Anda di halaman 1dari 103

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA


HIPERTENSI PADA TN.S DI DESA SUMBER KECAMATAN DUKUN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : Ns. Margiyati, M.kep

DISUSUN OLEH :

PUTRI ANISA SALSABILLA


(20101440119084)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
TA 2021

1
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling utama,
karena setiap manusia berhak untuk memiliki kesehatan. Kenyataanya tidak
semua orang dapat memiliki derajat kesehatan yang optimal karena berbagai
masalah, diantaranya lingkungan yang buruk, social ekonomi yang rendah,
gaya hidup yang tidak sehat mulai dari makanan, kebiasaan, maupun
lingkungan sekitarnya (Misbach,2013)
Gaya hidup sehat merupakan kebutuhan fisiologis yang hirarki, kebutuhan
manusia paling dasar untuk dapat mempertahankan hidup termasuk juga
menjaga agar tubuh tetap bugar dan sehat serta terbebas dari segala macam
penyakit. Penyakit yang sering muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat
salah satunya yaitu hipertensi (Sufa, Christantyawati, & Jusnita, 2017).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti
tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang
merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa darah keseluruh
jaringan dan organ-organ tubuh (Aryantiningsih & Silaen, 2018).
Setiap peningkatan 20 mmHg tekanandarahsistolikatau 10 mmHg tekanan
darah diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung
iskemik dan stroke. Terkontrolnya tekanan darah dapat menurunkan risiko
kematian, penyakit kardiovaskular, dan stroke (Sudarsono et all).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi tekanan
darah tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar
22%. Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung
dan 51% kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi juga menjadi
salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak di derita masyarakat
Indonesia (57,6%), di dalam (Jumriani et all, 2019).

3
Pola hidup yang tidak sehat pada penderita hipertensi pada pasien dengan
hipertensi perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan yang dapat di
lakukan diantaranya yaitu memantau tanda-tanda vital pasien, pembatasan
aktivitas tubuh, istirahat cukup, dan pola hidup yang sehat seperti diet rendah
garam, gula dan lemak, dan berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol serta
mengurangi stress (Aspiani, 2016).
Peran Perawat sebagai (educator) atau pendidik, peran ini
meningkatkan kesehatan melalui pemberian pengetahuan terkait dengan
keperawatan dan tindakan medis, serta dapat menurunkan risiko kematian,
penyakit kardiovaskular dan stroke (Gobel et al, 2016).
Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Bila terdapat masalah satu anggota
keluarga akan menjadi satu unit kelurga. Karena ada hubungan yang kuat
antara kelurga dengan status anggota kelurganya. Peran keluarga sangat
penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan anggota kelurganya, untuk
itulah keluargalah yang berperan dalam menetukan cara asuhan yang
diperlukan oleh keluarga(Dion & Betan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang di maksud keluarga?
b. Bagaimanakah struktur keluarga?
c. Apa Ciri ciri struktur keluarga?
d. Apa saja Tipe keluarga?
e. Apakah Fungsi keluarga?
f. Apa Tahap tahap perkembangan keluarga?
g. Apa Tugas keluarga dalam bidang kesehatan?
h. Bagaimana Konsep kemadirian keluarga?
i. Apa yang dimaksud hipertensi?
j. Apa Etiologi hipertensi?
k. Apa Manifestasi klinis hipertensi?

4
l. Apa Patofisiologi hipertensi?
m. Apa Pemeriksaan penunjang penyakit hipertensi ?
n. Apa Komplikasi pada penyakit hipertensi ?
o. Apakah Penatalaksanaan penyakit hipertensi?
p. Bagaimana alur pengkajian hipertensi ?
q. Apa diagnosis keperawatan asuhan keperawatan pasien dengan hipertens?
r. Apa perencanaan keperawatan asuhan keperawatan pasien dengan
hipertensi?
s. Apa tindakan keperawatan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi?
t. Apa evaluasi asuhan keperawatan dengan pasien hipertensi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengambarkan askep keluarga pada pasien
hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk Mengetahui pengertian keluarga.
b. Untuk Mengetahui struktur keluarga.
c. Untuk Mengetahui ciri-ciri struktur keluarga.
d. Untuk Mengetahui tipe keluarga.
e. Untuk mengetahui fungsi keluarga.
f. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan keluarga.
g. Untuk mengetahui tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
h. Untuk mengetahui konsep kemandirian keluarga.
i. Untuk mengetahui hipertensi.
j. Untuk mengetahui etiologi hipertensi.
k. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi.
l. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi.
m. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit hipertensi.
n. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi.
o. Untuk mengetahui penatalaksana penyakit hipertensi.

5
p. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan
pada penyakit hipertensi.
q. Menyusun perencana keperawatan asuhan keperawatan pada
penyakit hipertensi.
r. Melaksanakan tindakan keperawatan asuhan keperawatan pada
penyakit hipertensi.
s. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP KELUARGA SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN


a) Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,
2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga
atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
 Menurut Friedman
Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari
individu- individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain,
saling tergantung dan diorganisir dalam satu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. (Padila, 2012)
 U.S Berau of the Census
Keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh
ikatan pernikahan, darah, adopsi dan tinggal di dalam satu
rumah tangga yang sama. (Friedman, 2012)
 Menurut Duval

7
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta
sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang
regular ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan
untuk mencapai tujuan umum. (Andarmoyo, 2012)
b) Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melasanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada
di indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Paternial
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusuan melalui jalur ayah.
b. Matrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ayah.
e. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri. (Padila, 2012)
c) Ciri-ciri struktur keluarga
 Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
 Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi

8
dan tugasnya masing-masing.
 Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
 Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga
adalah pendekatan struktural fungsional.Struktur keluarga
menyatakan bagaimana kelauraga disusun atau bagaimana unit-
unit ditata dan saling terkait suatu lain .(Padila,2012)
d) Tipe keluarga
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai
tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normatif dan
non normatif, tipe-tipe keluarga sebagai berikut :
 Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak anak.
Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
2) Pasangan istri, terdiri atas suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier
tunggal atau karier keduanya.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi
dari perceraian.
4) Bujangan dewasa sendirian.
5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang orang yang
berhubungan.
6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak
anaknya sudah berpisah.
 Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan
anak.
2) Pasangan yang memiliki anak tetapi tidak menikah, didasarkan pada
hukun tertentu.
3) Menikah kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

9
4) Keluarga gay atau lesbian, orang yang berjenis kelamin yang sama
dan hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
5) Keluarga komuni, terdiri lebih dari satu pasangan monogami dengan
anak secara bersama sama menggunakan fasilitas, sumber yang sama.
(Padila, 2012)
e) Fungsi keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah

10
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
f) Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 :
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung
jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan

11
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
4. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
5. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarganya.
7. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan
masa tua.
8. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian
tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima
kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life
review masa lalu.
g) Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga

12
yang sakit.
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan.
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
h) Konsep kemandirian keluarga
Menurut Anwar (2015:63), mengartikan kemandirian merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki kemauan dan kemampuan
berupaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secara sah, wajar
dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukan, namun
demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak
memiliki kaitan dengan orang lain.
Menurut Makhfudli (2009:188), ada beberapa kriteria kemandirian
keluarga berdasarkan tingkat kemandirian , diantaranya : 1) menerima
petugas kesehatan, 2) menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga , 3) keluarga tahu dan dapat mengungkapan masalah
kesehatannya dengan benar, 4) kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran , 5) melakukan tindakan
keperawatan sederhana sesuai anjuran ,6) melakukan tindakan pencegahan
secara aktif , dan 7) keluarga mampu melakukan tindakan promotif secara
aktif.
Friedman (1998) dalam Zulfitri (2012) menyatakan bahwa apabila
5 tugas kesehatan keluarga terpenuhi, maka keluarga tersebut sudah
menunjukan 14 kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
pada anggota keluarganya, meliputi: pertama, keluarga diharapkan mampu
mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota
keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan
yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh
seluruh anggota keluarga. Ketiga, keluarga mampu melakukan perawatan
yang tepat sehari- hari dirumah. Keempat, keluarga dapat menciptakan dan
memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mendukung dan

13
meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarganya. Kelima , adalah
keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengontrol kesehatan dan mengobati masalah kesehatan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh keluarga.
Adapun begitu, terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi
kemandirian keluarga dalam kehidupan sehari-hari dalam mengambil
keputusan terhadap perkembangan keluarga maupun mengambil keputusan
terhadap upaya pemeliharaan kesehatan, berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian keluarga
Kemandirian Dipengaruhi Oleh Nilai-Nilai Yang ada dalam keluarga
Ada beberapa variable atau faktor penting yang sangat
mempengaruhi nilai- nilai dalam keluarga. Nilai dan sistem keyakinan
keluarga membentuk pola perilaku terhadap masalah kesehatan yang
mereka hadapi. Maka dari itu nilai-nilai yang ada dalam keluarga sangat
mempengaruhi kemandirian keluarga. Berikut variabel tersebut menurut
Friedman (1998);
Sosial ekonomi
Karena status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup
keluarga status ini juga merupakan faktor yang sangat kuat didalam nilai
keluarga, nilai ini dominan dari masyarakat berbeda-beda. Terkait dengan
dimensi waktu, keluarga miskin lebih berorientasi pada masa kini daripada
kelas menengah. Diantara beberapa keluarga miskin misalnya waktu dan
perjanjian dipersiapkan sebagai sesuatu yang fleksibel artinya kegiatan
dimulai jika semua orang yang terlibat sudah sampai sebaliknya keluarga
kelas memengah, menganut nilai waktu yang dominan dan mengharapkan
ketepatan waktu serta ketrampilan manajemen waktu yang baik (Friedman,
1998:186).

14
KONSEP MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI
a) Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian /
mortalitas (Trianto, 2014).
b) Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung
atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan
ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang
tua serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena
itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial.

15
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
1. Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan
darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari
30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok,
minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone,
epinefrin).

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas
salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi
vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin
II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah,
dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan
pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

16
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar
adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system
saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron
tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).

c) Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki
keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi
berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari.
Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab
sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis
hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan
tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor
gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian
dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas

17
fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan
hipertensi kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial.

18
Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot,
kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral,
wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat
terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah

pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).

Penggunaan Obat Anti-Hipertensi


Penggunaan obat antihipertensi sekarang/dahulu, termasuk efektivitas dan
intoleransi pengobatan sebelumnya.
Ketaatan berobat

Sumber : (Adrian, 2019)


d) Klasifikasi

19
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa

e) Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. (Sari, 2020)

20
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)

f) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal.
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3. Darah perifer lengkap
4. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Iskemia atau infark miocard
3. Peninggian gelombang P
4. Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi
aorta.

21
2. Pembendungan, lebar paru
3. Hipertrofi parenkim ginjal
4. Hipertrofi vascular ginjal
(Aspiani, 2016)
g) Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014) :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan
nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerah- daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi
berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan

22
hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih
dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otak
yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan
angiopathy amyloid. Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH
dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu gangguan pembekuan
darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma intrakranial,
thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas
ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi,
kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi perdarahan, usia,
serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh, &
Rahardjo, n.d.)
h) Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg
dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi
gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non-farmakologis, antara lain :
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung
dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
1. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi.
2. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas.
3. Diet kaya buah dan sayur.

23
4. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2016)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SECARA TEORI

1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi
terus menerus dan keputusan professional yang mengandung arti
terhadap informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga
berasal dari berbagai sumber : wawancara, observasi rumah keluarga
dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan no telpon
3) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.
4) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau masalah-

24
masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
5) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
6) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
7) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
8) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupaka
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhioleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status

25
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga
dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan
perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan momunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat Menjelaskan


mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulankeluarga yang ada dan sejauhmana interaksi keluarga
dengan masyarakat.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social atau
dukungan dari masyarakat setempat
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi

26
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
oranglain untuk merubah perilaku.
3) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
4) Nilai dan Norma Budaya
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yangberhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, persaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar isiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian,perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan
keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatankeluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit,menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

27
a) Berapa juamlah anak?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga?
c) Metodeyang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlahanggota keluarga?
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
f.Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari enambulan.
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari enambulan.
3) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan/stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan/stress.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan samadengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
2. Diagnosa keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga meruoakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian

28
keperawatan.Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktualdan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman.( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperwatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan
suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan
masalah hipertensi adalah :
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
ketidakmampuan keuarga dalam mengenal masalah
2) Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawata keluarga yang sakit
4) Ketidakefektifan pola koping keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
5) Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat keluarga yang sakit.
2.1
Skala prioritas masalah

29
No Kriteria Skore Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah:
a. Aktual 3 1
b. Resiko 2
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan masalah
2
dapat diubah :
2
a. Tinggi 1
b. Sedang 0

c. Rendah
4. Potensial untuk dicegah
3 1
a. Mudah
2
b. Cukup 1
c. Tidak dapat
5. Menonjolnya masalah
2 1
a. Masalah
dirasakan dan
perlu segera 1
0
ditangani
b. Masalah
dirasakan
c. Masalah tidak
dirasakan
Total skore
Sumbe : Padila, (2012)
Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot
=NilaiAngka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa

30
keperawatan keluarga
3. Intervensi keperawatan keluarga
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan
keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi
intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,
intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi
keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja
(Friedman, 2010). Lain halnya menurut Padila (2012) intervensi
keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan
rencana evaluasi yang memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan
secara spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan
waktu.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.S
DENGAN HIPERTENSI DI DESA SUMBER KELURAHAN SUMBER
KECAMATAN DUKUN KAB MAGELANG

Pengkajian
A. Pengumpulan Data ( Selasa 20 Juli 2021 )
1. Data Umum
Nama Kepala Keluarga : Tn.S
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : POLRI
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Rt 02 Rw 03 Sumber,Kel
Sumber,Kec Dukun,Kab Magelang

31
1)
Anggota KeluargaNama Data Anggota Keluarga

Keadaan Kesehatan
KeluargaHubungan

Usia (tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Agama
No

L/P KB Ket.

44 Isla
1 Tn.s Suami L SMA POLRI Sehat -
thn m
40 Isla
2 NY.T Istri P SMA - Sehat -
thn m
Anak ke 18 Isla
3. An.P P SMA - Sehat -
1 thn m
Anak ke 15 Isla
4. An.F P SMP - Sehat -
2 thn m
Anak ke 3 Isla
5. An.C P - - sehat -
3 thn m
N Nama Jenis Hubu Umur Pendidi IMUNISASI K
o anggota kelam ngan kan E
keluarga in Dgn T
KK BCG DPT POLIO CA HEPATIT
MP IS
AK
I II III I II III IV I II III
1 Tn. S LK Suami 44 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Ny. T PR Istri 40 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 An. B PR Anak 18 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kandu
ng
4 An. F PR Anak 15 SMP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kandu
ng
5 An. C PR Anak 3 - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kandu
ng

2) Genogram :

32
Keterangan :

: Laki-laki : Keluarga yang dibina

: Perempuan : Garis perkawinan

: Garis keturunan

: Meninggal

3) Tipe keluarga
Keluarga Tn.S termasuk kedalam tipe keluarga besar atau extended
family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak.
4) Suku bangsa
Semua anggota keluarga merupakan asli dari suku jawa
5) Agama
Klien dan keluarga merupakan agama islam dan semua anggota
keluarganya selalu melaksanakan shalat 5 waktu.
6) Status social ekonomi
Tn. S mengatakan bekerja biasanya hari kerja mulai dari hari senin
hingga sabtu. Istri Tn. K, Ny. T dirumah saja.
 Kebiasaan makan dan minum
Tn. S mengatakan keluarganya makan sudah 3x sehari, minum
juga 8x segelas, Ny. T dan ketiga anaknya juga makan sehari 3x,
dam minum juga tercukupi.
 Pola istirahat tidur

33
Frekuensi tidur keluarga Tn.S yaitu dari pukul 21.00 – 04.30
WIB.. Ny.S tidur malamnya dari pukul 21.30 - 04.00 WIB dan
tidur siangnya jarang tidur siang.dan ketiga anaknya tidurnya
mulai pukul 21.00-05.00 WIB.
 Pola kebiasaan kebersihan diri
Keluarga Tn.S Mandi dalam sehari yaitu 2 kali/hari pagi dan sore
dengan memakai sabun mandi dan keramas dengan menggunakan
shampoo, mengganti baju 2 -3 kali sehari. Keluarga Tn.S apabila
keluar rumah selalu memakai alas kaki (sandal) dan Tn.S apabila
berada didalam rumah tidk memakai alas kaki (sandal).Dan Tn.S
selalu memakai sepatu saat bekerja.
 Pola eliminasi
Semua anggota keluarga Tn.S BAB dan BAK selalu di kamar
mandi tidak keluar rumah dengan mandiri tanpa bantuan, dan
untuk BAB dan BAK nya memakai WC jongkok, Tn.S BAB
dalam sehari yaitu 1x, BAK 5-6 kali/hari, Ny.T BAB 1x/hari ,
BAK 3-4 kali/hari.Dan ketiga anaknya BAK selalu dikamar
mandi sehari BAK 4-5 kali/hari.
 Aktivitas rekreasi
Keluarga Tn.S jarang berekreasi keluar, hanya saja dengan
menonton tv dengan Ny.T Dan ketiga anaknya.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn.S pada saat ini masih bekerja setiap harinya.
Adapun tugas perkembangan ini adalah :
- Mempertahankan pengaturan social hidup yang memuaskan
- Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
- Mempertahankan ikatan keluarga
- Menyesuaikan dengan kehilangan pasangan
- Mempertahankan iktatan keluarga atas generasi

34
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Pada tahap ini perkembangan saat ini tugas-tugas yang belum
terpenuhi hanya mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini


Tn.S
Menurut Tn.S dirinya memiliki penyakit hipertensi, sudah lama,
dan sudah periksa ke rumah sakit, dan terkadang apabila kelelahan
masih kerasa sakit.
Ny.S
Menurut penuturan Ny.S selalu sehat sehat dan seumur hidup
alhamdulillah belom pernah dirawat di Rumah Sakit.
Ketiga anaknya alhamdulillah selalu sehat.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Pada keluarga Tn.S dan Ny.T tidak diketahui adanya riwayat
penyakit keturunan maupun menular.
5) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
Sumber pelayanan kesehatan yang biasa di kunjungi adalah
puskesmas, dokter terdekat dan rumah sakit. Dan Tn.S mempunyai
kartu jaminan kesehatan.
6) Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan
Keluarga Tn.S selalu memeriksakan anggota keluarganya apabila
ada yang sakit dan Tn.S juga pernah dibawa ke puskesmas terdekat
oleh anaknya untuk diperiksakan,dan pernah dirawat dirumah
sakit.

C. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Rumah yang di tempati Tn.S adalah rumah pribadi Tn.S, pada saat
ini Tn.S tinggal bersama istrinya dan ketiga anaknya. Rumah
tersebut terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga , 1 dapur,2 kamar

35
mandi, 4 ruang kamar tidur, ruang tengah (ruangan Tv), rumah
tersebut berukuran 11 x 15 cm2 dengan konstruksi permanen lantai
dari keramik dan dinding tembok.
2) Pencahayaan
Pencahayaan di setiap ruangan Rumah Tn.S menghadap ke utara
dan memiliki 4 jendela diruangan bisa di buka tutup jendelanya dan
masuknya cahaya ke ruang tamu. 4 kamar ada 1 jendela yang bisa
dibuka tutup dan 2 kaca ventilasi. akan tetapi ada 1 kamar belakang
yang pencahayaannya kurang yaitu kamar anaknya karena kamar
hanya ada 2 kaca ventilasi dan 1 jendela tidak pernah dibukakan, di
daerah dapur pencahayaannya cuku baik dan ventilasi yang cukup
baik.
3) Penerangan
Penerangan Rumah keluarga Tn.S menghadap ke arah utara jadi
penerangan untuk ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur cukup.
Karena terdapat jendela pada ruangan tamu dan penerangan dengan
lampu cukup baik, juga terdapat genting kac.penerangan untuk
siang hari tidak menggunakan sinar lampu tetapi terang dengan
sinar matahari. Pada ,alam harinya menggunakan lampu dengan
lampu neon 10 watt di ruang tamu,ruang tv,dapur,kamar mandi, 3
kamar memakai lampu 10 watt .
4) Ventilasi
Setiap ruangan memiliki 2 jendela yang dapat dibuka tutup dan
setiap kamar memiliki 1 jendela. Dan setiap ruangan mempunyai
ventilasi dengan ukuran 2 x 100 cm, dan pintu depan selalu terbuka
di ruang tamu dengan ukuran 6 x 4 m2, 4 kamar tidur dengan
ukuran kamar setiapnya 2 x 9 = 18x 12% = 2.16m 2 , kamar mandi
dengan ukuran 2 x 3 x 12% =0.72 m 2 , dapur dengan ukuran 3 x 3
x12 % =1.08 m2
5) Jamban

36
Keluarga Tn.S memiliki jamban sendiri dan didalam. Dinding
jamban dengan tembok, lantainya keramik, bak air terbuat dari
Gentong plastik, sumber air berasal dari pegunungan dan setiap
hari mengalir dengan lancar dengan keadaan bersih,tidak ada torn,
pencahayaan cukup.
6) Sumber air minum
Sumber air minum yang digunakan didapatkan dari pegunungan.
Sumber air minum kualitasnya baik (warnanya jernih, tidak berasa
juga tidak berbau).
7) Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah di buang ke aliran air pembuangan limbah
yang berada dibelakang rumah / ke got. Pembuangan akhir BAB
yaitu ke sepiteng dengan jarak dari wc ke sepiteng 10 m dengan
rumah dan dengan keadaan tertutup.
8) Pembuangan sampah
Keluarga apabila membuang sampah selalu di kumpulkan terlebih
dahulu di kantong kresek kemudian dibakar terkadang juga
dikumpulkan di TPA.
9) Pemanfaatan halaman
Halaman keluarga Tn.S dimanfaatkan menjadi tempat untuk
menjemur pakaian, didepan rumah ada pot bunga hias dan
dipinggir rumah ada kolam ikan.

37
10) Denah rumah

11 111
2

Skala 1: 200
Keterangan :
: pintu
: jendela
: kolam ikan
: sumur bor
1 : ruangan tamu
2 :kamar tidur 1 (Anaknya/ Ny.I dan Tn.N)
3 :Kamar tidur 2 (An.Z)
4 :kamar tidur 3
5 :kamar tidur 4 (Tn.K)
6 : ruangan TV
7 : kamar mandi
8 Dapur

38
11) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Keluarga Tn.S dengan tetangganya biasa saling
menghormati,menghargai, membantu,saling menjenguk apabila ada
tetangganya yang sakit, dan tidak ada kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Karakteristik tetangga beraneka ragam
pekerjaan dan mayoritas masyarakat di kampung tersebut bekerja
sebagai petani. Tidak ada kebiasaan dilingkungan masyarakat
sekitar yang dapat mempengaruhi kesehatan.
12) Mobilisasi geografis keluarga
Keluarga Tn.S Baru 11 tahun tinggal dikampung. Ketika ada salah
satu anggota keluarga yang sakit ataupun akan bepergian keluarga
Tn.S dengan menggunakan sepeda motor/mobil.
13) Perkumpulan keluarga dengan interaksi masyarakat
Keluarga Tn.S biasa berkumpul dengan seluruh anggota
keluarganya apabila hari libur, dan kalau berkumpul dengan
anaknya yang serumah biasanya berkumpul sesudah shalat maghrib
dan makan bersama setelah itu biasanya menonton tv. Untuk
interakssi dengan tetangga atau masyarakat lainnya suka
berkumpul di rumah-rumah warga dan apabila mempunyai masalah
masyarakat lainnya selalu menyelesaikannya dengan
bermusyawarah.
14) System pendukung keluarga
Yang merawat Tn.S adalah istri dan anaknya, keluarga dan
kerabatnya. Apabila Tn.S sakit anaknya selalu membawa anggota
keluarganya ke puskesmas ataupun dokter terdekat.

D. Struktur keluarga
1) Struktur Peran
Tn.S bekerja setiap harinya. Ny.T membantu dirumah dengan
menyiapkan makanan, bersih-bersih rumah. Yang mencari nafkah
hanya Tn.S dan kedua anaknya masih bersekolah.

39
2) Nilai dan Norma keluarga
Keluarga masih memegang adat istiadat jawa, keluarga
menetapkan norma-norma dalam kehidupan sehari-hari misalnya
bila mau masuk ke dalam rumah mengucapkan salam. Penilaian
keluarga tentang kesehatan bahwa kesehatan sangatlah penting.
3) Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasinya menggunakan komunikasi 2 arah, setiap ada
permasalahan selalu dibicarakan dan dipecahkan bersama-sama.
Keluarga Tn.S sehari-hari menggunakan bahasa jawan dan
indonesia dalam berkomunikasi.
4) Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga berada di Tn.S segala aturan yang
berlaku dirumah tangga ditentukan oleh Tn.S dengan kesepakatan
bersama,selalu diselesaikan dengan cara bermusyawarah.

E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Ekonomi
Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
sandang dan pangan masih cukup baik.
2) Fungsi Pendidikan
Tn.S saat ini sedang menyekolahkan anaknya.
3) Fungsi Sosial
Tn.S mengatakan keluarganya selalu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan tetangga sekitarnya. Tn.S selalu
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, selalu mengajarkan
kepada keluarganya ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
baik di rumah maupun di masyarakat.
4) Fungsi Reproduksi
Tn.S Belom usia lanjut, selama pernikahan dengan istrinya Tn.S
memiliki 3 anak.
5) Fungsi Afektif

40
Tn.K Mengatakan bahwa dirinya merasa aman dan nyaman berada
di lingkungan keluarganya. Akan tetapi Menurut Ny.S keluarga
merasa cemas ringan dengan keadaan penyakit Tn.K karena
apabila sudah mengalami pusing dan sakit kepala yang berat Ny.S
tidak tahu harus melakukan tindakan seperti apa untuk
mengatasinya.
6) Fungsi perawatan
Keluarganya sangat peduli terhadap kesehatannya Tn.S dimana
keluarganya selalu mendukung dalam hal pengobatan Tn.S, dan
selalu mengingatkan hal-hal yang dapat memperberat keadaan
penyakitnya misalnya : Jangan mengkosumsi garam dan lemak
yang berlebih.
F. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan pendek
- Jangka panjang
Keluarga ingin merubah kebiasaan hidup dan pola makannya.
Dan ingin sehat kembali.
- Jangka pendek
Keluarga mengatakan ingin penyakit yang diderita Tn.S tersebut
dapat sembuh dan keluarga ingin meminimalisir terjadinya
tekanan darah tinggi pada keluarganya.
2) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi/stressor
Jika keluarga Tn.S mengalami masalah, selalu menyelesaikan
dengan baik dan kepala dingin. Tn.S beserta keluarga yang lainnya
mencoba berusaha untuk solusinya.
3) Strategi koping keluarga yang digunakan
Bila ada suatu permasalah Tn.S biasa membicarakannya dengan
istri untuk mendapatkan jalan kelurnya.
4) Strategi adaptasi disfungsional dan fungsional
Keluarga pernah memeriksakan penyakitnya Tn.S ke dokter

terdekat.

41
Pemeriksaan kesehatan tiap anggota keluarga
1) Tn.K

- Keadaan umum

Penampilan umum : tampak lemah

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg

R : 30 x/menit

N :85 x/menit

S :36.3 ºC

2) Ny.T

 Tekanan Darah :100/90 mmHg

 Nadi : 70 x/menit

 Rr : 20x/menit

 Suhu : 36,5 ºC

2) An.P

 Tekanan darah : 100/85 mmHg

 Nadi : 64 x/menit

 Rr :24 x/menit

 Suhu : 36,2 ºC

3) An.F

 Tekanan darah :100/70

 Nadi :60 x/menit

 Rr : 24x/menit

42
 Suhu :36 ºC

4) An.C

 Nadi : 90 x/menit

 Rr:26 x/menit

 Suhu :36,3 ºC

- Kepala

Rambut sebagian kecil sudah berwarna putih (ber uban),

distribusi rambut tidak merata, keadaan kulit kepala bersih, tak

terdapat ketombe, tak terdapat lesi.

- Mata

Mata kanan dan kiri simetris, sclera berwarna putih, konjungtiva

merah muda, tak terdapat edema pada palpebra, bola mata dapat

digerakan ke segala arah (atas, bawah, samping kiri, samping

kanan), refleks pupil baik terbukti pupil mengecil saat dilewatkan

cahaya senter, kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan

sempurna, tak terdapat secret.

Fungsi penglihatan kurang baik terbukti klien apabila membaca

tulisan di buku dengan benar,tidak memakai kaca mata.

- Telinga

Bentuk telingan kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tak

terdapat serumen, tak terdapat perdarahan, tak terdapat luka atau

peradangan, fungsi pendengaran baik terbukti klien dapat

memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan pemeriksa.

43
- Mulut

Mulut : Bibir simetris antara bibir atas dan bawah, berwarna

kehitaman, mukosa berwarna merah muda, gusi berwarna

kehitaman, tak terdapat pembengkakan, perdarahan ataupun

nyeri, jumlah gigi tidak lengkap 21 buah, terdapat caries, gigi

berwarna kekuningan,

Kerongkongan : Tidak terdapat pembesaran tonsil, tak terdapat

nyeri telan, kemampuan menelan baik terbukti klien dapat

menelan dengan mudah, tidak tercium bau mulut.

- Leher

tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tak terdapat pembesaran

kelenjar getah bening, tidak terdapat kekakuan, per-gerakan baik.

- Sistem Integumen

Kulit : Warna sawo matang, turgor baik terbukti setelah dicubit

kulit dapat kembali ke keadaan semula dalam waktu 3

detik, kulit bersih tak terdapat lesi, tidak terdapat tanda-

tanda peradangan, Suhu = 36, 3o C.

Kuku : Kuku bersih dan pendek, tak terdapat cyanosis, tak

terdapat clubbing finger.

- Sistem Pernafasan

Hidung : Bentuk hidung kiri dan kanan simetris, tak terdapat

deformitas, lubang hidung bersih, tak terdapat secret

44
ataupun perdarahan, tak terdapat lesi ataupun tanda-

tanda peradangan, fungsi penciuman baik terbukti klien

dapat mengetahui bau kayu putih.

Dada : Tak terdapat kelainan bentuk dada, tak terdapat retraksi

kulit dada bersih, pengembangan dada sietris antara

dada kanan dan kiri.

Pola Nafas :Frekuensi pernafasan : 30 x/menit. Irama pernafasan

Ireguler. Bunyi pernafasan vesikuler.

- Sistem Cardiovaskuler

Bunyi jantung Lub-dub. Irama Ireguler.

Tekanan darah: 160/110 mmHg

Cyanosis : Tak terdapat cyanosis

Clubbing finger : tak terdapat clubbing finger

- Sistem Gastrointestinal

Abdomen teraba lembut dan datar, tak terdapat pembesaran

hepar, tak terdapat nyeri tekan, frekuensi BAB 1 x/hari,

konsistensi lembek sampai padat, bising usus 10 x/menit.

- Sistem Perkemihan

Ginjal tidak teraba tak terdapat distensi kandung kemih, tak

terdapat nyeri tekan, frekuensi BAK 4-6 x/hari, urin berwarna

kuning muda, klien dapat mengontrol BAK.

- Sistem Endokrin

45
Tak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tak terdapat

exopthalmus, tak terdapat gangren.

- Sistem Muskuloskeletal

Ekstermitas atas : Bentuk lengan kanan dan kiri simetris, tak

terdapat defor-mitas, tonus otot baik, kekuatan otot 5, (dapat

melawan tahanan peme-riksa dengan kekuatan penuh),

pergerakan baik, lengan dapat digerakan keatas, bawah, samping

kiri dan kanan, belakang, tak terdapat kekakuan, tak terdapat

tremor, tak terdapat nyeri.

Ekstermitas bawah : Tungkai kanan dan kiri simetris, tak terdapat

deformitas, tonus otot normal, kekuatan otot 5, kaki dapat

digerakan keatas, bawah, samping kiri dan kanan, tak terdapat

kekakuan terdapat tremor. 5 5

5 5

Persendian : Tak terdapat deformitas, tak terdapat oedem, tak

terdapat nyeri, tak terdapat kekakuan pada persendian.

- Pengkajian Psikososial

 Sosial

Kemampuan sosialisasi klien baik, terbukti klien sering

berkomunikasi dengan tetangganya setiap hari. Sikap klien

pada orang lain baik terbukti saat pemeriksa berkunjung ke

rumahya klien menyambut dengan baik dan mempersilahkan

46
masuk, setiap bertemu dengan penghuni lain klien selalu

tersenyum dan menyapa dengan sopan.

 Identifikasi Masalah Emosional

Klien mengeluh sulit untuk tidur terutama saat timbul

pusing dan sakit kepala

masalah emosional (-) Negatif.

- Pengetahuan Tentang Penyakit

klien mengatakan tidak mengetahui lebih jelas tentang

penyakitnya, hanya klien mengetahui setelah diperiksakan ke

puskesmas bahwa klien menderita hipertensi. Klien tidak

mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan.

- Pengkajian Spiritual

Klien beragama Islam, klien selalu menjalankan sholat 5 waktu,

sholat sunat dan berdzikir setelah sholat. Klien meyakini bahwa dia

akan mati, klien mengatakan bahwa kematian itu rahasia Allah dan

dapat terjadi kapan saja bila Allah menghendaki.

- Pengkajian Fungsional Klien

 Katz Indeks

Klien termasuk ke dalam kategori A mandiri dalam

makan, kontinensial (BAB, BAK), berpakaian, pergi ke toilet,

berpindah dan mandi.

 Barthel Indeks
Format Isian Berthel Indeks Tn.S
No Dengan
KRITERIA Mandiri Keterangan
Bantuan

47
1 Makan 10 10 Frekuensi : 3 x/hari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : Nasi + lauk pauk
2 Minum 10 10 Frekuensi : tidak tentu
Jumlah : 3-4 gelas
Jenis : air
putih,the,kopi,susu
3 Berpindah dari kursi roda 15 15
ke tempat tidur dan
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 5 5 Frekuensi :
me-nyisir rambut, gosok Cuci muka : 5 x/hari
gigi)
5 Keluar masuk toilet 10 10 Menyisir rambut : tidak
(mencuci pakaian, tentu
menyeka tubuh, menyiram) Gosok gigi : 3 x/hari
6 Mandi 15 15 Frekuensi : 2 x/hari
7 Jalan dipermukaan datar 5 5
8 Naik turun tangga 10 10
9 Mengenakan pakaian 10 10
10 Kontrol BAB 5 0 Frekuensi : 1 x/hari
Konsistensi : lembek
padat
11 Kontrol BAK 5 10 Frekuensi : 4-6 x/hari
12 Olahraga atau latihan 5 10 Frekuensi : 4 x/minggu
Jenis : Jln santai
13 Rekreasi / pemanfaatan 5 20 Frekuensi : 20-30
waktu luang menit/ hari
Jenis : nonton TV

Klien termasuk mandiri dengan skor 130

- Pengkajian Status Mental

- SPMSQ (SHORT PORTBLE MENTAL STATU QUESTIONER)

Format Identifikasi Tingkat Kerusakan Intelektual Tn.S


BENAR SALAH
 1 Tanggal berapa hari ini
 2 Hari apa sekarang ini
 3 Apa nama tempat ini
 4 Dimana alamat anda
 5 Berapa umur anda
 6 Kapan lahir anda

48
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya
 9 Siapa nama Ibu anda
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
Jumlah : 10 Jumlah : 0
Fungsi intelektual utuh : Dengan skore Benar = 10 Salah = 0

- MMSE (Mini Mental Status Exam)

Format Isian MMSE Tn.S


Nilai
N Nilai.
JENIS Maximu KRITERIA
O Klien
n
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun  Hari
 Musim  Bulan
 Tanggal
Orientasi 5 5 Dimana kita berada sekarang
o Negara : Indonesia
o Propinsi : Jawa Barat
o Kota : Garut
o Kecamatan : Tarogong Kaler
o Desa : Tanjung Kamuning
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek 1 detik untuk me-
ngatakan masing-masing objek. Kemudian
tanyakan kepada klien ke 3 objek tadi
o Objek Piring
o Objek Gelas
o Objek Lemari
3 Perhatian 3 3 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
 93  79  65
 86  72
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek
pada no.dua
5 Bahasa 9 9 Tanyakan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien :
o Jam tangan
o Pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut
tak ada, jika, dan, atau, tetapi, bila bener,
nilai 1 point
o Pernyataan benar 2 buah : takada,

49
tetapi minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah :
o Ambil kertas
o Lipat 2
o Taruh di lantai
Perintah klien untuk
o Tutup mata anda
Perintah pada klien untuk menulis 1
kalimat dan menyalin gambar
o Tulis satu kalimat
o Menyalin gambar
NILAI TOTAL 27

Aspek kognitif dari fungsi mental baik dengan skore 27

5) Tn.S
- Keadaan Umum
Penampilan umum : tampak tenang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda Vital : TD : 160/100 mmHg
R : 30 x/menit
N :85 x/menit
S : 36.3 ºC
Keluhan : terasa pusing.

G. Harapan keluarga
Keluarga Tn.S berharap semuanya sehat aman dan terhindar dari
segala penyakit.

ANALISIS DATA
HARI/TANGGAL/JA
DIAGNOSA
M
NO DATA FOKUS KEPERAWATA
N
1. Selasa 20 juni 2021 Data Subyektif: Defisit

50
- pasien pengetahuan
mengatakan (D.0111)b.d
tidak tau tentang kurangnya sumber
masalah sumber informasi
hipertensi.
- Pasien
mengatakan
tidak begitu
paham
pencegahan
hipertensi.
Data Obyektif:
- Pasien tampak
bingung jika
ditanya tentang
hipertensi.

2 Rabu 21 juni 2021 Data Objektif Perfusi perifer


- Tn.S mengatakan tidak efektif
kepalanya (D.0009) b.d
pusing. peningkatan
- tn.S mengatakan tekanan darah
kesemutan pada
kaki.
Data Subjektif
- ujung jari Tn.S
terasa dingin

SKORING DAN PRIORITAS MASALAH


Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
Sifat masalah 3 1 3/3x1=1 Tn.S M
1. Aktual (3) mengatakan ingin
2. Resiko tinggi (2) mengetahui
Potensial (1) tentang penyebab
pusing kepalanya
Kemungkinan masalah 1 2 1//2x2=1 Pengetahuan
untuk di ubah keluarga kurang
1. Tinggi (2) tahu terkait
Rendah (1) hipertensi

51
Potensi masalah untuk 2 1 2/3x1=0 Mengatasi
di cegah masalah
1. Mudah (3) diperlukan waktu
2. Cukup (2) yang cukup,
Tidak dapat (1) supaya mereka
dapat mengenal
hipertensi dan
mengetahui
bagaimana
pencegahan
hipertensi
Menonjolnya masalah 1 1 1/2x1=0 Keluarga
1. Masalah dirasakan menyadari
dan perlu mengetahui cara
penanganan segera menangani
(2) hipertensi
2. Masalah dirasaakan
tidak perlu
ditangani segera (1)
Masalah tidak
dirasakan (0)
Jumlah 2

52
I. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :
1. Defisit pengetahuan (D.0111) b.d kurangnya sumber sumber
informasi
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d peningkatan tekanan darah

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA


Nama KK : Tn. S Nama Mahasiswa : Putri Anisa Salsabilla
Alamat : Kel. Sumber NIM : 20101440119084

N D TUJUAN TUJUA Kriteria hasil INTERVENSI


O I UMUM N KEPERAWATAN
A KHUSU
G S
N
O
S
A
K
E
P
E
R
A
W
A
T
A
N
K
E
L
U
A
R
G
A
1 Defisit Setelah Setelah Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
pengetah dilakuka dilakuka pengkajian (I.12383)
uan b.d n n selama 5x24 jam
kurangn pengkaji pengkajia diharapkan
Observasi
ya an n selama tingkat
sumber selama 5x24 jam pengetahuan - Identifikasi
sumber 5x24 jam diharapk meningkat faktor-faktor
informas diharapk an ( L.12111) yang dapat
i an tingkat dengan kriteria meningkatk

53
tingkat pengetah hasil : an dan
pengetah uan - Kemamp menurunkan
uan meningk uan motifasi
meningk at menjelask
perilaku
at ( L.1211 an
( L.1211 1) pengetahu hidup bersih
1) an tentang dan sehat.
suatu Terapeutik
topik dari - Jadwalkan
skala 1 pendidikan
menurun kesehatan
ke skala 3
sesuai sesuai
sedang.
- Jemampu kesepakatan.
an - Berikan
menggam kesempatan
barkan untuk
pengalam bertanya.
anya Edukasi
sebelumn
- Ajarkan
ya sesuai
dengan perilaku
topik dari hidup bersih
skala 1 dan sehat.
menurun
ke skala 3
meningka
t
- Perilaku
sesuai
dengan
pengetahu
an dari
skala 1
menurun
ke skala 3
sedang
- Pertanyaa
n tentang
masalah
yang
dihadapai
dari skala
1
meningka
t ke skala

54
3 sedang
- Persepsi
yang
keliru
terhadap
masalah
dari skala
1
meningka
t ke skala
3 sedang.
2 Perfusi Setelah Setelah Setelah dilakukan Pemantauan Tanda
dilakuka dilakuka
perifer tindakan Vital (I.02060)
n n
tidak tindakan tindakan keperawatan Observasi
keperawa keperawa
efektif 5x24 jam - monitor
tan 5x24 tan 5x24
b/d jam jam diharapkan tekanan
diharapk diharapk
Peningka perfusi perifer darah
an an
tan perfusi perfusi (L.02011) - monitor nadi
perifer perifer
tekanan meningkat - monitor
(L.02011 (L.02011
darah ) ) dengan kriteria pernafasan
meningk meningk
(D.0009) hasil: - monitor
at at
1) Parastesia suhu tubuh
meningka Terapeutik
t dari - dokumentasi
skala 1 kan hasil
(meningk pemantauan
at) ke Edukasi
skala 5 - informasikan hasil
(menurun pemantauan
)
2) Akral
meningka
t dari
skala 1
(membur

55
uk) ke
skala 5
(membaik
)
3) Turgor
kulit
meningka
t dari
skala 1
(membur
uk) ke
skala 5
(membaik
)
4) Tekanan
darah
sistolik
meningka
t dari
skala 1
(membur
uk) ke
skala 5
(membaik
)
5) Tekanan
darah
diastolik
meningka
t dari
skala 1

56
(membur
uk) ke
skala 5
(membaik
)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI FORMATIF


Tgl/ No Dx Implementasi Respon TTD/
Jam Nama
20/07 1 Mengidentifikasikan kesiapan S:pasien mengatakan Billa
/2021 dan kemampuan menerima sudah siap menerima
informasi informasi tentang penyakit
hipertensi dan
pencegahannya.
O: pasien tampak siap

Menjadwalkan pendidikan S:Pasien mengatakan


kesehatan sesuai kesepakatan bersedia terapi
komplemeter pada pukul
19.00
O:-

Memberikan kesempatan untuk S: pasien bertanya apa


bertanya manfaat terapi
komplementer.

57
O:-
21/07 1 Mengidentifikasikan kesiapan S:pasien mengatakan Billa
/2021 dan kemampuan menerima sudah siap menerima
informasi informasi tentang penyakit
hipertensi dan
pencegahannya.
O: pasien tampak siap

Menjadwalkan pendidikan S:Pasien mengatakan


kesehatan sesuai kesepakatan bersedia terapi
komplemeter pada pukul
16.30
O:-

Memberikan kesempatan untuk S: pasien bertanya apa


bertanya kelebihan terapi
komplementer.
O:-
22/07 1 Mengidentifikasikan kesiapan S:pasien mengatakan Billa
/2021 dan kemampuan menerima sudah siap menerima
informasi informasi tentang penyakit
hipertensi dan
pencegahannya.
O: pasien tampak siap

Menjadwalkan pendidikan S:Pasien mengatakan


kesehatan sesuai kesepakatan bersedia terapi
komplemeter pada pukul
19.30
O:-

58
Memberikan kesempatan untuk S: -
bertanya O:-
23/07 1 Mengidentifikasikan kesiapan S:pasien mengatakan Billa
/2021 dan kemampuan menerima sudah siap menerima
informasi informasi tentang penyakit
hipertensi dan
pencegahannya.
O: pasien tampak siap

Menjadwalkan pendidikan S:Pasien mengatakan


kesehatan sesuai kesepakatan bersedia terapi
komplemeter pada pukul
20.00
O:-

Memberikan kesempatan untuk S: pasien bertanya apa


bertanya kekurangan terapi
komplementer.
O:-
24/07 1 Mengidentifikasikan kesiapan S:pasien mengatakan Billa
/2021 dan kemampuan menerima sudah siap menerima
informasi informasi tentang penyakit
hipertensi dan
pencegahannya.
O: pasien tampak siap

Menjadwalkan pendidikan S:Pasien mengatakan


kesehatan sesuai kesepakatan bersedia terapi
komplemeter pada pukul
19.00
O:-

59
Memberikan kesempatan untuk S: -
bertanya O:-
20/07 2. a) Memonitor tekanan S : Perawat mengukur Billa
/2021 darah tekanan darah Tn.T
O : Tekanan darah
160/100mmHg
b) Memonitor nadi S : Perawat mengukur nadi
Tn.T
O : Nadi Tn.T 85x/menit
c) Memonitor pernafasan S : Perawat mengukur
pernafasan Tn.T
O : Pernafasan Tn.T
30x/menit
d) Memonitor suhu tubuh S : Perawat mengukur suhu
tubuh Tn.T
O : Suhu tubuh Tn.T
36,30 C

21/07 2. a) Memonitor tekanan S : Perawat mengukur Billa


/2021 darah tekanan darah Tn.S
O : Tekanan darah 160/90
mmHg
b) Memonitor nadi S : Perawat mengukur nadi
Tn.S
O : Nadi Tn.S 90x/menit
c) Memonitor pernafasan S : Perawat mengukur

60
pernafasan Tn.S
O : Pernafasan Tn.S
22x/menit
d) Memonitor suhu tubuh S : Perawat mengukur suhu
tubuh Tn.S
O : Suhu tubuh Tn.S 36,50
C

22/07 2. a) Memonitor tekanan S : Perawat mengukur Billa


/2021 darah tekanan darah Tn.S
O : Tekanan darah
150/100mmHg
b) Memonitor nadi S : Perawat mengukur nadi
Tn.T
O : Nadi Tn.S
c) Memonitor pernafasan S : Perawat mengukur
pernafasan Tn.T
O : Pernafasan Tn.S
24x/menit
d) Memonitor suhu tubuh S : Perawat mengukur suhu
tubuh Tn.T
O : Suhu tubuh Tn.S 360
C

23/07 2. a) Memonitor tekanan S : Perawat mengukur Billa


/2021 darah tekanan darah Tn.S
O : Tekanan darah 160/90
mmHg
b) Memonitor nadi S : Perawat mengukur nadi
Tn.S
O : Nadi Tn.S 75x/menit

61
c) Memonitor pernafasan S : Perawat mengukur
pernafasan Tn.S
O : Pernafasan Tn.S
24x/menit
d) Memonitor suhu tubuh S : Perawat mengukur suhu
tubuh Tn.S
O : Suhu tubuh Tn.S 360 C

24/07 2. a) Memonitor tekanan S : Perawat mengukur Billa


/2021 darah tekanan darah Tn.S
O : Tekanan darah 130/90
mmHg
b) Memonitor nadi S : Perawat mengukur nadi
Tn.S
O : Nadi Tn.S 85x/menit
c) Memonitor pernafasan S : Perawat mengukur
pernafasan Tn.S
O : Pernafasan Tn.S
22x/menit
d) Memonitor suhu tubuh S : Perawat mengukur suhu
tubuh Tn.S
O : Suhu tubuh Tn.S 36,50
C

EVALUASI SUMATIF
NO.D
TGL EVALUASI
X TTD
20/07/20 1 S: pasien mengatakan belom memahami Billa
21 keseluruhan penyakit hipertensi
O: Pasien tampak memperhatikan penyuluhan
tentang penyakit hipertensi
A: Defisit pengetahuan sudah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 S: pasien mengatakan pusing Billa

62
O: tekanan darah pasien 160/100 mmhg
A:perfusi perifer tidak efektif belom teratasi
P: lanjutkan intervensi
21/07/20 1 - Billa
21
2 S: pasien mengatakan masi pusing Billa
O: tekanan darah 160/90
A:perfusi perifer tidak efektif belom teratasi
P: lanjutkan intervensi
22/07/20 1 - Billa
21
2 S: pasien mengatakan pusing Billa
O: tekanan darah 150/100
A:perfusi perifer tidak efektif belom teratasi
P: lanjutkan intervensi
23/07/20 1 - Billa
21
2 S: pasien mengatakan pusing sedikit Billa
O: tekanan darah 160/90
A:perfusi perifer tidak efektif belom teratasi
P: lanjutkan intervensi
24/07/20 1 - Billa
21
2 S: pasien mengatakan pusing sudah mendingan Billa
dan berkurang (membaik)
O: tekanan darah 130/90
A:perfusi perifer tidak efektif teratasi
P: intervensi dihentikan

63
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2014).
SARAN
Demikian makalah tugas Keperawatan Gerontik yang berjudul “asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada tn.s di desa
sumber kecamatan dukun “ yang penulis buat.Melalui makalah ini diharpkan
dapat menambah wawasan kepada pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan tentang asuhan keperawatan Hipertensi .Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan.Maka ,kritik,dan saran
konstruktif penulis harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik.

64
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.
Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal
Ipteks Terapan, 12(1), 64. https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i1.1483
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan (p. 49).
Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan. 1–172. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/Praktika-Dokumen-Keperawatan-Dafis.Pdf
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia- 2018.pdf
Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Misbach, J. (2013). Aspek diagnostik, Patofisiolofi, Managemen.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Sari, N. P. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hipertensi yang di
Rawat di Rumah Sakit. In Journal of Chemical Information and Modeling
(Vol. 53, Issue 9).
Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu.
Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).
Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas Ranomut Kota Manado.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
5 (1) : 20-25.
Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah
Tinggi.Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta:
Healthy.

65
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular,
Panduan Klinis. Bandung: Alfa Beta.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of
reise blood pressure or contain the according to national circumstances

66
LAMPIRAN JURNAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEDULI HIPERTENSI SEBAGAI
UPAYA PENURUNAN TEKANAN
DARAH MELALUI TERAPI
KOMPLEMENTER
Dhian Luluh Rohmawati 1*),

Edy Prawoto2 1,2Akademi


Keperawatan Pemerintah Kabupaten

Ngawi Corresponding author:

dhian.luluh@gmail.com

Abstrak

Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah, dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai
20,43%. Sebagian besar warga mengalami peningkatan tekanan darah dan
masyarakat belum mengontrol penyakitnya. Sasaran pengabdian ini adalah
warga yang terkena hipertensi dan keluarga yang mengalami hipertensi.
Mereka diberi penyuluhan tentang hipertensi dan terapi komplementer
sehingga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penderita hipertensi
tentang hipertensi serta bagaimana cara mengendalikan hipertensi dengan
terapi komplementer. Penyuluhan dilakukan dengan ceramah dan diskusi.
Selain itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada warga yang datang.
Hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan bahwa sebagian besar warga
banyak yang terdiagnosis hipertensi akan tetapi meraka enggak untuk
melakukan pengobatan. Selain itu juga banyak masyarakat yang belum
mengetahui apakah sudah terdiagnosis hipertensi atau tidak. Kegiatan ini
berkontribusi bagi masyarakat lokasi pengabdian sebagai langkah promotif
untuk masyarakat yang tidak mengalami hipertensi dan langkah edukasi untuk
masyarakat yang memiliki risiko hipertensi. Hal ini yang menjadi dasar
kegiatan pengabdian untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku
untuk menurunkan kejadian hipertensi di tempat pengabdian.

Kata kunci: Hipertensi, Penyuluhan kesehatan, Terapi komplementer

67
Abstract

Hypertension is a condition where a person experiences an increase in blood


pressure, with blood pressure ≥ 140/90 mmHg. The prevalence of hypertension
in East Java in 2017 reached 20.43%. Most people experience an increase in
blood pressure and the community has not yet controlled the disease. The
targets of this service are people who have
hypertension and families who have hypertension. They were given counseling
about hypertension and complementary therapy so as to increase the
knowledge and understanding of hypertension sufferers about hypertension
and how to control hypertension with complementary therapy. Counseling is
done with lectures and discussions. In addition, blood pressure checks were
performed on residents who came. The results of blood pressure tests showed
that there were still many people who were diagnosed with hypertension but
did not take medication or there were still many people who did not know
whether or not they had been diagnosed with hypertension. This activity
contributes to the community service location as a promotional effort for
residents who are not affected by hypertension at this time and educational
efforts for people who are at risk of hypertension. This is the basis of service
activities to increase knowledge of attitudes and behaviors to reduce the
incidence of hypertension at the service place.

Keywords: complementary therapy, health education, hypertension.

1. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui di
masyarakat yang utama dan prevalensinya terus meningkat serta menjadi
faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler dan komplikasi lainnya.
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah, dimana tekanan darahnya ≥ 140/90 mmHg (Bell, Twig, Olin,
2015). Hipertensi sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai gejala terlebih dahulu sebagai tanda bagi
penderitanya. Apabila tekanan darah semakin tinggi maka harapan hidup
seseorang semakin turun (Wardoyo, 2006).
Berdasarkan data menurut World Health Organization (WHO) pada
tahun 2015, penderita hipertensi akan terus meningkat hingga diperkirakan
sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi pada tahun
2020. Penduduk Amerika telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa yang

68
mengalami hipertensi usia diatas 20 tahun. Prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 25,8%, dengan angka kejadian tertinggi terjadi di
Bangka Belitung sebesar 30,9% (Amila, Sinaga and Sembiring, 2018).
Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai
20,43% atau sekitar 1.828.669 penduduk dengan jumlah penderita tertinggi
hipertensi di Kabupaten Ngawi sebesar 72,88% atau sebanyak 231.349 jiwa.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Manajemen hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologis
dan nonfarmakologis. Namun sebagian besar hanya mengetahui terapi
farmakologis saja. Masyarakat tidak memikirkan efek samping jangka
panjang dari pemakaian obat yang terus menerus. Oleh karena itu
manajemen hipertensi dapat melibatkan terapi nonmfarmakologis seperti
teknik relaksasi, aktivitas fisik, tidak merokok, mengurangi konsumsi garam
dan menerapkan pola hidup sehat (Vamvakis et.al. 2016; Hedayati et.al.,
2011; Anderson et.al., 2010). Selain itu agar mendapatkan hasil yang
maksimal maka diperlukan adanya pendidikan kesehatan yang berkelanjutan
kepada masyarakat. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan. Melalui penyuluhan diharapkan perilaku kesehatan warga juga
berubah untuk mendukung penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Di sisi lain pendidikan kesehatan juga sebagai tindakan
pencegahan terhadap seseorang yang memiliki risiko dan potensi terjangkit
penyakit hipertensi. Kunci dari keberhasilan edukasi kepada masyarakat
adalah membangun komnukisasi dua arah yang aktif serta komunikasi yang
berkelanjutan dengan petugas kesehatan (Kumar, 2015).
Dusun Pondok, Desa Kiyonten, Kec. Kasreman ini memiliki 426 jiwa
penduduk dan 51 % warga mengalami peningkatan tekanan darah dan
masyarakat belum mengontrol penyakitnya. Informasi yang didapatkan dari
Kepada Dusun dan kader kesehatan setempat bahwa Dusun Pondok belum
pernah ada sosialisasi pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan terapi
komplementer untuk mengatasi hipertensi. Oleh karena itu sebagai wujud
kepedulian terhadap kesehatan masyarakat maka diperlukan kegiatan

69
pemberdayaan masyarakat peduli hipertensi sebagai upaya penurunan
tekanan darah melalui terapi keperawatan komplementer di Dusun Pondok,
Desa Kiyonten, Kec. Kasreman guna menurunkan prevalensi penyakit
hipertensi.

2. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penderita hipertensi tentang
hipertensi serta bagaimana cara mengendalikan hipertensi dengan terapi
komplementer di Dusun Pondok, Desa Kiyonten, Kecamatan Kasreman.

3. METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini dengan
menggunakan ceramah, dan diskusi tentang penyakit hipertensi dan cara
mengendalikan dan mengatasi hipertensi melalui terapi komplementer.
Pengabdian masyarakat ini dilakukan di Dusun Pondok, Desa Kiyonten,
Kecamatan Kasreman Kab. Ngawi dengan jumlah peserta yang hadir
sebanyak 62 orang. Alat dan bahan yang diperlukan saat penyuluhan adalah
materi dalam bentuk power point, LCD, laptop, leaflet. Selain itu juga
diberikan contoh terapi komplementer yang dilakukan yang meliputi
mentimun, tomat, ketumbar, bawang putih, air hangat dan handuk untuk
mengompres.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tim pengabdian masyarakat telah melakukan kegiatan di Dusun
Pondok Ds. Kiyonten. Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada tanggal 15
Mei 2020 dengan jumlah peserta sebanyak 62 orang. Tujuan dari kegiatan
ini adalah untuk melakukan sosialisasi pengendalian penyakit hipertensi
kepada masyarakat luas agar penyakit ini perkembangannya bisa ditekan.
Kegiatan ini perlu dilaksanakan di Dusun Pondok karena jumlah penderita
hipertensi semakin meningkat setiap tahunnya. Dari survei yang telah

70
dilakukan terhadap warga Dusun Pondok, menunjukkan bahwa penderita
hipertensi jumlahnya cukup banyak. Sementara itu di dusun tersebut juga
banyak dijumpai tanaman untuk terapi komplementer dan menurut literatur
tanaman tersebut mampu untuk mengendalikan penyakit hipertensi.
Kegiatan ini dilakukan disalah satu rumah kader. Dari jumlah warga yang
hadir didapatkan 32 warga yang menderita hipertensi, 26 warga dengan
keluarga hipertensi. Kegiatan awal dari pelaksanaan pengabdian masyarakat
ini yaitu melakukan pemeriksaan tekanan darah oleh mahasiswa.
Gambar 1. Penyuluhan tentang Hipertensi dan terapi komplementer

71
Adapun karakteristik dari peserta adalah:
Tabel 1. Karakteristik responden Dusun Pondok Desa Kiyonten, Kec.
Kasreman
No. Variabel N Persentase
1. Umur
Dewasa 43 69,4%
Pra lansia 12 19,3%
Lansia 7 11,3%
2. Jenis Kelamin
Laki –laki 8 12,9%
Perempuan 54 87,1%
3. Terdiagnosis hipertensi sebelumnya
Iya 24 38,7%
Tidak 38 61,3%
4. Status hipertensi
Hipertensi 27 43,6%
Terkontrol 7 11,3%
Tidak 28 45,1%

Berdasarkan hasil pendataan pada warga di Dusun Pondok didapatkan


bahwa terdiagnosis hipertensi sebelumnya sebanyak 38,7 %. Dari jumlah
penderita ini yang sudah melakukan pengobatan sebanyak 5 orang.
Kesimpulan dari hasil ini adalah masih banyak warga yang hipertensi
namun mereka tidak berobat dengan rutin atau masih banyak yang tidak
tahu apakah mereka menderita hipertensi atau tidak. Jika hipertensi
berlangsung dalam waktu yang lama akan menyebabkan serangan jantung,
stroke, gagal jantung dan terjadinya gagal ginjal kronik (Rudianto 2013
dalam Firmansyah and Rustam 2017). Seseorang yang mengalami hipertensi
selama bertahun-tahun tidak menyadari terjadinya kerusakan organ vital
bahkan dapat menyebabkan kematian menjadikan hipertensi dijuluki
pembunuh diam-diam atau silent killer karena tidak memiliki gejala yang
khas (Hafiz, Weta, & Ratnawati 2016 dalam Amila, Sinaga and Sembiring

72
2018).
Perilaku masyarakat yang sehat dapat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu dengan melakukan
promosi kesehatan tentang tanaman obat untuk penyakit hipertensi sebagai
terapi komplementer. Program promosi kesehatan ini merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat agar dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Tujuan dari promosi kesehatan adalah agar masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah
kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Promosi kesehatan ini dilakukan dengan
pemberian ceramah. Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan
dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi mengenai kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
Masalah yang terjadi di dusun Pondok yaitu hipertensi, hal ini yang
membuat tim pengabdian masyarakat melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian hipertensi dengan cara melakukan penyuluhan menggunakan
metode ceramah. Penyuluhan yang dilakukan materinya adalah sebagai
berikut definisi, penyebab, tanda dan gejala, jenis dari hipertensi, dan cara
mengendalikan hipertensi dengan terapi komplementer. Setelah selesai
penyuluhan warga diberikan leaflet yang harapannya agar warga ingat
mengenai
hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Prayoga (2015) menyimpulkan
bahwa pendidikan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang hipertensi. Tujuan dari penyuluhan ini diharapkan pengetahuan
masyarakat dusun tersebut tentang penyakit hipertensi menjadi lebih baik,
sehingga faktor risiko penyakit menjadi berkurang dan kualitas hidup

73
penderita menjadi meningkat. Pada pelaksanaan kegiatan ini kami
menggunakan metode ceramah dan diskusi tentang penyakit hipertensi dan
terapi komplementer untuk mengendalikan hipertensi. Antusiasme warga
saat dilaksanakan penyuluhan juga tinggi, hal ini dilihat dari banyaknya
pertanyaan yang diungkapkan saat sesi tanya jawab setelah penyampaian
materi. Warga juga belum tahu pasti bagaimana mencegah dan
mengendalikan hipertensi, seperti gaya hidup yang seharusnya dilakukan,
pola makan yang tepat dan aktivitas yang dianjurkan serta terapi
komplementer yang bisa digunakan untuk meringankan penyakit hipertensi.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat peduli tentang kesehatan
dan masyarakat membutuhkan informasi- informasi tentang masalah
kesehatan yang terkadang masih simpang siur pemahamannya. Oleh sebab
itu, kegiatan seperti ini sangat diperlukan bagi masyarakat dengan materi
yang menyesuaikan dengan permasalahan yang dialami oleh masyarakat di
daerah tersebut.

5. KESIMPULAN
Kegiatan dari pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa
penyakit hipertensi merupakan penyakit yang sering dialami oleh
masyarakat, salah satunya karena pola makan yang tidak diperhatikan.
Kegiatan ini berkontribusi bagi masyarakat lokasi pengabdian sebagai
langkah promotif untuk masyarakat yang tidak mengalami hipertensi dan
langkah edukasi untuk masyarakat yang memiliki risiko hipertensi. Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan antara lain dengan
penyuluhan, pengendalian hipertensi dengan terapi komplementer,
pemeriksaan dan pengobatan. Warga sangat antusias karena kepedulian
masyarakat akan pentingnya kesehatan dan masyarakat mengharapkan
kegiatan serupa dilaksanakan lagi dengan topik yang lain.

6. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Desa Kiyonten,

74
Kepala Dusun Pondok dan warga Dusun Pondok Wilayah Puskesmas
Kasreman yang telah membantu kegiatan terlaksananya program
pengabdian masyarakat.

7. REFERENSI

Amila, Sinaga, J. and Sembiring, E. (2018) ‘Self Efficacy dan Gaya Hidup
Pasien Hipertensi’, Jurnal Kesehatan, 9(3), p. 360. Available at:
http://ejurnal.poltkkes- tkj.ac.id/index.php/JK.
Anderson, DE. et.al. (2010). Regular slow-breathing exercise effects on
blood pressure and breathing patterns at rest. Journal of Human
Hypertension, 24: 807–813
Bell, K., Twiggs, J., Olin, B.R., (2015). Hypertension: The Silent Killer:
Updated JNC-8 Guideline Recommendations. summer 2015:
Continuing eDuCAtion,
Firmansyah, M. R. and Rustam (2017) ‘Hubungan Merokok dan Konsumsi
Kopi dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi’, Jurnal
Kesehatan, 8(2), pp. 263–264.
Hedayati, S. Susan et.al. (2011). Non-pharmacological aspects of blood
pressure management: what are the data?. Kidney Int. 79(10): 1061–
1070.
Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan:
Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Surabaya: Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur.
Kumar, S. (2015). “Hypertension Management Through Patient
Education”. Theses.
School of nursing and health profession: University of San Fransisco.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetiya, C.H. (2015). Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap
peningkatan pengetahuan keluarga tentang hipertensi. Mutiara
Medika, 15 (1): 67 – 74.
Singh, S., Shankar, R., & Singh, G.P. (2017). Prevalence and Associated
Risk Factors of Hypertension:A Cross-Sectional Study in Urban
Varanasi. International Journal of Hypertension. Article ID 5491838.
https://doi.org/10.1155/2017/5491838
Vamvakis, Anastasios et.al. (2017). Beneficial effects of
nonpharmacological interventions in the management of essential

75
hypertension. Journal of the Royal Society of Medicine
Cardiovascular Disease, 6: 1–6.
Wardoyo. (2006). Kesehatan Lansia dan Masalahnya. Jakarta. Citra Parsindo

76
ANALISA JURNAL
1. Judul jurnal
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI HIPERTENSI SEBAGAI
UPAYA PENURUNAN TEKANAN DARAH MELALUI TERAPI
KOMPLEMENTER
2. Manfaat terapi dan penyuluhan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penderita hipertensi tentang hipertensi
serta bagaimana cara mengendalikan hipertensi dengan terapi komplementer.
3. Kontra indikasi terapi dan penyuluhan
Kontra indikasi terapi ini adalah menuju pada penderita penyakit hipertensi.
4. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk terapi dan penyuluhan
Hp,power point,leptop
5. Tahap pelaksanaan terapi dan penyuluhan
- Siapkan tempat untuk melakukan terapi dan penyuluhan
- Berikan penyuluhan tentang penyakit hipertensi
- Lakukan terapi komplementer
- Lakukan diskusi untuk beberapa pertanyaan
- Kemudian evaluasi

77
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT HIPERTENSI
Pokok Bahasan : Memahami penyakit hipertensi
Sub Pokok Bahasan :definisi,etiologi,manifestasi
klinis,klarifikasi,patofisiologi,penatalaksana,cara mengatasi hipertensi.
Sasaran : Pasien
Tempat : Rumah Klien
Hari/Tanggal : 13 Januari 2021
Waktu Pertemuan : 15 menit

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga dapat memahami
tentang penyakit hipertensi
b. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran
dapat :
a) Menyebutkan definisi penyakit hipertensi
b) Menyebutkan etiologi penyakit hipertensi
c) Menyebutkan manifestasi klinis penyakit hipertensi
d) Menyebutkan klarifikasi penyakit hipertensi
e) Menyebutkan patofisiologi penyakit hipertensi
f) Menyebutkan penatalaksana penyakit hipertensi
g) Menyebutkan cara mengatasi penyakit hipertensi
II. SASARAN
Klien di rumah klien
III. MATERI
a) Menyebutkan definisi penyakit hipertensi
b) Menyebutkan etiologi penyakit hipertensi
c) Menyebutkan manifestasi klinis penyakit hipertensi

78
d) Menyebutkan klarifikasi penyakit hipertensi
e) Menyebutkan patofisiologi penyakit hipertensi
f) Menyebutkan penatalaksana penyakit hipertensi
g) Menyebutkan cara mengatasi penyakit hipertensi

IV. METODE
Ceramah dan diskusi
V. MEDIA
a) Pemaparan Power Point
b) Leaflet dan flipchart
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 2 menit 1. Pembukaan : Menjawab salam
a. Mengucapkan salam Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
kegiatan penyuluhan
2. Menyebutkan materi yang akan
disampaikan
2. 20 menit Pelaksanaan : Memperhatikan Memperhatikan
a) Menyebutkan definisi Memperhatikan
penyakit hipertensi Memperhatikan
b) Menyebutkan etiologi Memperhatikan
penyakit hipertensi Memperhatikan
c) Menyebutkan manifestasi
klinis penyakit hipertensi
d) Menyebutkan klarifikasi
penyakit hipertensi
e) Menyebutkan
patofisiologi penyakit
hipertensi

79
f) Menyebutkan
penatalaksana penyakit
hipertensi
g) Menyebutkan cara
mengatasi penyakit
hipertensi
 

3. 10 menit Evaluasi : Menjawab pertanyaan


Menanyakan kepada klien tentang materi
yang telah disampaikan
4 3 menit Terminasi : Mendengarkan dan membalas
1. Mengucapkan terimakasih atas ucapan terimakasih
waktu yang diluangkan, perhatian Menjawab salam
serta peran aktif klien selama
mengikuti kegiatan penyuluhan
2. Salam penutup

VII. SETTING TEMPAT

80
VIII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur :
a) Klien ikut dalam kegiatan penyuluhan
b) Kesiapan materi penyaji
c) Tempat penyuluhan di Ruang yang digunakan nyaman
dan mendukung
b. Evaluasi Proses :
a) Klien antusias terhadap materi penyuluhan
b) Klien terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan
(diskusi)
c. Evaluasi Hasil :
a) Prosedur : Post test
b) Jenis tes : Lisan
c) Butir Pertanyaan :
1. Menyebutkan definisi penyakit hipertensi
2. Menyebutkan etiologi penyakit hipertensi
3. Menyebutkan manifestasi klinis penyakit hipertensi
4. Menyebutkan klarifikasi penyakit hipertensi
5. Menyebutkan patofisiologi penyakit hipertensi
6. Menyebutkan penatalaksana penyakit hipertensi
7. Menyebutkan cara mengatasi penyakit hipertensi

IX. Daftar Pustaka


Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana
Terbaru Pada Dewasa, 46(3), 172–178.
Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal

81
Ipteks Terapan, 12(1), 64. https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i1.1483
https://kesehatan.kontan.co.id/news/6-jus-buah-dan-sayur-yang-
bermanfaat-sebagai-obat-herbal-untuk-darah-tinggi (diakses pada jumat
30 juli 2021 Pada pukul 13.36)

82
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian /
mortalitas (Trianto, 2014).
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung
atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi :
e. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan
ekskresi atau transport Na.
f. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
g. Stress karena lingkungan
h. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang
tua serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
c. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena
itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
4. Faktor keturunan

83
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
5. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan
darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
6. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari
30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok,
minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone,
epinefrin).

d. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas
salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi
vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin
II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah,
dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan
pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar

84
adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system
saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron
tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).

C. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki
keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,
palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi
berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari.
Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab
sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.

85
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis
hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan
tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor

gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian


dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas
fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan
hipertensi kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial.
Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot,
kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral,
wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat
terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah
pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).

Penggunaan Obat Anti-Hipertensi


Penggunaan obat antihipertensi sekarang/dahulu, termasuk efektivitas dan
intoleransi pengobatan sebelumnya.
Ketaatan berobat

86
Sumber : (Adrian, 2019)
D. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan

87
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. (Sari, 2020)
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)
F. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014) :
f. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
g. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan
nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema.
h. Otak

88
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerah- daerah yang diperdarahi berkurang.
i. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
j. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi
berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan
hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih
dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otak
yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan
angiopathy amyloid. Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH
dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu gangguan pembekuan
darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma intrakranial,
thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas
ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi,
kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi perdarahan, usia,
serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh, &
Rahardjo, n.d.)
G. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg
dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi
gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).

89
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non-farmakologis, antara lain :
e. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung
dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
5. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi.
6. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas.
7. Diet kaya buah dan sayur.
8. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
f. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup.
g. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
h. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2016)
H. Cara mengatasi penyakit hipertensi
7 Jenis Obat Darah Tinggi Alami dan Cara Alami Lainnya
Obat herbal penurun tekanan darah tinggi yang alami

90
Obat herbal merupakan produk yang dibuat dari tanaman untuk mengobati
penyakit tertentu atau menjaga kesehatan tubuh. Jenis obat ini umumya
memiliki beragam bentuk, seperti kapsul, bubuk, cair, atau tanaman yang
sudah dikeringkan dan dicincang. Cara menggunakannya pun beragam,
ada yang langsung ditelan seperti pil, diminum, atau diseduh seperti teh.
Menggunakan obat-obatan herbal tersebut untuk hipertensi sebenarnya
tidak dilarang. Namun, sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter, sebab beberapa obat herbal justru berbahaya karena bisa
berinteraksi dengan obat hipertensi yang Anda konsumsi. Bahkan,
beberapa obat herbal pun dapat membuat hipertensi Anda semakin parah.
Berikut berbagai tanaman dan rempah yang bisa Anda temukan secara
mudah dan digunakan di rumah untuk membantu mengontrol hipertensi:
1. Bawang putih

Bawang putih umumnya digunakan sebagai salah satu rempah yang wajib
ada di setiap masakan. Namun ternyata, bawang putih juga bisa menjadi
obat herbal untuk menurunkan darah tinggi secara alami.
Studi literatur yang dipublikasikan Pharmacognosy Review pada 2011
menunjukkan bahwa bawang putih dapat menurunkan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Penurunan tekanan darah ini umumnya
terjadi pada seseorang dengan jenis hipertensi esensial atau primer.
Senyawa allicin dalam bawang putih diyakini sebagai kandungan yang
berperan dalam penurunan tekanan darah tersebut. Senyawa ini bekerja
dengan meningkatkan produksi oksida nitrat dalam tubuh yang dapat

91
membuat pembuluh darah lebih rileks sehingga tekanan darah pun
menurun. Selain itu, bawang putih juga diketahui dapat menurunkan
kolesterol, yang merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi.
Akan tetapi, bawang putih sebagai obat bisa berinteraksi dengan obat-
obatan tertentu, terutama obat antikoagulan. Oleh karena itu, konsultasikan
terlebih dulu dengan dokter Anda sebelum menggunakan bawang putih
sebagai obat alami atau herbal untuk hipertensi.
Untuk dijadikan obat, bawang putih dapat dikonsumsi mentah atau
dijadikan dalam bentuk ekstrak cair, minyak, atau bubuk. Namun, Anda
pun bisa memasukkan bawang putih pada masakan Anda.
2. Kayu manis
Kayu manis sering digunakan untuk menambah rasa pada beberapa
masakan. Namun ternyata, rempah jenis ini juga bisa digunakan sebagai
salah satu obat hipertensi tradisional.
Sebuah studi yang dipublikasikan di journal Nutrition menyebutkan bahwa
kayu manis berhubungan dengan penurunan tekanan darah, baik sistolik
maupun diastolik, pada orang dengan diabetes tipe 2. Meski demikian,
kayu manis belum terbukti secara langsung dapat mengontrol tekanan
darah pada pasien hipertensi. Oleh karena itu, penelitian lanjutan
dibutuhkan untuk membuktikannya.
Seperti diketahui, diabetes memang merupakan salah satu penyebab
hipertensi, terutama hipertensi sekunder. Kondisi ini bisa terjadi karena
resistensi insulin pada penderita diabetes dapat menyebabkan naiknya
tekanan darah.
3. Jahe
Selain untuk menghangatkan tubuh, jahe juga termasuk dalam obat herbal
yang sering digunakan untuk menurunkan darah tinggi secara alami.
Penelitian yang dilakukan pada hewan membuktikan bahwa jahe bisa
meningkatkan sirkulasi darah dan mengendurkan otot-otot di sekitar
pembuluh darah.

92
Zat aktif dalam jahe, yaitu saponin, flavonoid, amine, alkaloid, dan
terpenoid, terbukti dapat meningkatkan relaksasi pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah, pada tikus. Meski demikian, penelitan
mengenai efek jahe pada tekanan darah manusia masih belum begitu
banyak dan umumnya masih menggunakan dosis yang rendah. Hasil dari
penelitiannya pun belum begitu meyakinkan.
Namun, dilansir dari Cleveland Clinic, salah satu manfaat jahe, yaitu
menurunkan kadar kolesterol. Adapun kolesterol merupakan salah satu
penyebab hipertensi.
4. Seledri

Bahan alami lain yang dapat Anda jadikan sebagai obat herbal untuk
tekanan darah tinggi adalah seledri. Tanaman hijau ini mengandung zat
kimia alami yang disebut dengan phthalide.
Phthalide dapat membantu mengendurkan jaringan-jaringan yang terdapat
di dinding pembuluh arteri, sehingga tekanan darah Anda dapat menurun.
Selain itu, kandungan magnesium dan kalium di dalam seledri juga dapat
membantu menjaga tekanan darah normal.
Oleh karena itu, mulailah tambahkan seledri dalam menu harian Anda
sebagai obat herbal untuk menurunkan darah tinggi secara alami. Anda
bisa membuatnya menjadi jus lalu ditambahkan dengan madu agar lebih
nikmat atau ditambahkan dengan cuka yang diyakini dapat meredakan
pusing, sakit kepala, dan nyeri bahu yang terkait dengan gejala hipertensi.
5. Basil

93
Selain bermanfaat sebagai bumbu penyedap masakan, daun basil juga
merupakan obat herbal yang mengandung banyak manfaat untuk kesehatan
Anda, termasuk tekanan darah tinggi .
Bumbu dapur ini bekerja menyerupai obat calcium-channel blocker, yaitu
salah satu jenis obat hipertensi yang sering kali diresepkan dokter.
Pasalnya, ekstrak dari daun basil mengandung eugenol, yaitu zat kimia
yang dapat memblokir reaksi kalsium yang bisa menyempitkan pembuluh
darah.
6. Akar kucing
Pernah dengar tanaman bernama akar kucing atau cakar kucing? Tanaman
ini sering kali digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati berbagai
penyakit, salah satunya obat alami penurun darah tinggi.
Serupa dengan daun basil, akar kucing sebagai obat darah tinggi alami
dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
kalsium di dalam sel-sel tubuh Anda. Anda bisa menemukan obat darah
tinggi alami ini dalam bentuk suplemen di apotek.
7. Kapulaga

Rempah lain yang dapat Anda manfaatkan sebagai obat herbal untuk
penurun tekanan darah tinggi adalah kapulaga. Kapulaga biasa digunakan
sebagai tambahan penyedap, terutama di Asia Selatan, seperti India.
Namun, rempah ini juga mudah ditemukan dan sering digunakan di
Indonesia.
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of ethnopharmacology
menyebutkan, kapulaga dapat menurunkan tekanan darah dengan

94
menghambat reaksi kalsium di dalam tubuh. Serupa dengan daun basil dan
akar kucing, kapulaga memunculkan reaksi pada tubuh yang sama seperti
kerja obat hipertensi calcium-channel blocker.

Jus buah penurun tekanan darah tinggi


Biasanya para penderita tekanan darah tinggi mengonsumsi obat dari
dokter untuk menurunkan tekanan darahnya. 
Selain bisa menurunkan tekanan darah tinggi, jus buah juga mengandung
serat yang baik untuk pencernaan .
Berikut jus buah dan sayur yang efektif menurunkan tekanan darah tinggi .
1. Jus Belimbing 
Buah belimbing memiliki rasa yang manis dan mengandung cukup banyak
air. Umumnya, buah belimbing dimanfaatkan sebagai bahan membat
rujak.
Mengutip dari buku berjudul 9 Buah & Sayur Sakti Tangkal Penyakit
karya Agus Suwanto, buah belimbing kaya akan vitamin A dan vitamin C
yang berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 
Selain itu, belimbing juga mengandung kalium tinggi dan rendah natrium.
Mengandung kalium membuat belimbing bermanfaat sebagai buah
penurun tekanan darah tinggi. 
Berikut bahan dan cara membuat jus belimbing untuk menurunkan tekanan
darah tinggi yang dikutip dari buku berjudul 202 Jus Buah dan Sayuran. 
Bahan 
 Belimbing 100 gram 
 Air jeruk nipis 3 sendok makan 
 Air 1/2 gelas 
 Es serut halus 3/4 gelas 
Cuci buah belimbing lalu potong kecil-kecil. masukkan semua bahan ke
dalam blender lalu haluskan. Anda minum jus belimbing segera saat masih
dingin. 
2. Jus paprika apel 

95
Mengutip dari buku berjudul Bebas Hipertensi Dengan Jus, jus tomat
dengan bawang putih ampuh menurunkan tekanan darah tinggi dan
kelebihan berat badan.
Sekedar info, bawang putih mengandung kalium yang berperan
mengontrol tekanan darah dalam tubuh.  
Tidak hanya efektif menurunkan tekanan darah, bawang putih jugabisa
menurunkan kadar kolesterol jahat dan baik untuk kesehatan jantung.  
Anda bisa membuat sendiri jus pereda tekanan darah tinggi ini di rumah,
berikut panduannya. 
Bahan 
 Bawang putih 2 siung 
 Tomat 2 buah (ukuran sedang)
 Kismis 1 sendok makan 
 Air matang 1/2 gelas 
blender bawang putih, tomat, kismis, dan air sampai halus. Setelah
semuanya tercampur, Anda bisa segera meminumnya sampai habis. 
3. Jus mengkudu 
Mengutip dari buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia karya Setiawan
Dalimartha, buah mengkudu mengandung banyak senyawa aktif
diantaranya alkaloid, polysaccharide, coumarin, linoleic, dan sterol. 
Selain itu, buah mengkudu juga kaya akan vitamin C, vitamin A, dan
karoten. 
Buah mengkudu bersifat astringen, menghilangkap lembab, meningkatkan
kekuatan tulang, peluruh kencing, peluruh haid, pembersih darah. Tidak
hanya itu, buah mengkudu juga bersifat antikanker, pereda batuk, pereda
demamm antiradang, antibakteri, pencahar, dan antiseptik.
Mengutip dari situs resmi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian, buah mengkudu mengandung zat skopoletin yang
berfungsi mengatur tekanan darah. 

96
Membuat jus mengkudu untuk obat tekanan darah tinggi cukup mudah.
Mengutip dari buku berjudul Bebas Hipertensi Dengan Jus, berikut bahan
dan cara membuat jus mengkudu. 
Bahan 
 Mengkudu matang (cukup tua) 1 buah 
Cuci buah mengkudu sampai bersih lalu blender sampai halus. Anda
saring jus buah mengkudu tersebut lalu minum dengan segera. 
4. Jus Apel dengan wortel 
Mengutip dari buku berjudul Bebas Hipertensi dengan Jus, jus apel wortel
dipercaya efektif menurunkan tekanan darah tinggi. 
Hal ini disebabkan apel mengandung kalium, fosfor, dan magnesium.
Sekedar info, kalium merupakan zat yang bertugas mengendalikan tekanan
darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. 
Selain itu, apel juga kaya akan serat dan rendah lemak. Hal ini membuat
apel baik untuk menurunkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. 
Cara membuat jus apel wortel untuk obat tekanan darah tinggi cukup
mudah, simak bahan dan aturan minumnya di bawahnya. 
Bahan 
 Apel merah 79 gram atau 1/2 buah ukuran sedang 
 Jeruk nipis 1/2 buah 
 Belimbing wuluh 4 buah 
 Wortel 50 gram 
 Air 100 ml 
Cuci semua bahan-bahan di atas lalu masukkan ke dalam blender. Anda
haluskan semua bahan tersebut lalu minum segera. 
5. Jus Pisang 
Mengutip dari buku berjudul Bebas Hipertensi dengan Jus, pisang baik
dikonsumsi oleh penderita darah tinggi. Sebab, pisang mengandung kalium
yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. 

97
Selain itu, kalium dala pisang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air
di dalam tubuh, menjaga kesehatan jantung, membantu mengedarkan
oksigen ke otak. 
Untuk merasakan manfaat pisang sebagai penurun darah tinggi, Anda
cukup membuat jus pisang yang ditambahkan dengan beberapa bahan
lainnya. 
Berikut resep membuat jus pisang untuk obat tekanan darah tinggi 
 Pisang oli 1 buah atau 100 gram 
 Jeruk nipsi 1/2 buah 
 Kismis 1 sendok mankan 
 Air 1/2 gelas
campurkan semua bahan lalu blender hingga halus. Anda minum jus
pisang tersebut dengan segera. 
6. Jus labu siam dan mentimun
Labu siam dan mentimun dikenal sebagai sayuran yang banyak diolah
menjadi lalap makanan. 
Melansir dari buku berjudul Tanaman Obat & Jus Untuk Mengatasi
Penyakit Jantung, Hipertensi, Kolesterol, dan Stroke karya Ir. Lukas
Tersono Adi, labu siam mengandung saponin, alkaloid, dan tanin.
Alih-alih dikonsumsi secara langsung, Anda bisa mengolah labu siam 
menjadi jus yang lezat dan segar. 
Berikut resep membuat jus labu siam yang efektif menurunkan tekanan
darah tinggi dikutip dari buku berjudul 260 Resep Jus Buah dan Sayur
karya Shachi D.Kim
Bahan 
 Mentimun 100 gram 
 Labu siam 150 gram 
 Air jeruk nipis 2 sendok makan 
 Madu 2 sendok makan 
 Air putih secukupnya
 Es serut secukupnya 

98
Cara membuat
cuci mentimun dan labu siam sampai bersih. Kemudian, Anda kupas
mentimun dan buang bijinya. Lalu, Anda kupas dan potong kecil-kecil
labu siam. 
Masukkan semua bahan ke dalam blender. Blender semua bahan sampai
halus. Terakhir, Anda masukkan es serut untuk membuat jus labu siam
dengan mentimun menjadi lebih segar. 

99
LAMPIRAN MEDIA

100
101
LAMPIRAN DOKUMENTASI

102
N KEGIATA DOKUMENTASI TTD
O N
1. Pengukuran Billa
tekanan
darah

2. Penyuluhan Billa
terkait
penyakit
hipertensi

103

Anda mungkin juga menyukai