Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN
POST PARTUM VAKUM EKSTRAKSI
DI RUANG GARUDA
RSUD BANTEN

Oleh:
JAJAT
NIM: 21292031018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


FAATHIR HUSADA TANGERANG
PROGRAM PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Post Partum Vakum Ekstraksi Di Ruang Garuda RSUD Banten”
sesuai waktu yang sudah ditetapkan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
pada program studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada. Dalam proses
penyusunan tugas ini saya menemui beberapa hambatan,namun berkat dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan sampai selesai.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini saya juga menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya laporan Asuhan Keperawatan
Maternitas ini. Saya menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat di harapkan
demi perbaikan untuk tugas selanjutnya. Semoga laporan Asuhan Keperawatan Maternitas ini
bermanfaat khususnya bagi saya maupun pihak- pihak terkait dalam bidang Keperawatan.

Penulis

Jajat

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Maternitas ini diajukan oleh :


Nama Mahasiswa : JAJAT
NIM : 212920031018
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Post Partum Vakum
Ekstraksi Di Ruang Garuda RSUD Banten

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Institusi dan Pembimbing Lahan pada tanggal 10 Juli
2022 sebagai bagian persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata Kuliah Keperawatan Maternitas pada
Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada

Pembimbing

Pembimbing Institusi : Antonius Rino Vanchapo, S.Kep., M.M.Kes (…………………..)


NIDN. 0825118801

Pembimbing Lahan : Neneng Mir’atul J, S.Kep., Ners (..………………….)


NIP. 198706182015032002

Mengetahui

Ketua STIKes Faathir Husada Ketua Program Studi

Antonius Rino Vanchapo, S.Kep., M.M.Kes Ns. Mizwar Taufiq Pirmansyah, S.Kep., M.Kep
NIDN. 0825118801 NIDN. 0404019103

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1


A. Latar Belakang .............................................................................................2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ..............................................................................3


A. Pengertian ....................................................................................................3
B. Tanda dan Gejala .........................................................................................3
C. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi ..................................................................5
D. Patofisiologi dan Pathway ............................................................................8
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.....................................................9
F. Komplikasi...................................................................................................9
G. Asuhan Keperawatan Teoritis.....................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2012). Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum ibu mengalami
perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses pengerutan pada uterus
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan adaptasi
psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan.
Hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif
(Kirana, 2015).
Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2015, menyatakan setiap
menit seorang ibu melahirkan meninggal karena beberapa komplikasi saat melahirkan.
1.400 perempuan yang meninggal lebih dari satu tahun karena kehamilan berkisar
50.000 perempuan yang meninggal pada saat persalinan dan nifas. Angka Kematian
Ibu (AKI) di negara ASEAN lainnya, seperti di Thailand pada tahun 2014 adalah
44/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 39/100.000 kelahiran hidup dan Singapura
6/100.000 kelahiran hidup (Herawati,2016).
Masalah kesehatan fisik dan psikis pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan ibu
menyusui juga termasuk resiko dalam kehamilan dan persalinan yang mungkin timbul
dan mempunyai efek yang bermakna terhadap kualitas hidup ibu. Seorang ibu yang
mengalami kehamilan pada saat yang sudah diperkirakan akan mengalami proses
persalinan. Proses persalinan merupakan keadaan yang melelahkan secara fisik dan
psikis sehingga masa post partum dapat berdampak bagi kualitas hidup ibu diantaranya
mengalami robekan perineum. Robekan perineum baik secara alami maupun
episiotomi, bisa mengakibatkan gangguan fungsi otot dasar panggul, sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup ibu setelah melahirkan. Ibu menjadi tidak mampu
mengontrol BAK dan BAB karena beberapa saraf atau bahkan otot yang terputus.
Peregangan dan robekan yang terjadi akibat dari episiotomi atau tidak dilakukan
episiotomi pada jalan lahir selama proses persalinan dapat melemahkan

1
otot-otot dasar panggul (Bobak, 2012).
Episiotomi maupun Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan secara rutin karena
akan menimbulkan meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma,
meningkatnya resiko infeksi dan meningkatnya nyeri pasca persalinan. Episiotomi
dilakukan jika ada indikasi tertentu misalnya perineum kaku, distosia bahu, fetal
distress, persalinan preterm dan persalinan dengan tindakan vacum maupun forcep
(Saifudin, 2011).
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui tentang “Asuhan
Keperawatan Padaa Ibu Post Partum dengan Vacum Ekstraksi di Ruang Nifas RSUD
provinsi Banten ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, Rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Vaccume
Ekstraksi ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dan
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum
dengan Vakum Ekstraksi Di Ruang Nifas dengan tahapan Asuhan Keperawatan
Sesuai standar meliputi
1. Melakukan pengkajian ibu post partum VE
2. Merumuskan diagnosa keperawatan ibu post partum VE
3. Menyusun perencanaan keperawatan ibu post partum VE
4. Melaksanakan implementasi sesuai dengan masalah keperawatan pada
ibu post partum VE
5. Mengevaluasi Asuhan Keperawatn yang telah diberikan pada ibu post
partum VE

D. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mempersiapkan,
mengumpulkan, dan menginformasikan data hasil Asuhan Keperawatan pada ibu post
partum VE.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau
ventouse.
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada
bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya,
merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan
dengan tarikan ke arah yang sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan
memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk
dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui
seutas rantai.
Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh
kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraksi
vakum).
B. Tanda Dan Gejala (Spesifikasi)
1. Teori-teori terjadinya persalinan menurut Manuaba (1998 : 158) :
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.

3
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posteriorPerubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi
progesteron akibat besarnya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan
aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai
d. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang dikeluarkan oleh
desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat
merupakan terjadinya persalinan
e. Teori hipotalamus-pituatri dan glandula suprarenalis
Teori menunjukkan pada kehamilan dengan anersefalus, sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.Pemberian
kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi mulainya
persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya
persalinan.Indikasi dilakukan vakum ekstraksi menurut (Prawirohardjo, 2000:
82)
a. Untuk mempercepat kala II misalnya: penyakit jantung kompensta,
penyakit paru-paru fibrotik.
b. Waktu kala II yang memanjang
c. Gawat janin (masih kontroversi)
d. Kelelahan ibu
e. Partus tak maju
2. Penyebab lambatnya kala II menurut (Simkin, 2005: 13)
a) Posisi dan strategi lain untuk dugaan janin oksiput posterior atau oksiput
transversal menetap.
b) Diduga disproporsi kepala panggul (CPD).
c) Diduga terjadi distasia emosional

4
C. Adaptasi Fisiologis Dan Psikologi
1. Adaptasi Fisiologis
a. Sistem reproduksi
1. Uterus
Uterus berangsur angsur akan menjadi kecil/kemballi ke ukuran sebelum hamil
(involusi) proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot
polos uterus,proses involusi uterus adalah sebagaimana berikut :
a) Autolisis
Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan autolysis yaitu
merupakan proses penghancuran diri sendiri didalam otot uterin.Enzim
proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah mengendordan sito
plasma yang berlebihan akan tercerna sendiri
b) Atropi jaringan
Atropi jaringan merupakan reaksi terhadap penghentian produksi estrogen.
Selain atropi otot uterus , lapisan desidua juga mengalami atropi dan terleoas
kemudian beregenerasi menjadi endometrium baru
c) Efek oksitoksin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus yang meningkat secara mermakna segera setelah
bayi lahir merupakan respon terhadap penurunan volum intauterine yang
sangat besar. Hormone oksitoksin yang dilepas kelenjar hipopise
memperkuat dan mengaatur kontraksi uterus,menkompresi pembuluh darah
dan membantu proses homeostaksis. Kontraksi dan retraksi oto uterin akan
mengurangi suplai darah keuterus . proses ini akan membantu mengurangi
bekas luka implantasi plasenta dan perdarahan. Pemberian ASJ segera
setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitoksin
d) Lochea
Lochea adalah cairan scret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Macam lochea:
1. Lochea Rubra (cruenta) :berisi darah segar dan sisa sisa selaput
ketuban, sel sel desidua,verniks kseosa,lanugo, dan mekonium,selam
dua post partum.
2. Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari
3-7 post partum

5
3. Lochea serosa : berwarna kuning ,cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 post partum
4. Lochea Alba cairan putih,setelah 2 minggu
5. Lochea purlenta : terjadi infeksi,keluar cairan seperti nanah berbau
busuk
6. Lochae Statis : lochea tidak lancar keluarnya
2. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama sama uterus.setelah persalinan ,ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan dan bebtuk agak menganga seperti
corong,setelah 6 minggu persalinan servik menutup. Servik memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali kebentuk semula.
3. Vagina
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan mukosa dalam
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran semula sebelum hamil.
4. Perineum
Segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena sebelimnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari
ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur dari keadaan sebelum melahirkan
5. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi:
a) Penurunan kadar hormon progesteron secara cepat dengan peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan
b) Kolosstrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2
atau haari ke-3 setelah persalinan
c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
b. Sistim perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama,kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher vesica urinaria sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan , kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

6
penurunan yang mencolok. keadaan ini akan menyebabkan deuresis. Ureter yang
berdelatasi aka kembali normal dalam tempo 6 minggu.
c. Sistim gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal
d. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam sekitar 3 jam post partum.progesteron turun
pada hari ke 3 post partum.
e. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,volume
darah kembali kepada keaadaan tidak hamil.
f. Sistem muskoloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum.
g. Sistem intregument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangya
hyperpigmentasi kulit.

2. Adaptasi psikologi
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres,terutama ibu primipara.respon
dan dari keluarga dan teman dekat mempengaruhi psikologis ibu post partum.
Terdapat 3 fase perubahan adaptasi psikologis pada ibu post partum,yaitu :
a. Taking in
Disebut juga pereode tingkah laku bergantung .terjadi pada hari 1-2 setelah
persalinan,ibu masih pasif dan sangat tergantung,fokus perhatian pada tubuhnya,ibu
lebih mengingat pengalaman melahirkan,kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat.
b. Taking hold
Merupakan pergerakan dari tergantung menuju tingkah laku mandiri. Berlangsung
3-4 hari post partum
c. Letting go
Dialami setelah tiba dirumah,ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu. Fase ini
dimulai pada akhir minggu 1 post partum.

7
D. Patofisiologi Dan Pathway
Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan
ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan,
penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang
lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan
persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara pervaginam maka perlu tindakan ekstraksi
vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada
servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat
mengakibatkan perdarahan intrakranial.

Pathway

8
E. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut Mochtar (1998:
112) adalah:
1. Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan
jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat
dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan
luka.
2. Segera mobilisasi dan realimentasi.
3. Konseling keluarga berencana.
4. Berikan antibiotika cukup.
5. Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka dan
menjahitnya kembali sebaik-baiknya

F. Komplikasi
Bahaya atau timbulnya komplikasi tidak benar yang mungkin terjadi pada pasien yang
dilakukan vakum ekstraksi ialah:
1. Pada ibu:
a. Robekan bibir cervik atau vagina karena terjepit antara kepala bayi dan cup.
b. Robekan kandung kencing dan rektum, fistula.
c. Komplikasi perdarahan karena atonia dan komplikasi infeksi.
2. Pada anak:
a. Cepalohematoma memerlukan pemantauan dan biasanya
menghilang dalam 3-4 minggu. Dapat terjadi juga subgaleal hematoma.
b. Perdarahan subaponeurotic
c. Fetal distress
d. Trauma janin.
e. Infeksi.

9
G. Asuhan Keperawatan Teoritis

I. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
1. Data Subjektif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010), meliputi :
1) Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum
siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam post partum. Untuk respon nyeri, umur juga mempengaruhi karena pada
umur anak-anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa
kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus di jalani dan mereka takut
kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untukmembimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. Orang
belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
megeluh jika ada nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya. Bila pasien memiliki pengetahuan
yang baik terhadap perawatan luka maka luka akan sembuh pada hari ke tujuh
setelah persalinan dan bilatidak dirawat dengan baik maka akan terjadi infeksi
pada pasien post partum.

10
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah biladiperlukan.

b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum (Ambarwati, 2010). Keluhan utama pada ibu post partum dengan luka
perawatan episiotomi adalah nyeri dibekas luka jahitan (Bobak, 2005).
c. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi :
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa post partumini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post partum dan
bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya, mengetahui apakah ada riwayat
penyakit menurun seperti asma, jantung, DM dan hipertensi dan penyakit
menular seperti asma / TBC (Prawirohardjo, 2005).
d. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur / tidak menstruasinya, sifat
darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut
disminorea (Estiwidani, 2008).
e. Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia
menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah

11
mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008).
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah
kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran,
tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah / gangguan
kesehatan yang timbul sewaktuhamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak,
mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis
kelamin bayi,keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan (Estiwidani, 2008). Paritas
mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena primipara mempunyai
proses persalinan yang lama dan lebih melelahkan dengan multipara. Hal ini
disebabkan karena serviks pada klien primiparamemerlukan tenaga yang lebih
besar untuk mengalami peregangan karena pengaruh intensitas konstraksi lebih
besar selama kala I persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara
menunjukan peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa
nyeri selama persalinan.
g. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa(Anggraini, 2010).
h. Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2006), meliputi :
a) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
b) Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
d) Selama hamil berapa kali ibu periksa
e) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
f) Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa
minggu
g) Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan
imunisasi TT selama hamil.
i. Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelaminanak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini, 2010).

12
j. Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum
1. Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan dietseimbang
untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup serta serat-serat
makanan yang cukup, sehingga proses penyembuhan luka episiotomi lebih
cepat. Ibu dianjurkan untuk minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
Mengkonsumsi zat besi setidaknya selama 90 hari post partum (Saifuddin,
2006)
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2010). Pada ibu post partum dengan
perawatan luka episiotomi biasanya buang air besar secara spontan akan
tertunda 2 – 3 hari setelah melahirkankarena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan, pada saat buang air kecil juga akan merasakan nyeri pada
luka episiotomy (Bobak, 2005).
3. Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur
siang. Istirahat sangat penting bagi ibu post partukarena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan (Anggraini, 2010).
4. Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa takut
atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam, 2008).
5. Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak, diterima / tidak, jenis
kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada post partum misalnya pada kebiasaan makan dilarang makan
ikan atau yang amis-amis (Anggraini, 2010).

13
6. Penggunaan obat-obatan / rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat terlarang ataukah ibu
merokok (Manuaba, 2007).
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dandilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a. Status generalis
1. Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang
(Prihardjo, 2007). Pada kasus keadaan umum ibu baik (Varney, 2007).
2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis (sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya), apatis (tidak menanggapi rangsangan / acuh tak acuh, tidak
peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), spoor (keadaan yang menyerupai tidur),
koma (tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun,
tidak ada responkornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya) (Novi, 2009). Pada kasus kesadaran
composmentis (Varney, 2007).
3. Tanda- tanda Vital
a) Tekanan Darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus ditemukan
keadaan dimana jika ibu post partum merasakan nyeri maka tekanan darah
akan meningkat, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan
(Anggraini, 2010). Batas normalnya 110/60– 140/90 mmHg (Monica, 2005).
b) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit (Saifuddin, 2008).
Batas normal nadi berkisar antara 60 - 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100
x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal
ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan (Anggraini, 2010).

14
c) Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus dapat naik
0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38°C (Wiknjosastro, 2006).
Suhu normal manusia adalah 36,6°C-37,6°C (Potter dan Perry, 2005). Suhu
ibu post partum dengan episiotomi dapat meningkat bila terjadi infeksi, atau
tanda REEDA (+).
d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 - 20 x/menit (Potter dan Perry, 2005).
4. Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Wiknjosastro, 2006).
5. LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien (Wiknjosastro, 2006).
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Inspeksi
a) Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Nursalam,
2008).
b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Nursalam, 2008)
c) Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia / tidak, sklera
ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
d) Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah
atau tidak (Nursalam, 2008).
e) Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak, ada tidaknya
linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
f) Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices,
pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada

15
kasus episiotomy vulva kadang bisa menjadi edema, perineum ruptur jika
terjadi infeksi, maka akan terlihat kemerahan, jahitan basah dan
mengeluarkan nanah serta bau busuk.
g) Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus. Bila
uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser kearah
kanan midline , periksa adanyadistensi kandung kemih.
h) Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat terisi karena
diuresis post partum dan cairan intra vena.
i) Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa dengan
aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya robekan
servik.
j) Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidakedema dan
jahitan harus utuh.
Tabel Tanda-tanda REEDA Normal dan Tidak Normal
Tanda REEDA Normal Tidak Normal
Rednees Tidak ada kemerahan Tampak kemerahan
Echmosis Tidak ada kebiruan Tambak kebiruan
Edema Tidak ada pembengkakan Terjadi pembengkakan
Dischargment tidak ada cairan sekresi/pus Terdapat cairan sekresi/ pus yang
yang keluar keluar
Approksimity Jahitan luka tampak Jahitan luka tampak meregang
kuat merekat

k) Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid/tidak (Prihardjo, 2007). Luka episiotomi
tidak sampai mengenai anus.
2) Palpasi
a. Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau
tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2008).
b. Dada

16
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, adabenjolan atau
tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004)
c. Abdomen
Untuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah, tinggifundus uteri
(Saifuddin, 2006).
d. Ekstremitas
Untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices
atau tidak (Prihardjo, 2007)
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung
penegakan diagnosa, yaitu pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi,
dan lain-lain (Nursalam, 2008).

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Ketidakbugaran fisik post operasi
ditandai dengan nyeri, Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,tampak meringis
kesakitan saat bergerak
3. Resiko infeksi berhubungan denga ada nya luka post partum

17
III. Intervensi Keperawatan
NO STANDAR DIAGNOSA STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN INDONESIA INDONESIA (SLKI) INDONESIA (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
Penyebab : diharapkan nyeri pada pasien berkurang dengan
1. Agen pencedra fisiologis kriteria hasil : Observasi
(mis. Inflamasi iskemia, - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
neoplasma) Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Agen pencedera kimiawi 1. Nyeri berkurang dengan skala 2 - Identifikasi skala nyeri
(mis. Terbakar, bahan 2. Pasien tidak mengeluh nyeri - Identifikasi respon nyeri nonverbal
kimia iritan) 3. Pasien tampak tenang - Identifikasi factor yang memperingan dan
3. Agen pencedera fisik (mis. 4. Pasien dapat tidur dengan tenang memperberat nyeri
Abses, amputasi, prosedur 5. Frekuensi nadi dalam batas normal (60-100 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
operasi, taruma, dll) x/menit) tentang nyeri
6. Tekanan darah dalam batas normal (90/60 - Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
Gejala dan tanda mayor mmHg – 120/80 mmHg) - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
Subjektif : mengeluh nyeri 7. RR dalam batas normal (16- 20 x/menit) kualitas hidup pasien
Objektif - Monitor efek samping penggunaan
• Tampak meringis Kontrol Nyeri analgetik
• Bersikap proaktif (mis. 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Monitor keberhasilan terapi komplementer
waspada, posisi menggunakan manajemen nyeri yang sudah diberikan
menghindari nyeri) 2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
• Gelisah frekuensi dan tanda nyeri) Terapeutik
• Frekuensi Nadi Meningkat - Fasilitasi istirahat tidur
• Sulit tidur Status Kenyamanan - Kontrol lingkungan yang memperberat
1. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri nyeri ( missal: suhu ruangan, pencahayaan

18
Gejala dan tanda minor Berkurang dan kebisingan)
Subjektif : - Objektif - Beri teknik non farmakologis untuk
• Tekanan darah meningkat meredakan nyeri
• Pola nafas berubah (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis,
• Nafsu makan berubah biofeedback, teknik imajinasi terbimbimbing,
• Proses berpikir terganggu teknik tarik napas dalam dan kompres hangat/
• Menarik diri dingin)
• Berfokus pada diri sendiri Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan Ambulasi
diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan Obserνasi
kriteria hasil: - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
- Mampu melakukan mobilisasi secara mandiri lainnya
- Mobilisasi tidak dibantu keluarga - Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
Terapeutik

19
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegaaan Infeksi
diharapkan klien terhindar dari infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
1. Integritas Kulit Baik resiko infeksi dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Lakukan perawatan luka
4. Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan
benar
5. Kolaborasi pemberian therapi jika perlu

20
IV. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan


dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan

V. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencanakeperawatan tercapai atau tidak.

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Jajat


NIM :212920031018
Tempat Praktek : RSU BANTEN
Tanggal Pengkajian : 29/06/2022

Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp.Cibeyeh 01/01 –Ds.Bolang Kec.Malingping
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk RS : 28/06/2022
Tanggal pengkajian : 28/06/2022
Sumber informasi : Klien dan Keluarga
Keluarga yang dapat dihubungi :-

Status Kesehatan Saat Ini


Alasan kunjungan /keluhan saat ini:
Klien Mengatakan nyeri pada area kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan
Faktor pencetus :
Klien mengatakan sehabis melahirkan dengan tindakan vakum
Lamanya keluhan:
..............................................................................................................................................
Timbulnya keluhan:
..............................................................................................................................................
Faktor yang memperberat:
.....................................................................................................................................
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Klien mengatakan sementara hanya bisa tidur terlentang untuk mengurangi nyeri

Diagnosa medic : Post partum dengan VE

22
Riwayat Keluarga :
Genogram

Keterangan:
: Laki- laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Tinggal serumah
: Klien

Riwayat Kesehatan yang Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Ibu mengatakan tidak ada Riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya
2. Alergi
Ibu mengatakan tidak ada Riwayat alergi baik makanan maupun obat- obatan
3. Imunisasi
Ibu mengatakan Riwayat Imunisasi saat sebelum menikah dan saat hamil mendapat
imunisasi di posyandu
4. Kebiasaan merokok, kopi, obat, dan alcohol
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum kopi, obat maupun alkohol
5. Obat-obatan
Ibu mengatakan hanya minum obat dari bidan
Pengkajian Fisik

Kesadaran : Compos Mentis


Tanda Vital :
TD : 120/ 70 mmHg
S : 36 OC
N : 92 / menit
RR : 20 / menit
BB/TB : 60 Kg/ 155 cm

23
Kepala
Bentuk : simetris bulat, tidak ada benjolan rambut bersih, hitam lurus, ada rontok dan
tidak ada massa benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
Mata : kongjungtiva tidak pucat, sklera putih tidak ikterik,tidak ada nyeri tekan ,
fungsi mpenglihatan baik dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Hidung : simetris tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidakada nyeri tekan
Mulut dan Tenggorok : bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi bersih, Tidak
ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada tumor, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
Pernafasan: nafas vesikuler
Sirkulasi : bunyi Jantung reguler
Nutrisi :
Sebelum dirawat:
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, nafsu makan baik. Klien
minum
sehari 6-7 gelas air putih, dan klien minum susu. Klien mengatakan tidak ada
keluhan.
Saat dirawat:
Klien makan 1 kali sebelum melahirkan pada dengan porsi makan setengah
porsi dan nafsu makan yang kurang. Pasien minum 1 gelas the manis hangat,
dan 1 gelas minum air putih
Eliminasi :
Sebelum dirawat:
Klien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan konsistens lunak/lembek warna
Kuning dan bau yang khas. Klien mengatakanselama hamil BAK lebih sering
terutama pada trisemester ke 3 yaitu 6-7 kali dalam sehari dengan warna
kuning jernihdan bau yang khas
Saat dirawat:
Klien mengatakan belum BAB setelah melahirkan.klien mengatakan setelah
melahirkan BAK 1 kali.

Kesehatan Reproduksi : Kehamilan :

No. Gg. Proses Lama Tempat Masalah Masalah Masalah Keadaan


Anak Keha Persalinan Persalinan Persalinan Persalinan Nifas Dan bayi anak saat
milan Laktasi ini
1 VE RS

Pemeriksaan payudara : Lunak, puting susu menonjol keluar, ASI sudah keluar.keluhan
payudara : Ibu mengatakan air susu sudah keluar dan akan menyusui bayinya setelah istirahat.

24
Pemeriksaan Genetalia : Terdapat ruptur perineum dengan jahitan luar. Luka tampak basah.
keluhan genetalia : Ibu mengatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk bergerak
dan duduk, nyeri tajam, perih, lokasi pada daerah perineum, nyeri sedang skala 5. Ibu
menyatakan sudah buang air kecil 1 kali.

Usia menarche : Ibu mengalami menarche pada usia 14 tahun,

Siklus menstruasi : lama menstruasi 5 hari dengan siklus 30 hari. Karakteristik menstruasi :
Darah yang keluar biasanya cukup banyak, encer, berwarna merah, dengan bau amis

Menopause:
keluhan yang muncul selama ini.................................................................................

Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi :


Sejak kapan : Tidak ada
Upaya yang dilakukan : Tidak ada
Pembedahan: Tidak ada

Pemeriksaan papsmear terakhir belum pernah diperiksa


Neurologi : Tidak ada Keluhan
Muskuloskeletal/Integumen : Tidak ada keluhan. Refleks positif,, tidak ada varises, tidak
terjadi oedema, tanda-tanda REEDA negatif, kekuatan otot 5, ROM normal.
Riwayat Lingkungan: Tidak ada Keluhan

Aspek psikososial :
1. Pola pikir dan persepsi: Klien mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran anak
Pertamanya ini, klien mengatakan jika keluarganya sangat senang
sekali dengan kelahiran anak pertamanya yang berjenis kelamin laki- laki, klien juga
mengatakan sangat dekat dengan keluarga baik keluarga sendiri maupun keluarga
suami
2. Suasana hati : Klien mengatakan sangat senang dengan kelahiran anak pertamanya
3. Hubungan/komunikasi : Klien tampak kooperatif dan komunikatif kepada perawat saat
dilakukan pengkajian maupun pemeriksaan
4. Kebiasaan Seksual : Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan suami untuk
mengurangi frekuensi hubungan seksual. Tidak ada gangguan dalam melakukan
aktivitas tersebut, juga tidak terjadi kontak bleeding.
5. Pertahanan koping : Ibu berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan selalu minta
pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah atau harus mengambil keputusan.

25
6. Sistem Nilai dan kepercayaan : Ibu berasal dari suku sunda dan beragama Islam
sehingga kebudayaan yang umum di masyarakat masih dilakukan seperti tujuh bulanan
dan selamatan. Ibu merasa sangat bersyukur bayinya dapat lahir selamat
7. Tingkat perkembangan : Ibu mengatakan bayi ini merupakan anak pertama, ibu merasa
yakin atas kemampuannya untuk merawat bayinya ini. Selama hamil ini ibu rajin
memeriksakan diri ke Posyandu dan bidan.

Pemeriksaan Penunjang :
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 11,5 gr % 11,7 - 15,5 gr %
Leukosit 19,4 % 3,6 – 11,0 gr %
Hematokrit 32 mm3 150.00 – 400.000 mm3
Trombosit 367 mm3 150 – 440 mm3
Eritrosis 4,08 mm3 3,8 – 5,2 juta/ mm3

Terapi Medis yang diberikan:


Cefadroxil 2x1, Asam Mefenamat 3x1, Fe 2x1, Bcom 3x1.

Analisa Data

Data Masalah Etiologi


DS : Nyeri akut Trauma post VE
- Pasien mengatakan nyeri pada area
kemaluan setelah melahirkan
- Pasien mengatakan skala nyeri 5

DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak bebas saat bergerak
- Skala nyeri 5 yaitu sedang
- TD: 120/70 mmHg
- N: 92 x/ menit
- S : 36,8 0C
- Terdapat luka jahitan di perineum
DS: Gangguan Mobilitas
- Pasien mengatakan nyeri bertambah saat Fisik
bergerak
- Pasien mengatakan skala nyeri 5
- Aktivitas dibantu keluarga

DO:

26
- Klien tampak meringis saat bergerak
- aktivitas tampak dibantu keluarga
DS : Resiko Infeksi Luka post partum
- Pasien mengatakan takut untuk
berjalan
- Pasien mengatakan mengganti
pembalut 2x/hari

DO :
- Kesadaran : compos mentis
- TD: 120/70 mmHg
- N: 92 x/ menit
- S : 36,8 0C
- Tidak ada kemerahan
- Kerekatan jahitan kuat
- Terdapat darah warna terang
- Lochea rubra
- Ekimosis
- Bau : seperti darah biasa dan tidak
berbau busuk
- Leukosit : 19,4 mm3

Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Resiko Infeksi

27
Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Luaran Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management
Ditandai dengan: keperawatan selama 1x 24 jam
DS : diharapkan nyeri pada pasien Observasi
- Pasien mengatakan nyeri pada area berkurang dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kemaluan setelah melahirkan kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengatakan skala nyeri 5 Tingkat Nyeri - Identifikasi skala nyeri
1. Nyeri berkurang dengan skala 2 - Identifikasi respon nyeri nonverbal
DO : 2. Pasien tidak mengeluh nyeri - Identifikasi factor yang memperingan dan memperberat
- Klien tampak meringis 3. Pasien tampak tenang nyeri
- Klien tampak tidak bebas saat 4. Pasien dapat tidur dengan tenang - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
bergerak 5. Frekuensi nadi dalam batas - Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
- Skala nyeri 5 yaitu sedang normal (60-100 x/menit) - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- TD: 120/70 mmHg 6. Tekanan darah dalam batas pasien
- N: 92 x/ menit normal (90/60 mmHg – 120/80 - Monitor efek samping penggunaan analgetik
- S : 36,8 0C mmHg) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
- Terdapat luka jahitan di perineum 7. RR dalam batas normal (16- 20 diberikan
x/menit)
Terapeutik
Kontrol Nyeri - Fasilitasi istirahat tidur
1. Melaporkan bahwa nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( missal:
berkurang dengan menggunakan suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
manajemen nyeri - Beri teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri
2. Mampu mengenali nyeri (skala, (aromaterapi, terapi pijat, hypnosis, biofeedback, teknik
intensitas, frekuensi dan tanda imajinasi terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan

28
nyeri) kompres hangat/ dingin)
Edukasi
Status Kenyamanan - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
1. Menyatakan rasa nyaman setelah - Jelaskan strategi meredakan nyeri
nyeri berkurang - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan Obserνasi
Ditandai dengan: selama 1x 24 jam diharapkan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
DS: mobilitas fisik meningkat dengan - Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Pasien mengatakan nyeri bertambah kriteria hasil: - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
saat bergerak - Mampu melakukan mobilisasi memulai ambulasi
- Pasien mengatakan skala nyeri 5 secara mandiri - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Aktivitas dibantu keluarga - Mobilisasi tidak dibantu keluarga Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
DO: tongkat, kruk)
- Klien tampak meringis saat bergerak - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- aktivitas tampak dibantu keluarga - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

29
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegaaan Infeksi
Ditandai dengan: keperawatan diharapkan klien 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
terhindar dari infeksi dengan kriteria 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
DS : hasil: dan lingkungan pasien
- Pasien mengatakan takut untuk 1. Tidak ada tanda infeksi 3. Lakukan perawatan luka
berjalan 4. Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar
- Pasien mengatakan mengganti 5. Kolaborasi pemberian therapi jika perlu
pembalut 2x/hari
DO :
- Kesadaran : compos mentis
- TD: 120/70 mmHg
- N: 92 x/ menit
- S : 36,8 0C
- Tidak ada kemerahan
- Kerekatan jahitan kuat
- Terdapat darah warna terang
- Lochea rubra
- Ekimosis
- Bau : seperti darah biasa dan
tidak berbau busuk
Leukosit : 19,3 mm3

30
Impementasi dan Evaluasi Keperawatan

NO Hari, Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Rabu, 29/06/2022 Nyeri akut Observasi S:
- Mengobservasi keadaan umum pasien - Pasien mengatakan nyeri pada
- Mengukur Vital sign pasien area kemaluan setelah
- Mengkaji skala nyeri melahirkan
- Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan skala nyeri 5
- Mengidentifikasi budaya terhadap respon nyeri
O:
Terapeutik - Klien tampak meringis
- Memfasilitasi istirahat tidur - Klien tampak tidak bebas saat
- Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri bergerak
- Memberikan teknik non farmakologis untuk - Skala nyeri 5 yaitu sedang
meredakan nyeri (teknik tarik napas dalam) - TD: 120/70 mmHg
- N: 92 x/ menit
Edukasi - S : 36,8 0C
- Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri - Terdapat luka jahitan di
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri perineum
- Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat/ - Asam Mefenamat 3x 1
cara minum obat
A : Masalah Belum Teratasi
Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian analgetik,
2. Rabu, 29/06/2022 Gangguan Mobilitas Obserνasi S:
Fisik - Mengobservasi Keadaan Umum Pasien - Pasien mengatakan nyeri
- Mengdentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik bertambah saat bergerak
lainnya - Pasien mengatakan skala nyeri 5

31
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi - Aktivitas dibantu keluarga
- Memantau frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi O:
- Memantau kondisi umum selama melakukan - Klien tampak meringis saat
ambulasi bergerak
- aktivitas tampak dibantu
Terapeutik keluarga
- Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu - TD: 120/70 mmHg
(mis. tongkat, kruk) - N: 92 x/ menit
- Memfasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu - S : 36,8 0C
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam ambulasi A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Menganjurkan melakukan ambulasi dini
- Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
3. Rabu, 29/06/2022 Resiko Infeksi Pencegaaan Infeksi S:
- Memantau Keadaan umum pasien - Pasien mengatakan takut untuk
- Mengobservasi vital sign pasien berjalan
- Monitor tanda dan gejala infeksi - Pasien mengatakan masih terasa
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan sedikit keluar darah
pasien dan lingkungan pasien - Pasien mengatakan mengganti
- Melakukan perawatan luka pembalut 2x/hari
- Mengajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar
O:

32
- Memberikan Therapi sesuai intruksi - Kesadaran : compos mentis
- Berkolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium - TD: 120/70 mmHg
- N: 92 x/ menit
- S : 36,8 0C
- Tidak ada kemerahan
- Kerekatan jahitan kuat
- Terdapat darah warna terang
- Lochea rubra
- Ekimosis
- Bau : seperti darah biasa dan
tidak berbau busuk
- Leukosit : 19,3 mm3
- Cefadroxil 2x 1

A : Masalah Belum Teratasi


P : Intervensi dilanjutkan

33
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Loudermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan),


Edisi 4, EGC, Jakarta

Bobak, M..I., Jensen, D. M., 2000, Perawatan Maternitas dan Ginekologi (terjemahan),
Edisi 1, YIA. PKP, Bandung.

Carpenito, L.J., 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik


(terjemahan), EGC, Jakarta.

Depkes, RI., 2004, Asuhan Keperawatan Post Partum Mata Ajaran Keperawatan
Maternitas, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Semarang.

Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien (terjemahan), Edisi 2, EGC, Jakarta.

Farrer, H., 1999, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.

Potter and Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktek, Edisi 4, EGC, Jakarta

Prawirohardjo, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Prawirohardjo, 2000, Ilmu Kebidanan, Y.B.P.S.P, Jakarta.

Saefuddin, A.B., 2000, Buku Acuan Nasional (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal), JNPKK POGI, Jakarta.

Tucker, S.M., 1998, Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan
Evaluasi (terjemahan), EGC, Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai