Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA

Dengan REUMATIK

Disusun oleh :
PUJI AFFAN DWI MIRIYANTO
NIM : 14401.16.17031

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
PAJARAKAN - PROBOLINGGO
KONSEP KELUARGA

A.   Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga
(Duval dan logan,1986 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungandarah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Bailon dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

B.     Tipe Keluarga


Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.       Tipe Keluarga Tradisional
1.      Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2.      Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,paman, bibi dan sebagainya.
3.      Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4.      “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapatdisebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5.      “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah).

b.      Tipe Keluarga Non Tradisional


1.      The Unmarriedteenege mather, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2.      The Stepparent Family adalah keluarga dengan orang tua tiri.
3.      Commune Family adalah beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
4.      The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family adalah keluarga yang hidup
bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5.      Gay And Lesbian Family adalah seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).
6.      Cohibiting Couple adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7.      Group-Marriage Family adalah beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8.      Group Network Family adalah keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
9.      Foster Family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluargayang aslinya.
10.  Homeless Family adalah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11.  Gang adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

C.    Struktur Keluarga


Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantarannya
adalah :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

D.    Fungsi keluarga


Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1.      Untuk meneruskan keturunan.
2.      Memelihara dan membesarkan anak.
3.      Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4.      Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1.      Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2.      Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3.      Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4.      Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosial pada anak.
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3. Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi.
5. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.
6. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
7. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masayang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
d. Fungsi pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
E.     Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

F.     Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru menikah yang belum mempunyai
anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1.      Membina hubungan intim yang memuaskan.
2.      Menetapkan tujuan bersama.
3.      Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4.      Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5.      Persiapan menjadi orang tua.
6.      Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini merupakan
transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le
Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal :
1.      Suami merasa diabaikan.
2.      Peningkatan perselisihan dan argument.
3.      Interupsi dalam jadwal kontinu.
4.      Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menata ruang untuk anak.
7. Biaya / dana Child Bearing.
8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah


Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah
(sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2. Membantu anak bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
2. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3. Menyediakan aktivitas untuk anak.
4. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
2. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman.
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social
dan waktu santai.
2. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3. Keakrapan dengan pasangan.
4. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5. Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4. Melakukan life review masa lalu.
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA
Dengan Kasus REUMATIC

I. Definisi

Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung  beban.
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali  berhubungan dengan
trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.

II. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain:
1. Usia lebih dari 40 tahun Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis,
faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
eprubahan pada osteoartritis.
2.Jenis kelamin wanita lebih sering Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan
sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi
osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3.Suku bangsa  Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun  perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4.Genetik
5.Kegemukan dan penyakit metabolik Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan
dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang  berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
6.Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu
sendi yang terus menerus  berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
7.Kelainan pertumbuhan Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan
dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8.Kepadatan tulang Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
III. Gambaran Klinis

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
1.Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2.Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5.Pembesaran sendi (deformitas) Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya
(lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit,
lutut atau panggul  berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi
sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya
tua (lansia).

IV. Anatomi Fisiologi

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang
lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang
diperantarainya. Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan
sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin,
disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan
simpisis; dan (3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin.
Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat
sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna
kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase
bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial.
Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Jenis sendi
sinovial : (1) Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ; (2) Selaris : fleksi dan ekstensi, abd
& add, biaxila ; (3) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ; (4)
Trochoid : rotasi, mono aksis ; (5) Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi
axis. Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan
yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke
depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke
belakang. (Price, 2005; Azizi, 2004). Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat
khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-
sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi
matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu : (1) tulang rawan hialin, yang terdapat terutama
pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung persendian; (2) tulang rawan elastis
misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan (3) tulang rawan fibrosa yang
terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis pubis dan insersio tendo-tulang.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan
sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga
memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban
yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau penambahan usia (Wilson, 2005; Laboratorium histologi FK UNS, 2009)
Anatomi-Fisiologi Sendi Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang
yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi
dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari  jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini
dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan
 
sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang
melekat
pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat
dilakukan. Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi
ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan
sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan
berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.

V. Patofiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada  persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan
tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat. Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

Umur Jenis Kelamin Genetik Suku Kegemukan

Kerusakan Fokal Tulang Pembentukan tulang baru


Rawan Sendi yang Progresif pada tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan Metabolisme Tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak molekul


matriks tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan

Berkurangnya kadar proteoglikan

Perubahan sifat-sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

Timbul laserasi

Osteoartritis

VI. Penatalaksaan

a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan  prognosis


penyakit ini
b.Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c.Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini  bertujuan
untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat, Pemberian Obat-obatan

VII. Pemeriksaan Penunjang


1. Tes serologi
 Sedimentasi eritrosit meningkat
 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
 Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

VIII. Masalah Keperawatan

1. Nyeri b.d agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran b.d perubahan kemampuan
untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

IX. Askep SecaraTeori

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
• Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
• Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
• Riwayat keluarga dengan RA
• Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
• Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
• Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
• Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
• Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
• Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
• Jenis aktivitas yang dilakukan
• Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
• Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
• Apakah ada gangguan tidur?
• Kebiasaan tidur sehari
• Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
• Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.Pola Persepsi Kognitif
• Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
• Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
• Bagaimana hubungan dengan keluarga?
• Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
• Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
• Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
• Agama yang dianut?
• Adakah gangguan beribadah?
• Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keluarga
1 Ketidak mampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d Resiko terjadinya
komplikasi akibat hypertensi

C. Rencana Keperawatan
No
Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Dx

1 Setelah Respon verbal Keluarga dapat - Berikan penjelasan


dilakukan mendemonstrasika pada keluarga
tindakan n cara mengurangi tentang cara
keperawatan dan mencegah mengurangi/mence
selama 3x45 terjadinya nyeri gah terjadinya nyeri
menit diharapkan dengan benar - Demonstrasikan
perubahan dengan teknik pada keluarga
perfusi jaringan relaksasi, kompres tentang cara
serebral tidak dingin pada kepala mengurangi nyeri
terjadi bagian belakang - Berikan penjelasan
dan menghindari pada keluarga
perubahan posisi tentang diet yang
secara mendadak sesuai dengan
dan pengobatan penderita hypertensi
secara teratur yaitu diet rendah
garam, re dan
kolesterol
- Anjurkan pada
keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
dengan diet
hypertensi
- Anjurkan pada
keluarga
memeriksan ny M
secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.

http://www.perawatblogger.com./asuhan_keperawatan_rheumatoid_artritis.html( di
akses
07 Desember 2009 ).

http://www.askepnurse.blogspot.com/askep_rheumatoid_artritis.mht ( diakses tanggal


11 Desember 2009)

Anda mungkin juga menyukai