Dengan REUMATIK
Disusun oleh :
PUJI AFFAN DWI MIRIYANTO
NIM : 14401.16.17031
PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
PAJARAKAN - PROBOLINGGO
KONSEP KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga
(Duval dan logan,1986 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungandarah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Bailon dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini merupakan
transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le
Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal :
1. Suami merasa diabaikan.
2. Peningkatan perselisihan dan argument.
3. Interupsi dalam jadwal kontinu.
4. Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menata ruang untuk anak.
7. Biaya / dana Child Bearing.
8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
I. Definisi
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan
trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.
II. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain:
1. Usia lebih dari 40 tahun Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis,
faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
eprubahan pada osteoartritis.
2.Jenis kelamin wanita lebih sering Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan
sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi
osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3.Suku bangsa Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4.Genetik
5.Kegemukan dan penyakit metabolik Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan
dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
6.Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu
sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
7.Kelainan pertumbuhan Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan
dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8.Kepadatan tulang Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
III. Gambaran Klinis
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
1.Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2.Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5.Pembesaran sendi (deformitas) Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya
(lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit,
lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi
sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya
tua (lansia).
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang
lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang
diperantarainya. Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan
sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin,
disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan
simpisis; dan (3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin.
Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna
kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase
bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial.
Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Jenis sendi
sinovial : (1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ; (2) Selaris : fleksi dan ekstensi, abd
& add, biaxila ; (3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ; (4)
Trochoid : rotasi, mono aksis ; (5) Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi
axis. Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan
yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke
depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke
belakang. (Price, 2005; Azizi, 2004). Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat
khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-
sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi
matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu : (1) tulang rawan hialin, yang terdapat terutama
pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung persendian; (2) tulang rawan elastis
misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan (3) tulang rawan fibrosa yang
terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis pubis dan insersio tendo-tulang.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan
sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga
memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban
yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau penambahan usia (Wilson, 2005; Laboratorium histologi FK UNS, 2009)
Anatomi-Fisiologi Sendi Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang
yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi
dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini
dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan
sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang
melekat
pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat
dilakukan. Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi
ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan
sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan
berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
V. Patofiologi
Timbul laserasi
Osteoartritis
VI. Penatalaksaan
1. Nyeri b.d agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran b.d perubahan kemampuan
untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
• Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
• Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
• Riwayat keluarga dengan RA
• Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
• Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
• Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
• Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
• Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
• Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
• Jenis aktivitas yang dilakukan
• Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
• Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
• Apakah ada gangguan tidur?
• Kebiasaan tidur sehari
• Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
• Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.Pola Persepsi Kognitif
• Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
• Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
• Bagaimana hubungan dengan keluarga?
• Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
• Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
• Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
• Agama yang dianut?
• Adakah gangguan beribadah?
• Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B. Diagnosa Keluarga
1 Ketidak mampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d Resiko terjadinya
komplikasi akibat hypertensi
C. Rencana Keperawatan
No
Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Dx
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
http://www.perawatblogger.com./asuhan_keperawatan_rheumatoid_artritis.html( di
akses
07 Desember 2009 ).