Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

R DENGAN MASALAH
KESEHATAN DIABETES MELLITUS DI PADUKUHAN SUNGAPAN
ARGODADI, SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Maratus Solehah 220300899

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN
DIABETES MELLITUS DI PADUKUHAN SUNGAPAN ARGODADI, SEDAYU,
BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

Maratus Solehah 220300899

Telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan pada tanggal Maret 2023

Preceptor Pembimbing Akademik

(Rokhim Istiyono, S.ST., Ns) (Brune Indah Yulitasari, S.Kep.,Ns., MNS)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit kronis karena kelainan yang disebkan

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.Pada DM

kemampuan tubuh untukbereaksi terahadap insulin biasanyamenurunkan atau

pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Yessy Putri 2017).

setelah seiring berjalanya waktu kondisi DM iniyang tidak dapat disembuhkan

akan tetapi bisa dikontrol dengan ditandai meningkatnya kadar guladalam darah

dan gangguan pada metabolismekarbonhidrat disebabkan kurangnyainsulin atau

ketidakefektifan pada insulin (Setyawati 2017).

Menurut data Riskesdas pada tahun 2018 terdapat beberapa provinsi

dengan penderita diabetes melitus tertinggi yaitu daerah DKI Jakarta, dengan

kasus diabetes melitus sebanyak 3,4% sedangkan pada urutan kedua Kalimantan

Timur dan Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki diabetes melitus

terbanyak dengan kasus sebesar 3,1% untuk itu pada posisi urutan ketiga

Sulawesi Utara dengan kasus sebanyak 3% dan terendah yaitu daerah Nusa

Tenggara Timur (NTT) dengan jumlah kasus 0,9% .


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan- ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan

mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria,

2017). Keluarga sebagai unityang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat

oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa

sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga

didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam

suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas

anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal

dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan

yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan

(Stuart,2014).

Menurut Duval keluarga merupakan sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum,meningkatkan

perkembangan fisik mental, emosional dan social dari tiap anggota

keluarga (Harnilawati,2013). Menurut Helvie keluarga adalah


sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam

kedekatan yang konsisten dan hubunganyang erat.

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga

yang terdiriatas suami, istri dan anak.

2) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami

istri namun tidak memiliki anak

3) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua

dengan anakyang terjadi akibat peceraian atau kematian.

4) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga

hanya terdiridari satu orang dewasa yang tidak menikah

5) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari

keluarga intiditambah dengan anggota keluarga lainnya

6) Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal

sendiri dirumahdikarenakan anak-anaknya telah memiliki

rumah tangga sendiri.

7) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal

bersamaan danmenggunakan pelayanan Bersama.

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang

terdiri dariorang tua dan anak tanpa adanya ikatan


pernikahan.

2) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang

tinggalbersamatanpa adanya ikatan perkawinan.

3) Gay and lesbian family merupakan seorang yang

memilikipersamaan jenis kelamin tinggal satu rumah

layaknya suami-istri

4) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family, keluarga

yang hidup Bersama tanpa adanyanya pernikahan dan

sering berganti pasangan

5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak

memilikihubungan darah dalam waktu sementara.

(Widagdo,2016)

3. Tuga Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan


tindakan

3) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap

anggota keluargayangsakit

4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkankesehatan

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang terdapat dilingkungan setempat.


4. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif fungsi afektif berhubungan erat dengan

fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan

keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga

dalammelaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M

et al., 2010) :

2) Fungsi Sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir.

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan

menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.

Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan 6 sosial

pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai

dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai

budaya keluarga.

3) Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi untuk meneruskan

keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka

dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk

memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah meneruskanketurunan.


4) Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti

memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk

melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk

mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota

keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan

tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan.

5. Fungsi Dan Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai


berikutmenurut (Padila, 2012).
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam

keluarga

3) Pembagian tugasmasing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

4) Sosialisasi antar anggota keluarga

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.


6. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut

(Friedman 2010) juga menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga

kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil

mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,hubunganyang ada

lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas sosial

menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang

lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah. Faktor

lainnya adalah adalah tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat

pendidikan kemungkinan semakintinggi dukungan yang diberikan pada

keluarga yang sakit.

7. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus didefinisikan oleh World Health Organization

(WHO) sebagai sindrom metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia kronis akibat salah satu dari beberapa kondisi yang

menyebabkan sekresi dan / atau tindakan insulin yang rusak.

Pradiabetes adalah keadaan yang ditandai dengan kelainan

metabolisme yang meningkatkan risiko terkena DM dan

komplikasinya(Susanti 2017). setelah seiring berjalanya waktu kondisi


DM ini yang tidak dapat disembuhkan akan tetapi bisa dikontrol

dengan ditandai meningkatnya kadar guladalam darah dan gangguan

pada metabolisme karbonhidrat disebabkan kurangnya insulin atau

ketidakefektifan pada insulin (Susanti 2017).

b. Etiologic Diabetes Mellitus


Menurut (Walker, 2020) Semua sel tubuh Anda

membutuhkan energi. Sumber utamanya adalah glukosa, yang

membutuhkan hormon insulin untuk masuk ke dalam sel. Pada

penyakit diabetes, terdapat kekurangan insulin atau insulin tidak

dapat bekerja dengan baik, yang menyebabkan berbagai gejala dan

gangguan kesehatan. Pada penderita diabetes, glukosa dalam darah

tidakdapat masuk ke sel tubuh sehingga kehilangan sumber energi

yang biasa. Tubuh mencoba membuang kelebihan glukosa dalam

darah dengan mengeluarkannya melalui urin, dan menggunakan

lemak dan protein (dari otot) sebagai sumber energi alternatif.

c. Patofisiologi Diabetes Mellitus

DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan

karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik.

Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan

memiliki peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe

2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor

lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik,

diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare,
2015). Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan

karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya

insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.

Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai denganpenurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi

resistensi insulindan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,

harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan

(Smeltzer dan Bare, 2015).

d. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu

gejala kronik dangejala akut serta munculnya yaitu:

1) Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :

a. Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan

b. Pasien akan banyak mengkonsumsi minum

c. Pasien akan lebih sering buang air kecil Apabila gejala

tersebut tidak segera ditangani maka akan timbul gejala lain

seperti menurunnya nafsumakan pasien dan berat badan akan

turun, mudah merasa lelah, pada keadaan tertentu pasien

akan koma.
2) Gejala kronis yang muncul antara lain :

a. Pasien biasanya akan mengeluh kesemutan

b. Kulit pasien akan terasa panas

c. Kulit pasien terasa tebal

d. Mengalami kram

e. Cepat mengantuk

f. Pandangan pasien kabur

g. Gigi mudah goyang dan sering lepas

h. Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah

keguguran danprematuritas.

e. Komplikasi Diabetes Mellitus

1. Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada

dibawah nilai normal <50 mg/dl

b) Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam

darah meningkat secara tiba – tiba dan dapat

berkembang menjadi metabolisme yang berbahaya

2. komlpikasi Kronis

a) Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada

pasien DM adalah pembekuan darah di sebagian otak,

jantung koroner, stroke, dan gagal jangungkongestif.


b) Komplikasi mikro vaskuler, yang biasanya terjadi pada

pasien DM adalah nefropati, diabetik retinopati

(kebutaan), neuropati, dan amputasi (Perkeni, 2015).

f. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bentuk utama

keputusan klinik mengenai respons individu tentang masalah

kesehatan yang actual atau potensial sebagai dasar memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat

(Nursalam,2011).

Diagnosa keperawatan yang muncul:

a. Defisit pengetahuan b.d. ketidakmampuan keluarga

mengenal masalahkesehatan keluarga.

g. Perencanaan Tindakan Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan pengembangan

untuk strategi desain untuk mencegah, mengurahi atau

mengoreksi masalah-masalah yangdiidentifikasi pada diagnosa

keperawatan. Perencanaan keperawatan adalah perumusan

tujuan, tindakan, dan penilaian asuhan keperawatan

berdasarkananalisis agar masalah kesehatan dan keperawatan

pasien dapat teratasi(Nursalam, 2011).


Intervesi Keperawtan Dengan Masalah Diabetes Mellitus

No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan

1 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Proses Penyakit


pengetahuan b.d. keperawatan selama 1x kunjungan 1 .Identifikasi kesiapan dan
1. Membina hubungan saling percaya untuk
ketidakmampuan keluarga mengalami Tingkat kemampuan menerima informasi
meningkatkan komunikasi pasien dan
2. Jelaskan penyebab dan fakto
keluarga Pengetahuan Meningkat. Dengan perawat
risiko penyakit
mengenal kriteria Hasil:
3. Jelaskan tanda dan gejala 2. Mengetahui sejauh mana pengetahuan
masalah - Perilaku sesuai anjuran meningkat
penyakit keluarga terkait DM dan memberikan
kesehatan - Pertanyaan tentang masalah
4. Jelaskan kemungkinan informasi yang tepat terkait DM
keluarga menurun
terjadinya komplikasi 3. Untuk mengetahui tekanan darah pasien
- Menjalani pemeriksaan yang tidak
5. Anjurkan melapor jika 4. Menggali informasi terkait terkait dengan
tepat menurun
merasakan tanda dan gejala cara perawatan DM yang telah dilakukan
- Pengetahuan tentang penyakit
memberat 5. Memberikan edukasi untuk meningkatkan
meningkat
pengetahuan pasien terkait penyakit
h. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan yang intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan

keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi,

dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat

untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi. Tujuan dari

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat

respon klien terhahap asuhan keperawatan yang diberikan

sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam,

2011).
PENGKAJIAN KELUARGA

Penjajakan I

A. Data Umum :
1) Nama Kepala Keluarga : Tn. R
2) Umur : 45 tahun
3) Alamat : Rt 81, Dusun Sungapan, Sedayu.
4) Pekerjaan Kepala Keluarga : Petani
5) Agama : Islam
6) Suku bangsa : Jawa
7) Komposisi keluarga :

No. Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


dengan keluarga
1 Tn. R Laki-laki 45Th Kepala keluarga SLTA PETANI
2 Ny. D Perempuan 42Th Istri SLTP Wiraswasta
3 An. B Laki-laki 13Th Anak Belum Sekolah -

1. Komposisi Keluarga Dan Genogram : Bapak, Ibu, dan Anak

Genogram:

X X X X
Keterangan:

: Pasien : Meninggal

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Laki-laki : Menikah

2. Tipe Keluarga : Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri


dari ayah, ibu dan anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum
kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin, atau ibu dengan anak-
anak yang belum kawin.
3. Latar Belakang Budaya : Keluarga merupakan asli suku Jawa dan
tinggal di Sedayu, Bantul, D.I Yogyakarta. Bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah Jawa. Keluarga memiliki kepercayaan terhadap pengobatan tradisional
dalam bidang kesehatan, misalnya pengobatan herbal seperti jamu untuk
mengobati batuk atau nyeri. Keluarga berobat ke Puskesmas bila keluhan yang
dirasakan tidak sembuh meskipun sudah mengkonsumsi jamu herbal.
4. Identifikasi Religius : Agama yang dianut oleh semua aggota
keluarga adalah Islam. Keluarga mengatakan ibadah yang dilaksanakan seperti
sholat berjama’ah di rumah atau di musholla.
5. Status Ekonomi Dan Sosial : Keluarga mengatakan sumber pendapatan
berasal dari suami dan istrinya yang bekerja sebagai wiraswasta dan petani.
Sementara. Keluarga mengatakan pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
6. Aktivitas Rekreasi : keluarga mengatakan kadang-kadang
melaksanakan rekreasi bersama dan makan diluar / ke tempat wisata.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tn.R mengatakan sekarang tinggal dengan anak dan Istrinya. Saat ini Tn. R
mengalami diabetes mellitus, pasien mengetahui dirinya menderita diabetes
mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Semenjak sakit Tn. R rajin melakukan periksa
ke Puskesmas setiap bulan dan rajin mengkonsumsi obat setiap hari, tetapi Tn.
R malas melakukan aktivitas (olahraga), Tn.R juga tidak mematuhi anjuran diet
untuk pasien DM
2. Riwayat kluarga inti:
Tn.R mengatakan anaknya memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Tn.R
mengatakan sudah tahu bahaya merokok, tetapi merokok merupakan salah satu
cara untuk mengurangi stres saat banyak pikiran.
3. Riwayat keluarga sebelumnya:
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya dari keluarga.
4. Penyakit yang diderita sekarang oleh setiap anggota keluarga:
Ny.D dan Tn. R tidak menderita penyakit apapun, Tetapi Tn. R saat ini
menderitadiabetes mellitus.
C. Data lingkungan
1. Denah Rumah

Kamar
Dapur WC 1
Ruang Tamu Halaman
Rumah
Kamar
2

2. Karakteristik rumah
Rumah yang ditinggali oleh keluarga merupakan rumah sendiri. Tipe
rumah permanen. Kondisi di dalam rumah cukup terang, ada 3 jendela yang
cukup besar sehingga cahaya dan sirkulasi udara cukup, rumah tampak bersih.
Tn.R mengatakan terkadang ada semut di lingkungan rumah.
Pembuangansampah dibuang di tempat pembuangan akhir. Keluarga tidak
memiliki hewan peliharaan.
3. Karakteritik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Lingkungan rumah merupakan daerah pedesaan yang masih asri, banyak
pepohonan. Fasilitas umum seperti sekolah TK dan SD berjarak 1 km, pasar 4
km, puskesmas 3 km. Alat transportasi yang biasa digunakan yaitu sepeda motor,
Kondisi jalan di lingkungan rumah menggunakan jalan aspal. Kegiatan
siskamling/ ronda sudah jarang dilakukan karena pengaruh oleh penyakitnya.
4. Mobilisasi geografis keluarga
Keluarga Tn. R tinggal di lingkungan saat ini sudah lebih 20 tahun.
5. Hubungan keluarga dengan fasilitas kesehatan dalam komunitas
Tn.R setiap minggu kedatangan home care di rumah, Ny.D sering berinteraksi
dengankader-kader kesehatan di lingkungan
6. Sarana pendukung keluarga
Keluarga jika mengalami kesulitan, akan minta tolong ke saudara terdekat/
tetangga. Dapur WC Kamar 1 Ruang Tamu Halaman Rumah Kamar 2 Keluarga
memiliki asuransi kesehatan berupa BPJS.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi
Anggota keluarga mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dilakukan
dengan terbuka, berdiskusi untuk menemukan solusi.
2. Struktur kekuasaan
Pengambilan keputusan didalam keluarga dilakukan setelah diskusi. Pengambilan
keputusan lebih dominan pada Tn. R
3. Struktur peran
Dalam keluarga, Tn. R berperan sebagai tulang punggung yang mencari nafkah
sementara Ny. D setiap harinya pergi ke pasar..
4. Struktur nilai-nilai keluarga
Orangtua mengajarkan sopan santun kepada anak-anak
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hubungan antara suami istri baik. Hubungan orangtua dengan anak baik.
2. Fungsi sosialisasi
Tn.R dan Ny.L memiliki peran yang sama dalam menanamkan disiplin dan norma pada
anak yaitu mengajarkan aturan dalam agama sesuai yang dianut yaitu ajaran agama
Islam
3. Fungsi keperawatan kesehatan
a) Mengenal masalah:
Keluarga Tn.R mengatakan kurang memahami masalah yang dihadapi saat
ini.
b) Mengambil keputusan:
Keluarga mengambil keputusan dalam suatu permasalahan dengan diskusi
terlebih dahulu. Jika ada anggota keluarga yang sakit, akan dibawa ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Dan menghubungi tenaga kesehatan terdekat.
c) Merawat anggota keluarga:
Tn. R dan Ny. D mengatakan sebelumnya belum mengetahui cara agar Tn.
R patuh menjalani diet supaya hasil pengobatan yang dilakukan selama ini
lebih optimal.
d) Modifikasi lingkungan:
Tipe rumah permanen. Kondisi di dalam rumah cukup terang, ada 3 jendela
yang cukup besar sehingga cahaya dan sirkulasi udara cukup, rumah tampak
bersih.
e) Memanfaatkan pelayanan kesehatan:
Keluarga sering periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) jika
mengalami masalah kesehatan cukup serius yang tidak sembuh setelah
dibelikan obat sendiri ke apotek
4. Fungsi reproduksi
Tn.R dan Ny. D berniat menambah keturunan walaupun usia yang sudah tua.
F. Stress dan koping keluarga
Tn. R dan Ny. D khawatir dengan Tn. R yang pola hidupnya tidak sehat dan hanya
mengandalkan obat dari dokter untuk mengontrol gula darahnya
G. Harapan keluarga
Tn. R dan Ny. D berharap agar Tn. R patuh dengan anjuran tenaga kesehatanyang
menganjurkan menjaga pola makan, membatasi beberapa makanan pantangan dan
melakukan olahraga rutin.
H. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis. GCS 15
Tanda – tanda Vital :

Tn. R = TD: 120/70 mmHg, RR: 23x/menit


N: 88 x/menit, S: 36.5oC
BB 68kg, TB 170cm. IMT normal
Ny. D = TD: 130/80 mmHg, RR: 24 x/menit
N: 84 x/menit, S: 36o C
BB 51 Kg TB 158 cm IMT Normal
An.B = RR: 21 x/menit N: 90 x/menit, S: 36,5o C
BB 45 Kg TB 142 cm.

I. Kepala :

Tn. R = Simetris, rambut tidak rontok, sedikit beruban, konjungtiva normal,


matasimetris, telinga simetris, hidung simetris.
Ny. D = Simetris, rambut tidak rontok, konjungtiva normal, mata simetris,
telingasimetris, hidung simetris.
An. D = Simetris, rambut tidak rontok, rambut beruban, konjungtiva normal,
matasimetris, telinga simetris, hidung simetris
J. Thoraks :

Tn. R = Inspeksi : tidak ada lesi, tak ada deviasi trakea.


Palpasi : tak ada massa, pengembangan paru kanan kiri seimbang
Auskultasi : vesikuler
Perkusi : sonor
Ny. D = Inspeksi : tidak ada lesi, tak ada deviasi trakea.
Palpasi : tak ada massa, pengembangan paru kanan kiri seimbang
Auskultasi : vesikuler
Perkusi : sonor
An. B = Inspeksi : tidak ada lesi, tak ada deviasi trakea.
Palpasi : tak ada massa, pengembangan paru kanan kiri seimbang
Auskultasi : vesikuler
Perkusi : sonor

K. Abdomen :

Tn. R = Inspeksi : datar, tak ada lesi, tidak ada benjolan.


Auskultasi : bising usus 12 x/menit,
Perkusi : pekak di kuadran kanan atas, timpani di kuadran kiri
Palpasi : tak teraba massa di abdomen, tak ada nyeri tekan
Ny. D Inspeksi : datar, tak ada lesi, tidak ada benjolan.
Auskultasi : bising usus 9 x/menit
Perkusi : pekak di kuadran kanan atas, timpani di kuadran
kiri atas
Palpasi : tak teraba massa di abdomen, tak ada nyeri tekan
An. B Inspeksi : simetris, datar, tak ada lesi, tidak ada benjolan.
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Perkusi : pekak di kuadran kanan atas, timpani di kuadran
kiriatas
Palpasi : tak teraba massa di abdomen, tak ada nyeri tekan
L. Ekstremitas :

Tn. R = Ekstermitas atas dapat bergerak, sedangkan Ekstermitas bawah kaki

kiri ada luka Diabetess Melitus kekuatan otot 5 . ada edema pada kaki

sebelah kiri.

Ny. D = kedua tangan dan kaki dapat bergerak, kekuatan otot 5. Tidak ada

edemapada ektremitas, tidak ada deformitas pada sendi-sendi ekstremitas.

PENJAJAKAN II
A. Mengenal masalah
1. Pengertian

Tn. R mengatakan tidak mengetahui secara detail tentang pengertian penyakit

diabetes mellitus

2. Penyebab

Tn. R mengatakan penyebab diabetes mellitus karena terlalu banyak

mengkonsumsi gula

3. Tanda dan gejala

Tn. R mengatakan tanda gejala diabetes mellitus yaitu sering BAK dan kadar

guladarah tingg

B. Mengambil keputusan

1. Rasa takut dan menyerah


Tn. R mengatakan merasa takut saat pertama kali didiagnosa mempunyai

penyakit diabetes mellitus

2. Identifikasi tingkat keseriusan masalah dalam keluarga

Tn. R mengatakan anaknya kurang memperhatikan jika anggota keluarganya

mengalami sakit yang dianggapnya tidak cukup parah

3. Kurang pengetahuan mengenai macam-macam jalan keluar yang terbuka bagi

keluarga

Tn. R mengatakan masih membutuhkan lebih banyak informasi dan

pengetahuan terkait masalah yang dihadapi

4. Ketidaksanggupan memilih tindakan-tindakan diantara beberapa pilihan

Tn. R dan keluarga masih bingung menentukan keputusan dari beberapa

pilihan

5. Ketidak cocokan pendapat dari anggota keluarga

Tn. R mengatakan pernah terjadi ketidak cocokan pendapat antar keluarga,

tetapi ketidak cocokan tersebut selalu dapat diselesaikan dengan baik

6. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan yang dimaksud

Tn. R mengatakan selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan keluarganya

7. Fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau Rumah Sakit sangat jauh

8. Rasa kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

Tn. R dan keluarga mengatakan selalu percaya kepada tenaga kesehatan dalam

menangani masalah kesehatan


C. Melakukan perawatan sederhana

1. Cara-cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga

Tn. R dan keluarga apabila merasa tidak enak badan akan membeli obat di

apotek, dan apabila gejala yang dirasakan tidak kunjung berkurang atau

bertambah parah maka akan dibawa ke puskesmas ataupun rumah sakit,Tn R

setiap seminggu sekali ada perawatan home care yang datang untuk melakukan

perawatan luka.

2. Cara-cara pencegahan

Selalu menjaga pola makan, tidak pernah telat makan, akan tetapi masih sering

minum - minuman manis.

3. Penggunaan fasilitas kesehatan yang ada Puskesmas dan rumah sakit

4. Pengetahuan mengenai perkembangan penyakit yang diderita atau isu

kesehatan terkini beserta perawatannya

Tn. R selalu melakukan perawatan home care seminggu sekali dirumahnya


ANALISA DATA

No Data Diagnosa Keperawatan

1. DS: Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif


1. Tn. R dan keluarga
mengatakan tidak
terlalu memahami
terkait penyakit
diabetes mellitus,
penyakitnya sudah 1
tahun tidak sembuh-
sembuh.
2. Tn. R dan keluarga
mengatakan hanya
tahu cara
mengkonsumsi obat
yang diberikan oleh
dokter dan
mengurangi
konsumsi gula
3. Tn. R dan keluarga
mengatakan tidak
mengetahui
bagaimana cara yang
benar merawat
keluarga yang
menderita diabetes
mellitus
DO:
1. Tn. R dan keluarga
tampak bingung
saat menjawab
beberapa
pertanyaan yang
ditanyakan.
TD: 120/70 mmHg
Nadi: 88x/menit
RR:23x/menit
S:36.5°C
2 DS: Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
1.Tn. R Mengatakan
kurang mendapatkan
dukungan sosial dari istri
dan anaknya
2. Tn. R mengatakan
kurangnya informasi
penyakit yang dideritanya
3. Keluarga mengatakan
kurang memahami cara
merawat Tn.R

Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah: Aktual 3/3x1 1 Kadar gula darah Tn. R yang
masih sering tinggi
2. Kemungkinan 1/2x2 1 Pola makan .Tn.R yang
masalah dapat diubah: sudah terbiasa mengkonsumsi
Hanya sebagian makanan cenderung manis
3. Potensi untuk dicegah: 3/3x1 1 Keluarga tercukupi dari segi
Tinggi ekonomi
4. Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1 Masalah ketidakpatuhan Tn.R
Masalah berat harus terhadap diet dan aktivitas
segera ditangani yang dianjurkan untuk
penderita diabetes mellitus
dapat memperbesar terjadinya
Komplikasi
Jumlah 4
2. Manajement kesehatan tidak efektif

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah: 2/3x1 2/3 Apabila tidak dilakukan
Ancaman Kesehatan penanganan secara adekuat
dapat menimbulkan masalah
yang lebih parah
2. Kemungkinan 1/2x2 1 Keluarga menyadari adanya
masalah dapat diubah: masalah namun keluarga
Hanya sebagian kurang mengetahui apa yang
harus dilakukan.
3. Potensi untuk dicegah: 3/3x1 1 Keluarga mempunyai
Tinggi kecukupan sumber daya,
kader kesehatan masyrakat
aktif.
4. Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya
Masalah berat harus masalah terkait dengan
segera ditangani masalah kesehatan yang
dihadapi Tn.R

Jumlah 3,2/3

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak efektif
2. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1. Pemelirahaan Kesehatan Tidak Setelah dilakukan intervensi selama 2x 1. Edukasi program pengobatan (12441):
Efektif kunjungan diharapkan Pemeliharaan
a. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk
Kesehatandengan efektif dengan kriteria
hasil: Pengetahuan: Tingkat meningkatkan pemahaman responden
Pengetahuan
b. pertimbangkan hal yang telah keluarga ketahui
(L.12111).
No Indikator Hasil terkait kondisi kesehatan dan resikonya
1. Kemampuan 2-4 c. Berikan Pendidikan kesehatan keluarga
menjelaskan
tentang suatu topik tentang pentingnya meningkatkan kesehatan
2. Perilaku sesuai 2-4 dan resiko mengabaikan penyakit serta
dengan
pengetahuan Libatkan keluarga untuk memberikan
dukungan pada pasien selama pengobatan
Keterangan:
1 : Menurun
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
2. Kesiapan peningkatkan manajemen Setelah dilakukan kunjungan selama selama Edukasi Kesehatan ( I.1383)
kesehatan
2x kunjungan diharapkan keluarga dapat lebih 1. Diskusi tentang makanan yang tidak boleh di
siap meningkatkan manajemen kesehatan dengan konsumsi oleh penderita Diabetes Millitus
kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan
Manajemen Kesehatan Kelaurga(12105) rutin ke pelayanan kesehatandan konsumsi obat

No Indikator Hasil secara rutin.


1. Kemampuan 3-4 3. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik
menjelaskan
masalah 4. Edukasi pasien terkait pengobatan dan cara
Kesehatan yang mengontrol gula darah
dialami.
2. Aktivitas keluarga 3-4
mengatasi masalah
Kesehatan
Keterangan:

1 : Menurun
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
IMPLEMENTASI

No. DX Keperawatan Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD


1 Pemelirahaan Selasa 09.00 a. Menggunakan Bahasa S: Maratus
Kesehatan Tidak 21/03/23 sederhana Solehah
- Tn. R dan keluarga
Efektif b. Mempertimbangkan hal yang
mengatakan sudah
telah keluarga ketahui terkait
kondisi kesehatan dan memahami apa yang
resikonya dijelaskan perawat
c. Memberikan Pendidikan
dan senang di
kesehatan keluarga tentang
pentingnya meningkatkan edukasi terkait
kesehatan dan resiko Diabetes mellitus.
mengabaikan penyakit
d. Melibatkan keluarga untuk - Tn. R dan keluarga
memberikan dukungan mengatakan paham
padapasien selama
terkait penyebab
pengobatan.
dan cara mengontrol
gula darah.
O:
-Setelah dilakukan penjelasan
Tn. R dan keluarga tampak
memahami apa yang disampaikan
A : Masalah Pemeliharaan
Kesehatan Tidak Efektif

teratasi sebagiandengan

P : Lanjutkn intervensi

- memberikan Pendidikan

kesehatan keluarga tentang

pentingnya meningkatkan

kesehatan dan resiko

mengabaikan penyakit.

- Kontrol pola makan

(Maratus Solehah)

2. Kesiapan peningkatkan Rabu 22/03/23 11:00 1. Mendiskus tentang makanan S: Maratus


manajemen kesehatan WIB Solehah
yang tidak boleh dikonsumsi - Keluarga mengatakan siap
meningkatkan kesehatan,
oleh penderita Diabetes
karena ingin Tn.R cepatsembuh
Millitus - Keluarga mengatakan akan
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan gaya hidup sehat
seperti menjaga pola makan
melakukan pemeriksaanrutin
yang sehat.
ke pelayanan kesehatan dan
konsumsi obat secara O:
rutin. - keluarga menunjukan perilaku
hidup lebih sehat.
3. Menganjurkan pasien untuk
-Tn.R tampak senang ketika
melakukan aktivitas fisik dikunjungi.
A:
4. Mengedukasi pasien terkait
-Kesiapan Peningkatkan
pengobatan dan cara Managemen Kesehatan teratasi
sebagian
mengontrol gula darah
P : lanjut intervensi
-Pantau gaya hidup
-Cek gula darah sewaktu

(Maratus Solehah)
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KEPERAWATAN KLUARGA
SATUAN ACARA PNEYULUHAN DIABETES MELLITUS

Pokok Bahasan : Kesehatan Keluarga


Sub Pokok Bahasan : Diabetes Millitus
Sasaran : Keluarga
Target : Keluarga inti Tn.R
Hari / tanggal : Kamis, 23 Maret 2023 Jam : 12.00
Tempat : Rumah Tn.R

I. Latar Belakang
Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan

penyakit menahun yang dapat diderita seumur hidup (Sihotang,

2017). Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan

metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan

peningkatan gula darah atau sering disebut dengan kondisi

hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin

dari pankreas. Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi

baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Penyakit DM dapat

mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang dimana merupakan

penyakit yang terbilang cukup serius jikatidak secepatnya diberikan

penanganan sehingga mampu meningkatkan penyakit hipertensi dan

infark jantung (Saputri, 2016). Ditambah penjelasan data WHO

(World Health Organization) bahwa, dunia kini didiami oleh 171 juta

penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali lipat, 366 juta pada

tahun 2030. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI juga


menyebutkan bahwa estimasi terakhir IDF (International Diabetes

Federation) pada tahun 2035 terdapat 592 juta orang yang hidup

dengan diabetes di dunia.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum

Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, keluarga


mampu memahami tentangpenyakit Diabetes Millitus.
b. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti proses penyuluhan, keluarga diharapkan dapat


menjelaskan tentang:
1. Keluarga mampu menjelaskan tentang pengertian diabetes
millitus.
2. Keluarga mampu menjelaskan tentang siapa bereesiko tinggi
diabetes mellitus.
3. Keluarga mampu menjelaskan tentang gejala dari diabetes
millitus.

III. Metode
Tanya jawab dan diskusi bersama keluarga Tn.R

IV. Media
Leaflet
V. Materi
Terlampir
VI. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan 5 menit 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan
2. Member pertanyaan apersepsi 3. Mendengarkan
3. Mengkomunikasikan pokok 4. Mendengarkan
bahasan
4. Mengkomunikasikan tujuan

2 Kegiatan Inti 20 menit 1. Memperhatikan


1. Menjelaskan tentang pengertian 2. Bertanya
Diabetes Millitus 3. memperhatikan
2. Menjelaskan tentang Siapa
berisiko tinggi Diabetes Millitus
3. Menjelaskan tentang gejalanya
Diabetes Millitus
4. Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan peserta

3 Penutup 5 menit 1. memperhatikan


1. menyimpulkan materi 2. menjawab
penyuluhan bersama peserta
2. memberikan evaluasi secara
lisan
Memberikan salam penutup
Total 30 Menit

A. Kriterian evaluasi:

4. Keluarga mampu menjelaskan tentang pengertian Diabetes Millitus.

5. Keluarga mampu menjelaskan tentang siapa beresiko tinggi Diabetes


Millitus.

6. Keluarga mampu menjelaskan tentang gejala-gejala Diabetes Millitus

B. Pelaksanaan penyuluhan:

7. Penyuluhan dimulai pada pukul 11.00

8. Peserta penyuluhan selesai pada pukul 11.30


9. Pada sesi tanya jawab muncul

pertanyaan meliputiApa saja

gejala dari Diabetes Mellitus ?

Jawab : Sering buang air kecil (terutama malam hari)

10. Kegiatan penyuluhan selesai pada pukul 12.45

11. Evaluasi pelaksanaan penyuluhan 13.00

VII. Refrensi
1. Sihotang, H.T. 2017. Perancangan aplikasisistem pakar diagnosa diabetes

dengan metode Bayes. Jurnal Mantik Penusa. vol.1(1): 36-41.

2. Bataha, R.G. 2016. Hubungan antara perilakuolahraga dengan kadar gula

darah penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Wolang.

ejournal Keperawatan. vol. 4(1): 1- 7.

3. Simatupang, R. 2017. Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media

leaflet tentang diet DM terhadap pengetahuan pasien DMDI RSUD

Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi.

vol. 1(2): 163-174.


Pelaporan Pendidikan Kesehatan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien


1 11.00 Pembukaan : - Menjawab salam
- Mengucapkan salam - Mendengarkan
- Memperkenalkan diri - Menyetujui kontrak waktu
- Melakukan kontrak waktu
kedepan
- Menjelaskan tujuan
2 11.05 Pelaksanaan : Mendengarkan materi yang
- Menjelaskan tentang pengerti disampaikan
Diabetes Millitus
- Menjelaskan tentang penyebab
Diabetes Millitus
- Menjelaskan tentang
pencegahan Diabetes Millitus.
3 11.30 Evaluasi : Menjawab pertanyaan yang
- Menanyakan kembali Tentang diajukan
materi Diabetes Millitus
4 12.00 Mengakhiri Pertemuan : - Mendengarkan
- Reinforcement positif kepada - Menjawab salam
keluarga
- Mengucapkan terima kasih
kepada keluarga
- Mengakhiri pertemuan dengan
salam

Yogyakarta
Mengetahui pembimbing Klinik Pemberi materi

(Rokhim Istiyono, S.ST., Ns) (Maratus Solehah)


ANALISA JURNAL
PICO

Analisa Jurnal Hasil Penelitian

1. Judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam


pengolahan diet padapasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di
kota semarang
2. Analisa PICO
Tabel Analisa PICO

No Kriteria Jawaban Pembenaran dan Critical Thinking


1. P Populasi Seluruh penderita DM tipe 2 tahun
2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar
sampel adalah 57 responden
2. I Intervensi Intervensi yang dilakukan dalam
jurnal ini menggambarkan bahwa
dukungan petugas memiliki hubungan
yang signifikan sehingga disimpulkan
bahwa dukungan petugas berpengaruh
terhadap kepatuhan diet pasien DM,
dimana semakin baik dukungan
petugas kepada pasien maka akan
semakin baik kepatuhan pasien.
3. C Controling/Comparing Terdapat pembandingan penelitian,
dalam penelitian ini mengambil 57
responden untuk mengetahui
intervensi dukungan yang didapatkan
sebelum dan sesudah diberikan
dukungan
4 O Outcame
Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara umur (p<
0,01),jenis kelamin (p<0,01), dan
peran keluarga (p:<0,01) dengan
kepatuhan dalam pengolahan diet
DM tipe 2. Tidak terdapat hubungan
antara pendidikan (p:0,44), pekerjaan
(p:0,7), pengetahuan (p:0,42), dan
peran petugas kesehatan (p:0,7).
I. Analisa Kritis
Sesuaikan dengan yang ditemukan dalam artikel dan berikan penjelasan

a. Bagaimana level pembuktian artikel/evidence based hirarki evidence based?

Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat dibuktikan karena pada penelitian

ini dalam metode Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik purposive sampling dengan menerapkan kriteria inklusi dan

eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik analisis

menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dengan uji

chisquare.

b. Apa jenis metodologi yang digunakan dalam artikel ?

Jawab : Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross

sectional. Variabel yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status pekerjaan, tingkat pengetahuan,peran keluarga, dan peran

petugas kesehatan, serta kepatuhan pengelolaan diet pada penderitaDM tipe

2. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang

tercatat di rekam medis Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang tahun

2016 (Juli-Desember)dengan teknik pengambilan data yaitu obsevasi dan

wawancara. Penelitian ini melibatkan 57responden.

c. Apakah hasil penelitian reliebel dan relevan dengan kondisi dilapangan?

Jawab : Iya, hasil penelitian ini relevan dengan pasien yang kami kelola

yaitu Adanya dukungan yanhg didapatkan.


d. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan?

Jawab : Etika penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip dalam etika yang

berlaku meliputimerahasiakan identitas responden

e. Bagaimana implikasi dari perawatan?

Jawab : Hasil penelitian dapat kita implikasikan dalam keperawatan yaitu

Dukungan sangatberpengaruh terhadap kesembuihan pasien.

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan penelitian ini Faktor-faktor yang

berhubungan dengankepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2 adalah

umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.

Judul :

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengolahan diet


pada pasien rawat jalandiabetes mellitus tipe 2 di kota semarang
Tahun :

2017
Nama peneliti:

Dita Wahyu Hestiana


Metode :

Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study


Sampling :

Seluruh penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan


besar sampel adalah 57responden
Hasil :

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<


0,01),jenis kelamin (p<0,01), dan peran keluarga (p:<0,01) dengan
kepatuhan dalam pengolahan diet DM tipe 2. Tidak terdapat hubungan
antara pendidikan (p:0,44), pekerjaan (p:0,7), pengetahuan (p:0,42), dan
peran petugaskesehatan (p:0,7).
Kesimpulan :

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan


diet DM tipe 2 adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.
DOKUMENTASI
LEAFLET
JHE 2 (2) (2017)

Jurnal of Health Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


DALAM PENGELOLAAN DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG

Dita Wahyu Hestiana 

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan makan atau diet, aktivitas fisik,
Diterima kontrol gula darah, dan minum obat. Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-90%. Di Puskesmas
Disetujui Tlogosari Wetan, kasus DM tipe 2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di Kota Semarang.
Dipublikasikan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan populasi seluruh
________________ penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar sampel adalah 57 responden.
Keywords: Pengukuran pengelolaan diet dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Compliance, Management of Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<0,01), jenis kelamin (p<
Diet, T2DM. 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01) dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2. Tidak
____________________ terdapat hubungan antara pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7), pengetahuan (p: 0,42), dan
peran petugas kesehatan (p: 0,7).
Simpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.

Abstract
___________________________________________________________________
Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to December
31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done by using a
questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health officer
(p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com

138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

PENDAHULUAN Kota semarang menempati urutan ketiga


dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Dinas
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kasus DM tipe
penyakit menahun yang ditandai dengan kadar 2 di Kota Semarang pada tahun 2014 sebesar
glukosa darah (gula darah) melebihi normal 15.464 kasus, hal ini mengalami peningkatan
yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar
dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di 13.112 kasus. Pada tahun 2015, menurut data
atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan
2006). DM dikenal sebagai silent killer karena bahwa kasus tertinggi terdapat di Puskesmas
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan Tlogosari Wetan. Dari data rekam medik
saat diketahui sudah terjadi komplikasi Puskesmas Tlogosari Wetan didapatkan laporan
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang data kesakitan penyakit tidak menular,
hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai khususnya DM non insulin yaitu sebesar 530
dari kulit sampai jantung yang menimbulkan kasus, dengan tingkat kejadian paling banyak
komplikasi. adalah pada usia 45-65 tahun dan pada jenis
International Diabetes Federation (IDF) kelamin wanita. Dari studi pendahuluan
menyebutkan bahwa prevalensi diabetes didapatkan bahwa tingkat kepatuhan pasien
mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah diabetes belum dapat dikatakan baik, ditandai
menjadikan DM sebagai penyebab kematian dengan frekuensi kedatangan pasien untuk
urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 melakukan pengobatan DM yang tidak
angka kejadian diabetes di dunia adalah mengalami penurunan. Selain itu petugas juga
sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi menjelaskan program-program yang dilakukan
kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dalam penanggulangan diabetes melitus di
dunia. Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2 puskesmas Tlogosari Wetan meliputi penemuan
sebanyak 85-90% (Bustan, 2015). kasus, pengobatan dan perawatan penderita,
Data laporan WHO tahun 2003 dan penyuluhan langsung pada penderita yang
menunjukkan hanya 50% pasien DM di negara berkunjung ke puskesmas dengan pengelolaan
maju mematuhi pengobatan yang diberikan. meliputi diet, olahraga, dan obat.
Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi Menurut konsensus Perhimpunan
komplikasi. Timbulnya komplikasi mempe- Endoktrinologi Indonesia (PERKENI, 2011),
ngaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi pilar pengendalian DM meliputi latihan
perekonomian. jasmani, terapi gizi medis, intervensi
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia farmakologis, dan edukasi. Keberhasilan proses
pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka kontrol terhadap penyakit DM salah satunya
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam
2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) mengelola pola makan atau diet sehari-hari. Hal
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes ini agar mencegah timbulnya komplikasi dari
mellitus yang cukup berarti. penyakit DM. Prinsip pengaturan makan pada
Prevalensi untuk Provinsi Jawa Tengah penderita DM hampir sama dengan anjuran
sebesar (1,9%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah tahun 2015 yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
sebanyak 99.646 kasus. Hal ini berbeda dengan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus Penderita diabetes melitus perlu ditekankan
diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431 kasus pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
(0,29%). Pada tahun 2013 kasus diabetes makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
mellitus tipe 2 di Jawa Tengah yaitu sebesar pada mereka yang menggunakan obat penurun
142.925 (0,43%) kasus, sedangkan pada tahun glukosa darah atau insulin. Menurut Di Matteo
2012 sebesar 181.543 (0,55%) kasus. (2004) menunjukkan bahwa populasi penderita

139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

DM adalah populasi yang terendah kepatuhan berjenis kelamin perempuan sebanyak 41


(67,5%) dalam tindakan medis yang dianjurkan penderita (71,9%), sedangkan pada responden
dibandingkan 16 penyakit utama lain. laki-laki sebanyak 16 penderita (28,1%).
Kendala utama pada penanganan diet Berdasarkan tabel 1, terdapat hubungan
DM adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti antara umur dengan kepatuhan dalam
terapi diet yang sangat diperlukan untuk pengelolaan diet pada pasien rawat jalan
mencapai keberhasilan. Meskipun diperlukan penderita DM tipe 2. Dari analisis diperoleh
pola makan atau diet yang sesuai dengan nilai PR = 9,12, artinya responden yang
perintah dokter, namun kenyataannya tingkat termasuk dalam kategori umur dewasa memiliki
kepatuhan penderita dalam menjalankan risiko 10 kali lebih besar terhadap rendahnya
program manajemen penyakit tidak cukup baik. kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam
Permasalahan seperti ini menjadi tantangan penelitian ini kategori usia dewasa lebih
dalam penanggulangan penyakit diabetes dominan daripada yang berusia dalam kategori
melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk lansia. Sehingga tabel menunjukkan bahwa
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada responden dewasa lebih tinggi dibandingkan
penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja lansia. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang. responden yang menderita DM tipe 2 berusia
antara 45-60 tahun atau dalam kategori dewasa.
METODE Umur dewasa merupakan usia pra lansia,
dimana fungsi dan integrasi mulai mengalami
Jenis penelitian ini menggunakan
penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
rancangan penelitian cross sectional. Variabel
aktivitas sudah mulai berkurang sehingga
yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, tingkat
muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
pendidikan, status pekerjaan, tingkat
status kesehatan menurun.
pengetahuan, peran keluarga, dan peran petugas
Hal ini sejalan dengan penelitian
kesehatan, serta kepatuhan pengelolaan diet
Trisnawati (2013) bahwa adanya hubungan
pada penderita DM tipe 2.
yang signifikan pada kelompok umur lebih dari
Populasi pada penelitian ini adalah
45 tahun yang lebih beresiko menderita DM tipe
seluruh penderita DM tipe 2 yang tercatat di
2. Didapatkan hasil penderita DM lebih banyak
rekam medis Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
pada kelompok umur dewasa daripada lansia.
Semarang tahun 2016 (Juli-Desember) dengan
Dengan bertambahnya usia maka terjadi
teknik pengambilan data yaitu obsevasi dan
penurunan fungsi pendengaran, penglihatan dan
wawancara. Penelitian ini melibatkan 57
daya ingat seorang pasien sehingga pada pasien
responden. Teknik pengambilan sampel yang
usia lanjut akan lebih sulit menerima informasi
digunakan adalah teknik purposive sampling
dan akhirnya salah paham mengenai instruksi
dengan menerapkan kriteria inklusi dan
yang diberikan oleh petugas kesehatan.
eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan
Penelitian ini tidak sejalan dengan
kuesioner. Teknik analisis menggunakan
penelitian Liu (2004) mempelajari kemampuan
analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat
orang dewasa yang lebih tua untuk mengingat
dengan uji chi square.
dalam memantau glukosa mereka sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN empat kali dalam waktu yang sudah ditentukan.
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak
Pada analisis variabel umur, responden ada hubungan antara usia dengan kepatuhan
dengan kategori dewasa (20-59 tahun) sebanyak dalam pengelolaan kepatuhan diet DM.
43 responden (75,4%) dan kategori lansia (≥60 Berdasarkan tabel 1, pada variabel jenis
tahun) sebanyak 14 responden (24,6%). Pada kelamin, terdapat hubungan antara jenis
variabel jenis kelamin, sebagian besar responden kelamin dengan kepatuhan dalam pengelolaan

140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)

diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet
2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 2,39, pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang tidak
artinya responden yang berjenis kelamin sejalan adalah dalam penelitian Tania (2016)
perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar menunjukkan persentase responden yang ikut
terhadap rendahnya kepatuhan dalam dalam penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
pengelolaan diet. Dalam penelitian ini juga lebih banyak (51%) dibandingkan perempuan
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan (49%). Namun, pada uji statistik Tania (2016)
pengelolaan diet pada responden perempuan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
jenis kelamin dalam melakukan pengelolaan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.
diet tidak menjadi suatu masalah. Karena Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan kepatuhan diet dapat disebabkan karena
maupun laki-laki sangat penting untuk jenis kelamin bukan merupakan faktor yan
melakukan pengelolaan diet agar dapat berhubungan langsung dengan perilaku
mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset kepatuhan seperti yang diungkapkan dalam
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan teori Health Belief Model atau model kepercayaan
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini kesehatan.
dikarenakan beberapa faktor risiko Penelitian lain yang tidak sejalan adalah
menyebabkan tingginya kejadian DM pada menurut Nugroho (2017) menyatakan dalam
perempuan. penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Wong bermaknsa antara jenis kelamin dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan diet penderita DM dengan jumlah

141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

laki-laki sebanyak 77% lebih patuh daripada Penelitian Prabowo (2015) menunjukkan antara
perempuan sebanyak 50,8% patuh. tingkat pendidikan dan kepatuhan diet pasien
Pada variabel pendidikan, tidak ada DM tipe 2 pada usia dewasa tidak memiliki
hubungan antara tingkat pendidikan dengan hubungan yang bermakna, terlihat bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien kecenderungan kepatuhan diet lebih tinggi
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada dilakukan oleh reposnden yang mempunyai
penelitian ini menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi (61,4%) dibandingkan
dengan pendidikan rendah lebih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah
daripada yang berpendidikan tinggi. Sehingga (43,3%), dengan nilai p = 0,147 atau lebih dari
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan 0,05.
pengelolaan diet pada responden yang Penelitian Tombokan (2015) tidak sejalan
berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu adanya
dengan responden yang memiliki latar belakang perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Pengelolaan diet yang menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan
tidak dijalani dengan baik dapat disebabkan yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,043,
karena kurangnya pengetahuan responden dimana penderita dengan pendidikan yang lebih
terhadap pentingnya menjaga pola makan agar tinggi lebih patuh dalam menjalani diet
terhindar dari munculnya komplikasi dari daripada penderita dengan tingkat pendidikan
penyakit DM tipe 2. Pengetahuan berkaitan menengah.
dengan pendidikan, karena pendidikan Pada variabel pekerjaan, tidak ada
merupakan suatu proses belajar yang mampu hubungan antara antara status pekerjaan dengan
mengubah tingkah laku seseorang untuk kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
mencapai kualitas hidup. Sehingga semakin rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penelitian ini responden yang memiliki status
dalam melakukan pengelolaan diet. tidak bekerja lebih banyak daripada yang
Secara teori, seseorang dengan bekerja. Sedangkan berdasarkan tabel 1 dapat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang pengelolaan diet pada responden yang bekerja
berpendidikan tinggi lebih mudah memahami lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dan mematuhi perilaku diet dibandingkan yang tidak bekerja.
dengan orang yang berpendidikan rendah. Menurut penelitian Witasari (2009)
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk pada orang yang bekerja, karena setiap orang
menyerap informasi dan mengimplemen- yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal
tasikannya dalam perilaku dan gaya hidup yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
sehari-hari, khususnya dalam mematuhi pengelolaan diet. Dalam penelitiannya juga
pengelolaan diet DM. Menurut Heryati (2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan status pekerjaan dengan pengelolaan diet pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas penderita DM tipe 2.
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
pendidikannya lebih rendah karena pendidikan kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
merupakan dasar utama untuk keberhasilan penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
dalam pengobatan. hubungan antara status pekerjaan dengan
Beberapa penelitian di Indonesia juga kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe 2.
menunjukkan hasil yang serupa dengan Penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan
penelitian ini dimana tingkat pendidikan tidak yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola
memiliki pengaruh yang signifikan dengan diet dibandingkan dengan orang yang memiliki
kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang

142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

yang mempunyai pendapatan rendah lebih kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
sedikit berpeluang untuk membeli makanan rawat jalan penderita DM tipe 2. Dapat
yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang disimpulkan bahwa responden yang memiliki
berpendapatan tinggi. peran keluarga yang baik lebih banyak daripada
Pada variabel pengetahuan, tidak ada yang memiliki peran keluarga kurang. Sehingga
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada responden yang memiliki peran keluarga baik
penelitian ini responden yang memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan responden
pengetahuan baik lebih banyak daripada yang memiliki peran keluarga yang kurang.
responden yang tingkat pengetahuannya Karena responden yang memiliki dukungan
kurang. Sehingga berdasarkan tabel 1 keluarga yang baik sehingga selalu mengawasi
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan penatalaksanaan penyakit DM yang sesuai
pengelolaan diet pada responden yang memiliki dengan saran petugas kesehatan seperti
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi konsumsi obat secara teratur, menjaga pola
dibandingkan dengan responden yang memiliki makan sehari-hari dan menjaga aktivitas fisik
latar belakang tingkat pengetahuan kurang. Hal agar terhindar dari komplikasi.
ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki Penelitian Senuk (2013) menggambarkan
responden mengenai diabetes dan dalam hasil bahwa dukungan keluarga mempunyai
penatalaksanaan diet akan menimbulkan hubungan dengan kepatuhan dalam menjalani
kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan diet DM. Hasil tersebut juga didukung oleh
membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa penelitian dari Susanti (2013) yang menyatakan
yang mereka ketahui. bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terhadap kepatuhan diet pasien.
yang dilakukan oleh Tania (2016) pada pasien Penelitian yang dilakukan Febriani
rawat jalan DM tipe 2 di RSUP Fatmawati, (2016), juga menyatakan bahwa ada hubungan
menyatakan bahwa responden yang mempunyai antara sikap dengan pengelolaan DM.
tingkat pengetahuan baik 12,5 kali lebih patuh Menurutnya, untuk mencapai tujuan
dalam diet dibandingkan dengan responden pengelolaan DM yang baik perlu dilakukan
yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan
juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan metabolik yang terjadi. Salah satu usahanya
menjadi faktor risiko terhadap kepatuhan diet adalah dengan menyikapi penyakit yang
yang dijalankan pasien DM tipe 2. diderita dengan baik. Sikap yang baik
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku dalam mengelola DM.
menghambat perilaku kepatuhan dalam Semakin baik sikap pasien maka pengelolaan
kesehatan karena penderita akan sulit untuk DM pasien tersebut juga semakin baik.
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan, Pada variabel peran petugas kesehatan,
sehingga penderita diabetes mellitus yang tidak ada hubungan antara peran petugas
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih kesehatan dengan kepatuhan dalam pengelolaan
paham dan mengerti mengenai anjuran dalam diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe
mengelola diet. Hasil penelitian Senuk (2013) 2. Dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana memiliki peran petugas kesehatan yang baik
penelitian senuk menunjukkan bahwa lebih banyak daripada yang peran petugas
pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatannya kurang. Sehingga berdasarkan
kepatuhan dalam menjalani diet diabetes tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
mellitus dengan hasil p value sebesar 0,023. pengelolaan diet pada responden yang memiliki
Pada variabel peran keluarga, terdapat dukungan petugas kesehatan yang baik lebih
hubungan antara peran keluarga dengan tinggi dibandingkan dengan responden yang

143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

memiliki latar belakang pendidikan yang dalam penelitian dan pihak-pihak lain yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran telah membantu jalannya penelitian ini.
petugas kesehatan sudah baik dalam
mendukung perilaku pasien DM dalam DAFTAR PUSTAKA
mematuhi pengelolaan diet agar dapat
Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012). Perbedaan
mencegah timbulnya komplikasi.
Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan
Penelitian ini sejalan dengan Akmal Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia: Studi
yang bermakna antara peran petugas kesehatan Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr.
pasien DM dengan persentase pengaruh sebesar Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda
93,3%. Dukungan tenaga kesehatan sangat DiMatteo, M.R. (2004). Variations in Patient’s
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, Adherence to Medical Recommendation: A
Quantitative Review of 50 Years of Research.
misalnya dengan adanya komunikasi. Hal ini
Medical Care, 43 (3): 200-209
sesuai dengan teori yang ada, dimana petugas
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil
kesehatan merupakan orang pertama yang Keehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang:
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien Dinas Kesehatan Jawa Tengah
sehingga mereka memiliki peran yang besar Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya
dalam menyampaikan informasi mengenai Sikap Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
dilakukan oleh pasien untuk proses Kediri, 7(1)
kesembuhannya. Komunikasi ini dapat Heryati, G.S., 2014. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa
Diabetes Mellitus pada Pasien DM. Jurnal
penyuluhan.
Keperawatan, 1(3): 97-107.
Penelitian ini diperkuat dengan adanya Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
penelitian Senuk (2013) yang menggambarkan 2014. Jakarta: Kemenkes RI
bahwa dukungan petugas memiliki hubungan Liu, L. L., & Park, D. C. (2004). Aging and Medial
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa Adherence: The Use of Automatic Processes
dukungan petugas berpengaruh terhadap to Achieve Effortful Things. Psychology and
kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin Aging, 19, 318-325
baik dukungan petugas kepada pasien maka Macgilchrist, C., Paul, L., Ellis, B.M., Howe, T.E.,
Kennon, B. and Godwin, J. (2010).
akan semakin baik kepatuhan pasien.
Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People
With Diabetes Mellitus. Diabetic medicine,
PENUTUP
27(2):162-168.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus, Mengenali
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi.
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
Jakarta: Pustaka Populer Obor
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga. Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap
UCAPAN TERIMA KASIH Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Bulusulur.
Peneliti mengucapkan terimakasih
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Palandeng, H.M., (2015). Prevalensi Hipertensi dan
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas Kota
Dosen Pembimbing atas terlaksananya kegiatan Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran
penelitian dengan lancar. Terimakasih juga Komunitas dan Tropik, 3(4).
peneliti sampaikan kepada Petugas Puskesmas PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Tlogosari Wetan yang bersedia berpartisipasi Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkeni.

144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015). Hubungan di SMKN 2 Baleendah Bandung. Keperawatan,
Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan 4(1).
Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes Tombokan, V. (2015). Faktor-faktor yang
Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Pasien Diabetes Melitus pada Praktek Dokter
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 4(2) Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 5(3).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Trisnawati, S. K.., & Setyorono, S. (2013). Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Kementerian RI tahun 2013 Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Senuk, A., Supit, W., dan Onibala, F. (2013). Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan (1): 1-11
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Witasari, U., Rahmawaty, S. and Zulaekah, S., 2009.
Diabetes Mellitus di Poliklinik RSUD Kota Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Karbohidrat, dan Serat dengan Pengendalian
ejournal Keperawatan, 1 (1): 1-7 Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Susanti. M. L. and Sulistyarini, T., (2013). Dukungan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains
Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet & Teknologi, 10(2): 130-138
Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Wong, M.., Gucciardi, E., Li, L. and Grace, S.L.
Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 6(1) (2005). Gender And Nutrition Management
Tania, M., 2016. Hubungan Pengetahuan Remaja In Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Dietetic
dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan Practice and Research, 66 (4):215-220

145

Anda mungkin juga menyukai