PENDAHULUAN
2. Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat dari manajemen risiko yang diberikan terhadap
perusahaan bisa dibagi dalam 5 (lima) kategori utama diantaranya:
Manajemen risiko kemungkinan dapat mencegah perusahaan dari suatu kegagalan.
Manajemen risiko dapat menunjang secara langsung peningkatan dari laba.
Manajemen risiko bisa memberikan laba secara tidak langsung.
Adanya ketenangan pikiran bagi para manajer disebabkan adanya suatu
perlindungan terhadap risiko murni, adalah harta non material untuk perusahaan
tersebut.
Manajemen risiko dapat melindungi sutau perusahaan dari risiko murni, dan karena
pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang mempunyai
perlindungan, secara tidak langsung dapat meningkatkan public image.
3. Manfaat manajemen risiko dalam suatu perusahaan sangat jelas, secara implisit
terkandung didalamnya satu ataupun lebih sasaran yang nantinya dicapai manajemen
risiko diantaranya sebagai berikut (Darmawi, 2005, p. 13).
Survival
Kedamaian dari pikiran
Memperkecil biaya
Menstabilkan suatu pendapatan perusahaan
Memperkecil ataupun meniadakan gangguan operasi dari perusahaan
Melanjutkan pertumbuhan dari perusahaan
Merumuskan tanggung jawab social suatu perusahaan terhadap karyawan dan
juga masyarakat.
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki suatu organisasi yang ada di seluruh divisi
dan bagian harus dilibatkan dan mengerti risiko yanga akan dihadapi. Keterlibatan
tersebut berkaitan dengan pandangan bahwa semua pejabat/pegawai adalah pemilik dari
risiko. Demikian pula, dalam penentuan tujuan suatu organisasi, dapat menggunakan
pendekatan SMART , dan ditentukan juga risk appetite and risk tolerance (variasi dari
tujuan yang bisa diterima). Risk tolerance adalah variasi dalam pencapaian objective
yang dapat diterima oleh manajemen.
Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian yang potensial, terjadi di lingkungan internal
maupun eksternal organisasi yang akan mempengaruhi strategi ataupun pencapaian
tujuan dari organisasi.
Terdapat 4 model dalam identifikasi suatu risiko, yaitu
(1) Exposure analysis;
(2) Environmental analysis;
(3) Threat scenario;
(4) Brainstorming questions.
Salah satu model tersebut, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi suatu
risiko dari sumber daya organisasi yaitu financial assetsphysical assets seperti tanah dan
bangunan, human assets yang juga mencakup pengetahuan dan keahlian, dan juga
intangible assets seperti reputasi dan penguasaan dari informasi. Atas setiap sumber daya
yang dimiliki organisasi dapat dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko
penurunan, seperti halnya kas dan simpanan di bank,
Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini memberikan penilaian sejauh mana akibat dari events (kejadian atau
keadaan) dapat mengganggu suatu pencapaian dari objectives. Besarnya akibat dapat
diketahui dari inherent dan juga residual risk, dapat dianalisis dalam dua perspektif,
diantaranya: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran
dari terealisirnya suatu risiko). Besarnya risiko setiap kegiatan organisasi merupakan
perkalian likelihood dan consequence. Penilaian risiko bisa menggunakan dua teknik,
yaitu:
(1) qualitative techniques; dan
(2) quantitative techniques.
Dari pemahaman dari lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan juga aktifitas
pengendalian. Ada beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive,
detective, corrective, dan directive.
Sementara aktifitas pengendalian berupa:
(1) pembuatan kebijakan dan prosedur;
(2) pengamanan kekayaan organisasi;
(3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan
(4) supervisi atasan.
Aktifitas pengendalian sebaiknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga
pengalokasian dari sumber daya yang dimiliki organisasi bisa menjadi optimal.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
b. Menganalisis Resiko
Setelah semua resiko diidentifikasi, maka dilakukan suatu pengukuran tingkat
kemungkinan dan juga dampak dari resiko. Pengukuran resiko akan dilakukan
dengan mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko
dilakukan dengan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi
kualitatif, ataupun kuantitatif tergantung pada tersedianya data tingkat kejadian
peristiwa dan juga dampak kerugian yang ditimbulkannya.
Pada kasus salah memberikan etiket obat maka pengukuran kualitatif
frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai berikut :
Kemungkinan Deskripsi Nilai
tidak menetap
certain) menetap
sedang
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian keuaangan
besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan produksi,
Dan dampak yang ditimbulkan berbobot nilai dua (2) yaitu rendah, pertolongan pertama dapat
diatasi, kerugian keuangan sedang.
Kerugian keuangan sedang, karena instalasi farmasi harus mengganti obat yang sudah dipakai
(cetirizin sirup yang dipakai 3x1 sendok obat). Pertolongan pertama dapat diatasi, karena
adanya laporan dari ibu pasien bahwa anaknya tidur terus, sehingga dokter dapat segera
mengantisipasinya, dengan melaporkan pada pihak instalasi farmasi dan segera dilakukan
perbaikan.
Dampak
Kemungkinan Sangat rendah sedang besar ekstrim
(likehood) rendah
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25
Nilai :
Bobot likehood = 2
Bobot dampak = 2
Bobot total penilaian adalah (2x2 = 4) berada di kolom kuning yaitu sedang.
c. Mengevaluasi Resiko
Setelah suatu resiko diukur tingkat kemungkinan dan juga dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas dari resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai pada resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko
yang dapat diterima/ditoleransi merupakan suatu resiko yang dapat menjadi prioritas
untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko,
maka perlu disusun suatu peta resiko.
Dari kasus salah memberikan etiket, peta resiko yang dapat dibuat berdasarkan
prioritas resiko adalah sebagai berikut :
Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat badan untuk pasien anak)
Pembacaan resep (pengkajian)
Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman keuangan
Pembuatan etiket
Penyiapan obat (dispensing)
Penggabungan antara etiket dan obat yang telah disiapkan
Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat
Menjadi prioritas utama dalam penerimaan resep, terutama saat pembacaan resep (bila
salah membaca resep, salah pula obat yang diberikan). Ini adalah langkah yang
menempati urutan prioritas resiko untuk kasus ini.
d. Menangani Resiko
Resiko yang tidak bisa diterima/ditoleransi agar dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalkan kemungkinan dampak terjadinya suatu resiko dan SDM yang
bertanggung jawab untuk dapat melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani
resiko untuk kasus ini yaitu dengan mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya
resiko dengan cara meningkatkan pengendalian internal yang ada pada proses bisnis
perusahaan, dan juga mengeksploitasi resiko bila tingkat suatu resiko dinilai lebih
rendah dibanding dengan peluang terjadi peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara
menangani resiko dapat dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan juga
manfaat, yaitu biaya yang akan dikeluarkan untuk melaksanakan rencana suatu
tindakan lebih rendah daripada manfaat yang akan diperoleh dari pengurangan
akibatkerugianresiko.
Seluruh resiko yang telah diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan juga ditangani
dimasukkan ke dalam sautu register resiko yang memuat informasi tentang nama
resiko, uraian tentang indikator resiko, faktor pencetus terjadinya sautu peristiwa yang
merugikan, dampak kerugian bila resiko itu terjadi, pengendalian resiko yang ada,
ukuran dari tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana suatu tindakan untuk
meminimalkan tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta SDM yang
bertanggung jawab untuk melakukannya.
Untuk kasus ini, cara menangani resiko tersebut adalah dengan segera membuat
perbaikan agar masalah pasien terantisipasi. Kendali intern, dengan memanggil
petugas terkait, agar kasus tersebut diharapkan tidak terjadi lagi di masa yang akan
datang, dengan cara saling mengcross cek pekerjaan petugas lain, agar bila ada
kesalahan akan saling mengoreksi (obat belum keluar dari ruangan apotek).
Analisis beban kerja ditinjau ulang, dengan menghitung pelayanan yang diberikan
kepada pasien. Untuk kasus ini, petugas yang berdinas malam itu hanya 2 orang
(sehingga fungsi saling mengcross cek tidak dilakukan, karena di dispensing oleh 1
orang saja).
e. Memantau Resiko
Perubahan situas internal dan eksternal perusahaan akan menimbulkan resiko baru
bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya suatu resiko,
dan cara penanganan resiko, sehingga setiap resiko yang akan teridentifikasi masuk
dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau akan perubahannya.
Untuk kasus ini, cara memantau resiko adalah dengan mengetatkan kembali sistem
double cross cek, sehingga dengan dikerjakan oleh beberapa orang untuk 1 resep,
maka diharapkan kesalahan dalam proses penyiapan resep, mulai dari penerimaan
resep dan seterusnya, tetap dilakukan kontrol untuk masing-masing pekerjaan
tersebut.
Cara lain adalah dengan mensosialisasikan kembali prosedur-prosedur yang ada,
untuk dapat ditaati, sehingga kesalaha tersebut diharapkan tidak terulang kembali.
f. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan dari kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan juga penanganan
resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap
aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk dapat memastikan bahwa tujuan
manajemen resiko dapat segera tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang
berkepentingan. Pihak yang mempunyai kepentingan berasal dari internal perusahaan
(manajemen, karyawan) dan juga eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah
daerah/pusat, masyarakat disekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen).
Untuk kasus ini, cara mengkomunikasikan akan resiko yang dapat diperbuat adalah
dengan melakukan pertemuan penyegaran, dengan memberikan materi seputar
manajemen resiko dan akibat-akibat yang dapat timbul bila para petugas tidak
mempedulikan keselamatan pasien.
Petugas diberikan pencerahan, bagaimana agar dapat memahami bahwa segala
sesuatu yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan karena berkaitan dengan
kelangsungan hidup dari pasien yang datang ke rumah sakit.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kasus salah memberikan etiket, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Man (Sumber Daya Manusia) perlu dianalisis kembali berkaitan dengan beban
kerjanya, karena beban kerja yang berat dapat mengakibatkan kesalahan terjadi.
2. Money (keuangan) berakibat sedang karena instalasi farmasi harus memberikan obat
ganti yang telah dipergunakan tidak semestinya. Keungan akan lebih berat bila
menyangkut resiko yang lebih berat.
3. Methode (Metoda) diperhatikan kembali berkaitan dengan standar operasional
prosedur, agar dapat ditaati oleh seluruh pegawai, dan juga perlunya refreshing ulang
untuk sosialisasi standar operasional prosedur yang ada.
4. Machine berhubungan dengan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan, diantaranya
komputer dan alat racik (bila diracik), dimana bila etiket sudah terkomputerisasi
dicantumkan jenis obatnya sehingga bila dibaca ulang, mengurangi tingkat kesahan.
5. Material berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada di instalasi farmasi,
dalam hal ini adalah etiket yang masih ditulis manual, sehingga tingkat kesalahan
masih tinggi dan tidak ada arsip untuk pemberian etiket, sehingga bila ada komplain
dari pasien untuk etiket, tidak dapat segera ditangani, kecuali dengan melihat etiket
yang dibawa oleh pasien.
View publication stats