Disusun Oleh :
2203007
2023
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan keluarga pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan
konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan
pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian derajat kesehatan optimal
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di butuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS- PK, pendekatan keluarga menjadi salah
satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan
akses yankes di wilayahnya (mendatangikeluarga). Tujuan pendekatan keluarga
salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri
sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai
penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan
secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan terkait penangananpenyakit menular dan tidak menular yang salah
satunya adalahpenyakithipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan
suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untukmemenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau
sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebabkematian terbesar nomor 3
di Indonesia dengan presentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung.
Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan
yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang
bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan kompr
ehensif. Serta keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota
keluarga untuk mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan sejauh mana
keluarga memenuhi fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas-tugas yang
sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga (Koes Irianto, 2014).
Masa remaja merupakan masa peralihan, dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini
anak-anak banyak mengalami perubahan pada fisik da polo pikirnya, terjadi
perubahan kejiwaan yang menimbulkan kebingugan dikalangan remaja sehingga
masa ini disebut sebagai periode strum and drag. Kondisi internal dan ekstrenal
yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabka masa remaja memang lebih
rawan daripada tahap-tahap lain dalam tumbuh kembang keluarga. Usia remaja
sangat rentan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi emosinal
mereka (Sarwono, 2012).
Berkaitan dengan kasus atau fenomena terjadinya agresivitas, Komnas PA
mencatat ada 3.651 kasus kekerasan terhadap remaja di Indonesia, yang
meningkat dari tahun 2015 yang tercatat 3.502 kasus. Sebagian besar atau sekitar
78,9 persen merupakan kasus kekerasan seksual. Sangat memprihatinkan, dalam
bukti temuan Komnas PA sepanjang 2016 tercatat 2.022 kasus tindak kriminal
dilakukan oleh remaja. Jumlah tersebut, 48 persen anak melakukan tindak pidana
pencurian. Disusul dengan kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian dan
penganiayaan. Mirisnya dari 2.022 pelaku kejahatan remaja, 90 persen harus
berakhir di penjara (Keteng, 2016).
Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai pada saat anak pertama
berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun. Pada saat
anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak
remaja dan memberi tanggung jawab. Serta kebutuhan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit. Karena orang tua melepas otoritas
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus mempunyai
otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya. Seringkali muncul
konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk
melakukan aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi
yang terbuka, menghindari kecurigaan dan perselisihan sehingga hubungan
orang tua dan remaja tetap harmonis.
B. Tujuan penulisan
Mahasiwa mampu melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak N
dengan pendekatan proses keperawatan.
C. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga
Bapak N
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga
Bapak N
3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan pada keluarga
Bapak N
4. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada keluarga Bapak
N
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Bapak N
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga
Bapak N
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil atau unit dasar dari suatu masyarakat,
sangat mempengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat itu sendiri
(Riasmini dkk, 2017).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
dalam asuhan keperawatan. Keluarga menempati posisi diantara individu
dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada
keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama
adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan,
perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya
keluarga serta berbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakini dalam
keluarga tersebut ( Saiful 2012).
Pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil atau unit dasar suatu masyarakat.
b. Terdiri dari Terdiri dari dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungandarah, perkawinan atau adopsi.
c. Mempengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat itu sendiri
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Berinteraksi di antara sesama anggota kelaurga.
f. Menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergatungan.
2. Struktur keluarga
Effendy (2016) mengemukakan struktur keluarga bermacam-macam yaitu:
a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-ciri keluarga
Keluarga memiliki ciri-ciri yag berbeda-beda disetiap negara. Ciri-ciri
keluarga (Agapito, 2012) adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat
b. Terdiri dari dua orag atau lebih dalam satu atap yag mempunyai
hubungan yang intim, pertalian darah/perkawinan.
c. Terorganisasi di bawah asuhan kepala rumah tangga (biasanya bapak
atau ibu atau keluarga lain yang dominan) yang saling berhubungan
dengan satu dengan lainnya, saling bergantung antar anggota keluarga.
d. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing yang
dikoordinasikan oleh kepala keluarga.
e. Mempunyai keunikan masing-masing serta nilai dan norma hidup yang
didasari sistem kebudayaan.
f. Mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya misalnya dalam
hal kesehatan keluarga.
4. Macam-macam Struktur/Tipe/Bentuk Keluarga
Beberapa macam Struktur/Tipe/Bentuk Keluarga (Agapito, 2012) adalah :
a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti): Keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak.
2) The dyad family: Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah
tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family: Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang
disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar): Keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda): Keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan(menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family: Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga
pada saat akhir pekan (weekend).
8) Multigenerational family: Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family: Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Misalnya: dapur, kamar mandi,
televisi, telepon, dll).
10) Blended family: Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family: Keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti: perceraian atau ditinggal mati.
b. Non-tradisional
1) The unmarried teenage mother: Keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family: Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family: Beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family: Keluarga yang
hidupbersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families: Seseorang yang mempunyai
persamaan sexhidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri
(marital partners).
6) Cohabitating couple: Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family: Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat- alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family: Keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai- nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang- barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family: Keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family: Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11) Geng: Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
5. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubunga dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga (Tantut, 2012) adalah :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidikan, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranana untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari ligkungannya, disampig itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
6. Tugas Keluarga
a. Mengenal masalah kesehatan; pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
persepsi dan tingkat keseriusan masalah kesehatan.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat; akibat masalah,
masalah yang dirasakan, keluarga menyerah, bagaimana keputusan
untukmerawat anggota yang sakit.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit; cara perawatan yang sudah
dilakukan keluarga, cara pencegahan yang dilakukan.
d. Memodifikasi lingkungan dengan mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat; keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungn fisik, hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit,
kekompakkan anggota keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan; keberadaan fasilitas kesehatan,
keuntungan yang didapat, kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan, pelayanan kurang baik, yayasan kesehatan terjangkau oleh
keluarga, frekuensi kunjungan.
7. Fungsi keluarga
Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain (Wirdhana
et al., 2013) :
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,
menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai
agama, sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik
dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa
yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak
dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga
keluarga menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh
cinta kasih lahir dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap
anggota keluarganya. Fungsi Reproduksi Fungsi keluarga dalam
perencanaan untuk melanjutkan keturunannya yang sudah menjadi fitrah
manusia sehingga dapat menunjang kesejahteraan umat manusia secara
universal.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya
yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang
kesejahteraan umat manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada
keluarganya dalam mendidikketurunannyasehingga dapat menyesuaikan
kehidupannya di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota
keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan
seim bang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan lingkungan
yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.
1. Pengkajian
Riasmini dkk (2017) mengemukakan pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian
meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan
menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa.
Pengumpulan data keluarga berdasarkan hal berikut ini :
2. Diagnosa keperawatan
Riasmini dkk (2017) diagnosa keperawatan adalah penyataan yang
menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau
aKtual individu. Dalam diagnosa keperawatan meliputi problem atau
masalah, etiologi, sign dan symptom. Didalam diagnosa, untuk
memprioritaskan masalah dilakukan proses scoring. Proses scoring
dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
b. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan
bobot.
3. Pelaksanaan Keperawatan
PENGAMATAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.N
2. Umur : 47 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Alamat : Jl. Kantil, Sono Blotan, Wedomartani, Ngemplak,
Sleman, Yogyakarta
6. Komposisi Keluarga : Didalam rumah terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak
Keterangan Genogram:
: Perempuan
: Laki-laki
: Perempuan Meninggal
X
: Laki-laki Meninggal
X
: Klien/Pasien
: Tinggal Serumah
7. Tipe keluarga
Keluarga tradisional: nuclear family (keluarga inti)
8. Suku bangsa
Keluarga bersuku Jawa
9. Agama
Semua keluarga menganut agama Islam. Menurut Tn.N tidak ada keyakinan
yang berdampak buruk terhadap kesehatan keluarga
10. Status sosial ekonomi keluarga
Pendapatan dalam sebulan sejumlah > 2jt, untuk pengeluaran dalam sebulan
sejumlah <1jt. Pendapatan yang dihasilkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn.N mengatakan jarang sekali untuk pergi rekreasi dikarenakan sibuk
bekerja
Pemeriksaan Anggota Keluarga Anggota Keluarga Anggota Keluarga Anggota Keluarga Anggota Keluarga
Fisik (Tn.N) (Ny.Y) (An.H) (An.A) (An.A)
Kepala Simetris, beruban, Simetris, beruban, Simetris, rambut Simetris, rambut Simetris, rambut
tidak ada ketombe tidak ada ketombe berwarna hitam, tidak berwarna hitam, berwarna hitam,
ada ketombe tidak ada ketombe, tidak ada ketombe
tampak kering
Tanda-tanda TD: 132/80mmHg, TD: 156/92mmHg TD: 120/84mmHg TD: 112/75mmHg N: 90x/menit
vital N: 88x/menit, N: 97x/menit N: 83x/menit N: 88x/menit RR: 23x/menit
RR: 20x/menit RR: 21x/menit RR: 20x/menit RR: 20x/menit
BB, TB BB: 65kg BB: 60kg BB: 45kg BB: 24kg BB: 20kg
TB:170cm TB: 165cm TB: 152cm TB: 138cm TB: 117cm
Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
ananemik, tidak ada ananemik, tidak ada ananemik, tidak ada ananemik, tidak ada ananemik, tidak ada
katarak, penglihatan katarak, penglihatan katarak, penglihatan katarak, penglihatan katarak, penglihatan
kabur. kabur. kabur. Kabur kabur
Hidung Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan
bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
kelainan. kelainan. kelainan. kelainan. kelainan.
Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir Mukosa bibir
keadaan bersih, tidak lembab, keadaan keadaan bersih, tidak lembab, keadaan lembab, keadaan
ada kelainan. bersih, tidak ada ada kelainan. bersih, tidak ada bersih, tidak ada
kelainan. kelainan. kelainan.
Leher Tidak tampak adanya Tidak tampak adanya Tidak tampak adanya Tidak tampak Tidak tampak
peningkatan tekanan peningkatan tekanan peningkatan tekanan adanya peningkatan adanya peningkatan
vena jugularis dan vena jugularis dan vena jugularis dan tekanan vena tekanan vena
arteri karotis, tidak arteri karotis, tidak arteri karotis, tidak jugularis dan arteri jugularis dan arteri
teraba adanya teraba adanya teraba adanya karotis, tidak teraba karotis, tidak teraba
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar adanya adanya
tiroid. tiroid. tiroid. pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
tiroid. tiroid.
Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada
terlihat simetris, suara terlihat simetris, terlihat simetris, suara terlihat simetris, terlihat simetris,
jantung S1 dan S2 suara jantung S1 dan jantung S1 dan S2 suara jantung S1 dan suara jantung S1 dan
tunggal, tidak S2 tunggal, tidak tunggal, tidak terdapat S2 tunggal, tidak S2 tunggal, tidak
terdapat palpitasi, terdapat palpitasi, palpitasi, tidak ada terdapat palpitasi, terdapat palpitasi,
tidak ada suara tidak ada suara suara tambahan. tidak ada suara tidak ada suara
tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
Abdomen Tidak ada pembesaran Tidak ada Tidak ada pembesaran Tidak ada Tidak ada
hepar, tidak pembesaran hepar, hepar, tidak kembung, pembesaran hepar, pembesaran hepar,
kembung, tidak ada tidak kembung, tidak tidak ada bekas luka tidak kembung, tidak tidak kembung, tidak
bekas luka operasi. ada bekas luka operasi. ada bekas luka ada bekas luka
operasi. operasi. operasi.
Tangan Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan,
teraba hangat teraba hangat teraba hangat teraba hangat teraba hangat
Kaki Lutut terasa nyeri Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan, Tidak ada keluhan,
setelah bekerja, teraba teraba hangat teraba hangat teraba hangat teraba hangat
Hangat
Keadaan Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis
umum
B. ANALISA DATA
Data (Subjektif dan Objektif) Etiologi Masalah
DS: Ketidakmampuan keluarga mengenal Defisit Pengetahuan tentang kurang mampu
Tn.N mengatakan kurang tau tentang masalah kesehatan mengingat
berbagai penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan yang kurang bersih, saat ditanya
apa faktor yang dapat menyebabkan sakit
penyakit klien bingung untuk
menjawabnya DO:
Tn.N tampak bingung saat ditanya apa saja
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
yang kurang bersih
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengamatan kasus terhadap keluarga Bapak N selama 3 hari,
penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, menentukan
diagnosa keperawatan, menentukan prioritas masalah dengan skoring, menyusun
rencana keperawatan, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi. Tidak
ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Anak pertama
sedang berkuliah disalah satu kampus di Yogyakarta, anak kedua sedang bersekolah
kelas 4 SD dan anak bungsu saat ini belum sekolah. Tn. N dan Ny. Y mengatakan
komunikasi dengan anak-anaknya bersifat terbuka
1. Pengkajian
Tahap perkembangan pada keluarga ini adalah berada pada tahap
perkembangan dengan anak usia dewasa lanjut, sekolah, dan pra sekolah. Tipe
keluarga ini adalah nuclear family (keluarga inti).
2. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa dilakukan skoring dengan menggunakan 4 kriteria yaitu:
a. Sifat masalah
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
c. Potensial masalah untuk dicegah
d. Menonjolnya masalah
Diagnosa keperawatan pada Keluarga Bapak N:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
menggunakan sumber/fasilitas kesehatan
DO: Tn.N tampak bingung saat ditanya apa saja penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan yang kurang bersih.
DO: An.N tampak kurus, rambut tampak kering, BB: 24kg, TB: 138cm, IMT:
12,60
3. Perencanaan keperawatan
Didalam perencanaan keperawatan untuk tujuan dan kriteria hasilnya lebih
diutamakan intervensi yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga itu sendiri
dan untuk intervensinya tetap mengutamakan sikap kognitif, afektif, dan
psikomotor dari pasien.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan pada kedua diagnosa keperawatan. Semua rencana
keperawatan telah berhasil dilakukan. Secara keseluruhan pelaksanaan tidak
mengalami kendala dari pihak keluarga karena antusias.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada keluarga Bapak N selama 3
hari,evaluasi keperawatan yang didapatkan oleh penulis sebagai berikut:
a. Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
b. Masalah defisit pengetahuan tentang kurang mampu mengingat belum
teratasi
c. Masalah defisit nutrisi belum teratasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan Laporan Asuhan Keperawatan pada Keluarga
Bapak N, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing.
Penulis melakukan pengkajian sampai evaluasi selama 3 hari. Pengkajian
dilakukan pada hari 25 November 2023. Peran perawat dalam hal ini yaitu
sebagai edukator yaitu memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan oleh
keluarga, fasilitator: memfasilitasi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan, modifikator: memodifikasi lingkungan dan intervensi yang diberikan
kepada keluarga. Peran-peran yang telah diberikan ini membuat keluarga dapat
menerima perawat (mahasiswa) dengan baik dan mahasiswa (perawat) mendapat
kepercayaan terhadap kemampuan dan tugas seorang perawat.
B. Saran
1. Bagi Keluarga Bapak N
Diharapkan dapat menerapkan segala hal-hal yang sudah diajarkan oleh
mahasiswa keperawatan guna untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menindaklanjuti asuhan keperawatan pada keluarga Bapak
L supaya penyakit ibu A dapat terkontrol.
3. Bagi Istitusi
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah
referensi terkait asuhan keperawatan keluarga.
4. Bagi Penulis
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan dengan sumber-
sumber yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
1. Topik : Hipertensi
2. Sub Topik : Senam Pencegahan Hipertensi
3. Sasaran : keluarga Bapak N
4. Tempat : Ngemplak, Sleman
5. Hari/Tanggal : Minggu, 26 November 2023
6. Waktu : 14.00-14.20 WIB
7. Tujuan Instrusional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan Keluarga Bapak L,
mampu memahami terkait Hipertensi dan mampu melaksanakan senam
hipertensi sesuai instruksi.
8. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah lakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian hipertensi
b. Menjelaskan penyebab hipertensi
c. Menjelaskan faktor resiko serta tanda dan gejala hipertensi
d. Menjelaskan cara pencegahan hipertensi
e. Melaksanakan senam hipertensi sesuai instruksi
9. Materi (Terlampir)
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Cara pencegahan hipertensi
10. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
11. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1 Pendahuluan a. Memberikan salam a. Menjawab salam 2 menit
b. Memperkenalkan diri b. Merespon balik
c. Menjelaskan tujuan c. Menyimak dan
penkes mendengarkan
2 Isi a. Bertanya sejauh a. Menjawab sesuai 15 menit
mana mengetahui pengetahuan
tentang penyakit b. Menyimak dan
hipertensi mendengarkan
b. Menjelaskan tentang c. Merespon
pengertian hipertensi penyuluh
c. Menjelaskan tentang d. Mengikuti
penyebab hipertensi intruksi penyuluh
d. Menyebutkan tanda e. Bertanya dan
dan gejala hipertensi menjawab
e. Menjelaskan cara pertanyaan
pencegahan f. Menyimak dan
hipertensi mendengarkan
f. Menjelaskan dan
memberi intruksi
senam hipertensi
g. Memberikan waktu
untuk bertanya terkait
penyakit hipertensi
gastritis yang telah
disampaikan
h. Memberikan
beberapa
pertanyaan terkait
materi yang sudah
di sampaikan
i. Memberikan
reinforcement positif
3 Penutup a. Menyimpulkan topik a. Menyimak dan 3 Menit
b. Salam penutup mendengarkan
b. Menjawab salam
12. Media
a. Poster
b. Power Point
13. Daftar Pustaka
Ansar, J., Dwinata, I., & Apriani, M. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi
Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang
Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(3), 28-35.
Harmilah, & Hendarsih, S. (2019). PENGARUH VIDEO SENAM IPERTENSI
TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II BANTUL
OGYAKARTA Ketua. NASKAH PUBLIKASI PENELITIAN PEMULA
PENGARUH, 1–15.
Subejo, Al Arifah, N. S., & Mustofa, M. H. (2015). Lima Pilar Kedaulatan
Pangan Nusantara (Edisi Pert). Yogyakarta: UGM Press.
Suntara, D. A., Roza, N., & Rahmah, A. (2021). HUBUNGAN HIPERTENSI
DENGAN KEJADIAN STROKE PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJAPUSKESMAS SEKUPANG KELURAHAN TANJUNG RIAU
KOTA BATAM. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10), 2177-2184.
14. Evaluasi
a. Struktur
1) Media dan alat memadai
2) Undangan penyuluhan telah diberikan sejak 3 hari sebelum acara
penyuluhan
b. Proses
1) Acara penyuluhan dilaksanakan tepat waktu
2) 100% klien hadir sesuai undangan dan mengikuti pelaksanaan
pendidikan kesehatan dari awal sampai akhir.
3) Klien antusias dalam mengikuti pendidikan kesehatan.
4) Peserta terbuka dan berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
5) 50% klien dapat menjelaskan terkait pengertian, penyebab, tanda gejala,
cara pencegahan, dan mengikuti intruksi senam terkait hipertensi
c. Hasil
1) Peserta mampu mengetahui pengertian hipertensi
2) Peserta mampu mengetahui penyebab hipertensi
3) Peserta mampu mengetahui tanda dan gejala hipertensi
4) Peserta mampu mengetahui cara pencegahan hipertensi
5) Peserta mampu melaksanakan senam hipertensi sesuai instruksi