Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN MASALAH KESEHATAN DIABETES MELITUS

Disusun oleh :

Dewi Indah Kumalasari


NIM. 132013143079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KONSEP KELUARGA

1.1 Definisi

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan besar terhadap
perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Secara tradisional,
keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah,
perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Sebagai unit terkecil
dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga
sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga disamping beberapa
anggota keluarga lainnya. (Asy’ari, 2017).

1.2 Karakteristik Keluarga


1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial
seperti peran suami, istri, anak, kakak dan adik. Mempunyai tujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik psikologis dan sosial
anggota keluarga yang lain.

1.3 Jenis keluarga

Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

1. Tipe Keluarga Tradisional


a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiriseorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui
pernikahan.
5. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami –
istri (marital partners).
6. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
7. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang
saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anaknya.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Friedman (2010) Perkembangan keluarga terbagi menjadi beberapa tahap dan
perkembangan diantaranya yaitu:

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)


Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri yang
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).


b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan
memberi sentuhan dan kehangatan).
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya/dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with schoolchildren)
Dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan
lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia
19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah:
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi).
b. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua, hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching centerfamilies)
Tahap keluarga dengan anak dewasa yaitu dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu
santai.
b. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakraban dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/pensiun.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut.
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah:
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.
1.5 Fungsi keluarga
Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain akan
meningkatkan kemampuannya untuk memberikan kasih sayang yang pada akhirnya akan
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
b) Saling menghargai. Anggota keluarga yang saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka
fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga..
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang
yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri,
hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

1.6 Tugas kesehatan keluarga


Menurut Friedman (1981) terdapat lima tugas kesehatan keluarga, diantaranya:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006).
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta
bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006).
3. Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi
(Setiadi, 2006).
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan
kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan
sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai
fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan
akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (PERKENI,
2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi kronik
akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin yang
disertai berbagai kelainan metabolik lain akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah ( Rendy dan
Margareth, 2012). Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin
(Sunaryati dalam Masriadi, 2016)

2.2 Etiologi dan Klasifikasi


Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes mellitus
juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa
kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum
diketahui. (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah
penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :

1) Pola makan
2) Obesitas (kegemukan)
3) Faktor genetis
4) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
5) Penyakit dan infeksi pada pankreas
6) Pola hidup
7) Kadar kortikosteroid yang tinggi.
8) Kehamilan diabetes gestasional.
9) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
10) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

Menurut konsesus perkeni (2015) menyatakan bahwa etiologi DM berdasarkan


klasifikasinya yaitu:
1) Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut, antara lain :
a. Autoimun
Diabetes mellitus tipe 1 dianggap sebagai penyakit autoimun, yang menyebabkan
kerusakan pada sel beta pankreas yang ditandai dengan hiperglikemia kronik akibat
kekurangan insulin berat. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan
penyakit autoimun lain seperti Grave, tiroiditis Hasbimoto atau myasthenia gravis.
b. Idiopatik
Diabetes tipe 1 sebagian tidak memiliki etiologi yang diketahui, tipe ini sangat
diwariskan, tidak memiliki bukti imunologis untuk autoimunitas sel beta.
2) Tipe 2
Diabetes tipe 2 penyebabnya bervariasi, mual yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang
dengan berat badan overwight atau obestitas. Insulin tidak dapat bekerja secara
optimal di sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi
untuk memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta
pankreas tidak adekuat guna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka
kadar glukosa darah akan meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik.
(Decroli 2019).
3) Tipe lain
Diabetes yang disebabkan akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi
insulin atau mempengaruhi kerja insulin.
4) Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)

Diabetes yang terjadi hanya pada saat kehamilan, wanita dengan kadar glukosa
darah sedikit meningkat disebut sebagai diabetes gestasional sedangkan wanita dengan
kadar glukosa darah yang tinggi diklasifikasikan sebagai diabetes mellitus pada
kehamilan dan cenderung terjadi ketika usia kehamilan 24 minggu. Keadaan ini terjadi
karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi
insulin.

2.3 Manifestasi Klinis (Gejala)


Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk
zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi
glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang semakin
besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson,
2012).

Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejala yang eksplosif
dengan polidipsia, pliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul
ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan segera. Terapi
insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka
terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah
di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat
pasien tersebut mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya
mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara
absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk
mnenghambat ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala
kronik (PERKENI, 2015) :

1) Gejala akut penyakit DM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin
tidakmenunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak
minum (polidipsi), dan banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera
diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk,
mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para ibu
hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4 kg (PERKENI, 2015).
2.4 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis dan memantau DM


mencakup glukosa darah puasa, pemeriksaan toleransi glukosa oral, dan hemoglobin
terglikolisasi. Pemeriksaan albumin 32 dalam urine digunakan untuk mendeteksi awitan
awal kerusakan ginjal.

1) Pemantauan glukosa darah


Penyandang DM harus dipantau kondisinya setiap hari dengan memeriksa kadar glukosa
darah. Tersedia dua tipe pemeriksaan. Tipe pertama, yang digunakan jauh sebelum
adanya alat yang dapat mengukur glukosa darah secara langsung, adalah pemeriksaan
glukosa dan keton dalam urine.
2) Pemeriksaan keton dan glukosa dalam urine
Pada keadaan sehat, glukosa tidak terdapat dalam urine karena insulin mempertahankan
glukosa serum di bawah ambang batas ginjal 180 mh/dl. Pemeriksaan urine
direkomendasikan untuk memantau hiperglikemia dan ketoasidosis pada penyandang
DM tipe I yang mengalami hiperglikemia yang tidak dapat dijelaskan selama sakit atau
hamil. Keton dapat di deteksi lewat pemeriksaan urine dan mencermikan adanya DKA.
3) Pemantauan mandiri glukosa darah
Pemantauan mandiri glukosa darah (self monitoring of blood glucose, SMBG)
memungkinkan penyandang DM untuk memantau dan mencapai kontrol metabolik.
SMBG direkomendasikan tiga kali atau lebih per hari bagi pasien DM tipe I yang
menggunakan injeksi insulin multiple atau terapi pompa insulin. Pemantauan oleh pasien
DM tipe II tidak menggunakan insulin harus cukup untuk membantu mereka mencapai
tujuan glukosa

2.5 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penderita


diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :

1) Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
2) Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan
pasien secara komprehensif.

Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan


latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2- 4 minggu). Bila setelah itu kadar
glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru
dilakukan intervensi farmakologik dengan obat - obat anti diabetes oral atau suntikan insulin
sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat
segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai
dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila
dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk
itu (PERKENI, 2015).

Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan
jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes. Empat pilar


pengendalian diabetes, yaitu :

1) Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan mengetahui
faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes, komplikasi penyakit
diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat lebih menyadari
pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan
pengobatan diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu menanggulangi
diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit yang di luar kendalinya. Terdiagnosis
sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya. Edukasi (penyuluhan)
secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan perilaku yang berhasil.
2) Pengaturan makan (Diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula darah,
tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi
diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan itu
sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam
sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita diabetes sebaiknya
rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat
termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori
yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
3) Olahraga / Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas
fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari
yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik
seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll. Penderita juga perlu
meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik
tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter
sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olahraga
dimulai.
4) Obat / Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat
juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada
komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh diabetes menurut Pudiastuti (2013, p. 56), yaitu :

1) Komplikasi yang dapat terjadi adalah serangan jantung dan stroke, Kerusakan pada
pembuluh darah matamenyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina
mata (retinopati diabetikum), Kelainan fungsi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
2) Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera.
3) Berkurangnya aliran darah ke kulit dapat menyebabkan ulkus (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat.
4) Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf
mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai bisa
secara tiba-tiba menjadi lemah.
5) Jika saraf yang menuju tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati
diabetikum), maka pada lengan dan tungkai dapat dirasakan kesemutan atau nyeri seperti
terbakar dan kelemahan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.1 Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.

1) Data umum
a. Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan anggota
keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam
mengatur pola makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan serta perawatan
diabetes mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua ( >40 tahun ) adalah risiko tinggi
diabetes mellitus (Harmoko, 2012).
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau faktor
keturunan untuk timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
c. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau masalah-masalah
yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapar terjadi pada bentuk keluarga
apapun.
d. Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait dengan penyakit diabetes melitus.
e. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula
oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa
tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Diabetes
Melitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah
keatas. Karena faktor lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti makan
berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan strees berperan penting sebagai
pemicu diabetes (Friedmann, 2010).
g. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton televisi serta
mendengarkan

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada lakilaki atau perempuan yang berusia
> 40 tahun. Tahap perkembangan keluarga yang berisiko mengalami masalah
Diabetes Melitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan
lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu kemunduran
fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan fungsi dari sel beta pankreas.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. Biasanya keluarga
dengan diabetes mellitus kurang peduli terhadap pengontrolan kadar gula darah jika
belum menimbulkan komplikasi lain.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang
bias digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. Perlu dikaji
riwayat kesehatan keluarga karena diabetes mellitus juga merupakan salah satu dari
penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri untuk
mengetahui kemungkinan jika diabetes nelitus yang terjadi pada pasien merupakan
faktor keturunan.

3) Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,
jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah (Friedman, 2010). Penataan lingkungan yang kurang pas dapat
menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita diabetes melitus bila mengalami
suatu cidera atau luka biasanya sulit sembuh.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan penderita diabetes melitus.
c. Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga
berpindah tempat tinggal. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat. Misalnya perkumpulan keluarga inti saat malam hari, karena saat malam
hari orang tua sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah atau
perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya. Interaksi dengan
masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat
tinggal seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau pendukung
dari anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat
terhadap pasien dengan diabetes melitus. Pengelolaan pasien yang menderita
Diabetes Melitus dikeluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota
keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya
berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau mengontrol
perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.

4) Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan keluarga yang
berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah prilaku, struktur peran yang menjelaskan peran formal dan informal dari
masing-masing anggota keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan
mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus.

5) Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh
dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati,
perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan kelangsungan
unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan
emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda - tanda gangguan
kesehatan selanjutnya. Bagaimana keluarga, merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memparhatikan
keluarga yang menderita DM akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

b. Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman dan perilaku serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). Keluarga yang memberikan
kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita DM untuk berinteraksi dengan
lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM akan
kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan yang berlaku
seumur hidup. Pada kasus penderita diabetes mellitus yang sudah komplikasi, dapat
mengalami gangguan fungsi sosial baik didalam keluarga maupun didalam
komunitas sekitar keluarga.

c. Fungsi Perawatan Keluarga


Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok
keluarga, yaitu :
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, sejauh mana
keluarga mengetahui pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah. Pada kasus diabetes mellitus ini dikaji
bagaimana pemahaman keluarga mengenai pengertian diabetes mellitus,
penyebab diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus serta bagaimana
pananganan dan perawatan terhadap keluarga yang menderita diabetes mellitus.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang sesuai dan tepat untuk keluarga dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan dan
menentukan tindakan dalam keluarga. Yang perlu dikaji adalah bagaimana
mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita diabetes mellitus dan
kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung
kesembuhan anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus, bagaimana keadaan penyakitnya dan cara merawat
anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan
akan dapat mencegahan timbulnya komplikasi dari diabetes mellitus.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan
membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan biasanya disebabkan karena terbatasnya sumber – sumber keluarga
diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang. Keluarga mengetahui
ke fasilitas kesehatan mana anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus
dibawa untuk melakukan pengontrolan rutin kadar gula darah untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan akan membantu anggotakeluarga yang sakit memperoleh
pertolongan dan mendapat perawatan agar masalah teratasi.

d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa jumlah
anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. Biasanya
pada penderita diabetes yang laki-laki akan mengalami beberapa masalah seksual
seperti disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan gairah seksual, sedangkan pada
wanita biasanya akan mengalami radang vagina yang disebabkan infeksi jamur.

e. Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat ekonomi
yang mencukupi akan memperhatikan kebutuhan perawatan penderita diabetes,
misalnya dengan menggunakan susu diabetasol.

6) Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari enam bulan.
b. Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari enam bulan.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
d. Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi permasalahan /
stress.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan / stress.

7) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik
head to toe, untuk pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat badan yang
diatas normal / obesitas.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher, kondisi
mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan
lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
c. Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit menurun, kulit
menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar luka akan memerah
dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah kering
biasanya akan menjadi ganggren.
d. Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada penderita
diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan menurun,
nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen dan
obesitas.
g. Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas.
i. Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Keluarga yang mungkin muncul adalah :
1) Risiko ketidakstabilan gula darah
2) Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
3) Gangguan rasa nyaman
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5) Risiko komplikasi
6) Defisit pengetahuan
7) Risiko syok hipovolemik
8) Risiko kerusakan integritas kulit
9) Risiko cidera
1.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan NOC NIC
Keperawatan TUM Kode Hasil Intervensi
Domain 2 Setelah Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Hiperglikemi
Nutrisi dilakukan selama diharapkan ketidakstabilan kadar 1. Monitor kadar gula darah
tindakan glukosa darah dapat teratasi dengan 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
Kelas 4 keperawatan, kriteria hasil: (polyuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
Metabolisme diharapkan 2300 Kadar glukosa darah letargi, malaise, pandangan kabur atau sakit
ketidakstabilan 1. Glukosa darah normal kepala)
Kode D00179 kadar glukosa 2. Urin glukosa normal 3. Monitor ketourin sesuai indikasi
Risiko darah dapat 3. Urin keton normal 4. Berikan insulin sesuai resep
keridakstabiilan Kembali normal 4. Fruktosamin normal 5. Dorong asupan cairan oral
kadar glukosa 5. Hemoglobin gilikosilat normal 6. Batasi aktivitas Ketika kadar glukosa darah
darah 2111 lebih dari 250mg/dl, khusus jika ketourin
Keparahan Hiperglikemia terjadi
1. Peningkatan output urin tidak ada 7. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa
2. Peningkatan haus tidak ada darah
3. Kelelahan tidak ada 8. Instruksikan pada pasien dan keluarga
4. Kehilangan nafsu makan tidak ada mengenai manajemen diabetes
5. Peningkatan glukosa darah tidak ada 9. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan
regimen latihan

Pengajaran : peresepan diet


1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai
diet yang disarankan
2. Kaji pola makan pasien saat ini dan
sebelumnya, termasuk makanan yang di
sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary makanan
yang dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu makanan yang
sesuai
5. Libatkan pasien dan keluarga

Domain Setelah Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 3 x


Kelas dilakukan 50 menit keluarga mampu mengenal dan 1. Tentukan status gizi pasien
Kode kunjungan memahami bagaimana pengaturan diit 2. Indentifikasi adanya alergi
Nutrisi kurang dari sebanyak 3 x 50 pada pasien diabetes mellitus dengan 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
kebutuhan tubuh menit keluarga kriteria hasil : yang dibutuhkan untuk memenuhi
mampu 1004 Status Nutrisi persyatan gizi
mengenal dan 1. Asupan gizi normal 4. Atur diet yang diperlukan
memahami 2. Asupan makanan normal 5. Berikan obat-obatan sebelum makan, jika
bagaimana 3. Asupan cairan normal diperlukan
pengaturan diit 4. Hidrasi normal 6. Bantu pasien membuka kemasan makanan
pada pasien 5. Risiko berat badan/tinggi badan 7. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
diabetes normal 8. Monitor kalori dan asupan makanan
mellitus 1009 Status Nutrisi : Asupan Nutrisi
1. Asupan kalori sepenuhnya adekuat
2. Asupan lemak spenuhnya adekuat
3. Asupan protein spsnuhnya adekuat
4. Asupan karbohidrat sepenuhnya
adekuat

Risiko Setelah Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
ketegangan peran diberikan selama 3 hari diharapkan keluarga mampu penyakit TB paru
pemberi asuhan asuhan melaksanakan program pengobatan 2. Jelaskan pada keluarga tentang pengertian,
keperawatan keluarga yang efektif dengan kriteria hasil: penyebab, tanda dan gejala, cara
selama 3 hari Pengetahuan Promosi Kesehatan pencegahan dan pengobatan TB paru
diharapkan 1. Perilaku yang meningkatkan 3. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
keluarga Kesehatan pengetahuannya sangat bila tidak minum obat
mampu banyak 4. Diskusikan dengan keluarga tentang
melaksanakan 2. Pemeriksaan Kesehatan yang manfaat minum obat secara teratur dan
program direkomendasikan akibat bila putus obat
pengobatan 3. Strategi mengelalo stress 5. Motivasi keluarga untuk menjaga dan
keluarga yang 4. Latihan rutin yang efektif mengawasi klien saat minum obat
efektif 5. Risiko penyakit yang diturunkan 6. Motivasi klien untuk tetap minum obat
secara teratur
Perilaku Promosi Kesehatan 7. Anjurkan keluarga untuk mengambil obat
1. Keseimbangan aktivitas dan istirahat bila obat klien sudah habis
2. Menjaga hubungan social
3. Menggunakan dukungan social untuk
meningktakan Kesehatan
4. Mengikuti diet sehat
5. Memperoleh pemeriksaan rutin
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai