DI SUSUN OLEH:
NPM : 920173135
S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan masalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN MASALAH TB PARU” penulis menyadari bahwa pada penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
sumbang saran dan krtitik dari semua pihak yang membaca makalah ini yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua phak yang membacanya
khususnya bagi penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang mendukung sehingga terwujudnya makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA
1. DEFINISI KELARGA
Friedman, M. 2010 mendefinisikan keluarga adalah Unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang memengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat dalam hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga
sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu di
perhitungkan.
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).
1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan
perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu rumah
dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe
keluarga non tradisional.
3. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain :
a. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota
keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk memberikan
kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan indentitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memnberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-sumber
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan
penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan datang, misalnya
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.Fungsi ekonomi
ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh oleh kepala
keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar, banyak wanita
sebagai single parent memenuhi fungsi ekonomi.
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak
dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Menyediakan
kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi fisik keluarga
dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan, papan, sandang dan
perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik
sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individu) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi keluarga bagi
perawatan keluarga.
f. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yangdilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
Wilkinson JM & Ahern NR. 2011.
4. STRUKTUR KELUARGA
Mempelajari struktur keluarga akan memberikan penjelasan dengan dominasi
jalur hubungan darah, dominasi keberadaan tempat tinggal, dominasi
pengambilan keputusan. Di Indonesia terdapat beragam struktur keluarga,
penulis akan menjelaskan tentang struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalu garis ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
c. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan suami.
d. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan ayah.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
Nagel, P., Gurkov, R. 2012.
B. KARAKTERISTIK USIA
1. MASA YANG DI TAKUTI
Masa yang ditakuti yaitu masa bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia
madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
Oleh karena itu orang-orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka
telah mencapai usia tersebut.
a) Untuk takut dengan memasuki usia madya yaitu:
Banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya, yaitu
kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga
disertai dengan berhentinya reproduksi kehidupan serta berbagai tekanan
tentang pentingnya masa muda bagi kebudayaan amerika disbanding dengan
penghormatan untuk masa tersebut oleh berbagai kebudayaan Negara lain.dan
mereka berharap dapat kembali ke masa-masa muda.
2. MASA TRANSISI
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan
masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh
ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Seperti periode:
a. Dia mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam kesuburan.
Transisi berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang
baru.
Dimana dapat dilihat baik bagi pria maupun wanita pasti terdapat perubahan
terhadap hubungan yang berpusat pada pasangannya (pair centred
relationship) bila dibandingkan dengan hubungan yang berpusat pada
keluarga (family centred relationship) selama tahun-tahun awal periode
dewasa, ketika peran utama pria dan wanita didalam rumah adalah sebagai
orang tua.
Sebagai peran dirumah, pria harus menyesuaikan diri terhadap perubahan,
yang kelak masa tua akan datang dan kondisi pekerjaan perlu disesuaikan
dengan kondisi fisik mereka. Selama usia madya, kimmel telah
mengidentifikasi tiga bentuk krisis pengembangan yang umum dan hamper
universal seperti:
Krisi sebagai orang tuaditandai dengan sindrom yang merupakan
krisis yang terjadi apabila anak-anak gagal memenuhi harapan orang
tua.
Krisis yang timbul karena oarng tua berusia lanjut, sehingga sering
timbul reaksi-reaksi dari anak-anaknya.
Krisi yang berhungan dengan kematian, khususnya pada suami istri.
5. USIA BERBAHAYA
Pada umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia ini dianggap atau
dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan.
7. MASA BERPRESTASI
Menurut Erikson (dalam Hurlock, 1980), usia madya merupakan masa krisis
“generativitas” (generativity) kecenderungan untuk menghasilkan maupun
stagnasi kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan.
4. PATHOFISIOLOGI
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial.
Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ-organ tubuh. (Corwin, Elizabeth J. 2010)
5. MANIFESTASI KLINIS
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum
dari proses infeksi.
h. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
i. Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut.
6. KOMPLIKASI
a. Pneumonia (radang parenkim paru)
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada)
d. Empiema
e. Lasingitis
f. Menjalar ke organ lain (spt, usus)
7. PENATALAKSANAAN
1) Pengobatan TBC paru
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk
menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan. Obat yang sekarang
digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini merupakan obat baru
yang memiliki kandungan sama dengan obat lama yaitu; Rivampisin,Isoniazid
(INH), Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan adanya obat FDC 4 ini penderita
hanya cukup satu butir saja. Menurut Endang Nuraini (2008), dengan model
pengobatan lama, yaitu dengan banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat
kegagalan penyembuhan sangat tinggi. Sebab, banyak obat yang dikonsumsi
menimbulkan beberapa efek samping yaitu; mual, pusing, diare. Akibatnya, banyak
penderita yang menghentikan konsumsi obat. Prinsip di dalam penyembuhan
penyakit TBC adalah kerajinan minum obat.
Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
a) Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bualan, dilakukan dua tahap
yaitu:
b) Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3 bulan
tergantung berat ringannya penyakit.
c) Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4 atau 5
bulan tergantung berat ringannya penyakit.
d) Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan
pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :
1). Obat diminum setiap hari selama 3 bulan
2). Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
3). Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang
disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh
Pengawas Minum Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.
Data umum
1. Identitas kepala keluarga
2. Komposisi kelaurga
3. Genogram
4. Tipe keluarga
5. Latar belakang keluarga (etnis)
6. Agama
7. Status Sosial Ekonomi
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga sebelumnya
Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik lingkungan komunitas
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga
5. Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
Struktur keluarga
1. Pola komunikasi
2. Struktur kekuasaan
3. Struktur peran
4. Nilai dan normal keluarga
Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe” .
1. Koping keluarga
2. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
3. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau
stressor
4. Penggunaan strategi koping
5. Strategi adaptasi disfungsional
b. Analisa data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain :
1. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3. Karakter keluarga
c. Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan
keperawatan yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek
lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan
standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum
mengambil keputusan tentang masalah keperawatan keluarga
(Effendy, 2011).
d. Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
1. Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan
potencial
2. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah
masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3. Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
4. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun
skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :
Tabel : Skoring Masalah Keperawatan
1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
ditangani
0
c. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 5
(Suprajitno, 2011)
Skor X Bobo
2. KEMUNGKINAN
Nilai Tertinggi DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan dalam usaha
mengatasi masalah kesehatan ditandai dengan kondisi rumah kurang rapi
dan bersih
2. Potensial penatalaksanaan terapeutik yang efektif berhubungan dengan
keadekuatan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ditandai
dengan klien mengatakan rajin kontrol kepuskesmas
3. Resiko penularan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
menjaga lingkungan
3. RENCANA KEPERAWATAN
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
b. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan
data yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga
c. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga
sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
d. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas,
menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi
intervensi keluarga
DAFTAR PUSTAKA