mengatasi stunting
Oleh :
1. Vijay Saxena
2. Ahmad Fajrul
3. Hilmi Miftahul R
4. Dewi Novi Maharani
5. Nova Novita R.
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi. Pada masa ini
pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikomotorik, mental dan sosial (Almatsier,2011). Balita mempunyai risiko yang
tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko
yang berlaku terhadap balita tersebut maka akan semakin besar kemungkinan balita
menderita gangguan nutrisi. (Black RE, dkk 2008). Menurut MCA Indonesia (2015)
menyatakan bahwa nutrisi yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab
gangguan gizi pada balita, dimana balita yang nutrisinya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme dan akan berdampak pada gangguan gizi seperti
kependekan atau stunting. Bahaya stunting penting untuk diwaspadai lantaran
dampaknya buruk pada anak. Secara fisik tumbuh kembang tidak seimbang, seperti
tingginya dibawah normal atau lebih pendek, kemampuan intelektualnya rendah, dan
saat dewasa berpotensi ada gangguan metabolisme seperti, diabetes dan hipertensi,
serta gangguan metabolisme lainnya.
Data prevalensi stunting menurut WHO, Negara Indonesia termasuk dalam
Negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara. Rata-rata prevalensi
balita stunting di Indonesia tahun 2015-2017 adalah 36,4 persen. (Fitri, 2018).
Berdasarkan Riset Keshatan Dasar (2018), menyatakan bahwa prevalensi stunting
balita umur 0-59 bulan di Jawa Timur mencapai 32,81 persen. Angka ini lebih tinggi
dari prevalensi stunting nasional yakni sebesar 30,8 persen. Di sisi lain, menurut data
dari Dinas kesehatan jawa timur berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan
Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), per 20 juli 2019 prevalensi stunting balita di
jawa timur sebesar 36,81 persen. Adapun tiga daerah tertinggi prevalensinya yakni di
kota Malang sebesar 51,7 persen, kabupaten Probolinggo 50,2 persen,dan kabupaten
Pasuruan 47,6 persen. (Karsin ES, 2004). Menurut rekam medis Puskesmas Kalirejo
penderita anak stunting pada tahun 2019 sebanyak 15 anak, untuk tahun 2020 sedikit
meningkat sebanyak 25 anak, dari data tersebut beberapa faktor yang menyebabkan
anak stunting diantaranya anak dengan diagnosa risiko infeksi akibat terserang
bakteri sebanyak 10 anak, yang terbanyak yaitu dengan diagnosa defisit nutrisi akibat
nutrisi tidak mencukupi untuk kebutuhan tubuh sebanyak 15 anak.
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya stunting adalah
riwayat kehamilan ibu yang meliputi postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan
yang terlalu dekat, jumlah melahirkan terlalu banyak, usia ibu saat hamil terlalu tua,
usia ibu saat hamil terlalu muda (dibawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi dengan
BBLR, serta asupan nutrisi yang kurang selama masa kehamilan. Faktor lainnya
adalah tidak terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), gagalnya pemberian ASI
Eksklusif dan proses penyapihan dini. Selain beberapa faktor tersebut, faktor kondisi
sosial ekonomi dan sanitasi juga berkaitan dengan terjadinya stunting (Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI, 2018). Adapun faktor yang menjadi penyebab stunting
salah satunya adalah kekurangan gizi yang mengakibatkan defisit nutrisi yang berarti
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Pada balita dengan
kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan lemak di bawah kulit hal
ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh memanfaatkan cadangan
lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga ikut menurun
sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami
peningkatan kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare
(Maryunani, 2016). Dampak yang terjadi akibat defisit nutrisi adalah anak akan
gampang terserang penyakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor nutrisi Penyakit infeksi Pemberian ASI & Pemberian ASI &
MP-ASI MP-ASI
Intake nutrisi
kurang
Gizi kurang
Kurang pengetahuan
orang tua
Kegagalan melakukan
perbaikan gizi yang
terjadi dalam waktu lama Defisit pengetahuan
Stunting