
Ramadhan, B. R. (2022). Plasenta Previa : Mekanisme dan Faktor Risiko. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada,
Ratnawati, R., & Utari, K. (2022). Efektifitas Tehnik Relaksasi Benson dalam Menurunkan
nyeri Post Sectio Cesarea Ibu Pospartum. Jurnal Ilmiah JKA (JurnalKesehatan
Aeromedika)
Rezeki, S., & Sari, M. (2018). Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Indikasi Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Pada Tahun 2018.
Riyanti, E., & Purwanti, Y. (2021). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post SC
Dengan Masalah Keperawatan Menyusui Efektif Di RS Margono Soekarjo
Purwokwerto. Proceeding Pf The URECOL, 1084-1084.
Suryani, N., Atoilah, E. M., Susilawati, I. R., & Wahyuni, T. (2020). Penyuluhan dan
sosialisasi diastasis recti abdominis di posyandu dahlia 4 desa lewo baru malangbong
garut Hasil.
Tafwid. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal
Keperawatan Indonesia.
Taviyanda, D. (2019). Adaptasi Psikologis Pada Ibu Post Partum Primigravida (Fase
Taking Hold) Sectio Caesarea Dan Partus Normal. Jurnal Penelitian Keperawatan
SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.): 1 ed).
DPP PNI
SIKI PPNI. (2018) ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.): 1 ed).
DPP PNI
SLKI PPNI (2019) ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.): 1 ed).
DPP PNI
DAFTAR TILIK
Melakukan Perawatan Luka post Operasi SC (Ganti balutan)
PENILAIAN
No KEGIATAN
1 2 3
1 Memberitahu klien tindakan yang akan
Dilakukan
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan pasien
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4. Mencuci tangan dengan tujuh langkah
efektif, mengeringkan dengan handuk
5. Membuka bak instrumen dan memakai handscoen
(perhatikan prinsip steril dan pencegahan infeksi)
6. Mengolesi plester dengan kapas beralkohol, agar
mudah dan tidak sakit saat plester
Dibuka
7. Membuka plester dan kassa menggunakan
Pinset
8. Mengkaji keadaan luka (tekan daerah sekitar luka,
lihat luka sudah kering/basah/keluar pus/cairan
dari.tempatluka serta melihat penutupan
kulit dan integritas kulit)
9. Membersihkan luka dengan larutan antiseptik atau
larutan garam faal (menggunakan kassa terpisah
untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area
yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi)
10. Membuang kassa yang telah diganakan ke
dalam nierbekken
11. Mengeringkan luka dengan menggunakan
kassa yang baru
12. Menutup luka dengan kassa steril dan memasang
plester (perhatikan serat kassa
jangan ada yang menempel pada luka)
13. Merapikan pasien
14. Merendam peralatan yang telah digunakan
dalam larutan klorin 0,5%
15. Mencuci tangan dibawah air mengalir dan
mengeringkan dengan handuk
16. Melakukan dokumentasi tindakan yang
telah dilakukan