Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN MASALAH TB PARU

DI SUSUN OLEH:

NAMA: SIGIT WAHYUDI

NPM : 920173135

KELAS: 3-C S1 KEPERAWATAN

S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan masalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN MASALAH TB PARU” penulis menyadari bahwa pada penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
sumbang saran dan krtitik dari semua pihak yang membaca makalah ini yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua phak yang membacanya
khususnya bagi penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang mendukung sehingga terwujudnya makalah ini.

Kudus ,3 April 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin,
atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat
juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan
oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau klinik
pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan
kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena TB merupakan penyebab
kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-
menerus tanpa terputus walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan
yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan
sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh
keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat.
Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar
benar-benar tercapai kesembuhan
Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus kambuh
dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya pasien dalam
minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga
dengan TBC.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep keluarga?
2. Apa saja karakteristik usia?
3. Apa saja konsep TB PARU?
4. Bagaimana saja asuhan keperawatan keluarga?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja konsep keluarga.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik usia?
3. Untuk mengetahui apa saja konsep TB PARU?
4. Untuk mengetahui bagaimana saja asuhan keperawatan keluarga?
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP KELUARGA
1. DEFINISI KELARGA
Friedman, M. 2010 mendefinisikan keluarga adalah Unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang memengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat dalam hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga
sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu di
perhitungkan.
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).

2. BENTUK KELUARGA/TIPE KELUARGA

Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang


mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetahui
berbagai tipe keluarga. (Harmoko, 2012)

1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan
perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu rumah
dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe
keluarga non tradisional.

1. Tipe Keluarga Tradisional


a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, sitri, dan
anak (kandung/angkat).
b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.
c. Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
denga anak ( kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. Commune Family : kebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b. Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga. (Harmoko, 2012)

3. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain :
a. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota
keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk memberikan
kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan indentitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memnberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-sumber
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan
penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan datang, misalnya
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.Fungsi ekonomi
ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh oleh kepala
keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar, banyak wanita
sebagai single parent memenuhi fungsi ekonomi.
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak
dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Menyediakan
kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi fisik keluarga
dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan, papan, sandang dan
perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik
sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individu) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi keluarga bagi
perawatan keluarga.
f. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yangdilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
Wilkinson JM & Ahern NR. 2011.
4. STRUKTUR KELUARGA
Mempelajari struktur keluarga akan memberikan penjelasan dengan dominasi
jalur hubungan darah, dominasi keberadaan tempat tinggal, dominasi
pengambilan keputusan. Di Indonesia terdapat beragam struktur keluarga,
penulis akan menjelaskan tentang struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalu garis ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
c. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan suami.
d. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan ayah.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
Nagel, P., Gurkov, R. 2012.

5. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN


Menurut Suprajitno (2012), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,
keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
akan berarti. Perubahan apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian seluruh keluarga. Sehingga perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Jika keluarga telah
mengambil keputusan yang tepat dan benar namun anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan maka
perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

6. TAHAP PEKEMBANGAN KELUARGA


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-
turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall
dan Miller (Friedman, 2010) adalah :
a. Tahap I
Keluarga pemula atau keluarga pasangan baru. Tugas perkembangan
menjadi :
1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2. Membangun jalinan persaudaraan yang harmonis
3. Keluarga berencana Masalah kesehatan utama adalah penyesuian
seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, prenatal
dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-
masalah emosional dan seksual, kekuatan, rasa bersalah, kehamilan
yang tidak direncanakan, dan penyakit—penyakit kelamin baik
sebelum maupun sesudah perkawinan.Pada tahap ini, peran perawat
sebagai perawata n keluarga harus memberikan penyuluhan ataupun
konseling tentang seksualitas, keluarga berencana, prenatal, dan
masalah -masalah yang terkait pada keluarga pemula/pasangan baru.
b. Tahap II
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
Setelah lahir anak pertama keluarga mempunyai tugas perkembangan yang
penting yaitu :
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan
kebutuhan anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Mempertahankan persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek Masalah keluarga
utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang
terpusat pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengertian dan
penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi,
konseling, perkembangan anak, keluarg berencana, interaksi keluarga
dan bidang-bindang peningkatan kesehatan umun lainnya.
Pada tahap kedua ini peran perawat memberikan konseling dan
demolistriasi pada kelurga tentang kebutuhan nutrisi anak.
c. Tahap III
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhir
ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima
ornag, dengan pasti suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki- saudara, anak
perempuan-saudari. Menurut Duval dan Miller (2010) dikutip oleh Setiadi
(2011) tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1. Memenuhi kebutuahan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bersalin, prifasi, keamanan
2. Mensosialisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain
4. Mempertahanakan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas) Karena daya tahan spesifik terhadap
banyaj bakteri dan virus, serta paparan yang meningkat, anak-anak
usia pra sekolah sering menderita sakit dengan suatu penyakit infeksi
primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit inferksi
dan menular, serta kerantanan kesehatan utama. (Friedman, 2010
dikutip Setiadi, 2011) Masalah kesehatan fisik yang terutama adalah
penyakit-penyakit menular yang umum pada anak, jatuh, luak bakar,
keracunan serta kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia
prasekolah. Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah
pesaingan diantara kakak-adik, keluarag berencana, kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan masalah pengasuh anak seperti
pembatasan lingkungan (disiplin), penganiyaan dan melantarkan anak,
keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada
keluarga perawatan terhadap anak usia prasekolah, memberikan
penyuluhan tentang tumbuh kembang anak dan memotifasi keluarga
agar memperhatikan kesehatan anak.
d. Tahap IV
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun dengan tugas
perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak, termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat, kemudian mempertahankan hubungan
perkawinan yang memusatkan dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.Peran perawat pada tahap ini adalah memotivasi keluarga
untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar
rumah.
e. Tahap V
Keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja, yaitu :
1. Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan
dengan maturitas remaja.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan antar pasangan
3. Melakukan komunikasi terbuka anatara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4. Mempertahankan standar etik dan moral keluarga Ini merupakan
tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk betanggung jawab (mempunyai otoritas
terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya).
Seringkali muncul konflik antara orang tua dan ramaja karena anak
mengingikan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara
orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal
ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,
menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang
tua dan remaja tetap harmonis.
f. Tahap VI
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah
kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat
atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum
menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun
puncak persiapan dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang
mandiri.
Pada tugas perkembangan tahap ini yaitu memperoleh siklus keluarga
dengan memasukan anggota keluarga baru, dengan melanjutkan untuk
mempengaruhi dan menyesuaikan kembali, serta yang paling penting
adalah membantu orang tua lanjut usia yang sakitsakitan dari suami atau
istri.
g. Tahap VII
Orang tua usia pertengahandimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan terakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun
sampai kurang lebih 16-17 tahun kemudian.
Tugas perkembangan yang pertama adalah menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, kemudian mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-
anak, dan yang terakhir memperoleh hubungan perkawinan.
h. Tahap VIII
Tugas keluarga antara lain, yang pertama untuk mempertahankan
pengaturan hidup yang menurun untuk tetap bisa mempertahankan
hubungan perkawinan dan menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, hal ini juga perlu mempertahankan ikatan keluarga agar generasi
penerus untuk memahami eksistensi mereka.
Peran perawat pada tahap ini diantaranya memberikan konseling pada
keluarga tentang pesiapan pelepasan orang yang dicintai.

7. PERAN PERAWAT KELUARGA


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive dapat
dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga
dengan menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visiteyang teratur
untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang disampaikan secara
terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat sehingga
menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat
agar tercipta lingkungan yang sehat.
8. KLASIFIKASI UMUR
1. Masa balita : 0 – 5 tahun,
2. Masa kanak-kanak: 5 – 11 tahun.
3. Masa remaja Awal: 12 – 1 6 tahun.
4. Masa remaja Akhir : 17 – 25 tahun.
5. Masa dewasa Awal : 26- 35 tahun.
6. Masa dewasa Akhir : 36- 45 tahun.
7. Masa Lansia Awal: 46- 55 tahun.
8. Masa Lansia Akhir : 56 – 65 tahun.
9. Masa Manula : 65 – sampai atas

B. KARAKTERISTIK USIA
1. MASA YANG DI TAKUTI
Masa yang ditakuti yaitu masa bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia
madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
Oleh karena itu orang-orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka
telah mencapai usia tersebut.
a) Untuk takut dengan memasuki usia madya yaitu:
Banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya, yaitu
kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga
disertai dengan berhentinya reproduksi kehidupan serta berbagai tekanan
tentang pentingnya masa muda bagi kebudayaan amerika disbanding dengan
penghormatan untuk masa tersebut oleh berbagai kebudayaan Negara lain.dan
mereka berharap dapat kembali ke masa-masa muda.

2. MASA TRANSISI
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan
masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh
ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Seperti periode:
a. Dia mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam kesuburan.
Transisi berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang
baru.
Dimana dapat dilihat baik bagi pria maupun wanita pasti terdapat perubahan
terhadap hubungan yang berpusat pada pasangannya (pair centred
relationship) bila dibandingkan dengan hubungan yang berpusat pada
keluarga (family centred relationship) selama tahun-tahun awal periode
dewasa, ketika peran utama pria dan wanita didalam rumah adalah sebagai
orang tua.
Sebagai peran dirumah, pria harus menyesuaikan diri terhadap perubahan,
yang kelak masa tua akan datang dan kondisi pekerjaan perlu disesuaikan
dengan kondisi fisik mereka. Selama usia madya, kimmel telah
mengidentifikasi tiga bentuk krisis pengembangan yang umum dan hamper
universal seperti:
 Krisi sebagai orang tuaditandai dengan sindrom yang merupakan
krisis yang terjadi apabila anak-anak gagal memenuhi harapan orang
tua.
 Krisis yang timbul karena oarng tua berusia lanjut, sehingga sering
timbul reaksi-reaksi dari anak-anaknya.
 Krisi yang berhungan dengan kematian, khususnya pada suami istri.

3. MASA PENYESUAIAN KEMBALI


Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,
khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung
merusak homeo stasis fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa
stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di
rumah, bisnis, dan aspek social kehidupan mereka.

4. MASA KESEIMBANGAN DAN KETAKSEIMBANG


Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri
yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain: masa dewasa madya
merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri
jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupannya dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian
terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan
kadang-kadang minat dan perhartiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan
pribadi dan social.

5. USIA BERBAHAYA
Pada umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia ini dianggap atau
dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan.

6. USIA KAKU ATAU CANGGUNG


Sama seperti remaja, bukan anak-anak dan bukan juga dewasa, demikian juga
pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tapi bukan juga tua.
Franzblau (dalam Hurluck, 1980) mengatakan bahwa “orang yang berusia
madya seolah-olah berdiri di antara Generasi Pemberontak yang lebih muda dan
Generasi Warga Senior”.

7. MASA BERPRESTASI
Menurut Erikson (dalam Hurlock, 1980), usia madya merupakan masa krisis
“generativitas” (generativity) kecenderungan untuk menghasilkan maupun
stagnasi kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan.

8. USIA MADYA DIEVALUASI DENGAN STANDAR GANDA


Masa dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi
wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran
antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan, perindustrian, profesi maupun
dalam kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda terhadap usia.
Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria
dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek khusus yang perlu diperhatikan:
a) Aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. Contoh ketika rambut pria
menjadi putih, timbul kerut-kerut dan keriput di wajah dan juga terdapat
beberapa bagian otot yang mengendur. Misalnya di pinggang. Perubahan pada
wanita dipandang tidak menarik lagi, dengan penekanan utama “pemakaian
usia madya”.
b) Standar ganda dapat dilihat pada cara mereka (pria dan wanita) menyatakan
sikap terhadap usia tua. Ada dua pandangan filosofis yang berbeda tentang
bagaimana orang harus menyesuaikan diri dengan usia madya yaitu :
 Mereka harus tetap merasa mudah serta aktif
 Mereka harus menua denngan anggun semakin lambat dan hati-hati
dan menjalani hidup denngan nyaman.

9. USIA MADYA MERUPAKAN MASA SEPI


masa ini dialami masa sepi (empty nest), masa ketika anak-anak tidak lama lagi
tinggal bersama orangtua. Kecuali dalam beberapa kasus di mana pria dan
wanita menikah lebih lambat dibandingkan dengan usia rata-rata, atau menunda
kelahirahan anak hingga mereka lebih mapan dalam karir, atau mempunyai
keluarga besar sepanjang masa, usia madya merupakan masa sepi dalam
kehidupan perkawinan.

10. USIA MADYA MERUPAKAN MASA JENUH


Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir
usia tigapuluhan dan empatpuluhan. Para pria mejadi jenuh dengan kegiatan
rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan
sedikit hiburan.
C. KONSEP TB PARU
1. DEFINISI
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar
kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lainnya (Depkes, 2010). Tuberkulosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering
disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).
2. ETIOLOGI
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin
(dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan
menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob.
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari
pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis. (Anonim, 2012).
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru
lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Basil mikrobakterium tersebut masuk
kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli,
maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan
jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
3. KLASIFIKASI

Klasifikasi 0 Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak


menderita TBC
Klasifikasi I Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak
menderita TBC
Klasifikasi II Terinfeksi TBC/test tuberculin (+), tetapi tidak
menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi negatif)  
Klasifikasi III Sedang menderita TBC
Klasifikasi IV Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
Klasifikasi V Dicurigai TBC
(The American Thoracic Society, 2011)

4. PATHOFISIOLOGI

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran


pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang
terkontaminasi.

Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara


sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Gohn   respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial.
Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ-organ tubuh. (Corwin, Elizabeth J. 2010)

5. MANIFESTASI KLINIS

Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada


individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat timbul
pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah
terpajan oleh basil.
Gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya
keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi
paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini
dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada
Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih
sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan
menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai
berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya
adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga
pecahnya pembuluh darah.
d. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan
proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan
otot pada saat batuk.

f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum
dari proses infeksi.
h. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
i. Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut.

Gambaran klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu  :


1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorakx, anemia dan
lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala Sistemik, meliputi :


a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. (Jhon Crofton,2011)

6. KOMPLIKASI
a. Pneumonia (radang parenkim paru)
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada)
d. Empiema
e. Lasingitis
f. Menjalar ke organ lain (spt, usus)

7. PENATALAKSANAAN
1) Pengobatan TBC paru
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk
menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan. Obat yang sekarang
digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini merupakan obat baru
yang memiliki kandungan sama dengan obat lama yaitu; Rivampisin,Isoniazid
(INH), Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan adanya obat FDC 4 ini penderita
hanya cukup satu butir saja. Menurut Endang Nuraini (2008), dengan model
pengobatan lama, yaitu dengan banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat
kegagalan penyembuhan sangat tinggi. Sebab, banyak obat yang dikonsumsi
menimbulkan beberapa efek samping yaitu; mual, pusing, diare. Akibatnya, banyak
penderita yang menghentikan konsumsi obat. Prinsip di dalam penyembuhan
penyakit TBC adalah kerajinan minum obat.
Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
a) Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bualan, dilakukan dua tahap
yaitu:
b) Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3 bulan
tergantung berat ringannya penyakit.
c) Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4 atau 5
bulan tergantung berat ringannya penyakit.
d) Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan
pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :
1). Obat diminum setiap hari selama 3 bulan
2). Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
3). Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang
disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh
Pengawas Minum Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.

1. Perawatan bagi penderita TBC


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah :
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat penderita yaitu keluarga.
b. Mengetahui adanya gejala samping obat dan rujuk bila diperlukan.
c. Mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang penderita.
d. Istirahat teratur minimal 8 jam perhari.
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,
kelima, dan keenam.
f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang
baik
2. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
- Menutup mulut bila batuk.
- Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah
tertutup yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi
lysol.
- Makan makanan bergizi.
- Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita.
- Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.
- Untuk bayi diberikan imunisasi BCG. (Depkes RI, 2010)

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma
kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk
mengatasi masalah.
a. Pengumpulan data
Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 2010) adalah

 Data umum
1. Identitas kepala keluarga
2. Komposisi kelaurga
3. Genogram
4. Tipe keluarga
5. Latar belakang keluarga (etnis)
6. Agama
7. Status Sosial Ekonomi
8. Aktivitas rekreasi keluarga
 Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga sebelumnya
 Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik lingkungan komunitas
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga
5. Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
 Struktur keluarga
1. Pola komunikasi
2. Struktur kekuasaan
3. Struktur peran
4. Nilai dan normal keluarga
 Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe” .
1. Koping keluarga
2. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
3. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau
stressor
4. Penggunaan strategi koping
5. Strategi adaptasi disfungsional
b. Analisa data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain :
1. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3. Karakter keluarga
c. Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan
keperawatan yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek
lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan
standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum
mengambil keputusan tentang masalah keperawatan keluarga
(Effendy, 2011).
d. Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
1. Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan
potencial
2. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah
masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3. Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
4. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun
skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :
Tabel : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah

Skala :

a. Aktual 3

b. Resiko 2 1

c. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :

a. Dengan mudah 2

b. Hanya sebagian 1 2

c. Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah

Skala :

a. Tinggi 3

b. Cukup 2 1

c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah

Skala :

a. Masalah berat harus segera 2


ditangani
1 1
b. Masalah yang tidak perlu segera

ditangani
0
c. Masalah tidak dirasakan

TOTAL 5

(Suprajitno, 2011)

Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah. Masing-


masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu. Kemudian dari hasil
skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk mendapatkan
nilai skoring tersebut adalah :

Skor X Bobo

2. KEMUNGKINAN
Nilai Tertinggi DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan dalam usaha
mengatasi masalah kesehatan ditandai dengan kondisi rumah kurang rapi
dan bersih
2. Potensial penatalaksanaan terapeutik yang efektif berhubungan dengan
keadekuatan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ditandai
dengan klien mengatakan rajin kontrol kepuskesmas
3. Resiko penularan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
menjaga lingkungan

3. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Tujuan khusus Standar Intervensi


. umum
1. Penatalaksana Setelah 1.Setelah - Keluarg - Diskusikan dengan
an dilakukan diberikan a mengerti keluarga manfaat
pemeliharaan asuhan perawatan tentang lingkungan yang sehat
rumah tak keperawatanm diharapkan pengertian - Jelaskan pada
efektif aka keluarga keluarga mampu rumah sehat keluarga tentang
berhubungan akan mengenal - Syarat pengertian, syarat
dengan menunjukkan lingkungan yang rumah sehat rumah sehat dan
ketidakmamp kemampuan sehat - Manfaat akibat bila lingkungan
uan keluarga dalam rumah sehat tidak sehat
untuk memodifikasi Akibat bila Motivasi keluarga
memodifikasi lingkungan lingkungan untuk menjaga
lingkungan rumah rumah yang lingkungan yang
dalam usaha tidak sehat sehat
mengatasi
masalah 2.Setelah Keluarga - -Diskusikan dengan
kesehatan diberikan termotivasi keluarga untuk
ditandai perawatan untuk menata mempertahankan
dengan diharapkan lingkungan lingkungan yang sehat
kondisi rumah keluarga mampu rumah sehat - Motivasi keluarga
kurang rapi mengambil bagi keluarga untuk tetap menjaga
dan bersih keputusan untuk lingkungan yang sehat
menata rumah Beri pujian terhadap
sehat bagi keputusan yang
keluarga diambil oleh
keluarga
3.Setelah - Keluarg- -Diskusikan dengan
diberikan a menata keluarga tentang
perawatan perabotan agar akibat dari lingkungan
selama rapi dan bersih yang kotor
diharapkan Keluarga - Berikan dorongan
keluarga mampu menyapu di pada keluarga untuk
menata dan dalam dan di membersihkan
memelihara luar rumah lingkungan rumah
lingkungan setiap hari. - Anjurkan keluarga
rumah untuk menyapu di
dalam dan di luar
kamar setiap hari

4.Setelah Keluarga dapat -Kesehatan keluarga


diberikan membuat kamar dengan cara
perawatan tidak lembab membersihkan
diharapkan dan pengap lingkungan, barang-
keluarga mampu- Sinar barang tertata rapi
memodifikasi matahari dapat dan menjemur
lingkungan masuk bantal, kasur
rumah untuk keseluruh minimal 2 kali
meningkatkan ruangan seminggu
kesehatan - Jendela
keluarga terbuka setiap
hari
- Peralata
n tertata rapi
Bantal dan
kasur dijemur
minimal 2 kali
5.Setelah seminggu - -Diskusikan untuk
diberikan menentukan fasilitas
perawatan Keluarga kesehatan yang tepat
diharapkan memanfaatkan untuk dipilih
keluarga mampu fasilitas - Anjurkan keluarga
memanfaatkan kesehatan yang untuk memanfaatkan
fasilitas ada sesuai fasilitas kesehatan
kesehatan yang dengan yang ada
terkait dengan kebutuhan Motivasi keluarga
kesehatan untuk memeriksakan
lingkungan anggota keluarganya
yang sakit
kepelayanan
kesehatan terdekat
2. Potensial Setelah 1.Setelah Keluarga -Kaji tingkat
penatalaksan diberikan diberikan mengerti pengetahuan keluarga
aan perawatan perawatan tentang tentang penyakit TB
terapeutik diharapkan diharapkan penyakit TB paru
yang efektif keluarga keluarga mampu paru - Jelaskan pada
berhubungan mampu mengenal - Keluarga keluarga tentang
dengan melaksanakan penyakit TB mengerti pengertian, penyebab,
keadekuatan program paru tersebut tentang tanda dan gejala, cara
keluarga pengobatan penyebab, tanda pencegahan dan
dalam keluarga yang dan gejala TB pengobatan TB paru
merawat efektif paru, cara Diskusikan dengan
anggota penularan TB keluarga tentang
keluarga paru, cara akibat bila tidak
yang sakit pencegahan dan minum obat
ditandai pengobatan TB
dengan klien paru, cara
mengatakan minum obat
rajin kontrol yang benar
kepuskesmas Dan akibat bila
tidak minum
obat
2.Setelah - Keluarg- -Diskusikan dengan
diberikan a mengerti keluarga tentang
perawatan tentang akibat manfaat minum obat
diharapkan bila putus obat secara teratur dan
keluarga mampu dan bila minum akibat bila putus obat
mengambil obat tidak Motivasi keluarga
keputusan dalam teratur untuk menjaga dan
pengobatan Keluarga mengawasi klien saat
yang sedang termotivasi minum obat.
dijalani oleh dalam
Klien perawatan
klien

3.Setelah - Keluarg- -Motivasi klien untuk


diberikan a mengerti tetap minum obat
perawatan tentang manfaat secara teratur
diharapkan minum obat Anjurkan keluarga
keluarga mampu secara teratur untuk mengambil
merawat Keluarga obat bila obat klien
anggota mengambil sudah habis.
keluarga yang obat di
menderita TB puskesmas bila
paru obat klien
habis

4.Setelah Keluarga - -Diskusikan dengan


diberikan membuka keluarga tentang
perawatan Jendela setiap manfaat
diharapkan hari, kamar mempertahankan
keluarga mampu tidak lembab lingkungan rumah
mempertahanka dan pengap, yang sehat bagi
n suasana rumah barang-barang anggota keluarga
yang sehat bagi tertata rapi, yang sakit
anggota membuang - Anjurkan keluarga
keluarga yang ludah pada membuka jendela
sakit tempat setiap hari,
pembuangan membuang ludah
ludah yang pada tempat
sudah diisi pembuangan ludah
larutan yang sudah diisi
desinfektan, larutan desinfektan
halaman - Motivasi keluarga
rumah tidak untuk menata rumah
becek yang sehat agar sinar
matahari dapat masuk
ke seluruh ruangan
sehingga kamar tidak
lembab dan pengap

5.Setelah Keluarga - Motivasi klien agar


diberikan mengajak klien kontrol ke puskesmas
perawatan kontrol dan untuk mendapatkan
diharapkan melanjutkan pengobatan
keluarga mampu pengobatan Anjurkan keluarga
memanfaatkan apabila obat untuk selalu
sumber dan habis mengontrol obat
fasilitas klien
kesehatan yang
ada

3. Resiko Setelah 1.Setelah Keluarga dapat -Kaji tingkat


penularan diberikan diberikan menyebutkan pengetahuan keluarga
berhubungan askep perawatan 3cara dari 5 tentang cara
dengan diharapkan diharapkan penularan TB penularan TB Paru
ketidakmamp keluarga dapat keluarga mampu paru - Diskusikan dengan
uan keluarga mengerti mengenal keluarga tentang cara
dalam tentang penularan TB penularan TB paru
menjaga penularan paru - Keluarg- Anjurkan keluarga
lingkungan penyakit TB a mengerti untuk menjaga
paru dan tidak tentang lingkungan agar tetap
terjadi pemberian obat bersih
penularan secara teratur Memotivasi keluarga
lebih lanjut - Pemberi untuk menghindari
an lama hal-hal yang dapat
pengobatan menularkan TB Paru
selama 6 - -8
bulan
2.Setelah - - -Diskusikan dengan
diberikan Keluarga keluarga manfaat
perawatan mampu pengobatan secara
diharapkan memotivasi teratur
keluarga mampu klien untuk - -Beri pujian tentang
mengambil berobat secara keputusan yang
keputusan teratur diambil
mengenai - -Motivasi keluarga
pengobatan pada untuk selalu
klien mengingatkan klien
minum obat

3.Setelah - -Diskusikan dengan


diberikan - Keluarg keluarga cara
perawatan a mampu penularan TB Paru
diharapkan merawat klien. - Ajarkan keluarga
keluarga mampu Dapat merawat diri dan klien
merawat menghindari Jelaskan pada
anggota hal-hal yang keluarga cara
keluarga yang dapat menghindari hal-hal
sakit menularkan yang dapat
penyakit TB menularkan TB paru
4.Setelah paru - -Anjurkan keluarga
diberikan - Keluarg agar selalu menjaga
perawatan a selalu kebersihan rumah,
diharapkan membersihkan manata barang-barang
keluarga mampu rumah, menata dan membedakan
memodifikasi barang- peralatan untuk
lingkungan barangnya dan makan
rumah membedakan Motivasi keluarga
peralatan untuk untuk memelihara
makan lingkungan rumah
Sinar matahari agar tetap bersih dan
dapat membuka jendela
menyinari setiap hari agar sinar
seluruh matahari menyinari
ruangan seluruh kamar

5.Setelah - Diskusikan dengan


diberikan keluarga tentang
perawatan - Keluarg pentingnya fasilitas
diharapkan a dapat kesehatan dalam
keluarga mampu memanfatkan perawatan kesehatan
memanfaatkan fasilitas keluarga
fasilitas kesehatan yang Motivasi keluarga
pelayanan ada untuk mengajak
kesehatan yang Keluarga dapat anggota keluarga
ada mengajak yang sakit berobat ke
anggota puskesmas
keluarga yang
sakit untuk
berobat
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
b. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan
data yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga
c. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga
sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
d. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas,
menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi
intervensi keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. 2012. Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Mubarak, Wahit, Iqbal, & Nurul Cahyatin. 2009. Ilmu Kesehatan
Mayarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Nizar, Muhammad. 2010. Pemberabtasan dan Penanggulangan
Tuberkulosis. pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Widagdo. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TBC.
etd.repository.ugm.ac.id Tanggal diakses: 30 April 2011.
Wilkinson, M, Judith dan Ahern, R, Nancy. 2013. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Diagnosis NANDA, Intervensi

Anda mungkin juga menyukai