Anda di halaman 1dari 49

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “I” DENGAN POST SECTIO


CAESAREA P1A0 ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA TOTAL DI
RUANG KEBIDANAN RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2023

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan Praktek


Klinik Keperawatan Maternitas Di RSUD Palembang BARI

Disusun Oleh: Kelompok 1


Nur Wahyuni (23.14901.10.03)
Larasati (23.14901.10.11)
Fasha Rizki Utami (23.14901.10.31)
Eisnaini Sawalila (23.14901.10.32)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2023/2024
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : Asuhan Keperawatan Pada Ny “I” Dengan Post Sectio Caesaria P1A0
Atas Indikasi Plasenta Previa Total Di Ruang Kebidanan RSUD
Palembang BARI Tahun 2023

Palembang, Desember 2023


Menyetujui :

Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing

Nita Septarina, S.Kep., Ners Ns. Sutrisari Sabrina N, S.Kep., M.Kes., M.Kep
NIP.198009022003122002 NIDN. 02.24.038601

Mengetahui ,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM
NIP. 198707012010011001

i
iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karuniaNya kami dengan segala kemampuan dan kesungguhan dapat menyelesaikan makalah
berjudul " Asuhan Keperawatan Pada Ny “I” Dengan Post Sectio Caesaria P 1A0 Atas Indikasi
Plasenta Previa Total Di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI Tahun 2023.
Adapun penulisan makalah ini untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
melaksanakan praktek klinik kebidanan STIK Bina Husada Palembang Program Studi
Profesi Ners di RSUD Palembang BARI.
Dalam penulisan makalah ini tak lepas dari bantuan dan peran serta dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempulan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat
1. dr Hj.Makiani,SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI .
2. dr.Amalia,M.Kes. sebagai Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI .
3. dr.Alfarobi, M.Kes. sebagai Wakil Direktur Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
4. Bembi Farizal, S.ST.Pi.,MM sebagai Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Rumah sakit Umum daerah Palembang BARI.
5. Bety Maryanti, SKM.,M.Kes sebagai Sub.Koordinator Kerjasama dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
6. Hj. Masrianah, S.Kep.,Ns.,M.Kes Kabid Pelayanan Keperawatan RSUD Palembang
BARI
7. Riska Aprianti, S.Kep.,Ns sebagai Koordinator Pembimbing Klinik RSUD Palembang BARI
8. dr. H. Yulius Fitora, M.Kes Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI
9. Nita Septarina, S.Kep., Ners sebagai Pembimbing Klinik Maternitas RSUD Palembang BARI
10. Bdn Yunita Dewi, SST sebagai Kepala Ruangan Kebidanan RSUD Palembang BARI
11. Ns.Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep., M.Kes., M.Kep sebagai Pembimbing
Akademik STIK Bina Husada Palembang.
12. Para Dokter Fungsional beserta staf dan karyawan-karyawati Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
13. Bapak dan ibu dosen beserta Staf STIK Bina Husada Palembang.

ii
v

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, membalas dan melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya
atas bantuan yang telah diberikan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

Palembang, Desember 2023

Kelompok 1

iii
vi

DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.2.2 Tujuan khusus ............................................................................................ 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4
2.1 Profil RSUD Palembang BARI ........................................................................... 4
2.2 Konsep Dasar Post Partum ........................................................................... …11
2.3 Konsep Sectio Caesaria ....................................................................................... 18
2.4 Konsep Plasenta Previa....................................................................................... 19
2.5 Pathway ............................................................................................................... 21
BAB III TUJUAN KASUS .............................................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 34
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 38
5.2 Saran.................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses persalinan tidak selalu normal melalui vagina, terkadang diperlukan
tindakan operasi sectio caesarea. Operasi sectio caesarea adalah langkah utama yang
di tujukan atas indikasi tertentu seperti membantu proses bersalin, baik karena masalah
kesehatan ibu maupun keadaan janin. Operasi sectio caesarea dapat dilakukan pada
saat proses bersalin normal tidak mungkin untuk di lakukan. Prosedur pembedahan
yang dilakukan dimana dengan memberikan sayatan pada perut dan rahim untuk
membantu proses kelahiran dengan mengeluarkan janin dari rahim ibu. Dimana
indikasi dari tindakan operasi sectio caesaria itu sendiri salah satunya adalah plasenta
previa (Ningsih & Rahmadhani, 2022).
Istilah plasenta previa sendiri yaitu ketika pasenta menghalangi atauterletak
berdekatan dengan ostium uteri internum. Terkadang plasenta berimplantasi di bagian
bawah rahim. Plasenta previa, seluruh atau sebagian plasenta yang terletak pada
bagian bawah rahim. Plasenta Previa merupakan komplikasi dan memiliki potensi
serius di mana letak plasenta berada di dalam segmen bawah rahim, sehingga
menciptakan penyumbatan leher rahim yang membuat persalinan menjadi sulit
(Ramadhan, 2022). Pada wanita yang mengalami plasenta previa akan memiliki
dampak yaitu dapat terjadi perdarahan yang menyebabkan syok hingga kematian,
kekurangan darah, plasentitis, dan endometritis dapat terjadi setelah proses bersalin
(Andriyani et al., 2022).
Penyebab pastinya plasenta previa belum diketahui, namun hal penyebab
yang dapat mengakibatkan plasenta previa antara lain rusaknya endrometrium pada
kelahiran selanjutnya (Journal & Health, 2020). Riwayat sectio cesarea pada ibu
pada kehamilan sebelumnya bukanlah penyebab utama yang dapat mengakibatkan
plasenta previa pada hamil berikutnya. Ada penyebab yang dapat menjadi penyebab
plasenta previa yaitu usia yang sudah lansia, kelahiran lebih dari satu kali, obesitas,
hipoplasia endometrium, aborsi, endometrium cacat, dan riwayat plasenta previa
sebelumnya (Karbela et al., 2022).

1
2

Menurut World Health Organization sebanyak 0,3%-2% wanita hamil di


seluruh dunia mengalami plasenta previa pada trimester ke-3. 4 dari 1000 kelahiran
di dunia mengalami plasenta previa (Hero et al., 2023). Di Indonesia pada tahun 2022
jumlah terjadinya plasenta previa mencapai 1,7%-2,9% (Andriyani et al., 2022). Di
Jawa Tengan ada 7% ibu yang mengalami plasenta previa (Mursiti & Nurhidayati,
2020). Sedangkan untuk jumlah operasi sectio caesarea di negara berkembang
meningkat mencapai 5-15% per negara, salah satunya yaitu negara Indonesia.
Menurut hasil dari Riset Kesehatan Dasar (RKD) pada 2018 prevalensi kelahiran di
Indonesia yang menggunakan prosedur operasi sectio caesarea mencapai 17,6%
(Ilmu et al., 2022). Di wilayah Jawa Tengah sebanyak 17,5%. Di RSI Sultan Agung
Semarang pada tahun 2020 sebanyak 14 orang mengalami plasenta previa, 8 orang
pernah mengalami sectio caesarea, dan 4 orang memiliki riwayat plasenta previa
sebelumnya (Ratnawati & Utari, 2022).
Proses sectio caesarea dapat menyebabkan risiko meninggalnya ibu 25 kali
lebih tinggi dari pada kelahiran pervagina atau normal, walaupun operasi sectio
caesarea adalah jalan lain yang terbaik bagi ibu yang memiliki tingginya risiko pada
kelahiran atau untuk menolong nyawa ibu atau janin. Kelahiran sectio caesarea dapat
menyebabkan luka yang perlu diperhatikan tingkat penyembuhan lukanya karena
dapat berisiko terkena infeksi, ruptur uteri, perdarahan (Ilmu et al., 2022).
Peran perawat yaitu harus mempunyai keahlian untuk mencegah dan
melaksanakan impementasi asuhan keperawatan yang di tujukan pada ibu post sectio
caesarea atas indikasi plasenta previa. Peran ini melibatkan pendekatan promotif
yaitu sebagai upaya peningkatan kesehatan dengan memberikan penkes untuk ibu
yang memiliki tujuan supaya ibu dapat mandiri, sehingga ibu mampu mengurus luka
akibat operasi sectio caesare pada waktu sudah di rumah. Pendekatan preventif
adalah mencegah dan meminimkan risiko yaitu untuk menghindari komplikasi,
melalui pengendalian perdarahan, pengendalian kontraksi rahim untuk membantu
mobilisasi dini, dan bagaimana merawat luka setelah operasi sectio caesarea yang
dapat mencegah risiko infrksi (Ayu Zaharany, 2022).
3

Dilihat dari berbagai fakta di atas maka keluhan yang dialami pasien harus
dilakukan penatalaksanaan dengan tepat. Perawat yaitu sebagai pemberi asuhan
keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk dalam pemberian pelayanan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada ibu post sectio caesarea. Dengan fakta tersebut
penulis tertarik untuk menyusun makalah “Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
Atas Indikasi Plasenta Previa Pada Ny “I” Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari”.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Ny “I” dengan post sectio
caesarea P1A0 atas indikasi plasenta previa total di ruang kebidanan
RSUD Palembang BARI tahun 2023.
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny “I” dengan post


sectio caesarea P1A0 atas indikasi plasenta previa total di ruang
kebidanan RSUD Palembang BARI tahun 2023.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada Ny “I” dengan post
sectio caesarea P1A0 atas indikasi plasenta previa total di ruang
kebidanan RSUD Palembang BARI tahun 2023.
3. Melakukan intervensi pada Ny “I” dengan post sectio caesarea
P1A0 atas indikasi plasenta previa total di ruang kebidanan RSUD
Palembang BARI tahun 2023.
4. Melakukan Implementasi pada Ny “I” dengan post sectio
caesarea P1A0 atas indikasi plasenta previa total di ruang
kebidanan RSUD Palembang BARI tahun 2023.
5. Melakukan Evaluasi pada Ny “I” dengan post sectio caesarea
P1A0 atas indikasi plasenta previa total di ruang kebidanan RSUD
Palembang BARI tahun 2023.
4

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1.3.1 Waktu Pelaksanaan


Asuhan keperawatan pada Ny "I" dengan dilaksanakan pada tanggal
7-9 Desember 2023.

1.3.2 Tempat Pelaksanaan


Asuhan keperawatan pada Ny "I" dilakukan di ruangan Nifas RSUD
Palembang BARI Tahun 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil RSUD Palembang BARI

Rumah Sakit umum Daerah palembang BARI merupakan unsur penunjang


pemerintah daerah di bidang kota pelayanan kesehatan yangmerupakan satu -
satunya Rumah sakit milik pemerintah kota palembang BARI terletak di jalan
panca usaha N0.1 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan seberang Ulu 1 dan berdiri
diatas tanah seluas 4,5 H.Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan
raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari
Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.
1. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

a. Visi

Menjadi rumah sakit unggul, amanah dan terpercaya di Indonesia

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada


keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisanmasyarakat.

2) Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan

3) Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan


pelatihan di Indonesia.
c. Motto

Kesembuhan dan kupuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami

2. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya merupakan
gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan menjadi
RSUD Palembang BARI tanggal 19Juni 1995 dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646, RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi

5
6

penuh tingkat dasar pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun


berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Pembangunan gedung dimulai pada tahun 2005 yakni

Gedung Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006) pembangunan
Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan dengan pembangunan : Gedung
Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung
Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria.
Pada5februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 RSUD
Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh tingkat lanjut. Serta Ditetapkan
sebagai BLUD- SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 915.b tahun 2007 penetapan RSUD Palembang Bari sebagai SKPD
Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh. Adapun pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008 meliputi Gedung
Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung Instalai Gizi (Dapur),
Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan
IPAL.

Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe
B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah
kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april 2009. Adapun
pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009 meliputi: Gedung
Kebidanan, Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik serta Gedung
Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010-
2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung ICCU, Gedung
PICU, Workshop dan Musholah.
a. Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1994 Rumah SakitUmum Daerah
Palembang BARI merupakan geduang Poliklinik atau Puskesmas Panca
Usaha.
b. Pada tanggal 19 Juni 1995 di resmikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997di tetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum kelas C.
c. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian statu
7

akreditas penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah


Palembang BARI, tanggal 07 November 2003.
d. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI, tanggal 05 Februari 2008.
e. Kepmenkes RI Nomro: 24l/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan
kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal
02 April 2009.
f. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Rumah Sakit Umum Daerahpalembang
BARI berdasarkan keputusan wali kota PalembangNo. 915 B tahun 2008
tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
g. KARS-SERT/363/1/2012 tentang status akreditas lulus tingkat lengkap
kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari
2012.
3. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
a. Tahun 1985 s.d 1995: dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poliklinik atau
Puskesmas Panca Usaha
b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d 2000: dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI.
c. Bulan Juli 2000 s.d November 2000: Pelaksana Tugas dr. H. Dahlan Abbas,
SpB.
d. Bulan Desember 2000 sampai dengan Februari 2001: PelaksanaTugas dr.
M. Faisal Soleh, SpPD.
e. Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012: dr. Hj. Indah Puspita, H. A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
f. Bulan Februari tahun 2012 s.d sekarang: dr. Hj. Makiani, S.H., M.M.,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
4. Fasilitas dan Pelayanan

a. Fasilitas

1) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 Jam

2) Farmasi atau Apotek 24 Jam

3) Rawat Jalan atau Poliklinik Spesialis


8

4) Bedah Sentral

5) Central Sterilized Suplay Separtemen (C S SD)

6) Unit Rawan Intensif (PICU, NICU & CICU)

7) Rehabilitation Medik

8) Radiologi 24 jam

9) Laboratorium Klinik 24 Jam

10) Patologi Anatomi

11) Bank Darah

12) Hemodialisa

13) Medical Check Up

14) ECG dan EEG

15) USG 4 Dimensi

16) Endoskopi

17) Kamar Jenazah

18) Ct Scan 64 Slides

b. Pelayanan

1) Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis)

2) Poliklinik Spesialis Penyakit dalam

3) Poliklinik Spesialis Bedah

4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

5) Poliklinik Spesialis Anak

6) Poliklinik Spesialis Mata

7) Poliklinik Spesialis THT

8) Poliklinik Spesialis Syaraf

9) Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin

10) Poliklinik Spesialis Jiwa


9

11) Poliklinik Jantung

12) Poliklinik Gigi

13) Poliklinik Psikologi

14) Poliklinik Terpadu

15) Poliklinik Akupuntur

c. Poliklinik Rehabilitasi Medik Pelayanan Rawat Inap

1) Rawat Inap VIP dan VVIP

2) Rawat Inap Kelas I, II, dan III

3) Rawat Inap Penyakit Dalam Perempuan

4) Rawat Inap Penyakit Dalam Laki-Laki

5) Perawatan Anak

6) Perawatan Bedan

7) Perawatan ICU

8) Perawatan Kebidanan

9) Perawatan Neonatus/Nicu/PICU

d. Instalasi Gawat Darurat

1. Dokter jaga 24 j am

2. Ambulans 24 Jam

e. Pelayanan Penunjang

1) Instalasi Laboratorium Klinik

2) Instalasi Radiologi

3) Instalasi Farmasi

4) Instalasi Bedah Sentral

5) Instalasi Gizi

6) Bank Darah

7) Instalasi Pemulasan Jenazah


10

8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

9) Instalasi Laundry

10) Central Sterilized Suplay Departement (CS SD)

11) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)

12) Kasir

13) Hemodialisa

f. Fasilitas kendaraan operasional

1) Ambulance 118

2) Ambulance bangsal

3) Ambulance siaga

4) Ambulance trauma center

5) Mobil jenazah
11

2.2. Konsep Dasar Post Partum


2.2.1 Pengertian
Post partum merupakan masa ketika keluarnya plasenta hingga organ
reproduksi normal semula sebelum mengandung dan terjadi selama enam
mingguan (Himalaya & Maryani, 2022). Post partum merupakan fase pemulihan
ketika lahirnya plasenta dan selaput janin sampai normalnya organ reprodukasi
ke keadaan sebelum mengandung dan beradaptasi dengan datangnya keluarga
baru. Masa ini biasanya terjadi selama enam minggu setelah persalinan
(Taviyanda, 2019).
Post partum adalah periode yang dilalui semua ibu setelah kelahiran bayi
dan biasanya komplikasi dapat terjadi pada periode ini. Masa nifas terjadi dari
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu sehabis persalinan atau 42 hari.
Selama masa ini ibu membutuhkan bimbingan dan nasihat agar proses adaptasi
setelah melahirkan berjalan dengan baik. Badan, pikiran, mental dan keagamaan
yang tidak siap untuk menghadapi masa ini dapat menyebabkan masalah
mengenai perubahan uterus dan menyusui (Kusbandiyah & Puspadewi, 2020).

2.2.1. Tujuan Asuhan Keperawatan Post Partum

Menurut Azlina (2019) tujuan asuhan keperawatan post partum yaitu:

a. Mengidentifikasi adanya perdarahan nifas Perdarahan post partum


merupakan perdarahan yang keluar lewat vagina setelah persalinan.
Perdarahan terjadi ketika hilangnya darah yang sangat banyak sekitar 500 ml
atau lebih.
c. Menjaga kesehatan ibu dan bayi

d. Kesehatan ibu dan bayi sangat penting untuk dijaga, baik kesehatan fisik
mauapun mental. Kesehtan fisik yang dimaksud adalah pemulihan
kesehatan ibu secara umum.
e. Melaksanakan screening

f. Tujuan dilakukan screening adalah untuk mendeteksi apakah terjadi masalah


atau tidak, kemudian mengobati dan merujuk apabila terjadi komplikasi
pada ibu nifas maupun bayinya. Apabila terjadi masalahan, maka harus
segera dilakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan penatalaksanaan
pasca persalinan.
12

g. Pendidikan menyusui dan merawat payudara

h. Terdapat berbagai hal yang harus dijelaskan kepada ibu agar dapat
menyiapkan diri untuk menyusui bayinya yaitu :
a. Menjelaskan tentang cara merawat payudara dengan baik dan benar.

b. Memakai bra yang dapat digunakan untuk memberikan ASI agar merasa
aman dan nyaman
c. Mengajarkan tentang teknik atau posisi memberi ASI yang benar

d. Apabila ada masalah ketika papilla lecet disarankan agar mengolesi ASI
di sekitar papilla setelah memberikan susu.
e. Konseling Keluarga Berencana (KB)
f. Konseling KB merupakan percakapan antara konselor dengan ibu yang
bertujuan untuk membantu ibu untuk mengambil keputusan sesuai
dengan kondisi dan pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap
tentang alat kontrasepsi.

2.2.2. Adaptasi fisiologis dan psikologis post partum


A. Adaptasi fisiologis post partum

1) Sistem reproduksi

a) Uterus
Perubahan yang terjadi yaitu pada uterus mengalami proses pengecilan
uterus setelah membesar akibat kehamilan kemudian kembali ke bentuk
seperti sebelum hamil. Berat uterus dapat meningkat 11 kali. Uterus
mengecil sekitar 500 gram pada saat seminggu setelah kelahiran, 2 pekan
setelah kelahiran uterus mengecil sekitar 350 gram. Setelah 6 minggu
kembali normal (Jayanti & Mayasari, 2022).
b) Lochea

Lochea adalah ekresi cairan rahim pada saat nifas. Lochea juga mengalami
proses involusi. Perubahan lochea menurut Putri (2020) yaitu :
(1). Lochea rubra

Terjadi pada hari pertama sampai ke tiga setelah melahirkan. Karena


isinya darah dan sisa selaput ketuban maka warnya merah kehitaman.
(2) Lochea sanguilenta
13

Berisi sisa darah yang bercampur dengan lendir dan berwarna putih
kemerahan, 3 sampai 7 hari pasca persalinan.
(3) Lochea serosa

Berwarna kekuningan dan mengandung sedikit darah, biasanya terjadi


pada hari ke 7 sampai hari ke 14.

(4) Lochea alba

Berwarna putih dan terdiri atas leukosit, muncul setelah minggu

ke 2 sampai 6.

c) Tempat dimana plasenta tertanam

Saat keluarnya plasenta maka uterus akan tagang sehingga di mana


ruang untuk plasenta mengecil berdiameter 7,5 cm. Plasenta akan
berdiameter kurang lebih 2,5 cm setelah 10 hari persalinan. Epitel
beregenerasi sempurna setelah minggu ke 5 sampai 6 karena
ketidakseimbangan volume darah, plasma, dan sel darah merah (Kurniati
et al., 2015).
d) Perineum, vagina, vulva, dan anus
Progesteron yang turun dapat membantu pulihnya otot panggul
perineum, vagina, dan vulva. Ketika masa nifas vagina akan membentuk
saluran lebar yang dindingnya halus lama kelamaan akan menyempit
kembali. Pada minggu ketiga rugae akan muncul. Penurunan estrogen
setelah persalinan yang berkontribusi terhadap penipisan lapisan mukosa
vagina dan rugae akan hilang.
Membutuhkan waktu 2 sampai 3 pekan mukosa vagina untuk
kembali normal namun lebih lama untuk perbaikan luka sub-mukosa yaitu
sekitar 4-6 minggu. Pada hari ke 7 laserasi perineum akan kembali normal
dan pada hari ke 5 sampai 6 otot perineum akan normal. Biasanya anus
akan terlihat hemoroid (varises anus) dan akan timbul gejala lainnya
yaitu gatal, rasa yang tidak nyaman, dan pada waktu buang air besar
keluar darah merah terang. Setelah beberapa minggu melahirkan
hemoroid akan mengecil (Kurniati et al., 2015)
14

2) Sistem pencernaan

Sistem pencernaan pada pasca melahirkan membutuhkan waktu untuk


kembali normal setelah melahirkan. Salah satu keluhan yang sering dialami
ibu nifas akibat dari perubahan fisiologis masa nifas adalah kesulitan buang
air besar. Hal ini disebabkan menurunnya tonus ototusus selama proses
persalinan dan awal masa setelah melahirkan, diare sebelum persalinan,
kurang makan, dehidrasi, wasir ataupun laserasi jalan lahir (Rahayu et al.,
2021).

3) Sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, ibu nifas akan mengalami


kesulitan untuk berkemih dalam 24 jam pertama. Penyebabnya
kemungkinan adalah terdapat spasme sfinkter dan edema pada leher
kandung kemih yang mengalami tekanan antara kepala janin dan tulang
kemaluan selama persalinan. Dinding kandung kemih memperlihatkan
adanya edema dan hiperemia, terkadang edema trigonum yang dapat
menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga mengakibatkan retensi urine.
Kandung kemih pada masa nifas menjadi kurang sensitif, dalam hal ini,
sisa urine dan trauma kandung kemih saat persalinan dapat berisiko
menimbulkan infeksi (Azizah, 2019).

a. Sistem musculoskeletal

Pada ibu nifas dinding perut akan terasa penuh dalam waktu lama
yang disebabkan oleh kehamilan, dinding perut masih lembek dan kendur.
Diperlukan waktu beberapa minggu agar struktur ini kembali ke keadaan
normal. Jika otot-ototnya tetap atonik, dinding perut akan tetap kendur.
Ada pemisahan yang jelas atau diastasis muskulus rektus. Pada kondisi ini,
dinding perut di sekitar garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum, fasia
tipis, lemak subkutan dan kulit (Suryani et al., 2020).

b. Sistem endokrin

Menurut Kurniati (2015) perubahan yang dapat terjadi pada system


endokrin yaitu :
15

a. Oksitosin
Glandula pituitarin posterior dapat mengekresikan ositosin dan
bekerja pada otot rahim dan payudara. Oksitosin yang berada di dalam
sirkulasi darah dapat mengakibatkan otot rahim berkontraksi.
b. Prolactin
Menurunnya estrogen menyebabkan ekresi dari prolactin akan
bereaksi terhadap alveoli di payudara mengakibatkan produksi ASI
sehingga kadar prolactin tetap tinggi.
c. HCG, HPL, Estrogen, dan Progesterone
Kadar hormone, HPL, HCG, estrogen, dan progesteron yang terdapat
pada darah ibu turun drastis dan biasanya normal kembali setelah satu
pekan.
c. Pemulihan ovulasi dan menstruasi
Ovulasi jarang terjadi sebelum minggu ke-20 pada ibu yang menyusui
bayinya, dan tidak lebih dari minggu ke-28 pada ibu yang melanjutkan
menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan
menstruasi biasanya mulai terjadi antara 7-10 minggu (Kurniati et al.,
2015).
d.Tanda-tanda vital
Menururt Kurnia (2019), perubahan ttv pada ibu post partum yaitu :
a. Suhu tubuh
Pada 24 jam pertama suhu tubuh ibu bisa naik hingga 38 derajat
celsius yaitu efek dari kehausan saat melahirkan.
b. Nadi
Denyut nadi akan tetap tinggi pada beberapa jam setelah proses
kelahiran bayi dan akan menurun kembali dengan frekuensi yang kurang
stabil. Denyut nadi akan kembali normal pada minggu ke 8 sampi 10
setelah kelahiran.
c. Pernapasan
RR ibu harus berada diantara rentang normal sebelum proses
persalinan.

d. Tensi
Biasanya tensi akan sedikit berubah atau masih tetap
16

4) Sistem kardiovaskuer

Perubahan volume darah dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti


kehilangan darah selama persalinan dan mobilisasi. Kehilangan darah terjadi
akibat penurunan volume darah total yang cepat, namun terbatas. Setelah itu
terjadi pergerakan normal cairan tubuh, menyebabkan volume darah perlahan
berkurang. Pada minggu ke 3-4 setelah persalinan, volume darah menurun
hingga normal sebelum hamil. Pada persalinan melalui vagina, ibu dapat
kehilangan darah sekitar 300-400 cc dan kehilangan darah 2 kali lipat jika
SC. Hematokrit kembali normal setelah 4-6 minggu (Azizah, 2019).

5) Sistem hematologi

Pada hari pertama setelah melahirkan kadar yang terdapat pada


fibrinogen dan plasma darah akan mengalami penurunan namun darah akan
tetap kental sehingga bisa mengakibatkan pembekuan darah. Sel darah putih
akan tinggi setelah melahirkan yaitu tinggi mencapai 15.000. tanpa adanya
keadaan patologis sel darah putih mampu meningkat menjadi 25.000-30.000
selama persalinan. Jumlah hematokrit, hemoglobin, dan eritrosit akan
bervariasi pada awal setelah persalinan. Volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah tergantung pada status gizi wanita tersebut. Sekitar
200-500 ml akan kehilangan selama persalinan. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan berhubungan dengan peningkatan
hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 setelah kelahiran dan akan
kembali normal dalam 4-5 minggu setelah kelahiran (Azizah, 2019).
17

B. Adaptasi psikologis post partum

Menurut Azizah (2019) perubahan adaptasi psikologis post partum yaitu :

1) Fase taking in

Fase ini dimana suatu masa yang menjadikan ibu tergantung dan
berlangsung di hari pertama sampai ke dua. Perhatian ibu akan tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya, biasanya akan menceritakan proses persalinanya
secara berulang. Akibatnya ibu cenderung pasif terhadap orang-orang di
sekitarnya. Dengarkan dan luangkan waktu untuk ibu merupakan suatu dukungan
yang begitu berharga. Tidur yang tenang merupakan saat yang sangat penting untuk
ibu karena dapat mengurangi gangguan pada padan dan mental, selain itu gizi yang
seimbang juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, serta untuk
mempersiapkan proses menyusui.

2) Fase taking hold

Fase ini terjadi selama 3 sampai 10 hari setelah kelahiran bayi. Pada fase ini ibu
akan merasa tidak mampu untuk merawat bayinya, ibu juga akan sangat sensitive
mengakibatkan ibu akan mudah tersinggung dan marah. Pada masa ini ibu sangat
membutuhkan motivasi karena pada masa ini merupakan peluang yang bagus untuk
menerima masukan bagaimana cara merawat diri dan bayinya, sehingga akan timbul
rasa percaya diri.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase dimana ibu akan menerima tanggung jawabnya sebagai
ibu dan berlangsung 10 hari setelah kelahiran bayinya. Ibu akan dapat membiasakan
dirinya untuk merawat bayinya dan rasa percaya diri ibu meningkat pada masa ini.
Ibu juga mulai bertanggung jawab atas perawatan bayinya dan harus menyesuaikan
untuk kebutuhan bayinya yang sangat membutuhkan ibunya sehingga
mengakibatkan kurangnya hak, kebebasan, dan hubungan social ibu (Azizah, 2019).
18

2.3 Konsep Sectio Caesarea


2.3.1 Pengertian

Sectio caesarea sendiri bersal dari Bahasa latin yaitu caedo yang memiliki arti
“memotong”. Operasi SC memiliki arti yaitu persalinan melalui sayatan di perut dan di
dinding rahim. Operasi sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan di mana dibuat
sayatan pada dinding perut sampai Rahim untuk membantu proses persalinan (Zuleikha
et al., 2022). Tindakan SC merupakan pilihan yang tepat ubtuk ibu yang akan
melahirkan dengan adanya penyebab medis dan non medis, operasi SC dilakukan
dengan cara memutuskan jaringan kontuinitas dengan sayatan sehingga bayi dapat keluar
dan meninggalkan rasa nyeri pada bekas sayatan dan nyeri akan bertambah di saat
anestesi habis (Febiantri & Machmudah, 2021).

2.3.2 Indikasi
a. Pada ibu

Stenosis panggul, tumor jalan lahir obstruksi, striktur servik, plasenta previria,
disproporsi sefalopelvis, ruptur uterus, diabetes (jarang), riwayat obsterti yang
buruk, riwayat operasi sectio caesarea klasik, infeksi hipervirus tipe 2 (genetik)
b. Pada bayi
Posisi janin tidak stabil, presentasi sungsang (jarang), penyakit atau kelainan
janin (Rezeki & Sari, 2018).

2.3.3 Komplikasi
a. Infeksi puerperal
Terdapat infeksi yang dapat terjadi antara lain ilo post SC, dehisensi
luka SC, dehisensi luka episiotomy dan lain-lain.
b. Perdarahan
komplikasi utama setelah operasi SC adalah pendarahan akibat
dilatasi insisi uterus, atonia uteri, kesulitan mengeluarkan plasenta, dan
hematoma.
c. Komplikasi yang terjadi pada bayi

Komplikasi pada bayi yang diakibatkan oleh operasi SC tergantung


pada penyebab di lakukannya operasi SC. Menurut negara yang
pengawasan antenatal dan intranatal baik, sebanyak 4-7 % kematian
bayi akibat operasi SC (Safitri, 2020).
19

Jenis sectio caesarea :

a. Sectio casarea transperitoneal

1) Sectio caesarea klasik atau korporal

Pembedahan dilakukan seperti membuat irisan luka yang bentuknya


tegak lurus pada perut.

2) Sectio caesarea ismika

Melakukan pembedahan dengan cara membuat irisan luka yang


bentuknya garis mendatar diatas tulang kemaluan dan di bawah rahim
b. Sectio caesarea ekstraperitoneal
Melakukan SC dengan cara melakukan pembukaan parietalis tanpa
membuka kavum abdomen (Tafwid, 2015).

2.4 Konsep Plasenta Previa


2.4.1 Pengertian plasenta previa
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya tidak normal yaitu
pada bagian bawah rahim yang mnegakibatkan tertutupnya sebagian atau
semua jalan lahir bayi (Syafitri & Suwardi, 2020). Plasenta previa
merupakan plasenta yang letaknya berada pada segmen bawah uterus
sehingga mengakibatkan tertutupnya sebagian atau semua pembukaan
jalan lahir, perdarahan bisa terjadi pada usia kehamilan 22 pekan (Andika,
2022). Plasenta previa adalah plasenta yang berada pada segmen bawah
rahim dan pada usia lebih dari 20 minggu, jika ibu menderita perdarahan
antepartum maka ibu akan mengalami syok, kekurangan darah dan bahkan
ibu dapat meninggal dunia (Mayang Sari & Budianto, 2021). Plasenta
previa menyebabkan obstruksi pada leher rahim sehingga mempersulit
proses persalinan (Sakinah et al., 2022).

2.4.2 Etiologi

Etiologi plasenta previa secara pasti masih belum diketahui namun


faktor risiko terjadinya plasenta previa antara lain memiliki riwayat
plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, riwayat operasi sectio
20

caesarea atau operasi uterus lainnya, kelahiran bayi kembar, usia ibu diatas
35 tahun, prosedur bayi tabung, penggunaan kokain dan merokok. Ibu
dengan usia diatas 35 tahun memiliki risiko plasenta previa 3 kali lipat
lebih besar dibandingkan dengan wanita usia 20-35 tahun. Pada kehamilan
dengan ibu primitua primer, terjadi keadaan dimana endometrium yang
kurang baik, misalnya akibat atrofi endometrium atau vaskularisasi desidua
yang tidak baik, karena keadaan tersebut maka plasenta harus tumbuh
meluas untuk mencukupi kebutuhan janin (Rahmania & Purnamawati,
2022).

2.4.3 Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa lateralis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta previa letak retak rendah

2.4.3 Manifestasi klinik

Gejala dari plasenta previa yaitu perdarahan yang keluar tanpa


sebab, ada juga tanpa adanya rasa nyeri biasanya berulang, darah berwarna
merah segar, terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas dan darah
yang di keluar bisa dikit maupun banyak (Maryani & Elisa, 2018).

2.4.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu jika mengalami plasenta


previa adalah dapat terjadi perdarahan hingga syok sampai dengan
kematian, anemia karena perdarahan, plasentitis, dan endometritis setelah
persalinan (Andriyani et al., 2022).
21

2.5 Pathway

Plasenta previa, ruptur sentralis


Sectio
dan lateralis, panggul sempit,
Caesarea
pre-eklamsia persalinan lama

Adaptasi post partum Post anestesi Luka operasi

Psikologis Fisiologis Penurunan Penurunan Jaringan Jaringan


kerja medulla kerja pons terputus terbuka
Taking in, Laktasi
taking hold, Penurunan Penurunan Merangsang Proteksi
letting go Prolaktin kerja otot
refleksi batuk area sensorik kurang
menurun eliminasi
Perubahan Akumulasi Invansi
Gangguan
peran Produksi ASI
sekret Penurunan rasa nyaman bakteri
menurun
peristaltic
Bersihan usus Resiko
Nyeri akut
Menyusui jalan nafas infeksi
tidak efektif
tidak efektif Konstipasi

Sumber : (Sastrawan & Wardhani, 2022) & (SDKI, 2017)


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 07 Desember 2023


Pukul : 11.30 WIB
DATA UMUM KLIEN
Inisial Klien : Ny.”I” Inisial Suami : Tn.”P”
Usia : 18 tahun Usia : 18tahun
Status Perkawinan : kawin Status Perkawinan : kawin
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Pendidikan terakhir : SMP Pendidikan Terakhir : SMA

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu


Tipe Jenis BB Keadaan Masalah
No Tahun Penolong
Persalinan Kelamin Lahir Bayi Waktu Kehamilan
- - - - - - - -

Pengamalan Menyusui : ya / tidak Berapa Lama : Tidak pernah

Riwayat Kehamilan Saat Ini


1. Berapa kali periksa saat hamil : 6 kali periksa di dokter dan bidan
2. Masalah kehamilan : Plasenta Previa

Riwayat Persalinan
1. Jenis Persalinan : SC a/i Tgl/jam : 07 Desember 2023/07.30 wib
2. Jenis kelamin bayi : L/P, BB/PB : 3.800gr/50 cm A/S
3. Perdarahan - cc
4. Masalah dalam persalinan plasenta previa

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi pasien mengatakan pertama menstruasi pada umur 15
tahun.
2. Riwayat KB pasien mengatakan belom pernah KB.

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status obstetrik : NH 1 P:1 A : 0
Bayi rawat gabung : ya/tidak
Keadaan umum Pasien : tampak masih lemas
Kesadaran : compos mentis
BB / TB : 53 kg/ 155 cm
Keluhan utama : Nyeri

22
23

P : Nyeri post SC
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dibagian abdomen
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul

Tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Suhu 36,50C
Pernapasan 21 x/mnt

Kepala Leher
Kepala : normal tidak ada benjolan
Mata : tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis.
Hidung : bersih, simetris
Mulut : normal bersih kemampuan mengunyah baik
Telinga : simetris, bersih tidak ada penumpukan serum
Leher : normal, tidakada pembesaran kelenjar tyroid.
Masalah khusus : tidak ada masalah keperawatan
Dada
Jantung : suara jantung normal berbunyi lup dub
Paru : simetris tidak ada edema
Payudara : simetris, tidak ada pembengkakan, aerola hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : cukup baik
Masalah khusus : tidak ada masalah keperawatan
Abdomen
Involusi uterus : TF U 2 cm di bawa h p us at
Fundus uterus : teraba keras posisi 3 jari dibawah pusat
Kandungan kemih : normal
Diastasis rektus abdomis Selebar 2 jari
Fungsi pencernaan : pasien mengatakan belum BAB setelah operasi
Masalah khusus : pasien mengatakan nyeri pada luka SC nya
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit baik, edema tidak ada, memar tidak ada,
rupture tidak ada, hematom tidak ada
baik Perineum : Utuh
Tanda REEDA
R : Kemarahan : ya/tidak
E : Bengkak : ya/tidak
E : echimosis : ya/tidak
D : discharge : serum/pus/darah/tidak ada
A : aproximate : baik/tidak
Kebersihan : baik
Lochea Jumlah
24

Jenis/warna : Lochea rubra (merah kehitaman)


Konsistensi : berupa lendir dan darah
Bau : anyir
Hemorhoid : Tidak ada
Masalah Khusus : -
Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema : ya / tidak
Eskstremitas bawah : tidak ada edema atau farises
Edema : ya/tidak, lokasi -
Varises : ya / tidak, lokasi -
Tanda homan : + / -
Masalah Khusus : tidak ada masalah keperawatan
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK pasien terpasang kateter setelah melahirkan warna urine
kuning, nyeri : ya / tidak
BAB : Kebiasaan BAB pasien belum bisa BAB setelah
operasi, nyeri : ya / tidak
Masalah Khusus : Tidak ada masalah keperawatan
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi 2 x siang dan malam
Pola tidur saat ini 1 jam
Keluhan ketidaknyamana : ya / tidak, lokasi pasien mengatakan merasakan nyeri dan kurang
nyaman pada luka post SC nya
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : pasien belum bisa berjalan
Latihan / senam : pasien belum mampu berjalan
Masalah khusus : intoleransi aktivitas
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi : 3 x sehari nafsu makan : baik/kurang/tidak ada
Asupan cairan : cukup/kurang
Masalah Khusus : tidak ada masalah keperawatan
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : baik
Penerimaan terhadap bayi : baik, pasien sangat bahagia dengan kelahiran anak
pertamanya
Masalah Khusus : tidak ada
Kemampuan Menyusui : baik
25

TERAPI
Terapi Cara Pemberian Dosis Golongan/Jenis Indikasi
Infus Rl Intravena 20 tpm Jenis Resusitasi cairan
Asam Mefenamat Oral 3 x 500 Antiinflamasi Nyeri
Mg nonsteroid (OAINS)
Cefazoline Injeksi 1x 2 gr Antibiotik Mencegah
infeksi
Pronalges Supos 2x 100 Nonsteroid anti- Nyeri pasca post
Mg inflammatory drug partum
(NSAID)
Tramadol Injeksi 1 x 50 Agonis opioid Nyeri
Mg

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal pemeriksaan Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


07 desember 2023 hemoglobin 10,5 g/dL 12 g/dL
26

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Operasi SC Intoleransi aktivitas
- pasien mengatakan luka pasca SC
nya terasa sakit Integritas kulit tak utuh
- Pasien belum bisa berjalan
nyeri akibat luka operasi
DO :
- Pasien tampak lemah immobilisasi
- Pasien tampak miring kana dan kiri
setelah 2 jam pasca operasi
- TTV : intoleransi aktivitas
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5 OC
RR : 21 x/menit
2. DS : Operasi SC Nyeri akut
- pasien mengatakan luka pasca SC
nya terasa sakit rasa nyeri Integritas kulit
seperti ditusuk-tusuk pada bagian terputus
abdomen dengan skala nyeri 4 dan
nyerinya hilang timbul.`` Saraf sekitar luka
terpotong
DO :
- Pasien tampak merintih
- TTV : Nyeri akibat operasi
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/menit Nyeri Akut
S : 36,5 OC
RR : 21 x/menit

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosis
No. Tanggal Kode
Keperawatan
1. 07 Desember 2023, pukul 11.50 D.0056 Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan akibat luka
operasi
2. 07 Desember 2023, pukul 11.50 D.0077 Nyeri akut b.d agen
pencedera fisik
27

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama Klien : Ny.”I” No. Med Reg : 518400
Ruang : Nifas Hari/Waktu : Kamis, 07 Desember 2023 / 12.00
Jenis Kelamin :P Shift : pagi

No DIAGNOSIS Tujuan Intervensi


1. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi
SIKI
aktivitas keperawatan selama 2 x 24 Manajemen energi
(D.0056) jam, maka diharapkan Observasi
toleransi aktivitas meningkat1. Identifikasi gangguan
dengan fungsi tubuh yang
kriteria hasil : mengakibatkan
1. Keluhan nyeri menurun kelelahan
2. Tidak meringis karena 2. Monitor kelelahan fisik
nyeri dan emosional
3. Frekuesni nadi membaik 3. Monitor pola dan jam
tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulasi
2. Lakukan Latihan
rentang gerak pasif dan
aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Ajarkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
asuapan makanan
28

2. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi SIKI


(D.0077) keperawatan selama 2 x 24 Manajemen Nyeri
jam, maka diharapkan nyeri Observasi :
akut dapat teratasi dengan 1. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
4. Keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
5. Tidak meringis karena
3. Identifikasi skala nyeri non-
nyeri verbal
Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
memperberat nyeri
5. Monitor efek samping
pemberian analgesik
Terapeutik :
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemulihan
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan tekhnik non-
farmakologis untuk
meredakan nyeri
3. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
29

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.”I” No. Med Reg : 518400


Ruang : Nifas Hari/Waktu : Kamis, 07 Desember 2023 / 11.50
Jenis Kelamin :P Shift : pagi

Nama & TT
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
Perawat
Intoleransi Kamis, 07
07- 12-2023 / 13.30
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan S : pasien mengatakan
aktivitas Desember 2023 kelelahan belum bisa
(D.0056) R/ pasien mengatakan merasakan nyeri bergerak miring
11.50 dan takut saat akan bergerak kanan miring kiri
dikarenakan luka jahitan
2. Memonitor pola dan jam tidur R/ O:
12.00 pasien belum bisa tidur
- Pasien tampak
3. Memonitor lokasi dan
12.05 ketidaknyamanan selama lemah
melakukan aktivitas - TTV :
R/ pasien mengatakan masih takut untuk TD : 130/80
bergerak dikarenakan luka post SC mmHg
12.10 4. Menyediakan lingkungan nyaman N : 85 x/menit
dan rendah stimulasi T : 36,8 OC
R/ lingkungan pasien aman dan nyaman
5. Melakukan Latihan rentang gerak pasif RR : 20 x/menit
12.15 dan aktif A : Masalah
R/ pasien mulai belajar miring kanan dan belum teratasi
miring kiri P: Intervensi
6. Memfasilitasi duduk di sisi tempat 2,4,5,6,7
tidur, jika tidak berpindah atau dilanjutkan
12.20 berjalan
R/ pasien belum bisa duduk dan berjalan
7. Menganjurkan melakukan aktivitas
12.25 secara bertahap
R/ pasien mulai miring kanan dan
miring kiri
30

Nyeri akut Kamis, 07


(D.0077) Desember 2023 07- 12-2023 / 13.30
12.35 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : pasien mengatakan
frekuensi dan skala nyeri rasa sakit pada luka
R/ Pasien mengatakan nyeri di bagian Post SC dan pasien
abdomen akibat luka post SC, pasien
mengatakan skala
mengatakan skala nyeri 4
12.45 2. Mengidentifikasi respon non-verbal nyeri 4
R/ pasien tampak merintih dan meringis
12.50 3. Memberikan teknik non-farmakologis O :
untuk mengurangi rasa nyeri yang telah - Pasien tampak
diberikan (tenknik nafas dalam atau merintih
relaksasi benson) - TTV :
R/ ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau TD : 130/80
12.50 relaksasi benson mmHg
4. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri N : 85 x/menit
dalam pemulihan
T : 36,8 OC
R/ memberi penjelasan dimana sumber
RR : 20 x/menit
nyeri dan bagaimana nyeri diraasakan
12.55 A : Masalah belum
5. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
teratasi
R/ memberi penjelasan kepada pasien apa P: Intervensi
penyebab nyeri dan berapa lama nyeri 1,2,3,6
13.15 dirasakan dilanjutkan
6. Kolaborasi pemberian analgetic
R/ terapi obat analgetic asam mefenamat
3x500mg
31

Nama Klien : Ny.”I” No. Med Reg : 518400


Ruang : Nifas Hari/Waktu : Jumat, 08 Desember 2023 / 13.00
Jenis Kelamin :P Shift : pagi

Nama & TT
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Perawat
Intoleransi Jumat/08 08- 12-2023 / 13.30
aktivitas Desember
(D.0056) 2023 S: pasien mengatakan
08.10 1. Memonitor pola dan jam tidur R/ rasa sakit pada luka
pasien belum bisa tidur Post SC nya sudah
08.15 2. Menyediakan lingkungan nyaman
berkurang dan
dan rendah stimulasi
R/ lingkungan pasien aman dan nyaman sudah bisa ke
08.20 3. Melakukan Latihan rentang gerak pasif kamar mandi
dan aktif dengan bantuan
R/ pasien mulai belajar miring kanan dan keluarga
miring kiri
08.25 4. Memfasilitasi duduk di sisi tempat O:
tidur, jika tidak berpindah atau
- Pasien tampak
berjalan
R/ pasien belum bisa duduk dan berjalan membaik
08.30 5. Menganjurkan melakukan aktivitas - TTV :
secara bertahap TD : 100/80
R/ pasien mulai belajar duduk dan mmHg
bediri dibantu keluarga N : 80 x/menit
T : 36,6 OC
RR : 20 x/menit
A :Masalah
teratasi
P: Intervensi
dihentikan
32

Nyeri akut Jumat/08


(D.0077) Desember 08- 12-2023 / 13.30
2023
08.55 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
frekuensi dan skala nyeri S : pasien mengatakan
R/ pasien mengatakan nyeri di bagian rasa sakit pada luka
abdomen akibat luka post SC, pasien Post SC nya sudah
mengatakan skala nyeri 3 berkurang dan skala
09.00 2. Mengidentifikasi respon non-verbal R/ nyeri berkurang
pasien tampak membaik menjadi 3
09.10 3. Mengevaluasi teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri yang telah O:
diberikan (tenknik nafas dalam atau - Pasien tampak
relaksasi benson) membaik
R/ ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau - Tampak
relaksasi benson kemerahan
09.20 4. Berikan analgetic asam mefenamat berkurang
3x500mg sesuai anjuran sebelumnya - TTV :
TD : 100/80
mmHg
N : 80 x/menit
T : 36,6 OC
RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
1,2,3,4
33

Nama Klien : Ny.”I” No. Med Reg : 518400


Ruang : Nifas Hari/Waktu : Sabtu, 09 Desember 2023 / 14.00
Jenis Kelamin :P Shift : siang

Nama & TT
Diagnosis Hari/Tgl/Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
Perawat
Nyeri akut Sabtu, 09 09- 12-2023 / 19.30
(D.0077) Desember 2023 /
14.35 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : pasien mengatakan rasa
frekuensi dan skala nyeri sakit pada luka Post SC nya
sudah berkurang skala
R/ pasien mengatakan nyeri nya sudah Nyeri menjadi 2
14.40 berkurang, pasien mengatakan skala O :
nyeri 2 - Pasien tampak
2. Mengidentifikasi respon non-verbal
membaik
14.45
- TTV :
R/ pasien tampak membaik
17.00 TD : 120/70
3. Mengevaluasi teknik non-farmakologis mmHg
untuk mengurangi rasa nyeri yang telah N : 80 x/menit T
diajarkan (tenknik relaksasi nafas dalam) : 36,5 OC
RR : 20 x/menit
4. Berikan analgetic asam mefenamat
A : Masalah
3x500mg sesuai anjuran sebelumnya teratasi sebagian
P : Intervensi
dihentikan pasien boleh
pulang
40

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny “I” di dapatkan pembahasan sebagai
berikut :

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan dan verifikasi data yang
bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien dan rencana
yang efektif dalam perawatan pasien. Pengkajian keperawatan dilakukan secara
komprehensif dan terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis
data, sistematika data, dan penentuan masalah. Tahap pengumpulan data merupakan
langkah pertama dalam pengkajian keperawatan. Merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi, situasi, kebutuhan klien. Pengumpulan data
dilakukan secara akurat dan nyata, lengkap, relevan, singkat, dan deskriptif. Selain itu
juga dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengkajian fisik, observasi, serta
dengan melihat hasil pemeriksaan diagnostik (Nurul Azizah, 2019).
Pada Ny “I” di dapatkan hasil pengkajian pasien mengatakan masih takut dan
belum bisa beraktivitas di karenakan pasien merasa lemah akibat luka pasca operasi,
pasien baru bisa miring kanan dan kiri 2 jam setelah operasi. Pasien mengeluhkan
nyeri di bagian abdomen akibat luka operasi, nyeri seperti di tusuk-tusuk dengan
skala nyeri 4 dan frekuensi nyeri hilang timbul. Pasien mengatakan kemampuan
menyusui baik, puting susu pasien menonjol dan ASI sudah mulai keluar karena bayi
sudah mulai bisa menghisap putting susu ibu secara kuat.

2. Diagnosa
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI PPNI, 2017)
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien post sectio caesaria
adalah nyeri akut, intoleransi aktivitas dan menyusui tidak efektif.

Pada Ny “I” di dapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu intoleransi aktivitas


berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik. Diagnosa Intoleransi aktivitas di tegakkan karena pada pengkajian di dapatkan

34
35

data subjektif dan objektif dimana pasien mengatakan tubuhnya lemah, pasien
tampak lemah dan pasien belum bisa melakukan aktivitas hanya miring kanan dan
kiri setelah 2 jam pasca operasi. Diagnosa nyeri akut di tegakkan karena adanya data
subjekti pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan, pasien mengatakan nyeri saat
bergerak, pasien mengatakan skala nyeri 4 dan pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan data objektif nya adalah pasien tampak meringis saat berpindah
posisi, terdapat luka jahitan post operasi di abdomen.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Riyanti&Purwanti, 2021) dimana hasil


pengkajian dari Ny”I” mengatakan bahwa kemampuan menyusui baik, puting susu
pasien menonjol dan ASI sudah mulai keluar karena bayi sudah mulai bisa menghisap
putting susu ibu secara kuat. Maka menysusi efektif tidak termasuk ke dalam
diagnosa prioritas di karenakan pemberian ASI baik.

3. Intervensi
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI PPNI, 2018)
Intervensi Keperawatan adalah tindakan yang di lakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengelola masalah kesehatan dan mencapai tujuan
kesehatan yang di inginkan. Tindakan ini dapat berupa tindakan langsung atau tidak
langsung, seperti memberikan informasi, memberikan saran atau solusi, atau
melakukan tindakan fisik seperti memberikan obat atau melakukan perawatan luka.
Tujuan dari intervensi keperawatan adalah untuk membantu pasien dalam mengelola
masalah kesehatannya, mencegah terjadinya masalah esehatan baru, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pada Ny”I” dilakukan intervensi keperawatan manajemen energi untuk


diagnosa intoleransi aktivitas. Intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan
3x24 jam untuk mengatasi intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
ditandai dengan pasien mengatakan merasa lemah dan takut saat akan beraktivitas
yang bertujuan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil kemudahan dalam
melakukan aktivitas dan perasaan lemah menurun. Intervensi keperawatan yang di
lakukan yaitu manajemen energi yang dilakukan yaitu monitor pola dan jam tidur,
sediakan lingkungan yang nyaman dan aman dan anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap.
36

Pada diagnosa nyeri akut intervensi atau tindakan keperawatan yang


dilakukan selama 3x24 jam untuk mengatasi nyeri akut yang berhubungan dengan
agen pencedera fisik di tandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian luka
operasi dengan tujuan keluhan nyeri menurun, meringis menurun. Adapun intervensi
yang telah ditetapkan yaitu manajamen nyeri antara lain yaitu identifikasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,
berikan metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri, kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri serta fasilitasi istirahat dan tidur dan kolaborasi dalam
pemberian analgetik.

4. Implementasi
Menurut Satuan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI PPNI, 2018)
Implementasi Keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan dan dilakukan pada
kasus sesuai dengan rencana keperawatan yang disusun.

Pada Ny”I” impelementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana atau


intervensi yang telah di tentukan yaitu manajemen energi untuk diagnosa intoleransi
aktivitas. Salah satunya yaitu menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara
bertahap atau mobilisasi dini. Dalam melakukan implementasi pasien bersedia
melakukan anjuran atau arahan yang di berikan. Ini sejalan dengan (Agustin, 2020)
dimana pada pasien post sectio caesaria dianjurkan untuk mobilisasi dini karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah yang berguna untuk menurunkan rasa nyeri dan proses
penyembuhan luka lebih cepat dibandingkan ibu post operasi yang tidak melakukan
mobilisasi.

Pada nyeri akut implementasi di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah
ditentukan yaitu manajemen nyeri. Dimana salah satunya adalah memberikan terapi
nonfarmakologis dengan relaksasi nafas dalam. Dalam melakukan implementasi
pasien bersedia melakukan anjuran atau arahan yang di berikan. Pasien telah
melakukan relaksasi nafas dalam yang berguna untuk membantu mengurangi rasa
nyeri.
37

5. Evaluasi
Menurut (PPNI, 2018) Evaluasi Keperawatan merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir
yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.

Evaluasi keperawatan pada Ny”I” di ambil pada hari ke 3 pasien di rawat, dari
implementasi yang telah dilakukan selama 3 hari maka evaluasi keperawatan
didapatkan pasien mempu duduk dan berdiri serta beraktivitas dibantu oleh keluarga,
pasien sudah tampak membaik dan tidak meringis lagi, pasien mengatakan jika skala
nyeri nya telah berkurang menjadi skala 2. Pasien telah di perbolehkan pulang atas
anjuran dokter.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, penulis dapat menarik kesimpulan dari asuhan
Keperawatan pada Ny “I” dengan post sectio caesaria P1A0 atas indikasi plasenta
previa yaitu:
1. Pengkajian pada Ny “I” di dapatkan hasil pasien mengatakan masih takut dan belum
bisa beraktivitas di karenakan pasien merasa lemah akibat luka pasca operasi, pasien
baru bisa miring kanan dan kiri 2 jam setelah operasi. Pasien mengeluhkan nyeri di
bagian abdomen akibat luka operasi, nyeri seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4
dan frekuensi nyeri hilang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Ny”I” yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik.

3. Intervensi yang diberikan pada Ny”I” adalah manajemen energi untuk diagnosa
intoleransi aktivitas salah satunya dengan melakukan aktivitas secara bertahap dan
manajemen nyeri untuk diagnosa nyeri akut salah satunya dengan mengajarkan teknik
nonfarmakologis dengan teknik tarik nafas dalam dan pemberian obat analgetik
sesuai anjuran dokter.

4. Implementasi pada Ny”I” di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah di tentukan
yaitu manajemen energi untuk diagnosa intoleransi aktivitas. Salah satunya yaitu
menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap atau mobilisasi dini. Pada
nyeri akut implementasi di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan
yaitu manajemen nyeri. Dimana salah satunya adalah memberikan terapi
nonfarmakologis dengan relaksasi nafas dalam.

5. Evaluasi keperawatan pada Ny”I” di ambil pada hari ke 3 setelah implementasi


dilakukan. Evaluasi keperawatan didapatkan pasien mampu duduk dan berdiri serta
beraktivitas dibantu oleh keluarga, pasien sudah tampak membaik dan tidak meringis
lagi, pasien mengatakan jika skala nyeri nya telah berkurang menjadi skala 2.

38
39

5.2 Saran
5.2.1 Bagi STIK BINA HUSADA PALEMBANG
Diharapkan bagi institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan dan
arahan kepada mahasiswa/mahsiswi dalam menjalani praktik klinik
keperawatan terutama mengenai hal-hal baru yang ditemui mahasiswa dilahan
praktik yang belum didapatkan dipendidikan, sehingga kualitas pendidikan
pun dapat ditingkatkan khususnya program studi Keperawatan dan Profesi
Ners STIK Bina Husada Palembang.

5.2.2 Bagi RSUD Palembang BARI


Petugas kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayananan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan menggunakan langkah-
langkah yang sesuai dengan teori. Diharapkan bagi pihak Rumah Sakit tetap
mempertahankan kelengkapan semua fasilitas sarana agar asuhan yang
diberikan pada ibu hamil dapat tercapai secara menyeluruh.

5.2.3 Bagi Mahasiswa


Diharapkan mahasiswa mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada ibu hamil serta mahasiswa belajar lebih tentang teori-teori dalam
keperawatan yang telah di dapat selama pendidikan dan dapat mengamalkan
ilmu-ilmu yang telah didapat dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Azilna. (2019). Asuhan keperawatan post partum. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal
Ilmu-Ilmu Keperawatan. Analis Kesehatan Dan Farmasi, 20(2), 223-234.
Agustin, R. R., Koeryaman, M. T., & DA, I. A.(2020). Gambaran Tingkat Cemas. Mobilisasi Dan
Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesaria Di RSID Dr. Slamet Garut. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada : Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan. Analis Kesehatan Dan Farmasi, 20(2), 223-234.
Azizah, N. and Rosyidah, R. (2019) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Edited by
S. B. Sartika and M. T. Multazam. Sidoarjo: UMSIDA PRESS
Andriyani, L. T., Zuhana, N., & Chabibah, N. (2022). Case Studies in Pregnant Women with
Placenta Previa Studi Kasus pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa. Journal Ilmiah
Keperawatan. 519–523.
Agustin, R. R., Koeryaman, M. T., & DA, I. A.(2020). Gambaran Tingkat Cemas. Mobilisasi Dan
Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesaria Di RSID Dr. Slamet Garut. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada : Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan. Analis Kesehatan Dan Farmasi, 20(2), 223-234.
Ayu Zaharany, T. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea
Dengan Penyulit Malpresentasi Janin di Rumah Sakit Wilayah Kerja Depok.
Indonesian Journal of Nursing Scientific, 2(1),
Febiantri, N., & Machmudah, M. (2021). Penurunan Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea
Menggunakan Terapi Teknik Relaksasi Benson. Ners Muda, 2(2), 31.
https://doi.org/10.26714/nm.v2i2.623
Hero, S. K., Putri, G. T., Obstetri, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2023). UsiaIbu
Sebagai Faktor Risiko terjadinya Plasenta Previa Maternal Age as a RiskFactor of
Placenta Previa. 13(April).
Himalaya, D., & Maryani, D. (2022). Pemberian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Alat
Kontrasepsi Pil Progestin di Era Pandemi Covid-19 Pada Ibu Post Partum di Praktik
Mandiri Bidan (PMB) Kota Bengkulu. Dharma Raflesia : Jurnal Ilmiah
Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS,
Ilmu dkk. (2022)., Operasi Post Sectio Caesaria Di Indonesia. Jurnal Keperawatan
Indonesia

Putri, A., Dewi, S., Setianingsih, N. J., & Novyriana, E. (2022). Peran Mobilisasi Dini Pada
Penyembuhan Luka Pasca Sectio Kaisarea Machine Translated by Google. 1(1), 7–14.
Journal, J., & Health, O. F. (2020). Literatur Review : Faktor Penyebab Plasenta Previa
Pada Ibu Hamil Literature Review : Factors Causing Placenta Previain. 1–7.
Jayanti & Mayasari. 2022. Anatomi Fisiologis Sistem Reproduksi. Jurnal Kesehatan
Indonesia.
Karbela, P., Aisyah, R. D., Susiatmi, S. A., & Pekalongan, K. K. (2022). CASE STUDY :
Comprehensive Midwife Care in Mrs . T in Pajomblangan Village , Study Case :
Working Area of Puskesmas Kedungwuni 1 Pekalongan District Studi Kasus : Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny . T di Desa Pajomblangan Wilayah Kerja
Puskesmas. 1296–1299.
Kurniati et al. (2015). Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Plasenta Previa Pada
Ibu Hamil. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery)
Kusbandiyah, J., & Puspadewi, Y. A. (2020). Pengaruh Postnatal Massage terhadap Proses
Involusi dan Laktasi Masa Nifas di Malang. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery).
Maryani, D., & Elisa, M. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta
Previa Totalis Di Ruang Melati Rumah Sakit Bhayangkara Tk. Iiiâ Kota Bengkulu.
Journal Of Midwifery, 6(2), 1–6. https://doi.org/10.37676/jm.v6i2.626
Mursiti, T., & Nurhidayati, T. (2020). Identifikasi Ibu Bersalin Perokok Pasif Terhadap
Kejadian Placenta Previa Di Rumah Sakit Wilayah KabupatenKendal. Midwi fery Care
Journal,
Ningsih, N. J. setia, & Rahmadhani, W. (2022). the Role of Early Mobilization on Wound
Healing After Sectio Caesarea. Journal of Sexual and Reproductive Health Sciences,
1(1), 7.
Nurul Azizah; Rafhani Rosyidah. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan i

Nifas dan Menyusui (M. T. Septi Budi Sartika, Multazam (ed.)). Umsida press.
i i i i

Putri. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas . Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan.
Analis Kesehatan Dan Farmasi, 20(2), 223-234.
Rahayu. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesaria Atas Indikasi
Plasenta Previa. . Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan. Analis Kesehatan Dan Farmasi
Ramadhan, B. R. (2022). Plasenta Previa : Mekanisme dan Faktor Risiko. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada,
Ratnawati, R., & Utari, K. (2022). Efektifitas Tehnik Relaksasi Benson dalam Menurunkan
nyeri Post Sectio Cesarea Ibu Pospartum. Jurnal Ilmiah JKA (JurnalKesehatan
Aeromedika)
Rezeki, S., & Sari, M. (2018). Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Indikasi Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Pada Tahun 2018.
Riyanti, E., & Purwanti, Y. (2021). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post SC
Dengan Masalah Keperawatan Menyusui Efektif Di RS Margono Soekarjo
Purwokwerto. Proceeding Pf The URECOL, 1084-1084.
Suryani, N., Atoilah, E. M., Susilawati, I. R., & Wahyuni, T. (2020). Penyuluhan dan
sosialisasi diastasis recti abdominis di posyandu dahlia 4 desa lewo baru malangbong
garut Hasil.
Tafwid. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal
Keperawatan Indonesia.
Taviyanda, D. (2019). Adaptasi Psikologis Pada Ibu Post Partum Primigravida (Fase
Taking Hold) Sectio Caesarea Dan Partus Normal. Jurnal Penelitian Keperawatan
SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.): 1 ed).
DPP PNI
SIKI PPNI. (2018) ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.): 1 ed).
DPP PNI
SLKI PPNI (2019) ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.): 1 ed).
DPP PNI
DAFTAR TILIK
Melakukan Perawatan Luka post Operasi SC (Ganti balutan)

PENILAIAN
No KEGIATAN
1 2 3
1 Memberitahu klien tindakan yang akan
Dilakukan
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan pasien
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4. Mencuci tangan dengan tujuh langkah
efektif, mengeringkan dengan handuk
5. Membuka bak instrumen dan memakai handscoen
(perhatikan prinsip steril dan pencegahan infeksi)
6. Mengolesi plester dengan kapas beralkohol, agar
mudah dan tidak sakit saat plester
Dibuka
7. Membuka plester dan kassa menggunakan
Pinset
8. Mengkaji keadaan luka (tekan daerah sekitar luka,
lihat luka sudah kering/basah/keluar pus/cairan
dari.tempatluka serta melihat penutupan
kulit dan integritas kulit)
9. Membersihkan luka dengan larutan antiseptik atau
larutan garam faal (menggunakan kassa terpisah
untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area
yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi)
10. Membuang kassa yang telah diganakan ke
dalam nierbekken
11. Mengeringkan luka dengan menggunakan
kassa yang baru
12. Menutup luka dengan kassa steril dan memasang
plester (perhatikan serat kassa
jangan ada yang menempel pada luka)
13. Merapikan pasien
14. Merendam peralatan yang telah digunakan
dalam larutan klorin 0,5%
15. Mencuci tangan dibawah air mengalir dan
mengeringkan dengan handuk
16. Melakukan dokumentasi tindakan yang
telah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai