JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami dan istri untuk mengukur
jumlah anak yang diinginkan, melalui usaha penggunaan alat kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Kebutuhan belajar mengenai KB di dalam keluarga sangat penting untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan dan pemahaman keluarga mengenai KB, dan
dapat membantu keluarga dalam mengambil keputusan JB yang akan dipilih sesuai
dengan kebenaran yang ada (Lucky & Titik, 2013).
Kurang berhasilnya program KB, diantaranya karena dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Pengetahuan
adalah kemampuan kognitif yang paling rendah, tetapi sangat penting karena dapat
membentuk perilaku seorang individu (Lucky & Titik, 2013). Meningkatkan
kebutuhn belajar dapat dilakukan suatu tindakan pemberian konseling tentang
pemilihan metode kontrasepsi yang tepat untuk memberikan pemahaman bahwa
penggunaan alat kontrasepsi yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan
dirinya sendiri selain untuk mengatur jarak kehamilan (Purwoastuti & Walyani,
2015).
Berdasarkan hasil dari United Nations (2015) bahwa 12% dari perempuan
menikah di perkirakan memiliki pengetahuan yang belum terpenuhi untuk
menggunakan KB, mereka ingin menghentikan atau menunda memiliki anak tetapi
mereka tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun. Negara yang memiliki
pengetahuan terpenuhi tinggi yaitu terdapat di Negara Afrika Timur, Afrika
Tengah, Afrika Barat, Melanesia, Mikronesia dan Polinesia dan untuk daerah yang
memiliki pengetahuan terpenuhi rendah yaitu di Negara Asia Timur, Eropa Utara,
Eropa Barat dan Amerika Utara.
Hasil proporsi penggunaan KB di Indonesia menurut Infodatin (2013) mengalami
peningkatan. Untuk penggunaan KB terendah terdapat di daerah Papua dengan
proporsi (67,15%) dan untuk yang tertinggi di daerah Bengkulu dengan proporsi
(87,70%).
Menurut data Statistik Portal Jakarta (2019), sebanyak 1.463.483 Pasangan Usia
Subur (PUS) di DKI Jakarta merupakan peserta Keluarga Berencana (KB) Aktif.
Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian
Penduduk (DPPAPP) bahwa peserta baru Keluarga Berencana (KB) dalam tiga
tahun terakhir ini naik sekitar 10,37%. Kenaikan ini juga diikuti oleh pertumbuhan
peserta KB aktif setiap tahunnya.
Program Keluarga Berencana adalah merupakan program pemerintah guna
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui kedewasaan usia
perkawinan, pengaturan usia kelahiran anak, pembinaan ketahanan dalam
keluarga, peningkatan kesejahteraan dalam keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera (Hanafi, 2010). Untuk mensukseskan program keluarga berencana,
pemerintah menawarkan macam-macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan
oleh masayarakat. Macam-macam alat kontrasepsi, antara lain intra uterine device
(IUD), metode operatif wanita (MOW), metode operatif pria (MOP), kondom,
implant, suntik dan pil. Dari semua alat kontrasepsi ini, semuanya memiliki
keunggulan masing-masing.
B. Tinjauan Teori
1. Deskripsi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sednagkan menurut
Friedman keluarga adalah unti dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga atau unti layanan perlu di perhitungkan.
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lainnya (Mubarak, 2011).
2. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dpat mengupayakan peran serta kelurga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu ditingkatkan dan cari
taahu berbagai tipe keluarga (Harmoko, 2012) :
1) Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Extended Family. Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya. baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5) Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidka mempunyai
anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.
6) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
7) Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier tanpa anak.
8) Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10) Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
11) Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti
12) Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas
13) Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak
14) Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi
15) Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Di Indonesia dikenal 2 tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe
keluarga non tradisional :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak
(kandung/angkat)
b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah missal kakak, nenek, paman, bibi
c. Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Commune Family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
b. Orangtua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam suatu rumah tangga.
c. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam suatu
rumah tangga (Harmoko, 2012)
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman, sebagai berikut :
1) Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus sendiri. Komunikasi keluarga
bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental
ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang
atau tidak valid.
2) Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/suami.
3) Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power),
ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power),
paksa (coercive power), dan efektif power.
4) Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga
Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga
Budaya, kumpulan darpada perilaku yang dpaat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
5. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi, yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah
(Friedman, 2010) :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga
b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mangakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan perkembangan anak, dan menaruh nilai-
nilai budaya keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain iuntuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
4) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanankan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
a. Keadaan umum : Biasanya tergantung gejala yang timbul (baik, sedang,
atau lemah)
b. Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, samnolen, spoor
c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
d. Kepala
1) Bentuk : Biasanya terjadi asimetris pada kepala
2) Rambut : kaji warna dan keadaan rambut
3) Wajah : Biasanya terjadi asimetris pada salah satu sisi wajah
4) Mata : Kaji bentuk, warna, dan fungsi penglihatan
5) Hidung : Kaji bentuk dan kebersihan hidung. Biasanya terjadi
asimetrsi
6) Telingah : Kaji bentuk, kebersihan, dan fungsi pendengaran
7) Mulut : Kaji bentu, warna mukosa bibir, dan kebersihan mulut apakah
ada stomatitis atau tidak. Biasanya terjadi asimetris.
8) Leher : Kaji bentuk dan apakah ada ada pembesaran pada kelenjar
tiroid atau tidak
e. Thorax
Tidak ada masalah pada thorax, namun masalah akan muncul jika terjadi
komplikasi
f. Jantung
Tidak ada masalah pada jantung, namun masalah akan muncul jika terjadi
komplikasi
g. Abdomen
Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung
h. Genetalia
Pada umumnya tidak masalah
i. Integumen
1) Kulit : Jika kekurangan O2, kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek
2) Kuku : Perlu dilihat adanya clubbing finger dan sianosis
j. Ekstremitas
Mengkaji kekuatan otot apakah ada masalah atau tidak.
C. Rencana Keperawatan
1. Diagnosis keperawatan yang kemungkinan muncul
1) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
2) Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
2. Intervensi Keperawatan
Domain 5 : Keluarga
3. Keluarga mampu memberikan 8300 Kelas 2Z : Perawatan Membesarkan Anak
perawatan, dengan kriteria hasil : Peningkatan Pengasuhan :
1. Informasikan orangtua dimana bisa
mendapatkan layanan keluarga berencana
2. Pantau penggunaan kontrasepsi dengan
konsisten dan benar, yang sesuai
4. Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC
Lucky & Titik. (2013). Buku Ajar Kependudukan dan pelayanan KB. Jakarta:EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Purwoastuti & Walyani. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi & KB.
Yogyakarta: Pustaka baru press.
Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.