DENGAN HIPERTENSI
UNIVERSITAS BINAWAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
13
Mahasiswa mampu memberikan perawatan promotif preventif serta
asuhan keperawatan yang tepat pada keluarga sesuai dengan konsep keperawatan
keluarga
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu keluarga diwilayah kerja
KKN
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
c. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan
keluarga d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
keluarga
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga
binaan asuhan keperawatan keluarga
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain (Mubarak,
2016).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2017). Sedangkan menurut Friedman keluarga
adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga
sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap
yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
14
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,2018) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif
maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang
yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
15
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
16
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja,
memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan
kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara
generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun
dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan
kematian, serta melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan c. Keluarga mampu
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
Struktur Keluarga
17
Menurut Setyawan (2012) struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang
bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-
macam struktur keluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e.
Keluarga menikah
Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.2.6 Peranan keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebegai
anggota masyarakat kelompok social tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga
dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok social tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,
social dan spiritual (Setiadi, 2008).
18
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2017).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung,
infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E- journal
keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)
3. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi,
ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah
(Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh
seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
19
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum
alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsungmeningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan
kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil
epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung
dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf
simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan
hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).
4. Manifestasi klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang dapat
muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur,
nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi
berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi
faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler,
dan gaya hidup pasien.
20
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan
berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan
makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada
pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot,
kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan
berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar,
penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada
keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).
Faktor risiko
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal pribadi dan di keluarga
Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif Riwayat disfungsi ereksi
Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat diberikan oleh pasangan)
Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsia
Awitan hipertensi derajat 2 atau 3 usia muda (< 40 tahun), perkembangan hipertensi tiba-
tiba, atau tekanan darah cepat memburuk pada pasien usia tua
Riwayat penyakit ginjal/traktus urinarius
21
Riwayat hipokalemia spontan atau terprovokasi diuretik, episode kelemahan otot, dan
tetani
(hiperaldosteronisme)
Gejala penyakit tiroid/ hiperparatiroidisme
Arteri perifer: Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten, jarak berjalan bebas nyeri,
nyeri saat istirahat, revaskulerisasi perifer
Riwayat Penyakit Ginjal Kronis (contoh: penyakit ginjal polikistik) pribadi atau keluarga
5. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi
beberapa kelompok yaitu:
Table 2.2 Klasifikasi Hipertensi
1. Optimal (mmHg)
<120 < 80(mmHg)
2, Normal 120- 129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
22
Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
23
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria
ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada
wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi
berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan
hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah
di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat
secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka
tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia
cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap
keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi
adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih
besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai
riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi
oleh petugas kesehatan sehingga
24
berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty,
Amalia H, Amirudin R., 20017).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat
badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara,
F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di
dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
14
gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka,
2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana
dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-
10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
15
4) Gangguan konduksi c.
Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal
(Aspiani, 2016)
Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan
mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan
16
3) Diet kaya buah dan sayur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada BAB ini, penulis memaparkan hasil pengkajian dan asuhan
keperawatan pada keluarga Ny.A dengan hipertensi di RT 06 RW 03 Kelurahan
Pakansari Kecamatan Cibinong. Penulis melakukan pengumpulan data dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Langkah-langkah yang digunakan
penulis untuk lakukan asuhan keperawatan sebagai berikut:
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Rumasan Masalah
d. Skoring Masalah
e. Rencana Tindakan Keperawatan
f. Pelaksanaan
g. Evaluasi
17
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 31 Oktober 2021
RT/RW : 006/003
Kelurahan : Pakansari
I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA : Tn. R
2. ALAMAT DAN NO TELFON : jl h. Toha kp. Curug rt 06 rw 03 kec.
Cibinong kel. Pakansari
3. KOMPOSISI KELUARGA :
Genogram:
18
Laki-laki
: Perempuan
: Aborsi
:
Meninggal
: Anak kembar
:
Pasien yang
diidentifikasi :
Tinggal serumah
: Bercerai
: Pisah
:
19
b Ny. A sebagai istri dari Tn.R, minum kopi hampir setiap hari, memiliki riwayat
hipertensi, gastritis kronis dan low back pain, gigi berlubang.
c An. D sebagai anak pertama dari Tn.R dan Ny.A. memiliki riwayat penyakit
jantung bawaan, Pembengkakan kelenjar limfe.
d An.S sebagai anak kedua dari Tn.M dan Ny.S, tidak memiliki riwayat penyakit,
tetapi ada gigi bolong, berat badan obesitas.
12. Riwayat keluarga sebelumnya:
stroke, hipertensi, gagal jantung.
20
Tn. R: Sebagai kepala keluarga dan Ny. A mencari nafkah bersama untuk kebutuhan
keluarga
An.D: Sebagai anak ke-1, masih bersekolah
An.A: Sebagai anak ke-2 masih bersekolah
21. Nilai dan norma keluarga: agama. Didalam agama anak harus patuh terhadap orang tua,
istri patuh terhadap suami.
V. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
22. Fungsi Afektif: orang tua mendukung anak untuk berhubungan dengan orang lain, orang
tua mengajarkan pentingnya memiliki relasi dengan banyak teman. Keluarga memfasilitasi
anak untuk dapat berkomunikasi dengan temannya
23. Fungsi Sosialisasi: keluarga bersosialisasi dengan baik dilingkungannya, keluarga tidak
dijauhi oleh tatangganya. Keluarga lebih memilih untuk menyapa terlebih dahulu, dibanding
menunggu untuk disapa
24. Fungsi Perawatan Kesehatan: kepala keluarga merupakan seorang perawat, sehingga
keluarga sudah pasti memiliki persentase kesehatan yg tinggi.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
25. Sumber stress dan kekuatan keluarga: keluarga sedang menyekolahkan 2 anaknya dan
harus menafkahi orang tua dari pihak Ayah.
26. Kekuatan keluarga berespon terhadap stressor: Tn.R dan Ny.A menghadapi dan berusaha
menyelesaikan stressor tersebut bersama-sama.
27. Strategi koping yang digunakan: jika ada masalah selesaikan jangan di abaikan, segera
atasi sebelum semakin parah.
28. Strategi adaptasi disfungsional keluarga: orang tua berdiskusi dan berusaha untuk
mengembalikan fungsi keluarga yang seutuhnya.
21
VII. PEMERIKSAAN FISIK : (Semua anggota keluarga)
FISIK
1 KEPALA Luka (-), Tidak terdapat Tidak ada luka, Tidak ada luka.
22
4 MULUT Mulut bau Bersih, gigi Bersih, Bersih, gigi
23
nafas vesikuler Tidak ada Tidak ada ada pembesaran,
8 TANGAN Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka,
lengkap, lengkap, lengkap, lengkap, simetris,
simetris, jari simetris, jari simetris, jari jari lengkap, kuku
lengkap, kuku lengkap, kuku lengkap, kuku bersih, kulit
bersih, kulit bersih, kulit bersih, kulit elastis, kulit tidak
elastis, kulit elastis, kulit elastis, kulit kering
tidak kering tidak kering tidak kering,
N : 94 N : 90 N : 86 N : 82
RR : 18 RR : 18 RR : 18 RR : 19
24
10 TB/BB TB : 165 cm TB : 150 cm TB : 140 cm TB : 136 cm
BB : 70 kg BB : 58 kg BB : 43 kg BB : 44 kg
11 KAKI Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada varises,
varises, varises, varises, simetris, tidak ada
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak luka, kulit tidak
ada luka, kulit ada luka, kulit ada luka, kulit kering, bersih,
tidak kering, tidak kering, tidak kering,
bersih, bersih, bersih,
12 ELIMINASI BAB setiap BAB tidak BAB setiap BAB setiap hari.
setiap hari,
hari. BAK 5- sering hari. BAK 5- BAK 5-7x/ hari
mengalami
7x/ hari konstipasi. 7x/ hari
13 KESADARAN Compos Compos Compos Compos mentis
BAK 5-
mentis mentis mentis
7x/ hari
DO:
-klien terlihat tegang Klien hanya diam saat
ditanya tentang tekanan darah tinggi yang
dideritanya
26
Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan (hipertensi)
2. Ketidak patuhan minum obat berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga tentang resiko
terjadinya komplikasi hipertensi
3. Defisit pengetahuan mengenai penyakit yang diderita berhubungan dengan kurangnya
informasi keluarga mengenai hipertensi dan cara penanganannya
3.3 Skoring masalah
1. Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada keluarga b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga
27
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah tidak/ Actual 1 3/3x1 = 1 Tn.S kurang
kurang sehat mengetahui
tentang
penyakit
secara
significant
2 Kemungkinan masalah Sebagian 2 1/2x2 = 1 Kemungkinan
yang dapat diubah masalah dapat
diubah Tn. S
karena sudah
ada upaya
untuk
pengobatan
namun belum
optimal
3 Potensial masalah untuk Rendah 1 2/3x1 = 2/3 Masalah
di cegah penyakit
hipertensi >8
tahun. T. S
mengatakan
suka
mengkonsumsi
makanan apa
saja
4 Menonjol-nya masalah Masalah 1 2/2x1 = 1 Keluarga Tn.
berat, harus S sangat
segera merasakan
ditanggani masalah
penyakit
hipertensi Tn.
S dan harus
segera
28
ditangani
Total 3 7/2
2. Ketidak patuhan minum obat b.d Ketidak tahuan keluarga tentang resiko
terjadinya komplikasi hipertensi
29
4 Menonjolnya masalah Masalah 1 2/2x1=1 Masalah
berat dan ketidak
harus segera patuhan Tn.
ditanggani S harus
segera di
atasi
Total 4
3. Nyeri akut b.d Ketidak mampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
(Hipertensi)
30
yang
pencetus
nyeri tersebut
4 Menonjolnya masalah Harus segera 1 2/2x1 Nyeri untuk
di tangani penyakit
hipertensi
apabila tidak
ditanggano
akan
menganggu
pada
penderita
Total 4
Berdasarkan hasil skoring masalah diatas, didapatkan pioritas masalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut b.d Ketidak mampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
(Hipertensi
2. Ketidak patuhan minum obat b.d Ketidak tahuan keluarga tentang resiko
terjadinya komplikasi hipertensi
3. Ketidak patuhan minum obat b.d Ketidak tahuan keluarga tentang resiko
terjadinya komplikasi hipertensi Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada
keluarga b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota
keluarga
31
kesehatan a) Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
(Hipertensi) menurun nyeri
b) Fokus Identifikasi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
c) Meringis Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhadap respon nyeri
d) Gelisah Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
e) Kemampuan Monitor keberhasilan terapi
menuntaskan komplementer yang sudah
aktivitas diberikan
meningkat Monitor efek samping penggunaan
f) Kesulitan tidur analgetik
menurun 2. Terapeutik
g) Frekuensi nadi Berikan teknik nonfarmakologis
membaik untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara
32
mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
33
masalah faktor-faktor Sediakan materi dan media
kesehatan yang dapat pendidikan kesehatan
anggota meningkatkan jadwalkan pendidikan kesehatan
keluarga Perilaku sesuai kesepakatan
c) Persepsi yang berikan kesempatan untuk bertanya
keliru terhadap
masalah 3. Edukasi
d) Menjalani Jelaskan faktor resiko yang dapat
pemeriksaan mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku
34
kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan
tidur
35
dengan
anggota keluarga yang lain
36
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Judul Penyuluhan : Hipertensi pada usia Dewasa Akhir
Sasaran : Keluarga Ny.A
Jumlah Peserta : 4 Orang
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2021
Tempat : Rumah Tn.R
5. Kegiatan Penyuluhan :
Urutan kegiatan Penyuluhan Metode Media Waktu
37
Pendahuluan Mengucapkan Salam Ceramah - 2 menit
Menyampaikan Kontrak
pertemuan
Menjelaskan Tujuan
Apersepsi: Ceramah 3 menit
Memberikan contoh diagnosa
tentang Covid-19
Kegiatan Menjelaskan mengenai : Ceramah Leaflet 10 menit
inti 1. Pengertian hipertensi Tanya
(Penyajian) 2. Penyenan hipertensi jawab
3. Tanda dan gejala
hipertensi
4. Pencegahan hipertensi
5. Bahaya hipertensi
38
Membuat Kesimpulan Proses Ceramah Leaflet 1 menit
Jumlah 30 menit
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan
suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh.
B. Penyebab Hipertensi
o Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika
berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika
berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita.
Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause
(Endang Triyanto, 2014).
b. Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
39
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
c. Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang
telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi
menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalammenerima informasi oleh petugas kesehatan
40
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).
41
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas
pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya.
Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh
tubuh akan semakin cepat.
D. Pencegahan Hipertensi
1) Jaga berat badan
2) Kurangi makan makanan berlemak dan garam
3) Berhenti merokok dan alkohol
4) Kurangi atau tidak minum kopi
5) Cukup istirahat dan tidur
6) Hindari stress
7) Olahraga secara teratur
8) Banyak makan sayur dan buah
E. Bahaya Hipertensi
Hipertensi harus dicegah karena :
a. Dapat menyebabkan gangguan penglihatan
b. Stroke atau kelumpuhan
c. Serangan jantung
d. Gagal ginjal
42
LAMPIRAN
43
44
45
Daftar Pustaka:
Jhonson & Leny. (2017). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta: Nuha Media.
salemba medika.
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyowati, S. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.
Jogjakarta:
Mitra Cendekia.
46
47