Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh

dunia dan merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler tersering, serta belum

terkontrol optimal di seluruh dunia. Namun hipertensi dapat dicegah dan

penanganan dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan serangan jantung

(Brunner & Suddart, 2002).

Penyakit hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah

suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan darah di atas normal

140/90 mmHg yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka

kematian (Triyanto E, 2014).

Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kardiovaskuler yang perlu

mendapatkan perhatian, apabila penyakit ini tidak tertangani dengan baik dapat

berujung kematian. Hipertensi dapat pula menyebabkan penyakit jantung koroner

dan stroke (Triyanto E, 2014).

Hipertensi merupakan pembunuh diam-diam karena pada sebagian kasus

tidak menunjukkan gejala apapun. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko

utama yang menyebabkan serangan jantung dan stroke yang menyerang sebagian

besar penduduk di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2015,

menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1

dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah hipertensi terus meningkat

setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang

1
2

terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal

akibat hipertensi dan komplikasinya (Pusdiklat SDMK PPSDMK Kemenkes RI.

2017)

Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas) prevalensi kasus hipertensi

menurut diagnosis pada penduduk umur  18 tahun menurut provinsi tertinggi

Sulawesi Utara 13,2% dan Sulawesi Tengah berada pada urutan kesebelas dengan

jumlah 8,4%. Berdasarkan karakteristik usia yang banyak menderita hipertensi

adalah usia 75 tahun ke atas dengan jumlah 69,5%, angka kejadian anak sekolah

banyak terjadi pada daerah perkotaan 34,4% dan pedesaan 33,7%, angka kejadian

anak sekolah banyak terjadi pada kasus tidak/belum pernah sekolah 51,6%

sedangkan yang tamat D1/D2/D3/PT sebanyak 28,3% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017

dilihat dari per kabupaten penderita hipertensi tertinggi di Banggai Kepulauan

dari 3.436 yang diukur tekanan darahnya terdapat 2.711 jiwa yang menderita

hipertensi (78,9%), sedangkan kasus hipertensi dari tahun 2011 sebesar 3,61%

meningkat menjadi 5,03% pada tahun 2016 dan 27,8% tahun 2017. Peningkatan

disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya kesadaran masyarakat untuk

melakukan upaya CERDIK yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap

rokok, Rajin olahraga, Diet yang seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stres

(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah).

Data di Puskesmas Kamonji pada tahun 2016 jumlah penderita hipertensi

sebanyak 76 kasus, tahun 2017 jumlah penderita hipertensi sebanyak 46 kasus.

Penderita yang dirawat dengan kasus hipertensi merupakan pasien yang sudah
3

berulang dirawat dengan kasus yang sama, tidak pantang makanan, tidak rutin

minum obat dan masih sering merokok.

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien hipertensi yang berobat ke

Puskesmas Kamonji Kota Palu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada pasien

hipertensi di Puskeasmas Kamonji”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi di Puskesmas

Kamonji

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Kamonji

b. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Kamonji.

c. Dapat menyusun intervensi keperawatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Kamonji

d. Untuk melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien hipertensi di

puskesmas kamonji.
4

e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi di

pusklesmas kamonji

D. Manfaat Penelitian

1. Puskesmas Kamonji

Dengan penerapan asuhan keperawatan yang baik dapat meningkatkan

pelayanan kepada pasien dalam melaksanakan tindakan keperawatan kepada

pasien.

2. Bagi Poletekkes Kemenkes Palu

Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dalam penyusunan

asuhan keperawatan khususnya kasus hipertemsi.

3. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian di

masyarakat.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).

Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan

merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam

masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat

menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di

perhitungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga

yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun

adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling

ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk


6

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi

afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling

menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia

akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal

ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan

Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain

untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.


7

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota

keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,

yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga

yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga

dibagi menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan

keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang

memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan

keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan

menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,

persalinan dan menjadi orangtua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain

yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan

yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,


8

bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta

konseling KB post partum 6 minggu.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan

pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan

kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga

seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan

menyediakan aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan

terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan

perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi

kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber

yang ada dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih

banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
9

santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan

masa tua.

h. Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian

tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian

pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa

lalu.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang

sakit

d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat

B. Konsep Teori Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal 140/90 mmHg yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan dan angka kematian (Triyanto E, 2014).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan

darah diastolik  90 mmHg. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan


10

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik

sama atau lebih besar 95 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002).

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri. Secara umum hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di

mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatkan resiko terhadap stroke, aneurisme, gagal jantung, serangan

jantung, dan kerusakan ginjal. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir

setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus

meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau

bahkan menurut drastis (Triyanto E, 2014).

2. Penyebab Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

5
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,

sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tesebut adalah sebagai berikut :


11

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya

adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (jika umur bertambah, maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki

lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lbih banyak dari kulit

putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan

berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol,

minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin) (Lany Gunawan,

2001).

3. Tanda dan gejala hipertensi

Hipertensi jarang menimbulkan gejala yang khas dan satu-satunya cara

untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur tekanan darah. Tanda dan

gejala yang khas tidak akan timbul sampai pada taraf hipertensi yang sudah

lanjut dan membahayakan nyawa penderita, tetapi banyak orang dengan

tekanan darah yang sangat tinggi sekalipun tidak menunjukkan tanda atau

gejala. Tanda gejala yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti

keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih, denyut jantung yang cepat

atau tidak beraturan (Guyton & Hall, 2009).


12

4. Klasifikasi hipertensi

The Join National Committee VII mengklasifikasi tekanan darah untuk

dewasa usia 18 tahun atau lebih menjadi :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 Dan, 80

Pre Hipertensi Derajat I 120 – 139 Atau 80-90

Hipertensi Derajat I 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi Derajat II  160 Atau  100


Sumber : Pusdiklat SDMK PPSDMK Kemenkes RI 2017

5. Patofisiologis

Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang beranjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.


13

Pada saat bersamaan di mana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin meragsang

pembentukan angiostensin1 yang kemudian diubah menjadi angiosten II,

suatu vasokonstriksor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Potter, P.A &

Perry, A.G. 2005).

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional

pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (W.F. Ganong,

2011).
14

6. Faktor predisposisi hipertensi

a. Stres psikososial

b. Kegemukan

c. Kurang olahraga

d. Peminum alkohol
15

7. Pathway (Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma, 2015)

Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Gaya Hidup

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan status

Penyumbatan pembuluh

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah sistemik Obesitas

………… Resistensi Vasokontriksi Gangguan


… pembuluh darah pembuluh Vasokontriksi perubahan pola
otak meningkat darah ginjal nutrisi

………… After load


Pelepasan Blodd floow (beban akhir)

mediator kimia menurun

Fatique
………… Merangsang Vasokontriksi
… hipotalamus

Nyeri di Kelemahan fisik


presepsikan
Iskemik miocard

Nyeri kepala Intoleransi


aktivitas

Gangguan rasa
nyaman nyeri
16

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht: mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti

hipokoagulabilitas, anemia.

2) Blood Ureum Nitrogen (BUN): mengetahui informasi tentang perfusi/

fungsi ginjal.

3) Glukosa: Hiperglikemi dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar

ketokolamin.

4) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

DM.

b. Ct Scan: mengkaji adanya tumor serebral, encelopati.

c. EKG: pola regangan, di mana luas peninggian gelombang P adalah salah

satu tanda dini penyakit jantung koroner.

d. Foto dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area kantup,

perbesaran jantung.

9. Penatalaksanaan

Didasarkan pada program perawatan bertahap (Brunner & Suddart, 2002)

a. Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :

1) Modifikasi diet

a) Pembatasan natrium

b) Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh

c) Menurunkan masukan minuman beralkohol.


17

2) Menghentikan merokok

3) Penatalaksanaan stres

4) Program latihan reguler untuk menurunkan berat badan.

b. Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal untuk

mengontrol TD secara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat

digunakan:

1) penyekat beta adrenergik

2) penyekat saluran kalsium

3) penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE).

c. Langkah III. Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang

berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang

berbeda.

d. Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua digantikan yang

lain dari kelas yang berbeda.

e. Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atau keempat dapat

ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda (Prihajo, R. 2013).

Tabel 2.2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol


Hipertensi Berdasarkan JNC VIII

Perkiraan
Penurunan Tekanan
Modifikasi Rekomendasi
Darah Sistolik
(Skala)
Menjaga berat badan norma (IMT 5-20 mmHg/10 kg
Menurunkan BB
18,5-24,9 kg/m2) penurunan BB
Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan yang kaya
berdasarkan dietary dengan buah-buahan, sayuran dan
approach to stop produk makanan yang rendah lemak 8-14 mmHg
hypertension total dengan kadar lemak total dan
(DASH) saturasi yang rendah
18

Perkiraan
Penurunan Tekanan
Modifikasi Rekomendasi
Darah Sistolik
(Skala)
Mengurangi asupan natrium tidak
Diet rendah natrium lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g 2-8 mmHg
natrium klorida atau 6 g sodium)
Melakukan aktivitas aerobik fisik
secara teratur seperti jalan cepat
Aktivitas fisik 4-9 mmHg
(setidaknya 30 menit perhari, hampir
setiap hari dalam seminggu)
Membatasi konsumsi alkohol tidak
lebih dari 2 gelas (misalnya 24 oz, bir
oz angu atau 3 oz 80 whiski) per hari
Membatasi
pada sebagian besar laki-laki, dan 2-4 mmHg
penggunaan alkohol
tidak lebih dari 1 gelas per hari pada
wanita dengan bobot yang lebih
ringan
Sumber : Pusdiklat SDMK PPSDMK Kemenkes RI. 2017

10. Komplikasi

Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ berikut, yaitu :

a. Payah jantung

Payah jantung adalah kondisi jantung yang tidak mampu lagi memompa

darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini karena kerusakan otot jantung

atau sistem listrik jantung.

b. Stroke

Stroke terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila

terjadi di otak, maka terjadi perdarahan otak yang berakibat kematian.

Stroke juga terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di

pembuluh darah yang sudah menyempit.


19

c. Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang

menuju ginjal yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan

adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

membuangnya kembali ke darah.

d. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,

sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta (Smeltzer &

Baret, 2002).

C. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada

tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada

standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

(WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan

melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,

agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan

keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan

metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik


20

pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam

keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua

dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai

tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala

mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan

pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap


21

pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur Keluarga

a) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

c) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

d) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan

kesehatan.

e) Fungsi keluarga

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga


22

terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta

pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan

sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau

hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan

keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu

mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh

mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil

keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,

menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

f) Stres dan koping keluarga


23

1) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5

bulan.

(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6

bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah

5) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda

dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang

dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka

diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi


24

kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan

pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup

sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang

diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota

keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan

menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan

keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,

bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti)

yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah

kesehatan.

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi

saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota

keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk

beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang


25

muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang

meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada

anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

guna perawatan dan pengobatan hipertensi

3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum

dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria

dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan

keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang

dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini

adalah sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada

keluarga.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan

mengerti tentang penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga


26

kali kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit

hipertensi.

4) Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan

penyakit hipertensi secara lisan.

5) Intervensi :

a) Jelaskan arti penyakit hipertensi

b) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

c) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui

akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat

mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang

sakit.

4) Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana

akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

5) Intervensi :

a) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi


27

b) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan

rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan

dan perawatan penyakit hipertensi

4) Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang

menderita penyakit hipertensi secara tepat.

5) Intervensi:

a) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

b) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat

dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita

hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang

pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.

2) Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan


28

rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi

4) Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit hipertensi.

5) Intervensi :

a) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan

mengatasi penyakit hipertensi misalnya :

(1) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan

misalnya benda yang tajam.

(2) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

(3) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi

terjadinya iritasi.

b) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

guna perawatan dan pengobatan hipertensi.

1) Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

2) Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan

yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali

kunjungan rumah.

3) Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka

harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit


29

hipertensi.

4) Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara

tepat.

5) Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.

4. Implementasi Keperawatan

Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan

klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi

keperawatan adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah

dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan

teknikal, intervensi harus dilakukan dengan efisien pada situasi yang tepat,

keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan

berupa pencatatan dan pelaporan (Huda A.N dan Kusuma, 2014).

5. Evaluasi keperawatan

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian

hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi

keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap

akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke

arah pencapaian hasil (Rohman N. dan Walis. S, 2014).


30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriktif studi kasus.

Penelitian studi kasus merupakan studi yang mengeksplorasi masalah

keperawatan dengan batasan yang terperinci, pengambilan data yang mendalam

dan menyertakan berbagai sumber informasi (Pamungkas, R.A &Usman, A.M.

2017).

Penelitian ini menerapkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

yang berobat ke Puskesmas Kamonji

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Kamonji bulan

Oktober 2020

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian seorang pasien hipertensi yang datang berobat ke

Puskesmas Kamonji

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada

karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang

menggambarkan prilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan

ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Nursalam, 2016).


31

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, diagnosa keperawatan dan

prioritas berdasarkan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan yang diambil oleh perawat

berdasarkan data yang didapatkan.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang akan

dilakukan sesuai dengan konsep/literatur yang ada.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah realisasi dari intervensi keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah penilaian yang dilaksanakan dengan mengacu pada SOAP.

6. Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri dimana

tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan darah diastolik  90 mmHg.

E. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu dengan :

1. Wawancara yaitu meliputi hasil anamnesis tentang identitas pasien, keluhan,

riwayat penyakit, riwayat penyakit keturunan dan lain-lain. Wawancara bisa

dilakukan kepada pasien, keluarga/orang terdekat, dan perawat/dokter/tenaga

kesehatan lainnya.
32

2. Orientasi meiputi pemeriksaan langsung/fisik meliputi inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi pada seluruh sistem tubuh.

3. Studi dokumentasi dan angket yaitu dengan hasil pemeriksaan diagnostik.

F. Analisis data

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumen

dituliskan dalam bentuk asuhan keperawatan.

2. Mereduksi data

Data yang dibuat dalam bentuk asuhan keperawatan oleh peneliti sesuai

dengan topik penelitian yang berfokus pada tindakan keperawatan. Data

objektif dianalisis berdasarkan hasil wawancara, observasi dan pemeriksaan

diagnostik dan dibandingkan dengan nilai moral.

3. Penyajian data

a. Data akan disajikan secara tekstual/narasi dan dapat disertai dengan

cuplikan ungkapan verbal dari subyek penelitian yang merupakan data

pendukungnya. Kerahasiaan responden harus tetap diperhatikan.

b. Tabel untuk pengkajian, analisa data, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan catatan perkembangan.

4. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya dan teori-teori yang mendukung. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induktif. Pembahasan dilakukan sesuai dengan


33

tahapan asuhan keperawatan pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan

evaluasi.

G. Etika Penelitian

Penelitian ini menekankan masalah etika penelitian menurut Kartika. L

(2017), antara lain :

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum

mengisi kuesioner. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Namun jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormatinya dan tidak ada paksaan.

2. Tanpa nama (Anomity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
34

DAFTAR PUSTAKA

Aminh Huda Nurarif & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medik & NANDA NIC NOC. Mediaction
Publising: Yogyakarta.

Brunner & Suddhart, 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. EGC:
Jakarta.

Doengoes, Marlyn E, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Gunawan, Lany, 2001. Hypertensi : Tekanan Darah Tinggi. Kanisius. Yogyakarta.

Guyton & Hall, 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi9. Penerbit Kedokteran,
EGC.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, 2016. Metodolog Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Pamungkas, R.A & Usman, A.M. 2017, Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
TIM.

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4 (Alih Bahasa Yasmin Asih, dkk: Editor Devi Y, Monica E).
EGC, Jakarta.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017. GERMAS (Gerakan


Masyarakat Sehat).

Smeltzer & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Alih Bahasa Agung
Waluyo) Edisi 8 Vol. 3. EGC: Jakarta.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Graha Ilmu: Yogyakarta.

W.F. Ganong, 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Pusdiklat SDMK PPSDMK Kemenkes RI, 2017. Modul Pelatihan Keluarga Sehat.
35

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TIM PENGUJI............................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga............................................................................. 5
1. Definisi Keluarga..................................................................... 5
2. Fungsi Keluarga....................................................................... 5
3. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga..................................... 7
B. Konsep Teori Penyakit Hipertensi ................................................. 9
1. Pengertian................................................................................. 9
2. Penyebab Hipertensi................................................................. 10
3. Tanda dan Gejala Hiperensi ..................................................... 11
4. Klasifikasi Hipertensi ............................................................... 12
5. Patofisiologi.............................................................................. 12
6. Faktor Predisposisi Hipertensi ................................................. 14
7. Pathway .................................................................................... 15
8. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 16
9. Penatalaksanaan ....................................................................... 16
10. Komplikasi ............................................................................... 18
C. Konsep Teori Askep Hipertensi ..................................................... 19
1. Pengkajian ................................................................................ 19
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 23
3. Perencanaan ............................................................................. 25
4. Implementasi Keperawatan....................................................... 29
5. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 30
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 30
D. Defenisi Operasional....................................................................... 30
E. Pengumpulan Data ......................................................................... 31
F. Analisa Data ................................................................................... 32
G. Etika Penelitian .............................................................................. 33
36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 34

Anda mungkin juga menyukai