Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala keluarga, serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya.
2. Ciri-ciri keluarga
Ada beberapa ciri-ciri keluarga sebagai berikut:
1. Diikat dalam satu perkawinan
2. Ada ikatan batin
3. Ada tanggung jawab masing masing anggota
4. Ada pengambilan keputusan
5. Kerjasama di antara anggota keluarga
6. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
3. Tipe/Bentuk Keluarga
Bentuk-bentuk keluarga antara lain: (Zaidin Ali, 2009: 6-7)
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Ekstended Family)
Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, misal: nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Single parent family
Adalah satu keluarga yang di kepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam
satu rumah yang sama.
e. Blended Family
Adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-
masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
f. Three Generation Family
Adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu dan
anak-anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone
Adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup
dalam rumahnya.
h. Middle age atau Elderly Couple
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
4. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain: (Zaidin Ali, 2009; 11-12)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya (istri
dan anaknya)
3. Fungsi pendidikan
Disini keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator sosial budaya bag
i anak)
4. Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan .keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang

5 Fungsi perlindungan
Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari gangguan, ancaman
atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para anggotanya
6 Fungsi agama (religius)
Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka
memiliki pedoman hidup yang benar.
5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.
6. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan (Duval)(Sociological
Perspective)
1) Keluarga baru menikah
a. Membina hubungan Intim
b. Bina hubungan, dengan keluarga lain : teman dan kelompok sosial mendiskusikan
rencana punya anak
2) Keluarga dengan anak baru lahir
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual
3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah
a. Memenuhi kebututuhan anggota keluarga : rumah, rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar
d. Pembagian tanggung jawab
e. Kegiatan untuk stimulasi perkembangan anak
4) Keluarga dengan anak usia sekolah
a. Membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang meningkat
5) Keluarga dengan anak remaja
a. Memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
b. Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga
c. Komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
d. Persiapan perubahan sistem peran
6) Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
a. Perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended
b. Pertahnakan keintiman pasanagan
c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
d. Penataan kembali peran orang tua
7) Keluarga dengan usia pertengahan
a. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
b. Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8) Keluarga usia tua
a. Mertahankan suasana saling menyenangkan
b. Berdapatasi
dengan perubahan : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan
c. Pertahankan keakraban pasangan
d. Melakukan life review masa lalu
9) Keluarga usia tua
a. Mempertahankan suasana saling menyenangkan
b. Beradaptasi dengan perubahan : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan
c. Pertahankan keakraban pasangan
d. Melakukan life review masa lalu

B. Manajemen Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
a. Identitas kepala keluarga
b. Komposisi keluarga
Komposisi keluarga biasanya nama, jenis kelamin, hubungan dengan kk, dan imunisasi
bagi balita dan disertai genogram keluarga tersebut

c. Tipe keluarga
Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
d. Suku bangsa (etnis)
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat tinggal keluarga, dan
kegiatan keagamaan
e. Agama dan kepercayaan
Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktek keyakinan beragama mereka
f. Status social ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga.
g. Aktifitas rekreasi keluarga
Menonton tv bersama, kadang pergi sekeluarga untuk makan bakso.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap
perkembangan keluarga berdasarkan duvall.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan tahap apa
yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalanya
3. Riwayat kesehatan inti
Yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Disini diuraikan riwayat kepala keluarga sebelum membentuk keluarga sampai saat ini
3. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas
3. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk system pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat
4. Struktur keluarga
1) Struktur peran
Peran masing – masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal, model
peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga
2) Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
3) Pola komunikasi keluarga
Cara komunikasi antar anggota keluarga, bahasa, frekuensi dan kualitas komunikasi
4) Strukur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk mengubah perilakunya
5. Fungsi keluarga
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social
3) Fungsi pendidikan
4) Fungsi sosialisasi
5) Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
d. Memelihara, memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat
e. Menggunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di masyarakat
6) Fungsi religious menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga.
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan
respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual
dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi
definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2000).
7. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan
dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas
dan rencana perawatan.
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria
sebagai berikut :
1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu
proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay
(1978) dalam Effendy (1998)
Kriteria Bobot Skor
Sifat Masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan masalah 2 Mudah = 2
untuk dipecahkan Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi = 3
dicegah Cukup = 2
Rendah = 1
Menonjol masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi =
1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5
)
b. Tujuan
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan
tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga.
Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
8. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu
:
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada
pada keluarga.
9. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka
kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah
digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai riteria
evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman, 1998)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)

9
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL
1. Konsep Dasar Asma
a. Pengertian
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).
Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran
bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran
bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).

b. Anatomi dan fisiologi pernafasan


1) Anatomi saluran nafas
Gambar 1

10
Organ-organ pernafasan
a) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Hidayat, 2006).
b) Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan.
c) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
d) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina.
e) Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
f) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya  90 meter
persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung


oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu

11
mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran,
mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke
paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler
alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara
ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi
mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai
ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O 2 dan CO2 yang
melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan
pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel
tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.
Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu
kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas
diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung
(medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi
pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses
pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara
ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara
ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah
ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-
paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah
dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara
dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana
metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh

12
paru-paru (Price, 2005).
c. Patofisiologi
1) Etiologi
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non
infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan
faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis
(Mansjoer, 2000).
2) Proses terjadi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan,
cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas
bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma
menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada
reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast
tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami
degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan
bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan
kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi
akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga
proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi
alkalosis respiratorik dan penurunan CO 2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang
akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan
paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas
yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2
dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut
menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai
sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis.
3) Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing,

13
sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi
meningkat, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan,
lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.
4) Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronkitis berat, emfisema, atelektasis,
pneumotorak dan bronkopneumonia.

d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat,
hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik,
atelektasis juga ditemukan pada anak-anak  6 tahun.
b) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
2) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
3) Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi
bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam
melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).
4) Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.

e. Penatalaksanaan medis
1) Oksigen 4 - 6 liter / menit
2) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan
konsentrasi oksigen.
3) Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi

14
jalan nafas.
4) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5) Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
6) Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus
7) Pemeriksaan foto torak
8) Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong.

15
BAGAN 1
Web of Caution (WOC) Asma
Etiologi

Faktor infeksi Faktor non infeksi


Virus (respiratory syntitial virus) dan Alergi
virus parainfluenza Iritan
Bakteri (pertusis dan streptoccus) Cuaca
Jamur (aspergillus) Kegiatan jasmani
Parasit (ascaris) Psikis

Reaksi hiperaktivitas bronkus

Antibody muncul (IgE)

Sel mast mengalami degranulasi

Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin)

Anoreksia Mempermudah proliferasi

Terjadi sumbatan dan daya Batuk, pilek


Perubahan nutrisi Mengi / wheezing
kurang dari konsolidasi Gangguan Sesak
kebutuhan tubuh
ventilasi
Bersihan
jalan nafas
tak efektif

Gangguan difusi

Oksigenasi ke jaringan tidak

memadai

Gangguan perfusi

Hipoksemia dan hipoksia


Kelelahan Dada terasa
Sianosis Lemah tertekan / sesak,
nyeri dada, nadi
Takipnea
meningkat
Gelisah
Intoleransi
Nafas cuping hidung
aktivitas Nyeri
Retraksi otot dada
Keluarga bertanya
tentang penyakit anaknya
Cemas dan gelisah Kerusakan
pertukaran gas

16
Ansietas orang tua

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Diperoleh tanggal 29
Juni 2009, dari http://www.medicastore.com/asma/

Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya

Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Salemba Medika

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3), Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2). Jakarta: EGC

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

18

Anda mungkin juga menyukai