DISUSUN OLEH :
920173004
3A – S1 ILMU KEPERAWATAN
Tp 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini saya susun sebagai tugas dari
mata kuliah Keperawatan Keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Diabetes Mellitus”
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Purnomo M.Hkes dosen mata kuliah
Keperawatan Keluarga yang telah membimbing dan memberikan kuliah secara online demi
lancarnya terselesaikan tugas ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan penulis berharap semoga tugas ini
bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya tugas ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Definisi Keluarga
B. Bentuk Keluarga
C. Fungsi Keluarga
D. Struktur Keluarga
E. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
F. Tahap Perkembangan Keluarga
G. Peran Perawat Keluarga
H. Klasifikasi Umur
A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
A. Pengkajian Keperawatan
B. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
BAB 1
KONSEP KELUARGA
A. DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga/unit
layanan perlu diperhitungkan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu
yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (Zaidin Ali, 2010).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum : meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
social dari tiap anggota (Harmoko, 2012)
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua
orang atau lebih yang dihubungkan dalam ikatan perkawinan, adopsi dan kelahiran
yang saling berinteraksi satu sama lain untuk menciptakan dan mempertahankan
budaya serta meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social
dimana setiap individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
B. BENTUK KELUARGA
bentuk keluarga menggambarkan perbedaan social, tingkah laku, dan kultur, serta
gaya hidup.
1.Nuclear Family (keluarga inti)
yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi
tanggunganya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
6. Blended family
yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-
masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
C. FUNGSI KELUARGA
Fungsi-fungsi pokok dari keluarga yaitu :
1. Fungsi afektif.
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi.
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
social.
3. Fungsi reproduksi.
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
4. Fungsi ekonomi.
Keluarga berfungsi memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan.
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. (Friedman, 2010).
Menurut UU no. 10 tahun 1992 jo PP no. 21 tahun 1994 secara umum fungsi keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi keagamaan
Membina norma ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
2. Fungsi Budaya
Membina tugas- tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma- norma
dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
3. Fungsi cinta kasih
Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga
kedalam symbol- symbol nyata secara optimal dan terus menerus.
4. Fungsi perlindungan
Memenuhi rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari
dalam maupun dari dalam keluarga.
5. Fungsi reproduksi
Membina hubungan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi
nggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
6. Fungsi sosialisasi
Menyadari, merencanakan dan menciptakkan lingkungan keluarga sebagai wahana
pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.
7. Fungsi ekonomi
Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga
dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
8. Fungsi pelestarian lingkungan
Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan intern keluarga.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal, adalah kelurga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun dari jalur garis ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4.Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5.Keluarga kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, danbeberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
A. PasanganBaru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang
membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-
masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
1. Membina hubungan intim danmemuaskan.
2. membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga
istri dan keluarga sendiri.
4) Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan
keluarga.
5) Role Model
Perilaku yg ditampilkan perawat dapat dijadikan panutan. Panutan ini digunakan
pada semua tingkat pencegahan terutama PHBS. Menampilkan profesionalisme dlm
bekerja.
6) Fasilitator
Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan
keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan
kebutuhan keamanan dapat diatasi.
7) Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang
pemenuhan kebutuhan keamanan.
8) Manajer
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayan, maupun
pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan
konsep managemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai
pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan
keperawatan serta organisasi dan mengendalikan system pelayanan kesehatan .
H. KLASIFIKASI UMUR
Menurut Depkes, umur seseorang dikategorikan ke beberapa tingkatan :
1. Masa Balita : 0-5 Tahun
Untuk usia anak yang masih dini, akan diperhatikan secara khusus dan diharukan
untuk mengikuti kegiatan posyandu secara rutin. Hal ini bertujuan agar gizi anak
tercukupi melalui vitamin atau imunisasi yang wajib diberikan.
KARAKTERISTIK USIA
A. Karakteristik Usia
Pengertian Usia Madya Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya
dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh
adanya perubahan fisik, mental serta perubahan minat (Hurlock,1980). Menurut Erikson
(dalam Santrock, 2002), usia madya merupakan masa kritis dimana baik
generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnansi atau kecenderungan
untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Erikson, (dalam Santrock, 2002) pada masa
usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap)
tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Hurlock (2000) mmbagi masa dewasa menjadi
tiga bagian yaitu :
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult) Masa dewasa awal adalah
masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan
masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup
yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
b. Masa dewasa madya (middle adulthood) 28 Masa dewasa madya ini
berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial
antara lain: masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
periode dalam kehidupannya dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian
terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang
minat dan perhartiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
c. Masa usia lanjut Usia lanjut adalah periode penutup rentang dalam kehidupan
seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan fisik dan psikologis yang mulai menurun. Berdasarkan uraian di atas,
pengertian usia madya adalah usia setengah baya yang dipandang sebagai masa usia
antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental
serta perubahan minat dan merupakan masa kritis dimana baik
generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnansi atau kecenderungan
untuk tetap berhenti akan dominan.
2. Masa Transisi
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan masa di
mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya
dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri
jasmani dan perilaku baru. Seperti periode:
a. Dia mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam kesuburan.
Transisi berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang
baru.
Dimana dapat dilihat baik bagi pria maupun wanita pasti terdapat perubahan
terhadap hubungan yang berpusat pada pasangannya (pair centred relationship)
bila dibandingkan dengan hubungan yang berpusat pada keluarga (family
centred relationship) selama tahun-tahun awal periode dewasa, ketika peran
utama pria dan wanita didalam rumah adalah sebagai orang tua.
Sebagai peran dirumah, pria harus menyesuaikan diri terhadap perubahan, yang
kelak masa tua akan datang dan kondisi pekerjaan perlu disesuaikan dengan
kondisi fisik mereka. Selama usia madya, kimmel telah mengidentifikasi tiga
bentuk krisis pengembangan yang umum dan hamper universal seperti:
Krisi sebagai orang tuaditandai dengan sindrom yang merupakan krisis
yang terjadi apabila anak-anak gagal memenuhi harapan orang tua.
Krisis yang timbul karena oarng tua berusia lanjut, sehingga sering
timbul reaksi-reaksi dari anak-anaknya.
Krisi yang berhungan dengan kematian, khususnya pada suami istri.
5. Usia Berbahaya
Pada umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia ini dianggap atau
dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan.
7. Masa Berprestasi
Menurut Erikson (dalam Hurlock, 1980), usia madya merupakan masa krisis
“generativitas” (generativity) kecenderungan untuk menghasilkan maupun stagnasi
kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan.
1. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolism lemak dan protein ( Askandar, 2010 ).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut
insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2011).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute
atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak
(Billota,2011).
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di
sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
absolute maupun relative. (Arisman dan soegondo (2009)
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2011), penyebab dari diabetes melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak
tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI
ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada
awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek
reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia . Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di
dalam pancreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idipatik.
Diabetes melitus dengan pathogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi
imitokondria , tidak termasuk pada penggolongan ini.
Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, sering kali disertai
dengan sindrom resistasin insulin
Diabetes Tipe Spesifik lain yang meliputi defek genetik fungsi sel beta pankreas,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, pengaruh obat
atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindrom genetik lain yang
berhubungan dengan diabetes mellitus .
Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan
gestational diabetes mellitus, GDM
4. PATOFISIOLOGI
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan di pertahankan pada tingkatan yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
dan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II.Namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu ketoasidosis diabetic tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol
menimbulkan masalah.(suprajitno,2011)
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang berlebihan
( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia,
Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka,
Keputihan.
6. KOMPLIKASI
Stroke dan sakit jantung Stroke dan sakit jantung mencakup 70 persen dari kasus
komplikasi diabetes di Indonesia.
Seorang penyandang diabetes melitus bahkan diperkirakan memiliki risiko
terkena serangan jantung dan stroke yang dua kali lipat dari orang normal. Sebab, kadar
gula tinggi mengubah pola lemak kolesterol LDL menjadi lebih mudah menumpuk,
menghambat produksi kolesterol HDL, dan menganggu elastisitas pembuluh darah.
Akibatnya, pembuluh darah menjadi lebih mudah cedera dan mengalami penyumbatan.
Padahal, pembuluh darah koroner berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi ke otot
jantung.
Jika pembuluh ini mengalami sumbatan atau atherosklerosis, aliran darah yang
membawa oksigen ke jantung akan terhambat dan jantung mengalami kerusakan.
Akibatnya, jantung gagal memompa darah ke seluruh tuhuh dan kematian
mendadak dapat terjadi. Mata Komplikasi diabetes terhadap mata dapat dibagi menjadi
dua, yakni stadium awal (retinopati non-plofiteratif) dan stadium lanjut (retinopati
proliferatif)
7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Menurut Newsroom (2009) Tujuan utama terapi pada pasien DM adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
a. Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % – 70 %
Protein = 10 % – 15 %
Lemak = 20 % – 25 %
b. Jumlah kalori perhari
1) Antara 1100 -2300 kkal
2) Kebutuhan kalori basal :
laki – laki : 30 kkal / kg BB
Perempuan : 25 kkal / kg BB
2. Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani :
a. Menurunkan kadar glukosa darah mengurangi resitensi insulin, meningkatkan
sensitivitas insulin).
b. Menurunkan berat badan.
c. Mencgah kegemukan.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah,
peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.
3. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :
a. Umur diatas 45 tahun.
b. Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m.
c. Hipertensi > 140 / 90 mmHg.
d. Riwayat keluarga DM.
e. Dislipidemia, HDL 250 mg/dl.
f. Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma
puasaderange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)
4. Medis (obat hipoglikemi)
a. Obat hipoglikemi oral :
1) Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid.
2) Biguanid ( metformin )
3) Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
b. Insulin
1) Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, adalah jenis obat insulin
yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit
sejak dimasukan kedalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1
sampai 3 jam dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setelah 6 sampai 8
jam kemudian.
2) Insulin reaksi panjang, merupakan jenis yang mulai bekerja 1 sampai 2 jam setelah
disuntikan kedalam tubuh seseorang. Tetapi obat ini tidak memiliki reaksi puncak,
sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam didalam
tubuh penderita, contohnya lavemir dan lantus.
3) Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja menurunkan
kadar gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikan kedalam tubuh. Obat ini bekerja
secara maksimal selama 6 sampai 10 jam, dan berakhir setelah 10 sampai 16 jam
setelahnya. Contohnya humulin m3, hypurin, dan insuman.
4) Insulin reaksi cepat yang bekerja 5 sampai 15 menit setelah masuk kedalam tubuh.
Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30 sampai 90 menit, dan pengaruhnya akan
segera menghilanhg setelah 3 sampai 5 jam setelahnya, contohnya lispro, actrapid,
novorapid dan velosulin.
BAB IV
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka
yang tidak sembuh – sembuh, adanya nyeri pada luka atau luka tidak terasa nyeri
4, Pemeriksaan fisik
a.System Pernafasan atau Breathing (B1)
Tachypnea.
b.System Kardiovaskuler atau Blood (B2)
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, palpitasi, hipertensi atau
hipotensi, takikardi atau bradikardi, aritmia, dapat menyebabkan pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolik).
c.System Persyarafan atau Brain (B3)
Pusing, pening, sakit kepala, reflek tendon menurun, gangguan penglihatan, anastesia
atau kebas, impotensi (pada pria), kacau mental, disorientasi, mengantuk (somnolen),
letargi, stupor sampai koma.
d.System Perkemihan atau Bladder (B4)
Poliuria, nokturia, dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi
hipovolemia berat, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih
bila ada infeksi pada saluran perkemihan
e.System Pencernaan atau Bowel (B5)
Rasa haus atau banyak minum (polidipsi), rasa lapar (polifagi), mual, muntah, anoreksia,
perubahan berat badan.
f. System Musculoskeletal dan integument atau Bone (B6)
Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, penurunan kekuatan otot, parastesia,
kesemutan, ulkus pada ekstremitas dan penyembuhannya lama, kulit kering atau bersisik,
gatal, turgor kulit jelek, nyeri.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. RENCANA KEPERAWATAN
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.Jakarta
EGC
Carpenito, L. J. (2010). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi 9. Jakarta:
EGC
Grace, P., & Baerly,N. (20010). At A Glance Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015).Diagnosis Keperawatan Defisi & Klasifikasi 2015-
2017.Edisi:10.Jakarta:EGC