Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BINAAN DENGAN AGREGATE

PASANGAN USIA SUBUR

Nama : Astrid Pesireron

NIM : 2019 03 05 002

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PASANGAN USIA SUBUR

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami dan istri untuk mengukur
jumlah anak yang diinginkan, melalui usaha penggunaan alat kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Kebutuhan belajar mengenai KB di dalam keluarga sangat penting untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan dan pemahaman keluarga mengenai KB, dan
dapat membantu keluarga dalam mengambil keputusan JB yang akan dipilih sesuai
dengan kebenaran yang ada (Lucky & Titik, 2013).
Kurang berhasilnya program KB, diantaranya karena dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Pengetahuan
adalah kemampuan kognitif yang paling rendah, tetapi sangat penting karena dapat
membentuk perilaku seorang individu (Lucky & Titik, 2013). Meningkatkan
kebutuhn belajar dapat dilakukan suatu tindakan pemberian konseling tentang
pemilihan metode kontrasepsi yang tepat untuk memberikan pemahaman bahwa
penggunaan alat kontrasepsi yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan
dirinya sendiri selain untuk mengatur jarak kehamilan (Purwoastuti & Walyani,
2015).
Berdasarkan hasil dari United Nations (2015) bahwa 12% dari perempuan
menikah di perkirakan memiliki pengetahuan yang belum terpenuhi untuk
menggunakan KB, mereka ingin menghentikan atau menunda memiliki anak tetapi
mereka tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun. Negara yang memiliki
pengetahuan terpenuhi tinggi yaitu terdapat di Negara Afrika Timur, Afrika
Tengah, Afrika Barat, Melanesia, Mikronesia dan Polinesia dan untuk daerah yang
memiliki pengetahuan terpenuhi rendah yaitu di Negara Asia Timur, Eropa Utara,
Eropa Barat dan Amerika Utara.
Hasil proporsi penggunaan KB di Indonesia menurut Infodatin (2013) mengalami
peningkatan. Untuk penggunaan KB terendah terdapat di daerah Papua dengan
proporsi (67,15%) dan untuk yang tertinggi di daerah Bengkulu dengan proporsi
(87,70%).
Menurut data Statistik Portal Jakarta (2019), sebanyak 1.463.483 Pasangan Usia
Subur (PUS) di DKI Jakarta merupakan peserta Keluarga Berencana (KB) Aktif.
Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian
Penduduk (DPPAPP) bahwa peserta baru Keluarga Berencana (KB) dalam tiga
tahun terakhir ini naik sekitar 10,37%. Kenaikan ini juga diikuti oleh pertumbuhan
peserta KB aktif setiap tahunnya.
Program Keluarga Berencana adalah merupakan program pemerintah guna
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui kedewasaan usia
perkawinan, pengaturan usia kelahiran anak, pembinaan ketahanan dalam
keluarga, peningkatan kesejahteraan dalam keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera (Hanafi, 2010). Untuk mensukseskan program keluarga berencana,
pemerintah menawarkan macam-macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan
oleh masayarakat. Macam-macam alat kontrasepsi, antara lain intra uterine device
(IUD), metode operatif wanita (MOW), metode operatif pria (MOP), kondom,
implant, suntik dan pil. Dari semua alat kontrasepsi ini, semuanya memiliki
keunggulan masing-masing.

B. Tinjauan Teori
1. Deskripsi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sednagkan menurut
Friedman keluarga adalah unti dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga atau unti layanan perlu di perhitungkan.
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lainnya (Mubarak, 2011).

2. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dpat mengupayakan peran serta kelurga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu ditingkatkan dan cari
taahu berbagai tipe keluarga (Harmoko, 2012) :
1) Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Extended Family. Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya. baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5) Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidka mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.
6) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
7) Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier tanpa anak.
8) Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10) Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
11) Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti
12) Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas
13) Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak
14) Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi
15) Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Di Indonesia dikenal 2 tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe
keluarga non tradisional :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak
(kandung/angkat)
b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah missal kakak, nenek, paman, bibi
c. Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Commune Family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
b. Orangtua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam suatu rumah tangga.
c. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam suatu
rumah tangga (Harmoko, 2012)

3. Tahap Perkembangan Keluarga


Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkambangan kelauarga
dibagi menjadi 8 :
1) Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orang tua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua)
2) Keluarga dengan Anak Pertama <30 bulan (Child Bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluraga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.
3) Keluarga dan Anak Prasekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
4) Keluarga dengan Anak Sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual dan
menyediakan aktifitas anak.
5) Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adlaah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga
6) Keluarga dengan Anak Dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri
dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang
ada dalam keluarganya.
7) Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta perisapan masa tua.
8) Keluarga Lanjut Usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pension dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian
pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa
lalu.

4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman, sebagai berikut :
1) Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus sendiri. Komunikasi keluarga
bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental
ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang
atau tidak valid.
2) Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/suami.
3) Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power),
ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power),
paksa (coercive power), dan efektif power.
4) Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
 Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga
 Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga
 Budaya, kumpulan darpada perilaku yang dpaat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

5. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi, yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah
(Friedman, 2010) :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga
b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mangakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan perkembangan anak, dan menaruh nilai-
nilai budaya keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain iuntuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
4) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanankan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

6. Stress dan Koping


1) Stressor jangka pendek dan panjang
Jangka pendek : penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
Jangka panjang : penyelesaian stressor > ± 6 bulan
2) Kemampuan keluarga bererspon terhadap situasi/stressor
3) Strategi koping yang diigunakan keluarga dalam menghadapi masalah
4) Strategi adaptasi disfungsional

7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
a. Keadaan umum : Biasanya tergantung gejala yang timbul (baik, sedang,
atau lemah)
b. Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, samnolen, spoor
c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
d. Kepala
1) Bentuk : Biasanya terjadi asimetris pada kepala
2) Rambut : kaji warna dan keadaan rambut
3) Wajah : Biasanya terjadi asimetris pada salah satu sisi wajah
4) Mata : Kaji bentuk, warna, dan fungsi penglihatan
5) Hidung : Kaji bentuk dan kebersihan hidung. Biasanya terjadi
asimetrsi
6) Telingah : Kaji bentuk, kebersihan, dan fungsi pendengaran
7) Mulut : Kaji bentu, warna mukosa bibir, dan kebersihan mulut apakah
ada stomatitis atau tidak. Biasanya terjadi asimetris.
8) Leher : Kaji bentuk dan apakah ada ada pembesaran pada kelenjar
tiroid atau tidak
e. Thorax
Tidak ada masalah pada thorax, namun masalah akan muncul jika terjadi
komplikasi
f. Jantung
Tidak ada masalah pada jantung, namun masalah akan muncul jika terjadi
komplikasi
g. Abdomen
Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung
h. Genetalia
Pada umumnya tidak masalah
i. Integumen
1) Kulit : Jika kekurangan O2, kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek
2) Kuku : Perlu dilihat adanya clubbing finger dan sianosis
j. Ekstremitas
Mengkaji kekuatan otot apakah ada masalah atau tidak.

C. Rencana Keperawatan
1. Diagnosis keperawatan yang kemungkinan muncul
1) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
2) Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
2. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC


O KODE DIAGNOSIS KODE KRITERIA HASIL KODE INTERVENSI
1 00161 Kesiapan TUK : 5510 Domain 3 : Perilaku (Lanjutan)
meningkatkan 1821 1. Meningkatnya pengetahuan keluarga , Kelas 2S : Pendidikan Pasien
pengetahuan dengan kriteria hasil : Pendidikan Kesehatan :
Pengetahuan : Pencegahan Konsepsi 1. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
a. Pengertian alat kontrasepsi tinggi dan rentang usia yang akan mendapat
b. Jenis-jenis alat kontrasepsi manfaat besar dari pendidikan kesehatan
c. Kegunaan alat kontrasepsi 2. Promosi kesehatan nasional dan tujuan
d. Efek samping penggunaan alat pencegahan penyakit atau kebutuhan local,
kontrasepsi Negara bagian, dan kepentingan nasional
lainnya
3. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang
dapat meningkatkan atau mengurangi
motivasi untuk berperilaku sehat
4. Pertimbangkan riwayat individu dalam
konteks personal dan riwayat sosial budaya
individu, keluarga dan masyarakat.
5. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat ini pada individu,
keluarga, atau kelompok sasaran
6. Libatkan individu, keluarga dan kelompok
dalam perencanaan dan rencana implementasi
gaya hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan
7. Renacanakan tindak lanjut jangka panjang
untuk memperkuat perilaku kesehatan atau
adaptasi terhadap gaya hidup

1606 2. Keluarga mampu mengambil 5250 Domain 3 : Perilaku (Lanjutan)


keputusan, dengan kriteria hasil : Kelas 2R : Bantuan Koping
Partisipasi Dalam Keputusan Perawatan Dukungan Pengambilan Keputusan :
Kesehatan : 1. Bantu pasien mengklarifikasi nilai dan
a. Menunjukkan pengarahan diri dalam harapan yang mungkin akan membantu dalam
membuat keputusan membuat pilihan yang penting dalam hidup
b. Mampu menentukan pilihan 2. Informasikan pada pasien mengenai
c. Menyampaikan niat untuk bertindak pandangan-pandangan atau solusi alternative
terkait dengan keputusan dengan cara yang jelas dan mendukung
3. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian dari setiap alternative pilihan
4. Berikan informasi sesuai permintaan pasien
5. Bantu pasien menjelaskan keputusan pada
orang lain, sesuai dengan kebutuhan

Domain 5 : Keluarga
3. Keluarga mampu memberikan 8300 Kelas 2Z : Perawatan Membesarkan Anak
perawatan, dengan kriteria hasil : Peningkatan Pengasuhan :
1. Informasikan orangtua dimana bisa
mendapatkan layanan keluarga berencana
2. Pantau penggunaan kontrasepsi dengan
konsisten dan benar, yang sesuai
4. Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan

Domain 6 : Sistem Kesehatan


1603 5. Keluarga mampu memanfaatkan 7400 Kelas 2Y : Mediasi Sistem Kesehatan
fasilitas kesehatan, dengan kriteria Panduan Sistim Pelayanan Kesehatan :
hasil: 1. Bantu pasien atau keluarga memilih
Perilaku Pencarian Kesehatan : professional perawatan kesehatan yang tepat
a. Mau mendapat bantuan dari 2. Anjurkan pasien mengenai jenis layanan yang
professional kesehatan bisa diharapkan dari setiap jenis penyedia
b. Menggunakan informasi kesehatan layanan kesehatan
yang terkemuka 3. Informasikan pasien mengenai perbedaan
c. Mencari bantuan bila diperlukan berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan
4. Dorong pasien untuk pergi ke ruang gawat
darurat, jika sesuai

2 00162 Kesiapan TUK : 5510 Domain 3 : Perilaku (Lanjutan)


meningkatkan 1. Keluarga mampu mengenal masalah Kelas 2S : Pendidikan Pasien
manajemen kesehatan Pendidikan Kesehatan :
1. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
tinggi dan rentang usia yang akan mendapat
manfaat besar dari pendidikan kesehatan
2. Promosi kesehatan nasional dan tujuan
pencegahan penyakit atau kebutuhan local,
Negara bagian, dan kepentingan nasional
lainnya
3. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang
dapat meningkatkan atau mengurangi
motivasi untuk berperilaku sehat
4. Pertimbangkan riwayat individu dalam
konteks personal dan riwayat sosial budaya
individu, keluarga dan masyarakat.
5. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat ini pada individu,
keluarga, atau kelompok sasaran
6. Libatkan individu, keluarga dan kelompok
dalam perencanaan dan rencana implementasi
gaya hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan
7. Renacanakan tindak lanjut jangka panjang
untuk memperkuat perilaku kesehatan atau
adaptasi terhadap gaya hidup

2. Keluarga mampu mengambil keputusan 5230 Domain 3 : Perilaku (Lanjutan)


Kelas 2R : Bantuan Koping
Peningkatan Koping :
1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
jangka panjang dan pendek yang tepat
2. Bantu pasien dalam memeriksa sumber-
sumber yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhannya
3. Evaluasi kemampuan dalam pengambilan
keputusan
4. Dukung keterlibatan keluarga
5. Dukung kelu5arga untuk memverbalisasi
perasaan mengenai sakitnya anggota keluarga
3. Keluarga mampu memberikan 7110 Domain 5 : Keluarga
perawatan Kelas 2X : Perawatan Sepanjang Hidup
Peningkatan Keterlibatan Keluarga :
1. Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan
anggota keluarga yang akan terlibat dalam
perawatan
2. Identifikasi kemampuan anggota keluarga
untuk terlibat dalam perawatan pasien
3. Ciptakan budaya fleksibel untuk keluarga
4. Tentukan sumber daya fisik, emosional, dan
edukasi dari pemberi perawatan utama
5. Identifikasi defisit perawatan diri pasien
6. Identifikasi harapan anggota keluarga untuk
pasien
7. Antisipasi dan identifikasi kebutuhan keluarga
8. Dorong anggota keluarga dan pasien untuk
membantu dalam mengembangkan rencana
perawatan, termasuk hasil yang diharapkan
dan pelaksanaan rencana perawatan
9. Monitor struktur dan peran keluarga
10. Monitor keterlibatan anggota keluarga dalam
perawatan pasien

4. Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan
5. Keluarga mampu memanfaatkan 7400 Domain 6 : Sistem Kesehatan
fasilitas kesehatan Kelas 2Y : Mediasi Sistem Kesehatan
Panduan Sistem Pelayanan Kesehatan :
1. Jelaskan sistem perawatan kesehatan segera,
cara kerjanya dan apa yang bisa diharapkan
pasien/keluarga
2. Bantu pasien atau keluarga untuk
berkoordinasi dan mengkomunikasikan
perawatan kesehatan
3. Bantu pasien atau keluarga memlihi
professional perawatan kesehatan yang tepat
4. Anjurkan pasien mengenai jenis layanan yang
bisa diharpkan dari setiap jenis penyedia
layanan kesehatan (mislanya: perawat
spesialis, ahli gizi berlisensi, perawat
berlisensi, perawat praktis berlisensi, terapis
fisik, ahli jantung, internis, dokter mata dan
psikolog)
5. Informasikan pasien mnegenai perbedaan
berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan
(mis: RS, dll) dengan tepat
6. Informasikan pasien mengenai akreditasi dan
tuntutan departemen kesehatan Negara dalam
penilaian kualitas fasilitas
7. Informasikan pasien dan keluarga cara
mengakses layanan emeregency melalui
telepon dan layanan kendaraan, dengan tepat
8. Dorong pasien untuk pergi ke ruang gawat
darurat, jika sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lucky & Titik. (2013). Buku Ajar Kependudukan dan pelayanan KB. Jakarta:EGC.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Purwoastuti & Walyani. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi & KB.
Yogyakarta: Pustaka baru press.

Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division


(2015). Trends in Contraceptive Use Worldwide. (ST/ESA/SER.A/349).
http://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/famil
y/trendsContraceptiveUse2015Report.pdf.

Anda mungkin juga menyukai