Anda di halaman 1dari 33

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BINAAN DENGAN
ASMA BRONCHIAL
I. Konsep Keluarga
A. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala
keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hbungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya. (Menurut BKKBN, 1999).
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri
dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10,
1992). Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran
masing-masing (Friedman 1998).
B. Ciri-ciri Keluarga
1. Diikat tali perkawinan, ada hubungan darah
2. Ada ikatan batin, tanggung jawab masingmasing,
3. Ada pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota keluarga ,
interaksi.
4. Tinggal dalam suatu rumah
C. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : Keluarga sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melaluhi jalur garis ayah.
2. Matrilineal: Keluarga sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui garis ibu.
3. Matrilokal : Sepasang suami istri tinggal bersama keluarga dari ibu
4. Patrilokal : Sepasang suami istri tinggal bersama keluarga dari bapak
5. Keluarga kawin : Ada hubungan dengan Suami atau istri.
Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan proses komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberap factor yang ada dalam komponen

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
2

komunikasi seperti: sender, chanel-media, massage, environment dan


receiver.
2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai
isteri/suami atau anak.
3) Struktur kekuatan
o Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang
tua terhadap anak
o Referent power (seseorang yang ditiru)
o Rsource or expert power (pendapat, ahli dlll)
o Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
o Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
o Informational power (pengaruh yang dilalui melalui persuasi)
o Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan sexual)
4) Nilai-nilai keluarga
o Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku
dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
o Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan system nilai dalam keluarga.
o Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
D. Tipe Keluarga
1. Keluarga tradisional :
Keluarga inti: Suami, istri dan anak
Keluarga besar : Kelurga inti + keluarga lain ada hubungan darah
Keluarga dyat : Suami dan istri tanpa anak

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
3

Keluarga single perent: Orang tua dengan anak akibat cerai, mati.
Keluarga single adult : Rumah tangga terdiri dari seorang dewasa
Keluarga berantai, keluarga duda, keluarga berkomposisi (poligami
hidup bersama)
Keluarga habitas (dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga)
2. Keluarga non tradisional :
Keluarga orang tua tunggal tanpa menikah
Pasangan mempunyai anak tanpa menikah
Pasangan tanpa menikah
Keluarga homoseksual
Commune family keluarga yang terdiri dari lebih dari satu
pasangan monogami yang menggunakan fasilitas secara bersama
E. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
1. Fungsi efektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial,
saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima
dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan pembahan individu keluarga, tempat
anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di
lingkungan social.
3. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga memutuskan kelangsungan keturunan dan
menambah SDM.
4. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang pangan dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
F. Tahap Perkembangan Keluarga
Perubahan yang terjadi pada sistem keluarga:
- Perubahan interaksi, perubahan hubungan antar keluarga sepanjang
waktu
- Sifatnya ada potensial dan resiko

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
4

- Potensial keluarga harus bisa mempertahankan dan meningkatkan


kesehatan dan resiko perawat harus melakukan tindakan pencegahan
masalah pada tahap berikutnya
1. Tahap perkembangan pasangan baru (keluarga baru)
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Tahap perkembangan keluarga Child-bearing (Kelahiran anak pertama)
a. Persiapan menajdi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran , interaksi ,
hubungan seksual dan kegiatan
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak prasekolah
a. Mempengaruhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain harus di penuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam dan di luar
keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
4. Keluarga dengan anak sekolah
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak Remaja
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antar anak dan orang tua
d. Hindari perdebatan , kecurigaan dan permusuhan
e. Hubungan sistem peran dan peraturan untuk tumbang keluarga.
6. Keluarga pelepasan
a. Memperluas keluarga inti menjaga keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
5

c. Membantu orang tua suami/ istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan RT
7. Keluarga usia pertengahan
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga lansia
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan file review
G. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas
pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga diharapkan
mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia
yang terlalu muda.
Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga
diharapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak
dari lingkungan yang tidak sehat baik didalam maupun diluar rumah.
Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga memanfaatkan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang sehata didalam
keluarga.
H. Proses Keperawatan Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1978:2) dalam proses keperawatan


keluarga terdapat berbagai bentuk proses keperawatan kesehatan dimana

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
6

perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan


masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
terkecil d\atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagi tujuannya
dan melalui perawatan kesehatan sebagai sarananya. Sedangkan menurut
Effendi (1998:46) Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan
dan melaksanakan intervensi terhadap keluarga sesuai dengan rencana
yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang
dilaksanakan terhadap keluarga.

Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan


keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam
kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah (Yora &
Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan


kesehatan keluarga dipusatkan pada keluarga dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam status kesehatan keluarga.

Proses keperawatan keluarga terdapat beberapa langkah yang


disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap
ke tahap. Menurut Friedman (1998: 55) membagi proses keperawatan
kedalam lima tahap yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,
identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,
rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan
evaluasi perawatan.

Effendi (1998:45) menambahkan, dalam melakukan asuhan


keperawatan kesehatan keluarga dengan melalui membina hubungan
kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak
dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga,
menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
7

kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi


dua arah dengan keluarga.

a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya (Suprajitno, 2004:29). Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-
hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi
pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan
suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa
(Friendman, 1998: 56)
1. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit
yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang
salah, pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang
negative seperti emosi yang tidak terkendali atau
temperamental, ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang,
takut dan kecemasan yang berlebihan (Indomedia, 2002).
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang
dikosumsi oleh Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi
sering dijumpai pola makan yang tidak benar seperti
mengkosumsi makanan yang banyak mengandung zat
pengawet ,makanan yang asin serta emosi yang negatif
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
8

Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas


kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
penggelolaan penyakit hipertensi. Adanya sumber
pelayanan kesehatan digunakan untuk upaya pencegahan
dan pengobatan dini karena dapat mencegah timbulnya
komplikasi (Rokhaeni,2001:115).
c) Pengobatan tradisional
Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan
pengobatan tradisional, yaitu minum sari bawang putih
yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya di minum
pagi dan sore (Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi
parah dan menimbulkan komplikasi bila pasien tidak
memilih pengobatan tradisional hipertensi yang benar dan
tepat justru akan memperparah dan bahkan akan
menimbulkan gangguan pada organ lain seperti hati, ginjal
dan lambung.
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi
keluarga dalam mengenal hipertensi beserta
pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan
kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998)
mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
9

disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber


yang ada pada keluarga.

4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga


Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang
terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan cemas stress (friedmen, 1998:125).
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya
peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah
raga.
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik
dapat mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi
dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat
memperkecil serangan hipertensi.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman, 1998:22) derajat kesehatan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan
sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali
pada hipertensi
c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah
satunya faktor pencetus terjadinya hipertensi dimana akan
menyebabkan cemas merupakan factor resiko hipertensi

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
10

7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi
perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi.
Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik
diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan
rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi
dalam hipertensi.
c) Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten
terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat
anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran,
dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan
ketegangan dalam keluarga (Friedman, 1998).
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota
keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah
seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
11

partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang


sakit (Friedman, 1998).

b) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga yang menderita hipertensi dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan
ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
c) Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan
penanganannya
(1) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada keluarganya, salah satunya adalah
disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy,
1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali
masalah hipertensi yang disertai anggota keluarganya,
maka hipertensi akan berakibat terjadinya komplikasi.
(2) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan
dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah tidak begitu menonjol (Eendy,
1998:50).
(3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang
sakit disebabkan karena tidak mengetahui keadaan
penyakit, misalnya komplikasi, progrfosis, cara

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
12

perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam


keluarga.

(4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat


Keluarga diharapkan mengetahui keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan yang sehat, dan
menyadarinya sebagai salah satu media perawatan bagi
anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap rokok
bisa menjadi pemicu serangan hipertensi (Sundaru,
2001). Dengan melihat hal tersebut, keluarga harus
mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan
nyaman bagi penderita hipertensi.
(5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan dan
keuntungan yang didapat dari fasilitas-fasilitas
kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita
hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat
berperan daiam hal ini, juga saat penderita hipertensi
memerlukan pengobatan.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala
sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. Pada
penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur sering
diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk. Tidak terpenuhinya
kebutuhan istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan
hipertensi.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung
rambut sampai kuku. Setelah ditemukan masalah kesehatan,

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
13

pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan


sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi
dikarenakan dengan adanya hipertensi dapat terjadi
peningkatan tekanan intra kranial yang dapat menyebabkan
kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga,
sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. Salah
satu pencegahan agar serangan hipertensi tidak sering muncul
adalah dengan mencegah timbulnya stress (Tanjung, 2003).
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan
keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa
keperawatan terhadap sistem keluarga dan merupakan hasil dari
pengkajian. Diagnosa keperawatan keluarga di dalamnya termasuk
masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah
cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien
serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial
dan aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat secara
legal mengidentifikasi dan untuk itu pula perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitif untuk mempertahankan status kesehatan
atau untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah.
Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli,
keluarga merupakan satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan
dapat diberlakukan, meskipun demikian, diagnosa keperawatan masih
berorientasi pada individu.

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
14

Menentukan Prioritas Masalah:


1) Berdasarkan sifat atau tipologi masalah. Penelitian masalah adalah
sebagai berikut :
a. Ancaman keluarga (2) : keadaan yang dapat beresiko terjadinya
penyakit, kecelakaan atau kegagalan dapat mempertahankan
kesehatan optimal ,isalnya riwayat penyakit keturunan, resiko
tertular, resiko kecelakaan dan lain-lain.
b. Kurang sehat (3) : suatu keadaan sedang sakit atau gagal
mencapai kesehatan optimal, misalnya sedang sakit dan
kegagalan tumbuh kembang.
c. Krisis (1) : suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan
penyesuaian lebih banyak dalam hal sumber daya yang dimiliki,
misalnya kehamilan, aborsi, lahir diluar nikah dan kehilangan
orang yang dicintai.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah
kemungkinan berhasilnya mengurangi masalah keperawatan atau
mencegah masalah bila ada tindakan tertentu. Pemberian nilainya
adalah :
( 2 ), dengan mudah, ( 1 ), hanya sebagian, ( 0 ), tidak dapat diubah
3) Retensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan
beratnya masalah keperawatan yang akan terjadi bila dapat
dikurang atau dicegah. Pemberian nilanya adalah (3) tinggi, (2)
cukup, (1) rendah.
4) Munculnya masalah adalah cara keluarga
memandang dan menilai masalah keperawatan berkaitan dengan
berat dan mendesaknya untuk segera diatasi untuk segera diatasi,
pemberian nilainya adalah masalah berat dan harus segera diatasi
(2), msalah dirasakan tetapi perlu segera diatasi (1) dan masalah
tidak dirasakan (0).

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
15

No Kriteria Skor Bobot Nilai


1 Sifat masalah 1
2
- Ancaman 2 /3 x 1
- Kurang sehat 3
- Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 x2
Tidak dapat 0
3 Retensi masalah u/ dicegah 1
Tinggi 3
2
Cukup 2 /3 x 1
Rendah 1
4 Menonjolnya msalah 1
Masalah berat yg harus segera 2
diatasi
Masalah dirasakan, tapi tidak perlu 1 x1
segera diatasi

Masalah tidak dirasakan 0

Tiga kelompok besar dalam tipologi masalah kesehatan keluarga


adalah sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah sebagai berikut
- Penyakit keturunan
- Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular
- Jumlah anggota keluarga terlalu terlalu besar atau tidak sesuai
dengan kemampuan dengan sumber daya keluarga
- Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga
- Kekurangan atau kelebihan gizi
- Keadaan yang dapat menimbulkan stress
- Sanitasi lingkungan buruk
- Kebiasaan yang merugikan kesehatan
b) Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mereka memantapkan
kesehatan

c) Situasi krisis
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena hal-
hal berikut :

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
16

- Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta


- Rasa takut akibat masalah yang diketahui
- Sikap dan falsafah hidup
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut:
- Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya
msalah
- Fasilitasi kesehatan tidak terjangkau
- Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-
hal sebagai berikut :
- Tidak mengetahui keadaan penyakit
- Ketidaseimbangan sumber yang ada dalam keluarga
- Konflik individu dalam keluarga
- Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mengalami kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
karena hal-hal berikut :
- Sumber dari keluarga tidak cukup
- Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
- Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari
pemeliharaan lingkungan murah.
- Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri.
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk
memelihara kesehatan karena hal-hal berikut :
- Rasa takut akibat dari tindakan
- Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
- Kualitas yang diperlukan tidak terjangkau

c. Intervensi/Rencana Keperawatan
Effendy (1998: 54), mendefinisikan: rencana keperawatan
keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah didefinisikan.
Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan
tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab (Suprajitno,
2004:49). Sedangkan Friedman (1998:65) menyatakan ada beberapa
tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
17

yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat


kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan
terakhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan
oleh perawat maupun keluarga agar dapat tercapai.
Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi,
disesuaikan dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada
umumnya yaitu biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga
dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif, afektif atau
perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya.
Perencanaan merupakan suatu proses merumuskan tujuan yang
diharapkan sesuai prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih
strategi keperawatan yang tepat dan mengembangkan rencana asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kebutuhan klien. Contoh
intervensi diberikan kepada keperawatan keluarga antara lain :
1. Memberikan dukungan keluarga
R/. Dapat meningkatrkan minat keluarga dan tujuan
2. Mobilisasi keluarga
R/. Dapat membantu keluarga dalam meningkatkan keluarga dalam
mempengaruhi kesehatan pasien melalui petunjuk positif
3. Mempertahankan proses keluarga
R/. Dapat meminimalkan efek gangguan proses keluarga
4. Dukungan saudara kandung
R/. Meningkatkan keterlibatan saudara kandung pada saat saudara
laki-laki atau perempuan mengalami sakit.
5. Dukungan orang tua, remaja
R/. Dapat menyediakan bantuan orang tua dalam memahami dan
membantu anak-anak remajanya
6. Keterlibatan keluarga dalam merawat klien
R/. Partisipasi keluarga dalam perawatan fisik dan emosi pasien
7. Promosi integritas keluarga
R/. Dapat meningkatkan daya kuat dan kesatuan keluarga
8. Konsultasi keluarga dengan tim kesehatan
R/. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terhadap masalah-
masalah yang sering terjadi dalam keluarga.
9. Melakukan modifikasi lingkungan
R/. Meningkatkan taraf kesehatan lingkungan.
10. Melakukan strategi pembelajaran dalam keluarga

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
18

R/. Agar keluarga dapat menjadi keluarga yang mudah dalam


mengatasi konflik dan krisis keluarga.
d. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga
berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat
sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-
hal dibawah ini ;
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memberikan informasi
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara :
a) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara :
a) Mendemonstrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara ;
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara :
a) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
e. Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan
mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga .
Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
19

kesediaan keluarga . Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP


secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : keluarga
mengatakan nyerinya berkurang.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1
bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada
tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

II. Konsep Penyakit


A. Definisi
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru
meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang
menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan
mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengikik (Professor Jon
Ayres, 2003).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi
jalan napas, inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau
spasme otot polos bronchial (Cecily,2002)
Sistem pernafasan meliputi :
1. Rongga hidung : yang menghangatkan, melembabkan, dan menyaring
udara inspirasi.
2. Laring (Adams apple atau jakun) : yang berperan untuk pembentukan
suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan
dan cairan karena ini dapat menyebabkan batuk bila terangsang.
3. Trakea yang bercabang menjadi dua bronkus

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
20

4. Saluran utama bronkus


Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan dan
kiri. Panjang kira-kra 5cm, diameter 11-13 mm. Struktur lapisan
mukosa bronkus sama dengan trakea. Bronkus bercabang-cabang
menjadi bronkeolus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan.
Bronkiolus berakhir pada kantung udara (alveolus)
5. Alveolus
Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil terdiri
atas selapis sel epitel pipih dan banyak bermuara kapiler darah
yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
6. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas
oksigen masuk melalui trakea dan pada pipa bronkhial ke alveoli,
dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler
pulmonalis. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dan dibawa ke
jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam
paru-paru, karbondioksida merupakan hasil buang metabolisme,
menembus membran alveoli, dari kapiler darah ke alveoli dan
setelah melalui membran pipa bronkhial dan trakea, dikeluar
melalui hidung dan mulut.
7. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen
masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh
masuk ke paru-paru.
c. Distribusi arus udara dan arus darah.
d. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan
kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dari pada O2. (Pearce, Ec,
2000).

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
21

B. Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam
1. Gejala < 1x/minggu
2. Tanpa gejala di luar
INTERMITEN serangan
2 kali sebulan
Mingguan 3. Serangan singkat
4. Fungsi paru asimtomatik
dan normal luar serangan
1. Gejala > 1x/minggu tapi
< 1x/hari
PERSISTEN RINGAN 2. Serangan dapat >2 kali seminggu
Mingguan
mengganggu aktivitas dan
tidur
1. Gejala harian
2. Menggunakan obat setiap
hari
PERSISTEN SEDANG3. Serangan mengganggu >sekali seminggu
Harian
aktivitas dan tidur
4. Serangan 2x/minggu, bisa
berhari-hari
PERSISTEN BERAT 1. Gejala terus-menerus
Sering
Kontinu 2. Aktivitas fisik terbatas

C. Etiologi

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
22

Ada beberapa faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya


serangan asma bronchial yang dapat digolongkan pada 2 faktor terdiri
dari :
1. Faktor predisposisi, meliputi :
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penularannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena ada bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Predispetasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi timbulnya asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Selain itu
juga kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musim hujan, musim kemarau, musim bunga, arah angina serbuk
bunga serta debu.

c. Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
23

jika stressnya belum teratasi maka gejala asmanya belum bisa


diobati
d. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung
dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, terkena bulu-bulu binatang industry tekstil, pabrik abses,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti
e. Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat, seperti lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
kerena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan
maupun dengan pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari
3. Napas atau dada seperti tertekan
4. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin
membungkuk ke depan untuk bernafas dengan lebih baik.
5. Dispnea dengan ekspirasi memanjang
6. Cuping hidung melebar
7. Sianosis
8. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran.
Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari.
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
24

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor


pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanya satu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan
emfisema.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergi dan non-alergi
E. Patofisiologi
Pencetus serangan asma bermacam-macam., bisa dari alergen,
emosi/stress, keturunan. Pencetus serangan ini mempengaruhi munculnya
antibodi dan antigen. Dengan adanya alergi pula menyebabkan pengeluaran
histamin dan zat mediator lainnya, seperti bradikinin, dan anafilatoxin.
Pengeluaran zat-zat mediator ini menyebabkan 3 hal, yaitu kontraksi otot
polos, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan sekresi mukus.
Peningkatan sekresi mukus ini mengakibatkan peningkatan produksi mukus
dan menurunkan nafsu makan sehingga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan.
Asma juga ditandai dengan kontraksi dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Selama serangan asmatik,
bronkiolus menjadi meradang dan terjadi peningkatan sekresi mucus. Hal ini
menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
25

resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan. Orang yang
mengalami asma akan mengalami kesulitan bernafas. Hal ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2 sehingga
terjadi penurunan po2 (hipoksia). Selama seranagan asmatik, Co2 tertahan
dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi dan
menyebabkan asidosis respiratory. Kemudian system pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (takipnea).
F. Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Pneumonia
3. Pneumothoraks
4. Emfisema kronik
5. Gagal nafas
6. Bronchitis
7. Fraktur iga
8. Kematian
G. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus
serangan asma makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada
dasarnya obat-obat anti asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan
gejala asma.
1. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan
agar gejala asma persisten tetap terkendali.
2. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat
merelaksasi bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.
H. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah
kekambuhan
2. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
26

3. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan


exercise
4. Menghindari efek samping obat asma
5. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel
Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2 yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik :
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilata : obat yang dapat melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan :
1) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Adapun nama-nama obat yang termasuk golongan ini adalah :
Orsiprenalin (alupent), Fenoterol (Berotec) dan Terbutalin
(bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa
semprotan adalah MDI (Metered Dose Inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
Brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya
dihirup.
2) Santin (teofilin), jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan
ini adalah: Aminofilin (Amicam supp) dan Teofilin (Amilix). Efek
dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi
cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
dalam bentuk injek digunakan obat teofilin/aminofilin dipakai
pada serangan asma akut, dan disuntikkan perlahan-lahan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
27

langsung ke pembuluh darah dan ada juga obat yang diberikan


peroral seperti tablet dan sirupnya. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
I. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber
informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga
dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga
dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya
adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data
dapat dilakukan melalui cara :
1. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,
mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan
sebagainya.

2. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
3. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa,
diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-
catatan kesehatan lain.

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
28

4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya
kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Data Umum
1) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
2) Tipe keluarga
3) Suku bangsa dan agama
4) Status sosial ekonomi keluarga
5) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
1) Tahap perkembangan keluarga
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga
1) Struktur peran
2) Nilai dan norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status sosial
3) Fungsi pendidikan
4) Fungsi sosialisasi
5) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa
kesehatan
b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat
c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
29

d) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi


lingkungan rumah yang sehat
e) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat:
- Fungsi religius
- Fungsi rekreasi
- Fungsi reproduksi
- Fungsi afeksi
f) Stress dan koping keluarga
- Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
- Strategi koping yang digunakan
- Disfungsi strategi adaptasi

g) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga
meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
h) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan
karena:
a. Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
b. Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c. Sifat dan falsafah hidup
2. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena:
a. Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
b. Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
c. Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang
pengetahuan dan kurangnya sumber daya manusia.
d. Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
e. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
f. Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
g. Takut dari akibat tindakan
h. Sikap negative terhadap masalah kesehatan
i. Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j. Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
30

3. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan


karena:
a. Tidak mengetahui keadaan penyakit
b. Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
c. Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d. Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
e. Konflik
f. Sikap dan pandangan hidup
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga,
disebabkan karena:
a. Sumber keluarga tidak cukup
b. Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara
kebersihan rumah
c. Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
d. Sikap dan pandangan hidup
e. Ketidakkompakan keluarga karena sifat mementingkan diri
sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai
masalah
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna
memelihara kesehatan, disebabkan karena:
a. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b. Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c. Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
d. Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
e. Rasa takut pada akibat dari tindakan
J. Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah
kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma
meliputi kegiatan yang bertujuan:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan.
Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
Intervensi:

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
31

a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor


pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
c. Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat
Intervensi:
a. Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya
masalah
b. Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang
tepat
c. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan
dengan pemilihan tindakan yang tepat.
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit.
Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang mengalami asma
Intervensi:
a. Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b. Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c. Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
d. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
e. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
4. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga
Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang proses penyembuhan dan pencegahan asma.

Intervensi:
a. Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh
untuk menunjang proses penyembuhan asma
b. Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan
yang dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan
penyakit asma.

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
32

c. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.


5. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengobati penyakit asma
Intervensi:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada
untuk pemeriksaan dan pengobatan Asma
K. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan
pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan
dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah :
1. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
2. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
3. Tidak mau mengatasi situasi
4. Adat istiadat yang berlaku
5. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
6. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
7. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat:
1. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
2. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor
sosial budaya
3. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga:
1. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
2. Adat istiadat yang berlaku
3. Respon dalam penerimaan keluarga
4. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055
33

L. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu
disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga
sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan
keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma
diharapkan :
1. Keluarga mampu mengenal masalah Asma
2. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat
3. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota
keluarga yang sakit
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang
penyembuhan dan pencegahan penyakit Asma
5. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk penatalaksanaan Asma

Noveldi Pitna, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 055

Anda mungkin juga menyukai