Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM)

Oleh :

Depranata
2017.C.09a.0832

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya mampu
menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.A Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Diabetes Melitus (DM). Dan harapan penulis semoga
laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, juga manfaat bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada
Tn.A Dengan Diagnosa Medis Penyakit Diabetes Melitus (DM). Asuhan
Keperawatan Keluarga ini yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang serta untuk
memenuhi tugas kuliah.
Asuhan Kepetawayan Keluarga ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan.
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Keluarga


1.1.1 Pengertian Keluarga
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, dalam bentuk bio-psiko-sosiokultural-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, pedoman standar
keperawatan, serta landasan etika dan etiket keperawatan dalam lingkup
wewenang dan tanggung jawab keperawatan.
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli
(Sudiharto, 2011) :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (2012) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya, mempunyai peran masing–masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya”.
Menurut Departemen Kesehatan (2015) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan
saling bergantungan”.
Menurut Friedman (2011) mendefinisikan keluarga adalah dua atau lebih
individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman
dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga”.
Jadi asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. (Sri Setyowati, 2016 : 75).

1.1.2 Bentuk – Bentuk Keluarga


Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
2) Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejanis (guy/lesbian families).
3) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak- anak
tiri.
4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)
Anak-anak yang tinggal bersama.
5) Keluarga Orang Tua Tunggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai,
berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-
anak mereka yang tinggal bersama.
6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan
bersama.
7) Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing
menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-
masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
8) Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya
(poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (2011) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :
a) Keluarga Tradisional (Traditional Family)
Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma
kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersama-sama,
yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.
b) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak yang hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga.
c) Keluarga Non Tradisional
Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap melanggar
norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama.

1.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga


Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann 2011 adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan
baik. (Sri Setyowati, 2016 : 32).

1.1.4 Peran Keluarga


Peran Keluarga menurut (Friedman, 2011) adalah sebagai berikut :
1) Peran Formal
a) Peran Parenteral dan Perkawinan
Nyc dan Gecas (2012) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk
posisi sosial sebagai suami–ayah dan ibu–istri :
 Peran sebagai provider (penyedia)
 Peran sebagai pengatur rumah tangga
 Peran perawatan anak
 Peran sosialisasi anak
 Peran rekreasi
 Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal)
 Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
 Peran seksual
b) Peran Perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan
perkawinan yang kokoh. Anak–anak terutama dapat
mempengaruhihubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan
situasi dimana suami–istri membentuk suatu koalisi dengan anak.
Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas
perkembangan yang vital dari keluarga.
2) Peran informal
a) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.
b) Inisiater–kontributor : Mengemukakan dan mengajukan ide–idebaru
atau cara–cara mengingat masalah–masalah atau tujuan–tujuan
kelompok.
c) Pendamai (Compromiser) : Merupakan salah satu bagian dari
konflikdan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi
dan mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian “setengah
jalan”.
d) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh
anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
e) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan–
kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau
keakraban.

1.1.5 Fungsi Keluarga (Friedman, 2011)


1) Fungsi Afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan psiko social fungsi efektif ini merupakan sumber energi
kebahagiaan keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota
keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan interaksi dalam keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber
daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti
kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, dll.
5) Fungsi Keperawatan Kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat
dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :
 Keluarga mengenal masalah kesehatan
 Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan.
 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan
 Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana
rumah yang sehat.
 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tepat.

1.1.6 Peran Perawat Keluarga


Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu
memerhatikan prinsip-prinsip berikut.
a) Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
b) Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
c) Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
d) Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e) Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :
a) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.
c) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
d) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun
yang tidak.
e) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
f) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu,keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga.
h) Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan
yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2016 : 29 dan 43).
1.2 Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus

1.2.1 Pengertian

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan


kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer & Bare, 2009).

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai


berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007).

Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan dengan


defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011).

1.2.2 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.
1.2.3 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah
makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal
( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul
glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan
membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa terjadi
atherosklerosis pada arteri yang besar, penebalan membran kapiler di seluruh
tubuh, dan degeneratif pada saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada komplikasi
lain seperti thrombosis koroner, stroke, gangren pada kaki, kebutaan, gagal ginjal
dan neuropati.
1.2.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis :
1) DM
Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun
Tipe II : NIDDM
Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati
Tipe II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistik :
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa
3) Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

1.2.5 Tanda dan Gejala


Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
banyak kencing
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak
minum
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
kan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
banyak makan akan tetap kurus.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katarak

1.2.6 Komplikasi

1. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati
dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di
sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak
adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala
hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
2. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan
diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang
menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang
ekstrim.
3. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosmolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hyperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang
menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai
dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl),
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis
osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali
keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat
kesadaran (biasanya koma atau hampir koma)
4. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau
nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi
dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan
pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah
makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
5. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali
lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil
ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis
serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif,
serta depresi sistem saraf pusat.
6. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan
glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini
membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis.

1.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk DM sebagai berikut (FKUI, 2011) :

1. Glukosa darah sewaktu


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

1.2.8 Penatalaksanaan Medis


Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler
serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.

1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
1) Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
2) Obat oral anti diabetic
 Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
 Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
 Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
 Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
 Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
 Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
 Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
1) Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
2) Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
3) Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat.

1.2.9 Diet Untuk DM


Makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes diantaranya ayam tanpa
kulit, ikan, putih telur, daging tidak berlemak. Sumbe protein nabati yang
dianjutkan diantaranya tempe, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai,
sayuran yang diperbolehkan diantaranya kangkung, daun kacang, tomat, labu air,
kembang kol, lobak, sawi, selada, seledri, terong. Dan untuk buah-buahan
dianjurkan seperti jeruk, apel, pepaya, jambu air, dalak, dan belimbing. Semua
jenis karbohidrat seperti nasi merah, kentang, singkong, ubi, sagu, jagung
diperbolehkan namun dibatasi sesuai kebutuhan.
Ada beberapa langkah makan sehat bagi penderita diabetes diantaranya :
1. Makan tiga kali sehari dan jangan lewatkan waktu makan
2. Lebgkapi setiap porsi makan dan makanan karbohidrat yang lebih kompleks
3. Makan lebih banyak buah dan sayuran.
4. Kurangi gula dan makanan manis.
5. Kurangi konsumsi garam dengan mambtasi jumlah asupan makanan olahan
serta garam tambahan.
Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran 3J,
yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makanan. Jenis dan jumlah
makanan yang banyak mengandung gula serta jadwal makan yang tidak teratur
dapat meningkatkan kadar gula darah.

1.3 Manajemen Keperawatan Keluarga

1.3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama
atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,
dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala
keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti
apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan
orang tua dari kedua orang tua.
3. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,
dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi
dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
3) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota
keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
4. Struktur keluarga
1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik formal/informal
4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
5. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
2) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan
jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.
6. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
- Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
- Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.
7. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya takipnea, ronchi, sesak nafas,
dan batuk disertai dengan sputum.
2) B2 (Blood)
Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti IMA, nyeri, nadi yang menurun/tidak ada, disritmia,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, luka yang sukar sembuh.
3) B3 (Brain)
Pada pemeriksaan ini didapatkan sakit kepala, kesemutan, lemah otot,
koma, bingung, disorientasi, letargi.
4) B4 (Bladder)
Adanya poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung, pucat,
urine encer.
5) B5 (Bowel)
Adanya nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit tidak elastis,
mual dan muntah.
6) B6 (Bone)
Pada pemeriksaan ini didapatkan kelemahan, susah berjalan/bergerak,
kram otot, takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetes
melitus
2. Resiko terjadi komplikasi lebih lanjut pada klien berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan berhubungan dengan kurang mengatur
pemeliharaan rumah yang sehat.

1.3.3 Intervensi Keperawatan


Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal
93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
1. Menentukan sasaran atau goal
2. Menentukan tujuan dan objek
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
4. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

1.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian
Tanggal : Jum,at, 13 November 2020
2.1 Identitas Klien / Keluarga
Nama kepala keluarga : Tn. A
Usia : 50 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kereng Bangkirai
No Telp : 0812-5512-4178

Komposisi Keluarga
Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L/P) dengan KK
1 Tn. D L 38 Suami SMP Swasta
2 An. J L 17 Anak SMA -
3 An. A L 13 Anak SMP -

Tipe Keluarga :
Keluarga Inti, Karena terdapat suami,istri,dan anak.

2.2 Riwayat Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :
Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru
(berginning family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan
kelompok social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan
diri untuk menjadi orang tua.
2 Keluarga dengan kelahiran anak
pertama (child bearing family)
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung
jawab
c. Menata ruangan untuk anak
atau mengembangkan suasana
rumah yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau
dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning
anggota keluarga
f. Mengadakan kebiasaan
keagamaan secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah
(family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain harus dipenuhi
d. Mempertahankan hubungan
yang sehat, baik di dalam
maupun diluar keluarga.
e. Pembagian waktu untuk
individu pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi
untuk tumbuh dan kembang
anak.
4 Keluarga dengan anak usia sekolah
(family with school children)
a. Memberikan perhatian tentang √
kegiatan social anak,
pendidikan, dan semangat
belajar
b. Tetap mempertahankan √
hubungan yang harmonis dalam
perkawainan
c. Mendorong anak untuk √
mencapai pengembangan daya
intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk √
anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas
komunitas dengan
mengikutsertakan anak √
5 Keluarga dengan anak remaja
(family with teenagers)
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dengan
tanggungjawab mengingat
remaja yang sudah bertambah
dewasa dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan
yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi
yang terbuka antara anak dan
orangtua, hindari perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.
6 Keluarga dengan anak dewasa atau
pelepasan
a. Memperluas keluarga inti
menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman
keluarga
c. Membantu orang tua suami atau
istri yang sakit memasuki masa
tua
d. Mempersiapakan anak untuk
hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan suami, istri, kakek dan
nenek
7 Keluarga usia pertengahan (middle
age family)
a. Pertahankan kesehatan
b. Mempunyailebih banyak waktu
dan kebebasan dalam arti
mengelola minat social dan
waktu santai
c. Memulihkan hubungan antar
generasi muda dengan generasi
tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak
dengan keluarga dengan anak
f. Persiapkan masa tua atau
pensiun dan meningkan
keakraban pasangan
8 Kelurga usia lanjut
a. Mempertahnkan suasana rumah
yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban
suamiistri dan salingmerawat
d. Mempertahankan hubungan
dengan anak
dansosialmasyarakat
e. Menerimakematian pasangan,
kawan, dan mempersiapkan
kematian

Tugas Perkembangan Keluarga :


Dapat dijalankan sebagian dapat dijalankan Tidak dapat dijalankan
 
Jelaskan: Keluarga pada Tn. A mampu mempertahankan hubungan yang intim
dengan keluarga, mempertahankan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan
anak
Genogram :

Keterangan :
Laki – Laki
Perempuan
Tinggal Serumah
Pasien

2.3 Struktur Keluarga


Pola Komunikasi : Baik  Disfungsional
Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah 

Ada masalah
Nilai / norma keluarga : Tidak ada konflik nilai 

Ada konflik

2.4 Fungsi Keluarga


Fungsi afektif : Berfungsi  Tidak berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi  Tidak berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik  Kurang Baik
Fungsi Perawatan Kesehatan :
 Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan :Baik Tidak

 Pencegahan Penyakit : Baik  Tidak


 Perawatan Penyakit : Baik  Tidak
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Baik  Tidak

2.5 Pola Koping Keluarga


Efektif  Tidak efektif
Stressor yang dihadapi keluarga : Tidak adalah masalah

2.6 Spiritual
Taat beribadah: Ya  Tidak
Tn. A sekelurga menganut agama Islam dan menjalan kan ibadah sesuai
ajaran agama Islam dan tindakan kesehatan tidak bertentangan dengan suku
Dayak Status sosial ekonomi keluarga.

2.7 Pola Aktivitas sehari-hari


Pola makan : Pola makan Tn. A yang dikatakan istrinya kurang karena kurang
nafsu.
Pola Minum : Pola minum Tn. A yang dikata suaminya baik, Tn. A lebih
sering minum air putih.
Istirahat : Istirahat Tn. A Baik,
Pola BAK : Pola BAK Tn. A Sering Kencing
Pola BAB : Pola BAB Tn. A tidak ada masalah
Pola Kebersihan diri : kebersihan diri Tn. A kurang.
Olahraga :Tn. A jarang melakukan olahraga, karena Tn. A sering bekerja.
Tingkat kemandirian :Tn.A Masih mampu melakukan aktivitasnya.

2.8 Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)
 Marah Tidak
 Sedih Tidak

 Ketakutan Tidak

 Putus asa Tidak


Tidak
 Stress

Kurang interaksi dengan orang lain :Tn. A mampu berinteraksi secara baik
dengan istri, anak maupun orang lain
Menarik diri dengan lingkungan : Tn. A mudah beradaptasi dengan orang lain
atau mudah bergaul
Konflik dengan keluarga : Tidak ada komflik Tn. A dengan keluarga
Penurunan harga diri : Tidak ada masalah
Gangguan gambaran diri : Tidak ada masalah
2.9 Faktor resiko masalah kesehatan
Tidak pernah / jarang periksa kes.: Tn. A tidak rutin melalukan pemeriksaan
dipuskesmas
Social ekonomi kurang :Tn.D Dmengatakan penghasilan nya memenuhi
kebutuhan nya. Apabila ada pengeluaran lebih dan tidak dapat di penuhi
keluarga biasanya dibantu oleh saudara jauh.
Total pendapatan kelurga per bulan:
Di bawah Rp. 600.000,-
 Rp. 600.000,- s/d 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-
Diatas 2.000.000,-
Rumah / lingkungan tidak sehat : Tidak ada masalah
Hubungan klg tidak harmonis : Tidak ada masalah
Obesitas : Keluarga Tn. A tidak ada yang obesitas
Status gizi kurang : Keluarga Tn. A tidak ada yang gizi kurang

2.10 Pemeriksaan Fisik


VITAL SIGN
Nama Tanggal
BB/TB
(Inisial) TD N RR S pemeriksaa Lain- lain
n
Tn.Y 130/90 80 20 36,7 60 13/11/2020
Tn. A 140/80 80 20 36,7 58 13/11/2020
An. J 120/80 80 21 36,7 50 13/11/2020
An. A 110/80 90 20 37.0 45 13/11/2020
Status mental:
Bingung : Tidak ada masalah
Cemas : Tidak ada masalah
Disorientasi : Tidak ada masalah
Depresi : Tidak ada masalah
Menarik diri : Tidak ada masalah
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia : Tidak ada masalah pada bagian irama jantung
Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada yang dirasakan Tn. A
Distensi vena jugularis : Tidak ada masalah
Jantung berdebar : Tidak ada masalah
Nyeri spesifik :
Lokasi : Tidak ada masalah
Tipe : Tidak ada masalah
Durasi: Tidak ada masalah
Intensitas : Tidak ada masalah
Sistem pernafasan :
Stridor Tidak ada masalah
Wheezing Tidak ada masalah
Ronchi Tidak ada masalah
Akumulasi Sputum
Sistem Integumen :
Ciasonis : Tidak ada masalah
Akral Dingin : Tidak ada masalah
Diaporesis : Tidak ada masalah
Juandice : Tidak ada masalah
Luka : Tidak ada masalah

Mukosa Mulut
Kapiler refil time :
Kurang dari 2 detik 

Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang :Kekuatan otot 5-5 dan 5-5

Paralisis : Tidak ada masalah


Hemiparesis: Tidak ada masalah
ROM : ekstermitas atas 5/5 dan ekstermitas bawah 5/5
Sistem Persarafan :
Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala
Pusing : Tidak ada masalah
Tremor : Tidak ada masalah
Reflek pupil anisokor : Tidak ada masalah
Paralisis : Tidak ada maslah
Anestesi daerah perifer : Tidak ada masalah
Sistem Perkemihan :
Disuria : Tidak ada masalah
Hematuri : Tidak ada masalah
Frekuensi : 2000 ml/7jam
Retensi : Tidak ada masalah
Inkontinensia : Tidak ada masalah
Sistem Pencernaan :
Intake cairan kurang :
Mual/ muntah : pasien merasa mual
Nyeri perut : Tidak ada masalah
Muntah darah : Tidak ada masalah
Flatus : Tidak ada masalah
Distensi abdomen : Tidak ada masalah
Colostomy : Tidak ada masalah
Diare : Tidak ada masalah
Konstipasi : Tidak ada masalah
Bising usus : 6 x/menit
Terpasang sonde : Tidak ada terpasang sonde
Riwayat Pengobatan :
Alergi obat : Tidak ada masalah
Jenis obat yang dikonsumsi : Metformin 2x1, Glimepirid 1x1

2.11 Pengkajian Lingkungan


1. Ventilasi : 10% luas lantai
2. Pencahayaan :kurang, karena jendela rumah sering tertutup
3. Lantai : keramik sebagian
4. Kebersihan rumah : kurang, terdapat debu debu dibagian dinding
rumah
5. Jenis bangunan :Bangunan rumah Tn. A terbuat dari
semen/permanen
6. Air untuk keperluan sehari-hari
1) Sumber air untuk keperluan minum:
PDAM Sumur
Sungai  Air mineral
2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:
 PDAM Sumur
Sungai Air mineral
3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic
tank:
<10 meter  >10 meter
4) Tempat penampungan air sementara:
 Bak Ember
Gentong Lain-lain..........
5) Kondisi tempat penampungan air:
Tertutup  Terbuka
6) Kondisi air:
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan
 Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna
7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah:
 TPU Sungai Ditimbun
Dibakar Sembarang tempat

2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?


 Ya Tidak
3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?


Tertutup Terbuka
4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?

 <5 meter >5meter


8. Sistem pembuangan kotoran :
1) Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) :

 Jamban(WC) Sungai Sembarang tempat


2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :

 Cemplung Leher angsa Plengseran


3) Pembuangan air limbah :
 Resapan Got Sembarang tempat
9. Hewan peliharaan / ternak
1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?
Ya  Tidak tidak
2) apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan ?
Ya  Tidak
3) bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya ?
Ada Tidak
 ada
4) bila ada, dimana letaknya ?
Didalam rumah Diluar rumah
5) bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ?

 <1meter >1 meter tetapi < 10 meter


6) kondisi kandang :
Terawat Tidak terawa

Catatan Keperawatan Keluarga
II. Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Penyebab
1 DS = Kurang pengetahuan keluarga Tn.A Ketidak mampuan
Tn. A dan keluarganya tidak mengenai DM keluarga mengenal
mengetahui penyebab dari DM
masalah DM dan cara
dan tidak tahu cara apa saja
yang dilakukan jika DM ini pencegahannya.
kembali menyerang klien lagi.

DO=
- Keluarga Tn. A tampak tidak
mengerti tentang penyakit
yang dialaminya.
- Tingkat pendidikan terakhir
klien dan keluarga rata-rata
SMP saja.
- Keluarga klien sering
bertanya

III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) . Tn.A tidak mengetahui
Skala: penyakitnya secara baik
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Kemungkinan masalah
Dapat Diubah (Bobot 2) dapat diubah Tn.A karena
Skala: sudah mampu untuk
2 : Mudah upaya pengobatan
1 : Sebagian
0 : Rendah

Pontensial Masalah Untuk Keluarga mau mengikuti


Dicegah (Bobot 1) penyuluhan kesehatan
Skala: yang diberikan oleh
3 : Tinggi perawat
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Keluarga Tn.A sangat
(Bobot 1) merasakan masalah
2 : Berat, Segera ditangani penyakit pada Tn.A harus
1 : Tidak Perlu Segera segera ditangani
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore


Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
1 Tn. A b.d ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan anggota
keluarga.
V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Diagnosa Keperawatan :
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
. Setelah dilakukan tindakan Respon verbal Keluarga dapat menjelaskan kembali cara 1. Jelaskan pengertian diabetes melitus,
keperawatan di harapkan dan demostrasi mengurangi dan mencegah terjadinya diabetes Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala
keluarga mampu melitus 2. Menjelaskan tentang diet diabetes melitus
1. Menjelaskan tentang 3. Menganjurkan klien untuk menggunakan alas
diet diabetes mellitus kaki seperti sandal/kaos kaki
2. Mengenal masalah 4. Menganjurkan klien cara membuat obat
penyakit diabetes tradisional kayu manis
melitus,
3. Menggunakan alas
kaki untuk
menghindari luka
ulkus
4. Menjelaskan kepada
pasien cara membuat
obat tradisional
dengan kayu manis

VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Hari/Tangga Pukul Implementasi Evaluasi
l
Jum,at 5 11: 00 wib 1. Menjelaskan pengertian diabetes melitus, S: keluarga Tn.A. keluarga mengatakan sudah
Oktober Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala memahami tentang cara mengurangi dan mencegah
2020 2. Menjelaskan tentang diet diabetes mellitus terjadinya diabetes melitus serta diet diabetes melitus
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan alas kaki O: keluarga dapat mengungkapkan kembali cara
seperti sandal/kaos kaki mengurangi dan mencegah terjadinya diabetes mellitus
4. Menganjurkan klien cara membuat obat serta diet diabetes mellitus dan cara membuat obat
tradisional kayu manis tradisional.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intrvensi dilanjutkan
DAFTAR ISI

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC.

Stockslager L, Jaime dan Liz Schaeffer. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatric. Ja


SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN
KESEHATAN TENTANG MANFAAT KAYU MANIS UNTUK
MENURUNKAN KADAR GULA PENDERITA DM
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik Keperawatan IV
Tingkat IV-A Di Ruang Keluarga
Dosen Pembimbing : Efri Duli, S.Kep.,Ners

Disusun Oleh:

Depranata 2017.C.09a.0832

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB 1
METODE DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

2.1 Metode
2.1.1 Penyampaian materi dengan ceramah

2.2 Media
2.2.1 Menggunakan Leaflet

2.3 Satuan Acara Penyuluhan


2.3.1 Topik
Tentang Manfaat Kayu Manis Untuk Menurunkan Kadar Gula Penderita
DM
2.3.2 Sasaran
Pasien dan keluarga
2.3.3 Tujuan :
a. Tujuan Intruksional Umum :
Pasien dan keluarga
b. Tujuan Intruksional Khusus
1. Pasien dan keluarga mengetahui karakteristik penyakit DM secara
Umum
2. Pasien dan keluarga mengetahui Terapi Komplementer Untuk
Penderita DM
3. Pasien dan keluarga menegetahui Pengertian Kayu Manis
4. Pasien dan keluarga
5. mengetahui Kandungan Pada Kayu Manis
2.3.4 Waktu :
Hari/Tanggal : jum,at, 20 November 2020
Pukul : 09.00 WIB – selesai
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Lokasi : Rumah llien
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan 1 menit Ceramah
2 Perkenalan 1menit Ceramah
3 MenyampaikanKontrak (Tujuan, 3 menit Ceramah
MateridanWaktu)
4 MenyampaikanMateriPenyuluhan 15menit Ceramah
5 Tanya Jawab 10 menit Tanya Jawab

2.3.6 Petugas-petugas Acara


Moderator : Depranata
Penyaji : Depranata
Observer : Depranata
Fasilitator : Depranata
Dokumentasi : Depranata

2.3.7 Tugas Perorganisasian


Moderator :
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Mengatur jalannya acara

Penyaji :
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup

Observer :
1. Mengobservasi jalannya acara
2. Mengatur ketepatan waktu

Fasilitator :
Mendampingi klien penyuluhan saat kegiatan berlangsung

Dokumentasi :
Mendokumentasi kegiatan.

BAB 2
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
2.1 Karakteristik Penyakit Diabetes Mellitus Secara Umum
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang
ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar gula darah ( Hiperglikemia)
yaitu pada hasil pemeriksaan gula darah diatas 200 mg/dL. Hal ini
disebabkan karena gangguan fungsi insulin.(Rudy dan Richard Donelly,
2015).
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan dengan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2014).

2.2 Terapi Komplementer Untuk DM


Pemberian bubuk kulit manis dapat menurunkan kadar gula darah,
sehingga penggunaannya dapat dijadikan sebagai terapi komplementer
yaitu dapat diberikan berdampingan dengan pengobatan medis. Hal ini
dapat disarankan kepada pasien DM yang mendapatkan pengobatan
ataupun pasien DM yang ingin memanfaatkan herbal dalam menurunkan
gula darah.

2.3 Definisi Kayu Manis


Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang
digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000
tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama. Kayu manis juga secara Tradisional dijadikan sebagai
Supplement untuk berbagai penyakit, dengan dicampur Madu, misalnya
untuk pengobatan penyakit radang Sendi, Kulit, Jantung dan Perut
Kembung.
Kayu manis (Cinnamomum burmani) memang memiliki efek
farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Tumbuhan yang kulit
batang, daun, dan akarnya bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan ini
berkhasiat sebagai peluruh kentut (carminative), peluruh keringat
(diaphoretic), antirematik, meningkatkan napsu makan (istomachica), dan
menghilangkan sakit (analgesik). Kandungan kimia ada terdapat dalam
kayu manis adalah minyak atsiri, eugenol, safrole, sinamaldehide, tanin,
kalsium oksalat, damar, dan zat penyamak. Sifat kimia dari kayu manis
adalah pedas, sedikit manis, hangat, dan wangi.Menurut pakar obat-obatan
herbal, Prof Hembing Wijayakusuma, kayu manis memiliki banyak
khasiat obat. Di antaranya, obat asam urat, tekanan darah tinggi
(hipertensi), radang lambung atau maag (gastritis), tidak napsu makan,
sakit kepala (vertigo), masuk angin, perut kembung, diare, muntah-
muntah, hernia, susah buang air besar, sariwan, asma, sakit kuning, dan
lain-lain.

2.4 Kandungan Pada Kayu Manis


2.4.1 Flavonoid : kayu manis mengandung kadar alkaloid dan tanin yang tinggi,
kadar flavonoid yang sedang, dan tidak mengandung saponin. Flavonoid
adalah substansi terbanyak dan terpenting pada kelompok polifenol di
dalam tanaman.
2.4.2 Polifenol : Kandungan polifenol yang terdapat pada kandungan kayu
manis adalah quercetin, kaempferol, isorhamnetin, dancathecin. Polifenol
dalam kayu manis yang memiliki aktivitas mirip dengan insulin (insulun
mimetic) adalah doubly-linked procyanidintyp- A polymeres yang
merupakan bagian dari catechin/ epicatechin yang selanjutnya disebut
sebagai MHCP atau cinnamaldehyde B1. Selain itu kayu manis juga
memiliki komponenbioaktif berupa cinnamaldehyde, cinnamic acid,
cinnamate, dan essential oil(Emilda, 2018).

2.5 Manfaat Kayu Manis


2.5.1 Flavonoid
Flavonoid yang terkandung di dalam kayu manis bekerja dengan
meningkatkan metabolisme glukosa dan mengubah glukosa menjadi
energi. Proses tersebut meningkatkan sensitivitas terhadap insulin,
sehingga kadar glukosa darah menurun (Silva, 2015). Senyawa saponin
juga berkhasiat sebagai anti diabetes karena bersifat sebagai penghambat
enzim α-glukosidase. Enzim tersebut berperan dalam mengubah
karbohidrat menjadi glukosa. Dengan demikian maka kadar glukosa dalam
darah akan menurun sehingga menimbulkan efek hipoglikemik(Fiana,
2016), (Minarno, 2016). Menurut peneliti, terjadinya penurunan kadar gula
darah pada penderita Diabetes Mellitus setelah diberikan kulit kayu manis
karena dalam kulit kayu manis terdapat senyawa flavonoid yang berfungsi
meningkatkan metabolisme glukosa dan mengubah glukosa menjadi
energi. Proses tersebut meningkatkan sensitivitas terhadap insulin,
sehingga kadar glukosa darah menurun (Dafriani Putri, 2017).
2.5.2 Polifenol
Kulit kayu manis ini mengandung zat aktif yaitu polifenol yang bekerja
dengan meningkatkan protein reseptor insulin pada sel, sehingga dapat
meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah
mendekati normal.(Bernardo et al., 2015)

2.6 Indikasi Konsumsi Kayu Manis


2.6.1 Diabets Mellitus
Penatalaksanaan farmakologis ditambah dengan kulit kayu manis lebih
efektif dalam menurunkan kadar gula darah dimana kadar gula darah pada
kelompok perlakuan menunjukkan hasil penurunan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang hanya menggunakan obat-obatan saja.
2.6.2 Infeksi dan peradangan
Karena antijamur nya, antibakteri, antivirus dan antiseptik properti, itu
efektif pada infeksi eksternal maupun internal. Ini membantu dalam
menghancurkan kuman dalam kandung empedu dan bakteri pada infeksi
Staph.
2.6.3 Gangguan pencernaan
Kayu Manis ditambahkan dalam resep banyak etnis. Selain menambahkan
rasa pada makanan, juga membantu dalam pencernaan. Kayu Manis sangat
efektif untuk gangguan pencernaan, mual muntah, sakit perut, diare dan
perut kembung . Karena sifat karminatif, itu sangat membantu dalam
menghilangkan gas dari perut dan usus. Ini juga menghilangkan keasaman
sakit, diare dan pagi. Oleh karena itu sering disebut sebagai tonik
pencernaan.

2.7 Kontra Indikasi Konsumsi Kayu Manis


2.7.1 Kerusakan organ hati karena kadnungan coumarin
2.7.2 Penderita asma karena bubuk kayu manis
2.7.3 Resiko kanker karena kerusakan sel
2.7.4 Menimbulkan luka dimulut karena kandungan cinnamaldehyde dapat
memicu reaksi alergi

2.8 Dosis Konsumsi Kayu Manis


Dosis konsumsi bubuk kayu manis yang diperbolehkan oleh manusia
adalah sebesar 0,1 mg/kg berat tubuh manusia. Jadi jika berat tubuh
seseorang 55 kg, maka jumlah yang dikonsumsi seseorang per harinya
sebesar 5,5 mg. Karena kayu manis banyak mengandung banyak bahan
Coumarin yang tidak baik dikonsumsi jika terlalu banyak.

2.9 Cara Pengolahan Kayu Manis


Siapkan air hangat di dalam gelas kira-kira sekitar 2 jari, kemudian
rendam sepotong kayu manis sekitar 2 inci. Dan diamkan selama
semalaman dan minum air rendamannya pada pagi hari dengan perut
kosong.

BAB 3
LAPORAN HASIL KEGIATAN
3.1 Tahap Persiapan
Adapun tugas yang dilakukan oleh Mahasiswa (i) dalam tahap persiapan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi:
1) Melakukan persiapan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan dua
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
2) Melakukan persiapan media yang akan digunakan dalam penyuluhan 2
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
3) Melakukan role play mandiri 1 hari sebelum dilaksanakan kegiatan
penyuluhan.

Liflet

Anda mungkin juga menyukai