Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

E DENGAN
MASALAH UTAMA HIPERTENSI DI RT 02/ RW 05 DESA
CIHANJUANG KEC. PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas stase keperawatan keluarga

Dosen Pembimbing :

Arieni Ramadhan, S.Kep., Ners, M.H.P.E.

Oleh :

Evi Triana

4120144

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit
dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga
sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al.,
2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang
baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian,
dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan
rencanamemiliki anak atau KB, persiapan menjadi orang tua dan
memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post
partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua,
serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
di lingkungan setempat
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau
diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Gardner Samuel,
2008).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut
Triyanto (2014) adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data- data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah : konsumsi garam yang tinggi
(melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan,
stress, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit
seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis
tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia,
Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan
endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–
obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Kasron (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.
5. Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
ter letak di pusat Vasomotor pada Medulla di otak. Dari pusat
Vasomotor ini bermula jaras Saraf Simpatis, yang berlanjut kebawah
ke Korda Spinalis dan keluar dari Kolumna Medulla Spinalis ke
Ganglia Simpatis di Toraks dan Abdomen. Rangsangan pusat
Vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak
kebawah melalui sistern Saraf Simpatis ke Ganglia Simpatis.
Pada titik ini, Neuron pre-ganglion melepaskan Asetilkolin, yang
akan merangsang serabut Saraf Pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya Norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
Vasokonstiktor. Klien dengan Hipertensi sangat sensitif terhadap
Norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem Saraf Simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar Adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas Vasokonstriksi.
Medulla Adrenal menyekresi Epinefrin, yang menyebabkan
Vasokonstriksi. Korteks Adrenal menyekresi Kortisol dan Steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon Vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
Ginjal, menyebabkan pelepasan Renin. Renin yang dilepaskan
merangsang pembentukan Angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi Angiotensin II, Vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi Aldosteron oleh Korteks Adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus Ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan Hipertensi (Brunner and Suddarth,
2002 dalam Aspiani, 2016).
6. Patway
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
a. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
b. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
c. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalism
d. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
e. Foto dada : menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
f. CT scan : untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
g. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi.
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr ,
diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh,
penurunan berat badan, penurunan asupan etanol ,
menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 %
dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
– 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3) Edukasi Psikologis
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal
yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : nama kepala
keluarga, alamat dan telepon, pekerjaan kepala keluarga,
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga dan genogram,
tipe keluarga, suku bangsa, agama,status sosial ekonomi keluarga,
dan aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu
menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi keluarga :
1) Fungsi afèktif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Pemenuhan tugas keluarga
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan. Sedangkan Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang
dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga
yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
Contoh Diagnosa Asuhan Keperawatan Hipertensi dengan
NANDA/ICNP, NOC, NIC dalam Panduan Asuhan Keperawatan :
a. Nyeri Akut
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada
sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign).
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan

1 Nyeri akut Noc: NIC


1. Pain level Pain manajemen
2. Pain control 1. Lakukan pengajian nyeri
3. Comfort level secara komperensif
Kriteria hasil: termasuk
1. Mampu mengontrol lokasi ,karakteristik,
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi, kualitas
nyeri,mampu dan faktor presifasi
mengunakan tehnik 2. Operfasi reaksi non serba
nonfarmakologi untuk dari ketidak nyamanan
mengurangi nyeri) 3. Gunakan tehnik
2. Melaporkan bahwa komunikasi teropotik
nyeri bekurang dengan untuk mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri pasien
manajemen nyeri 4. Kaji kotor yang
3. Mampu mengenali mempengaruhi respon
nyeri nyeri
4. Menyatakan rasa 5. Evaluasi pengalaman
nyaman setelah nyeri nyeri di masa lampau
bekurang 6. Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
7. Evaluasi keefetifitasan
kontrol nyeri
8. Tingkatkan istirahat
9. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

2 Penurunan Tujuan dan kriteri Nic


curah jantung hasil Cardiac Care
Noc: 1. Evaluasi adanya nyeri
1. Cardiac pump dada (intensitas, lokasi,
rffectiveness durasi)
2. Circulation status 2. Catat adanya disritmia
3. Vital sign status jantung
Kriteria hasil 3. Catat adanya tanda dan
1. Tanda vital dalam gejala penurunan cardiac
rentang normal putput
(tekanan darah, Nadi, 4. Monitor status
Reprasi) kardiovaskuler
2. Dapat mentoleransi 5. Monitor status
aktivitas, tidak ada pernafasan yang
kelelahan menandakan gagal
3. Tidak ada edama paru, jantung
perifer dan 6. Monitor abdomen
tidak ada asites sebagai indicator
4. Tidak ada penurunan penurunan perfusi
kesadaran 7. Monitor adanya
perubahan tekanan darah
8. Atur periode latihan dan
istirahat untuk
menghindari kelelahan
9. Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi,suhu
dan RR
2. Auskultasi
TD,nadi,RR,sebelum,sela
ma,dan setelah aktivitas
3. Moitor kualitas nadi
4. Monitor jumlah dan
irama jantung

3 Intoleransi NOC Nic


aktivitas b.d 1. Energy conservation Activity Therapy
kelemahan, 2. Activity tolerance 1. Kolaborasi dengan
ketidak 3. Self Care :ADLs tenaga rehabilitasi Medik
seimbangan Kriteria Hasil : dalam merencanakan
suplai dan 1. Berpartisipasi dalam program terapi yang tepat
kebutuh aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi
tekanan darah,nadi dan aktivitas yang mampu
RR dilakukan
2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk memilih
aktivitas sehari-hari aktivitas konsisten yang
(ADLs) secara, sesuai dengan
mandiri kemampuan
3. Tanda tanda vital fisik,psikologi dan sosial
normal 4. Bantu untuk
4. Energy psikomotor mengidentifikasi
5. Level kelemahan aktivitas yang disukai
6. Mampu berpindah : 5. Bantu klien untuk
dengan atau tanpa membuat jadwal latihan
bantuan alat di waktu luang
6. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Demografi
a. Nama anggota keluarga

No. Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan


1. Tn. E Suami 68 S1 Pensiunan
2. Ny. N Istri 67 S1 Pensiunan

b. Alamat : Kp. Mengger Rw 05/ Rt 04


c. Genogram
d. Tipe keluarga : keluarga lanjut usia
e. Latar belakang budaya (suku)
Keluarga klien berasal dari suku Sunda atau Indonesia kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa sunda
f. Identifikasi agama dan kepercayaan : Seluruh anggota Tn. E
beragama Islam dan taat beribadah.
g. Status social
Kebutuhan sehari-hari Keluarga Tn. E semua dipenuhi Tn. E
dengan pendapatan perbulan Rp.3.500.000,-. Tn. E sebagai
pensiunan Pengeluaran keluarga Tn. E diantaranya untuk kebutuhan
makan sehari hari.
2. Tahap Perkembangan Keluarga dan Riwayat Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga Tn. E merupakan tahap VIII
keluarga usia lanjut
b. Pemenuhan tugas fungsi keluarga pada tahap bersangkutan
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Tn. E sebagai kepala keluarga mempunyai hipertensi sejak 3
tahun yang lalu, rutin kontrol ke puskesmas 1 bulan sekali untuk
cek lab dan mengambil obat rutin, tidak mempunyai masalah
dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya
mempunyai penyakit hipertensi pada saat pengkajian : TD :
140/90 mmhg, S : 36,2 celcius, N : 80 x/m, R : 22 x/m
2) Ny. E menderita Hipertensi, kontrol rutin di Puskesmas
Bandung tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan,
maupun kebutuhan dasar yang lainnya.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang
baik, dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik
Denah Rumah :

b. Karakteristik tetangga dan lingkungan sekitar


Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang
membangun rumah dikerjakan saling gotong royong
c. Perpindahan/mobilitas keluarga
Sebagai penduduk kota Bandung, biasanya keluarga juga tinggal di
kabupaten bandung
d. Hubungan keluarga dan kaitannya dengan lingkungan komunitas
sekitar
Kebiasaan Tn. E dilingkungan sekitarnya, yaitu Tn. E selalu
berkumpul dan berkomunikasi dengan tetangga pada waktu pagi
dan kebiasaan lain dari masyarakat di lingkungan sekitar rumah
selalu melaksanakan kerja bakti
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Anggota keluarga menggunakan bahasa Sunda dalam
berkomunikasi sehari-harinya dan mendapatkan informasi
kesehatan dari petugas kesehatan
b. Struktur kekuasaan/ pengambil keputusan
Tn.E menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya
dalam saling mendukung.
c. Struktur peran
Formal : Tn.E sebagai kepala keluarga, Ny.N sebagai istri.
Informal : Tn.E dibantu anaknya juga membantu mencari nafkah.
d. Nilai dalam keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian
pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit
ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau
petugas kesehatan yang terdekat.
5. Fungsi dalam Keluarga
a. Fungsi afektif/intimasi
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit
langsung dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan.
b. Fungsi sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
c. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
dan biaya untuk berobat.
d. Fungsi reproduksi
Tn. E mempunyai 2 orang anak. 1 orang anak laki-laki dan 1 orang
anak perempuan
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menurut Tn. E keluarganya sangat peduli dan sangat perhatian
terhadap keadaan kesehatannya. Tn. E selalu mendukung untuk
selalu berobat ke puskesmas secara teratur, dan anggota keluarga
yang lain selalu mengingatkan hal-hal yang dapat memperberat
sakitnya, misalnya jangan terlalu lelah.
6. Stress, Koping dan Adaptasi Keluarga
a. Stressor, kekuatan dan persepsi keluarga
1) Stresor jangka pendek : Tn. E mengatakan dirinya menderita
penyakit hipertensi.
2) Stresor jangka panjang : Tn. E mengidap penyakit hipertensi
semenjak 3 tahun lalu dan ia ingin penyakitnya ini sembuh total.
b. Strategi koping keluarga
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan
masalah yang ada.
c. Adaptasi keluarga
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya Tn. E menyampaikan
atau membicarakan dengan anggota keluarganya.
B. Analisa Data

No. Data Interprestasi Data Masalah


1 Ds: Kemampuan melakukan Kesiapan
Tn. E mengatakan perawatan kesehaan Peningkatkan
- rutin kontrol ke Manajemen
puskesmas 1 bulan sekali Kesehatan
dan mengambil obat rutin
- tidak mempunyai masalah
dengan istirahat, makan
maupun kebutuhan dasar
lainnya.
-setiap pagi olahraga rutin
- Tn. E ingin penyakitnya
sembuh total
Do:
TD : 140/90 mmhg, S :
36,2 celcius, N : 80 x/m, R
: 22 x/m

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan peningkatan managemen kesehatan pada keluarga Tn. A
D. Rencana intervensi

No. Diagnosa Kode Noc Kode Nic


1 Kesiapan L.12104 Setelah dilakukan I. 1. Identifikasi
peningkatan kunjungan rumah 3x 12383 kesiapan dan
managemen diharapakan keluarga kemampuan
kesehatan Tn. E mengalami menerima informasi
peningkatan tentang 2. Sediakan materi
manajemen kesehatan dan media
Kriteria Hasil: pendidikan
1. Melakukan kesehatan
tindakan untuk 3. Jadwalkan
mengurangi faktor pendidikan
risiko meningkat kesehatan sesuai
2. Aktivitas hidup kesepakatan
sehari-hari efektif 4. Berikan
memenuhi tujuan kesempatan untuk
kesehatan meningkat bertanya
5. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

E. Implementasi

No. Tanggal Diagnosa Tujuan Implementasi


keperawatan
1 17 januari Kesiapan Setelah 1. Mengidentifikasi kesiapan
2022 peningkatan dilakukan dan kemampuan menerima
managemen intervensi 3x informasi
kesehatan pertemuan 2. Menyediakan materi dan
terjadi media pendidikan kesehatan
peningkatan 3. Menjadwalkan pendidikan
status kesehatan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
5. Menjelaskan faktor risiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan

F. Evaluasi

No. Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan


1 18 januari 2022 Kesiapan peningkatan S : Keluarga mengatakan
managemen kesehatan mengerti tentang hipertensi
O : Keluarga tampak mengerti
dan dapat menyebutkan 3 dari
5 tanda Hipertensi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
2. 19 januari 2022 Kesiapan peningkatan S :
managemen kesehatan - TN. E mengatakan cukup
mengerti mengenai senam
hipertensi
- TN. E menyatakan bahwa
akan mengulang senam
hipertensi yaitu pagi hari
sekitar pukul 7 pagi
O : Klien tampak mengerti dan
dapat antusias mengikuti
senam hipertensi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya


Dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah


Tinggi.Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Nurarif A, Kusuma H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis NANDA & NIC-NOC. Yogyakarta: Medi Action

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita


Hipertensi SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai