R DENGAN MASALAH
KESEHATAN DIABETES MELLITUS DI PADUKUHAN SUNGAPAN
ARGODADI, SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Yessy Putri 2017).
akan tetapi bisa dikontrol dengan ditandai meningkatnya kadar guladalam darah
dengan penderita diabetes melitus tertinggi yaitu daerah DKI Jakarta, dengan
kasus diabetes melitus sebanyak 3,4% sedangkan pada urutan kedua Kalimantan
terbanyak dengan kasus sebesar 3,1% untuk itu pada posisi urutan ketiga
Sulawesi Utara dengan kasus sebanyak 3% dan terendah yaitu daerah Nusa
A. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
2017). Keluarga sebagai unityang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
(Stuart,2014).
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
layaknya suami-istri
(Widagdo,2016)
anggota keluargayangsakit
meningkatkankesehatan
et al., 2010) :
budaya keluarga.
kesehatan.
keluarga
kedudukannya masing-masing.
lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas sosial
lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah. Faktor
7. Diabetes Mellitus
a. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus didefinisikan oleh World Health Organization
diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare,
2015). Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan
akan koma.
2) Gejala kronis yang muncul antara lain :
d. Mengalami kram
e. Cepat mengantuk
keguguran danprematuritas.
1. Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada
2. komlpikasi Kronis
f. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bentuk utama
(Nursalam,2011).
2011).
PENGKAJIAN KELUARGA
Penjajakan I
A. Data Umum :
1) Nama Kepala Keluarga : Tn. R
2) Umur : 45 tahun
3) Alamat : Rt 81, Dusun Sungapan, Sedayu.
4) Pekerjaan Kepala Keluarga : Petani
5) Agama : Islam
6) Suku bangsa : Jawa
7) Komposisi keluarga :
Genogram:
X X X X
Keterangan:
: Pasien : Meninggal
: Laki-laki : Menikah
Kamar
Dapur WC 1
Ruang Tamu Halaman
Rumah
Kamar
2
2. Karakteristik rumah
Rumah yang ditinggali oleh keluarga merupakan rumah sendiri. Tipe
rumah permanen. Kondisi di dalam rumah cukup terang, ada 3 jendela yang
cukup besar sehingga cahaya dan sirkulasi udara cukup, rumah tampak bersih.
Tn.R mengatakan terkadang ada semut di lingkungan rumah.
Pembuangansampah dibuang di tempat pembuangan akhir. Keluarga tidak
memiliki hewan peliharaan.
3. Karakteritik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Lingkungan rumah merupakan daerah pedesaan yang masih asri, banyak
pepohonan. Fasilitas umum seperti sekolah TK dan SD berjarak 1 km, pasar 4
km, puskesmas 3 km. Alat transportasi yang biasa digunakan yaitu sepeda motor,
Kondisi jalan di lingkungan rumah menggunakan jalan aspal. Kegiatan
siskamling/ ronda sudah jarang dilakukan karena pengaruh oleh penyakitnya.
4. Mobilisasi geografis keluarga
Keluarga Tn. R tinggal di lingkungan saat ini sudah lebih 20 tahun.
5. Hubungan keluarga dengan fasilitas kesehatan dalam komunitas
Tn.R setiap minggu kedatangan home care di rumah, Ny.D sering berinteraksi
dengankader-kader kesehatan di lingkungan
6. Sarana pendukung keluarga
Keluarga jika mengalami kesulitan, akan minta tolong ke saudara terdekat/
tetangga. Dapur WC Kamar 1 Ruang Tamu Halaman Rumah Kamar 2 Keluarga
memiliki asuransi kesehatan berupa BPJS.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi
Anggota keluarga mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dilakukan
dengan terbuka, berdiskusi untuk menemukan solusi.
2. Struktur kekuasaan
Pengambilan keputusan didalam keluarga dilakukan setelah diskusi. Pengambilan
keputusan lebih dominan pada Tn. R
3. Struktur peran
Dalam keluarga, Tn. R berperan sebagai tulang punggung yang mencari nafkah
sementara Ny. D setiap harinya pergi ke pasar..
4. Struktur nilai-nilai keluarga
Orangtua mengajarkan sopan santun kepada anak-anak
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hubungan antara suami istri baik. Hubungan orangtua dengan anak baik.
2. Fungsi sosialisasi
Tn.R dan Ny.L memiliki peran yang sama dalam menanamkan disiplin dan norma pada
anak yaitu mengajarkan aturan dalam agama sesuai yang dianut yaitu ajaran agama
Islam
3. Fungsi keperawatan kesehatan
a) Mengenal masalah:
Keluarga Tn.R mengatakan kurang memahami masalah yang dihadapi saat
ini.
b) Mengambil keputusan:
Keluarga mengambil keputusan dalam suatu permasalahan dengan diskusi
terlebih dahulu. Jika ada anggota keluarga yang sakit, akan dibawa ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Dan menghubungi tenaga kesehatan terdekat.
c) Merawat anggota keluarga:
Tn. R dan Ny. D mengatakan sebelumnya belum mengetahui cara agar Tn.
R patuh menjalani diet supaya hasil pengobatan yang dilakukan selama ini
lebih optimal.
d) Modifikasi lingkungan:
Tipe rumah permanen. Kondisi di dalam rumah cukup terang, ada 3 jendela
yang cukup besar sehingga cahaya dan sirkulasi udara cukup, rumah tampak
bersih.
e) Memanfaatkan pelayanan kesehatan:
Keluarga sering periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) jika
mengalami masalah kesehatan cukup serius yang tidak sembuh setelah
dibelikan obat sendiri ke apotek
4. Fungsi reproduksi
Tn.R dan Ny. D berniat menambah keturunan walaupun usia yang sudah tua.
F. Stress dan koping keluarga
Tn. R dan Ny. D khawatir dengan Tn. R yang pola hidupnya tidak sehat dan hanya
mengandalkan obat dari dokter untuk mengontrol gula darahnya
G. Harapan keluarga
Tn. R dan Ny. D berharap agar Tn. R patuh dengan anjuran tenaga kesehatanyang
menganjurkan menjaga pola makan, membatasi beberapa makanan pantangan dan
melakukan olahraga rutin.
H. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis. GCS 15
Tanda – tanda Vital :
I. Kepala :
K. Abdomen :
kiri ada luka Diabetess Melitus kekuatan otot 5 . ada edema pada kaki
sebelah kiri.
Ny. D = kedua tangan dan kaki dapat bergerak, kekuatan otot 5. Tidak ada
PENJAJAKAN II
A. Mengenal masalah
1. Pengertian
diabetes mellitus
2. Penyebab
mengkonsumsi gula
Tn. R mengatakan tanda gejala diabetes mellitus yaitu sering BAK dan kadar
guladarah tingg
B. Mengambil keputusan
keluarga
pilihan
Tn. R dan keluarga mengatakan selalu percaya kepada tenaga kesehatan dalam
Tn. R dan keluarga apabila merasa tidak enak badan akan membeli obat di
apotek, dan apabila gejala yang dirasakan tidak kunjung berkurang atau
setiap seminggu sekali ada perawatan home care yang datang untuk melakukan
perawatan luka.
2. Cara-cara pencegahan
Selalu menjaga pola makan, tidak pernah telat makan, akan tetapi masih sering
Jumlah 3,2/3
1 : Menurun
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
IMPLEMENTASI
teratasi sebagiandengan
P : Lanjutkn intervensi
- memberikan Pendidikan
pentingnya meningkatkan
mengabaikan penyakit.
(Maratus Solehah)
(Maratus Solehah)
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KEPERAWATAN KLUARGA
SATUAN ACARA PNEYULUHAN DIABETES MELLITUS
I. Latar Belakang
Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan
(World Health Organization) bahwa, dunia kini didiami oleh 171 juta
penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali lipat, 366 juta pada
Federation) pada tahun 2035 terdapat 592 juta orang yang hidup
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
III. Metode
Tanya jawab dan diskusi bersama keluarga Tn.R
IV. Media
Leaflet
V. Materi
Terlampir
VI. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan 5 menit 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan
2. Member pertanyaan apersepsi 3. Mendengarkan
3. Mengkomunikasikan pokok 4. Mendengarkan
bahasan
4. Mengkomunikasikan tujuan
A. Kriterian evaluasi:
B. Pelaksanaan penyuluhan:
VII. Refrensi
1. Sihotang, H.T. 2017. Perancangan aplikasisistem pakar diagnosa diabetes
Yogyakarta
Mengetahui pembimbing Klinik Pemberi materi
Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat dibuktikan karena pada penelitian
chisquare.
Jawab : Iya, hasil penelitian ini relevan dengan pasien yang kami kelola
Judul :
2017
Nama peneliti:
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to December
31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done by using a
questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health officer
(p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.
Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com
138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)
diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet
2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 2,39, pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang tidak
artinya responden yang berjenis kelamin sejalan adalah dalam penelitian Tania (2016)
perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar menunjukkan persentase responden yang ikut
terhadap rendahnya kepatuhan dalam dalam penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
pengelolaan diet. Dalam penelitian ini juga lebih banyak (51%) dibandingkan perempuan
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan (49%). Namun, pada uji statistik Tania (2016)
pengelolaan diet pada responden perempuan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
jenis kelamin dalam melakukan pengelolaan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.
diet tidak menjadi suatu masalah. Karena Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan kepatuhan diet dapat disebabkan karena
maupun laki-laki sangat penting untuk jenis kelamin bukan merupakan faktor yan
melakukan pengelolaan diet agar dapat berhubungan langsung dengan perilaku
mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset kepatuhan seperti yang diungkapkan dalam
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan teori Health Belief Model atau model kepercayaan
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini kesehatan.
dikarenakan beberapa faktor risiko Penelitian lain yang tidak sejalan adalah
menyebabkan tingginya kejadian DM pada menurut Nugroho (2017) menyatakan dalam
perempuan. penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Wong bermaknsa antara jenis kelamin dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan diet penderita DM dengan jumlah
141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
laki-laki sebanyak 77% lebih patuh daripada Penelitian Prabowo (2015) menunjukkan antara
perempuan sebanyak 50,8% patuh. tingkat pendidikan dan kepatuhan diet pasien
Pada variabel pendidikan, tidak ada DM tipe 2 pada usia dewasa tidak memiliki
hubungan antara tingkat pendidikan dengan hubungan yang bermakna, terlihat bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien kecenderungan kepatuhan diet lebih tinggi
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada dilakukan oleh reposnden yang mempunyai
penelitian ini menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi (61,4%) dibandingkan
dengan pendidikan rendah lebih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah
daripada yang berpendidikan tinggi. Sehingga (43,3%), dengan nilai p = 0,147 atau lebih dari
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan 0,05.
pengelolaan diet pada responden yang Penelitian Tombokan (2015) tidak sejalan
berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu adanya
dengan responden yang memiliki latar belakang perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Pengelolaan diet yang menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan
tidak dijalani dengan baik dapat disebabkan yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,043,
karena kurangnya pengetahuan responden dimana penderita dengan pendidikan yang lebih
terhadap pentingnya menjaga pola makan agar tinggi lebih patuh dalam menjalani diet
terhindar dari munculnya komplikasi dari daripada penderita dengan tingkat pendidikan
penyakit DM tipe 2. Pengetahuan berkaitan menengah.
dengan pendidikan, karena pendidikan Pada variabel pekerjaan, tidak ada
merupakan suatu proses belajar yang mampu hubungan antara antara status pekerjaan dengan
mengubah tingkah laku seseorang untuk kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
mencapai kualitas hidup. Sehingga semakin rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penelitian ini responden yang memiliki status
dalam melakukan pengelolaan diet. tidak bekerja lebih banyak daripada yang
Secara teori, seseorang dengan bekerja. Sedangkan berdasarkan tabel 1 dapat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang pengelolaan diet pada responden yang bekerja
berpendidikan tinggi lebih mudah memahami lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dan mematuhi perilaku diet dibandingkan yang tidak bekerja.
dengan orang yang berpendidikan rendah. Menurut penelitian Witasari (2009)
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk pada orang yang bekerja, karena setiap orang
menyerap informasi dan mengimplemen- yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal
tasikannya dalam perilaku dan gaya hidup yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
sehari-hari, khususnya dalam mematuhi pengelolaan diet. Dalam penelitiannya juga
pengelolaan diet DM. Menurut Heryati (2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan status pekerjaan dengan pengelolaan diet pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas penderita DM tipe 2.
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
pendidikannya lebih rendah karena pendidikan kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
merupakan dasar utama untuk keberhasilan penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
dalam pengobatan. hubungan antara status pekerjaan dengan
Beberapa penelitian di Indonesia juga kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe 2.
menunjukkan hasil yang serupa dengan Penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan
penelitian ini dimana tingkat pendidikan tidak yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola
memiliki pengaruh yang signifikan dengan diet dibandingkan dengan orang yang memiliki
kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang
142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
yang mempunyai pendapatan rendah lebih kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
sedikit berpeluang untuk membeli makanan rawat jalan penderita DM tipe 2. Dapat
yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang disimpulkan bahwa responden yang memiliki
berpendapatan tinggi. peran keluarga yang baik lebih banyak daripada
Pada variabel pengetahuan, tidak ada yang memiliki peran keluarga kurang. Sehingga
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada responden yang memiliki peran keluarga baik
penelitian ini responden yang memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan responden
pengetahuan baik lebih banyak daripada yang memiliki peran keluarga yang kurang.
responden yang tingkat pengetahuannya Karena responden yang memiliki dukungan
kurang. Sehingga berdasarkan tabel 1 keluarga yang baik sehingga selalu mengawasi
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan penatalaksanaan penyakit DM yang sesuai
pengelolaan diet pada responden yang memiliki dengan saran petugas kesehatan seperti
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi konsumsi obat secara teratur, menjaga pola
dibandingkan dengan responden yang memiliki makan sehari-hari dan menjaga aktivitas fisik
latar belakang tingkat pengetahuan kurang. Hal agar terhindar dari komplikasi.
ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki Penelitian Senuk (2013) menggambarkan
responden mengenai diabetes dan dalam hasil bahwa dukungan keluarga mempunyai
penatalaksanaan diet akan menimbulkan hubungan dengan kepatuhan dalam menjalani
kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan diet DM. Hasil tersebut juga didukung oleh
membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa penelitian dari Susanti (2013) yang menyatakan
yang mereka ketahui. bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terhadap kepatuhan diet pasien.
yang dilakukan oleh Tania (2016) pada pasien Penelitian yang dilakukan Febriani
rawat jalan DM tipe 2 di RSUP Fatmawati, (2016), juga menyatakan bahwa ada hubungan
menyatakan bahwa responden yang mempunyai antara sikap dengan pengelolaan DM.
tingkat pengetahuan baik 12,5 kali lebih patuh Menurutnya, untuk mencapai tujuan
dalam diet dibandingkan dengan responden pengelolaan DM yang baik perlu dilakukan
yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan
juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan metabolik yang terjadi. Salah satu usahanya
menjadi faktor risiko terhadap kepatuhan diet adalah dengan menyikapi penyakit yang
yang dijalankan pasien DM tipe 2. diderita dengan baik. Sikap yang baik
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku dalam mengelola DM.
menghambat perilaku kepatuhan dalam Semakin baik sikap pasien maka pengelolaan
kesehatan karena penderita akan sulit untuk DM pasien tersebut juga semakin baik.
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan, Pada variabel peran petugas kesehatan,
sehingga penderita diabetes mellitus yang tidak ada hubungan antara peran petugas
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih kesehatan dengan kepatuhan dalam pengelolaan
paham dan mengerti mengenai anjuran dalam diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe
mengelola diet. Hasil penelitian Senuk (2013) 2. Dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana memiliki peran petugas kesehatan yang baik
penelitian senuk menunjukkan bahwa lebih banyak daripada yang peran petugas
pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatannya kurang. Sehingga berdasarkan
kepatuhan dalam menjalani diet diabetes tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
mellitus dengan hasil p value sebesar 0,023. pengelolaan diet pada responden yang memiliki
Pada variabel peran keluarga, terdapat dukungan petugas kesehatan yang baik lebih
hubungan antara peran keluarga dengan tinggi dibandingkan dengan responden yang
143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
memiliki latar belakang pendidikan yang dalam penelitian dan pihak-pihak lain yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran telah membantu jalannya penelitian ini.
petugas kesehatan sudah baik dalam
mendukung perilaku pasien DM dalam DAFTAR PUSTAKA
mematuhi pengelolaan diet agar dapat
Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012). Perbedaan
mencegah timbulnya komplikasi.
Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan
Penelitian ini sejalan dengan Akmal Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia: Studi
yang bermakna antara peran petugas kesehatan Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr.
pasien DM dengan persentase pengaruh sebesar Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda
93,3%. Dukungan tenaga kesehatan sangat DiMatteo, M.R. (2004). Variations in Patient’s
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, Adherence to Medical Recommendation: A
Quantitative Review of 50 Years of Research.
misalnya dengan adanya komunikasi. Hal ini
Medical Care, 43 (3): 200-209
sesuai dengan teori yang ada, dimana petugas
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil
kesehatan merupakan orang pertama yang Keehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang:
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien Dinas Kesehatan Jawa Tengah
sehingga mereka memiliki peran yang besar Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya
dalam menyampaikan informasi mengenai Sikap Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
dilakukan oleh pasien untuk proses Kediri, 7(1)
kesembuhannya. Komunikasi ini dapat Heryati, G.S., 2014. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa
Diabetes Mellitus pada Pasien DM. Jurnal
penyuluhan.
Keperawatan, 1(3): 97-107.
Penelitian ini diperkuat dengan adanya Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
penelitian Senuk (2013) yang menggambarkan 2014. Jakarta: Kemenkes RI
bahwa dukungan petugas memiliki hubungan Liu, L. L., & Park, D. C. (2004). Aging and Medial
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa Adherence: The Use of Automatic Processes
dukungan petugas berpengaruh terhadap to Achieve Effortful Things. Psychology and
kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin Aging, 19, 318-325
baik dukungan petugas kepada pasien maka Macgilchrist, C., Paul, L., Ellis, B.M., Howe, T.E.,
Kennon, B. and Godwin, J. (2010).
akan semakin baik kepatuhan pasien.
Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People
With Diabetes Mellitus. Diabetic medicine,
PENUTUP
27(2):162-168.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus, Mengenali
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi.
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
Jakarta: Pustaka Populer Obor
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga. Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap
UCAPAN TERIMA KASIH Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Bulusulur.
Peneliti mengucapkan terimakasih
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Palandeng, H.M., (2015). Prevalensi Hipertensi dan
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas Kota
Dosen Pembimbing atas terlaksananya kegiatan Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran
penelitian dengan lancar. Terimakasih juga Komunitas dan Tropik, 3(4).
peneliti sampaikan kepada Petugas Puskesmas PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Tlogosari Wetan yang bersedia berpartisipasi Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkeni.
144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015). Hubungan di SMKN 2 Baleendah Bandung. Keperawatan,
Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan 4(1).
Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes Tombokan, V. (2015). Faktor-faktor yang
Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Pasien Diabetes Melitus pada Praktek Dokter
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 4(2) Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 5(3).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Trisnawati, S. K.., & Setyorono, S. (2013). Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Kementerian RI tahun 2013 Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Senuk, A., Supit, W., dan Onibala, F. (2013). Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan (1): 1-11
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Witasari, U., Rahmawaty, S. and Zulaekah, S., 2009.
Diabetes Mellitus di Poliklinik RSUD Kota Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Karbohidrat, dan Serat dengan Pengendalian
ejournal Keperawatan, 1 (1): 1-7 Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Susanti. M. L. and Sulistyarini, T., (2013). Dukungan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains
Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet & Teknologi, 10(2): 130-138
Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Wong, M.., Gucciardi, E., Li, L. and Grace, S.L.
Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 6(1) (2005). Gender And Nutrition Management
Tania, M., 2016. Hubungan Pengetahuan Remaja In Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Dietetic
dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan Practice and Research, 66 (4):215-220
145