EPI PRAYOGA
211030230095
5. Masalah yang biasa di lakukan Pasangan Baru Menikah (Rahman Indra, 2013 )
a. Tidak menghadapi masalah utang
Masalah keuangan adalah masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan.
Cobalah berhitung dan merencanakan keuangan untuk masa depan
b. Mengasingkan diri dari pertemanan
Teman – teman adalah kunci sukses dari pernikahan
c. Tidak cukup seks
Sebanyak 60 % pasangan baru menikah yang mengikuti survey mengatakan bahwa kehidupan
seks mereka berantakan. Alasan terbanyak ialah karna kesibukan
d. Tidak menjaga tubuh
Pernakah anda menyadari, biasanya orang – orang yang baru saja menikah akan terlihat lebih
“ makmur ’’ dalam hal berat badan ? Ya, entah mengapa, ini selalu terjadi. Mungkin karena
kebiasaan minum atau makan di malam hari atau karena sibuk berlelah – lelahan pada malam
hari sehingga pada pagi harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak.
e. Mertua dan ipar (baru, 2019)
f. Pertengkaran tak penting
Kadang hidup seatap dengan orang yang anda pikir sudah anda kenal bisa jadi hal yang sangat
memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah
g. Terobsesi dengan bayi
Ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah menikah. Namun,
tenanglah jangan terburu – buru dan menjadi terobsesi untuk memilikinya segera
6. Peran
a. Peran Formal
- Laki – laki sebagai suami ( kepala keluarga )
- Perempuan sebagai istri
b. Peran Informal
- Laki – laki sebagai ketua kegiatan di masyarakat
- Perempuan sebagai anggota organisasi di masyarakat
2. Etiologi
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti disebut dengan hipertensi
primer atau esensial, sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis, dan
3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal dan penyebab lain (Muttaqin A,
2009). Sebagai faktor predisposisi dari hipertensi esensial adalah penuaan, riwayat keluarga,
asupan lemak jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang menuntut sering
duduk dan tidak bergerak, stress, merokok (Kowalak
JP, Welsh W, Mayer B, 2011).
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial diantaranya :
- Jenis kelamin dan Usia
- Diet
- Obesitas
- Gaya Hidup
- Genetik
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau
penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini anatara lain:
- Coarctationaorta
- Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
- Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
- Gangguan endokrin
- Obesitas
- Stress
- Kehamilan
- Luka bakar
- Peningkatan volume intravaskuler
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer ( periphral resistance ).
Tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui pembuluh darah yang ditentukan oleh kekuatan
pompa jantung (cardiac output) dan tahanan perifer. Sedangkan cardiac output dan tahanan perifer
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi yaitu natrium,
sttress, obesitas, genetik, dan faktor risiko hipertensi lainnya.
Menurut Anies 2006 (dikutip dari trend desease) peningkatan tekanan darah melalui mekanisme :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih banyak cairan setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan darah.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah Medikal Bedah, 2012. Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.
Gejalanya berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan
darah interaknium.
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia (sering berkemih dimalam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomelurus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Ardiansyah Medikal Bedah, 2012. Terapi obat pada penderita hipertensi
dimulai dengan salah satu obat berikut :
a. Terapi Farmakologi
- Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 -25 mg per hari dengan dosis tunggal pada pagi hari (pada
hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi /udem paru).
- Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
- Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20 mg dua kali sehari
(kontraindikasi untuk penderita asma).
- Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi pada
kehamilan selama janin hidup dan untuk penderita asma)
- Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali sehari.
b. Terapi Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara :
- Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
- Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol darah
tinggi.
- Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium
klorida setiap harinya (disertai dengan asuhan kalsium, magnesium, dan kalsium yang
cukup)
- Mengurangi mengkonsumsi alkohol.
- Berhenti merokok
- Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak perlu
membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali)
6. Klasifikasi
Kriteria klasifikasi hipertensi yang baru saat ini tidak lagi menggunakan istilah hipertensi ringan,
sedang, dan berat (WHO tahun 1991-1999), karena baik hipertensi ringan, sedang, dan berat
memiliki risiko yang sama besarnya untuk terjadi komplikasi. Sekali lagi ditekankan pada pasien,
keluarga pasien maupun dokternya untuk tidak menganggap ringan tekanan darah yang tidak
terlalu tinggi. Lebih awal Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure 6 (JNC 6) membagi kriteria hipertensi berdasarkan tiga
derajat, tetapi dengan banyaknya komplikasi yang timbul, batasan kriteria tersebut dipersempit
(Aziza L, 2007)
Kategori TD (mmHg)
Optimal < 120/80
Normal 120-129/80-84
Borderline 130-139/85-89
Hipertensi ≥ 140/90
Stadium 1 140-159/90-99
Stadium 2 160-179/100-109
Stadium 3 ≥ 180/110
7. Komplikasi
Komplikasi hipertensi diantaranya adalah hypertension heart disease (HHD), CVD, gagal ginjal,
CHF, retinopati hipertensi (gangguan pembuluh darah mata, dapat menyebabkan kebutaan),
kerusakan organ akan terjadi setelah 10-15 tahun.
a. Stroke
Peningkatan tekanan darah 20/10 mmHg meningkatkan risiko CVD sebanya dua kali. CVD
yang dimaksud adalah penyakit jantung iskemi dan stroke. Angka kematian akibat stroke
parallel dengan prevalensi hipertensi. Diantara individu usia pertengahan, nilai TD diastolik 5
mmHg lebih rendah, menurunkan risiko stroke sebanyak 35-40%.
b. Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung
Keterlibatan jantung pada hipertensi bermanifestasi sebagai LVH, aritmia, penyakit jantung
iskemi. Tahanan arteriolar koroner yang meningkat akibat hipertensi dapat menurunkan aliran
darah ke otot jantung yang hipertrofi, mengakibatkan terjadinya angina. Hipertensi diikuti
dengan penurunan suplai oksigen dan faktor risiko lain mempercepat proses aterogenesis
sehingga semakin mengurangi oksigen yang sampai ke otot jantung. Pasien yang dengan
riwayat hipertensi memiliki risiko 6 kali mengalami gagal jantung dibandingkan tanpa riwayat
hipertensi
c. Penyakit Ginjal
Penurunan aliran darah ke ginjal karena hipertensi dapat menyebabkan hiperfiltrasi yang
nantinya akan berkembang menjadi glomerulosklerosis dan selanjutnya gangguan fungsi
ginjal. Setiap penurunan 5 mmHg TD diastolic menurunkan risiko penyakit ginjal stadium
akhir minimal 4 kali ( Aziza L,2007 )
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press Dinkes .
Artiyaningrum, B. 2015. faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian hipertensi tidak terkendali
Pada penderita yang melakukanPemeriksaan rutin di puskesmas Kedungmundu kota semarang tahun
2014. Skripsi: FKM UNS.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. 2015. Data sekunder penyakit hipertensi. Dinkes Sultra.
Dinkes kab. Muna Barat. 2015. Data Sekunder Penyakit Hipertensi. Dinkes
Muna Barat.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. McPhee SJ, Ganong
WF. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Mubarrak, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 ; konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurarif & Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jogjakarta : MediAction.
Wilkinson, Judith. M. (2012). Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NOC edisi 9. Jakarta : EGC