A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM)
Oleh :
Depranata
2017.C.09a.0832
Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya mampu
menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.A Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Diabetes Melitus (DM). Dan harapan penulis semoga
laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, juga manfaat bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada
Tn.A Dengan Diagnosa Medis Penyakit Diabetes Melitus (DM). Asuhan
Keperawatan Keluarga ini yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang serta untuk
memenuhi tugas kuliah.
Asuhan Kepetawayan Keluarga ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu,kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan.
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.2.1 Pengertian
1.2.2 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.
1.2.3 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah
makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal
( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul
glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan
membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa terjadi
atherosklerosis pada arteri yang besar, penebalan membran kapiler di seluruh
tubuh, dan degeneratif pada saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada komplikasi
lain seperti thrombosis koroner, stroke, gangren pada kaki, kebutaan, gagal ginjal
dan neuropati.
1.2.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis :
1) DM
Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun
Tipe II : NIDDM
Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati
Tipe II dengan obesitas
Tipe II tanpa obesitas
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistik :
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa
3) Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
1.2.6 Komplikasi
1. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati
dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di
sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak
adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala
hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
2. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan
diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang
menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang
ekstrim.
3. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosmolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hyperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang
menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai
dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl),
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis
osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali
keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat
kesadaran (biasanya koma atau hampir koma)
4. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau
nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi
dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan
pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah
makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
5. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali
lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil
ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis
serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif,
serta depresi sistem saraf pusat.
6. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan
glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini
membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
1) Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
2) Obat oral anti diabetic
Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
1) Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
2) Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
3) Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat.
1.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama
atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,
dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala
keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti
perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti
apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan
orang tua dari kedua orang tua.
3. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,
dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi
dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
3) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota
keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
4. Struktur keluarga
1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik formal/informal
4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
5. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
2) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan
jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.
6. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
- Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
- Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.
7. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya takipnea, ronchi, sesak nafas,
dan batuk disertai dengan sputum.
2) B2 (Blood)
Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti IMA, nyeri, nadi yang menurun/tidak ada, disritmia,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, luka yang sukar sembuh.
3) B3 (Brain)
Pada pemeriksaan ini didapatkan sakit kepala, kesemutan, lemah otot,
koma, bingung, disorientasi, letargi.
4) B4 (Bladder)
Adanya poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung, pucat,
urine encer.
5) B5 (Bowel)
Adanya nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit tidak elastis,
mual dan muntah.
6) B6 (Bone)
Pada pemeriksaan ini didapatkan kelemahan, susah berjalan/bergerak,
kram otot, takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
Pengkajian
Tanggal : Jum,at, 13 November 2020
2.1 Identitas Klien / Keluarga
Nama kepala keluarga : Tn. A
Usia : 50 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Dayak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kereng Bangkirai
No Telp : 0812-5512-4178
Komposisi Keluarga
Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L/P) dengan KK
1 Tn. D L 38 Suami SMP Swasta
2 An. J L 17 Anak SMA -
3 An. A L 13 Anak SMP -
Tipe Keluarga :
Keluarga Inti, Karena terdapat suami,istri,dan anak.
Keterangan :
Laki – Laki
Perempuan
Tinggal Serumah
Pasien
Ada masalah
Nilai / norma keluarga : Tidak ada konflik nilai
Ada konflik
2.6 Spiritual
Taat beribadah: Ya Tidak
Tn. A sekelurga menganut agama Islam dan menjalan kan ibadah sesuai
ajaran agama Islam dan tindakan kesehatan tidak bertentangan dengan suku
Dayak Status sosial ekonomi keluarga.
2.8 Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)
Marah Tidak
Sedih Tidak
Ketakutan Tidak
Kurang interaksi dengan orang lain :Tn. A mampu berinteraksi secara baik
dengan istri, anak maupun orang lain
Menarik diri dengan lingkungan : Tn. A mudah beradaptasi dengan orang lain
atau mudah bergaul
Konflik dengan keluarga : Tidak ada komflik Tn. A dengan keluarga
Penurunan harga diri : Tidak ada masalah
Gangguan gambaran diri : Tidak ada masalah
2.9 Faktor resiko masalah kesehatan
Tidak pernah / jarang periksa kes.: Tn. A tidak rutin melalukan pemeriksaan
dipuskesmas
Social ekonomi kurang :Tn.D Dmengatakan penghasilan nya memenuhi
kebutuhan nya. Apabila ada pengeluaran lebih dan tidak dapat di penuhi
keluarga biasanya dibantu oleh saudara jauh.
Total pendapatan kelurga per bulan:
Di bawah Rp. 600.000,-
Rp. 600.000,- s/d 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-
Diatas 2.000.000,-
Rumah / lingkungan tidak sehat : Tidak ada masalah
Hubungan klg tidak harmonis : Tidak ada masalah
Obesitas : Keluarga Tn. A tidak ada yang obesitas
Status gizi kurang : Keluarga Tn. A tidak ada yang gizi kurang
Mukosa Mulut
Kapiler refil time :
Kurang dari 2 detik
Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang :Kekuatan otot 5-5 dan 5-5
Tertutup Terbuka
4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?
DO=
- Keluarga Tn. A tampak tidak
mengerti tentang penyakit
yang dialaminya.
- Tingkat pendidikan terakhir
klien dan keluarga rata-rata
SMP saja.
- Keluarga klien sering
bertanya
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC.
Disusun Oleh:
Depranata 2017.C.09a.0832
2.1 Metode
2.1.1 Penyampaian materi dengan ceramah
2.2 Media
2.2.1 Menggunakan Leaflet
Penyaji :
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Observer :
1. Mengobservasi jalannya acara
2. Mengatur ketepatan waktu
Fasilitator :
Mendampingi klien penyuluhan saat kegiatan berlangsung
Dokumentasi :
Mendokumentasi kegiatan.
BAB 2
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
2.1 Karakteristik Penyakit Diabetes Mellitus Secara Umum
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang
ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar gula darah ( Hiperglikemia)
yaitu pada hasil pemeriksaan gula darah diatas 200 mg/dL. Hal ini
disebabkan karena gangguan fungsi insulin.(Rudy dan Richard Donelly,
2015).
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan dengan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2014).
BAB 3
LAPORAN HASIL KEGIATAN
3.1 Tahap Persiapan
Adapun tugas yang dilakukan oleh Mahasiswa (i) dalam tahap persiapan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi:
1) Melakukan persiapan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan dua
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
2) Melakukan persiapan media yang akan digunakan dalam penyuluhan 2
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
3) Melakukan role play mandiri 1 hari sebelum dilaksanakan kegiatan
penyuluhan.
Liflet