Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS KERING

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK PUSKESMAS PULOKULON 1

ANGGOTANYA :

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TA 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS KERING

1. KONSEP KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum
dan undang-undang perkawinan yang sah hidup bersama dalam keterikatan aturan
dari keluarga. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari keluarga
(Friedman, 2013).
B. Tipe Keluarga
Menurut Friedman, Bowden dan Jones (2010) dalam Susanto (2012) ada dua tipe
keluarga yaitu :
1. Tradisional.
a. The Nuclear Family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri.
d. The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek)
dan keponakan.
f. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bias
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu-
waktu tertentu.
g. The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
h. Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Contoh : Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.
j. Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan sebelumnya.
k. The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian atau ditinggal mati.
2. Non Tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama
sebagaimana marital partners
f. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
C. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga
antara lain :
1. Struktur Peran Keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa
yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang
menyangkut peran-peran tersebut.
2. Sistem Nilai dalam Keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar
maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam
suatu budaya yang lazim.
3. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
4. Strukur Kekuasaan dalam Keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah
kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengubah
tingkah laku anggota keluarga.
D. Fungsi Keluarga
Menurut Allender & Spardley (2001) dalam Susanto (2012), fungsi keluarga
adalah
1. Affection
a. Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan.
b. Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual.
c. Menambah anggota baru.
2. Security and Acceptance
a. Mempertahankan kebutuhan fisik.
b. Menerima individu sebagai anggota.
3. Identity and Satisfaction
a. Mempertahankan motivasi.
b. Mengembangkan peran dan self-image.
4. Affiliation and companionship
a. Mengembangkan pola komunikasi.
b. Mempertahankan hubungan yang harmonis.
5. Sosialization
a. Mengenal kultur (nilai dan perilaku).
b. Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal.
c. Melepas anggota.
6. Controls
a. Mempertahankan kontrol sosial.
b. Adanya pembagian kerja.
c. Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
E. Peran Keluarga

F. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Menurut Friedman (2010) dalam


Harmoko (2012) tahap dan tugas perkembangan keluarga dibagi menjadi :

1. Tahap I : Keluarga Pemula

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

c. Keluarga berencana (keputusan kedudukan sebagai orangtua).

2. Tahap II : Keluarga Sedang Mengasuh Anak

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan


bayi baru ke dalam keluarga).

b. Rekonsiliasi tugas-tugas yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran-peran


orangtua dan kakek-nenek.

3. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,


dan keamanan.

b. Mensosialisasikan anak.

c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-


anak yang lain.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan


dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).

4. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi


dewasa dan semakin mandiri.

b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak.

6. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

a. Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan anggota keluarga yang baru


didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan


perkawinan.

c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

7. Tahap VII : Keluarga dengan Orang Tua Usia Pertengahan

a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan


para orang tua lansia dan anak-anak.

c. Memperkokoh hubungan perkawinan.

8. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lanjut Usia

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan.


d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi


hidup).

2. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian Diabetes Melitus Kering
Diabetes kering adalah sebutan untuk diabetes dengan bekas luka berwarna hitam
pada kulit tanpa disertai adanya luka terbuka. iabetes berasal dari kata Yunani yang
berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Melitus berasal dari kata latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit Diabetes Melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa yang tinggi. Diabetes
Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute
insulin atau penurunan intensitivitas relatif sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolisme, dimana kemampuan tubuh untuk
memanfaatkan glukosa, lemak dan protein terganggu karena defisiensi insulin atau
resistensi insulin (Dunning, 2014). Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi
karena pankreas tidak cukup menghasilkan insulin, atau saat tubuh tidak efektif
memanfaatkan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017).
B. Klasifikasi
Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori klinis (Smeltzer dan
Bare, 2015), yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus),
terjadi karena adanya kerusakan sel-β, biasanya menyebabkan kekurangan insulin
absolute yang disebabkan oleh proses autoimun atau idiopatik. Umumnya
penyakit ini berkembang ke arah Ketoasidosis Diabetik yang menyebabkan
kematian. Diabetes Melitus Tipe 1 terjadi sebanyak 5-10% dari semua Diabetes
Melitus. Diabetes Melitus Tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut dan biasanya
terjadi pada usia 30 tahun (Smeltzer dan Bare, 2015).
2. Diabetes Melitus tipe 2 Diabetes Melitus Tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus), terjadi karena kerusakan progresif sekretorik
insulin akibat resistensi insulin. Diabetes Melitus Tipe 2 juga merupakan salah
satu gangguan metabolik dengan kondisi insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak
cukup jumlahnya akan tetapi reseptor insulin di jaringan tidak berespon terhadap
insulin tersebut. Diabetes Melitus Tipe 2 mengenai 90-95% pasien dengan
Diabetes Melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun, obesitas,
herediter, dan faktor lingkungan. Diabetes Melitus Tipe 2 ini sering terdiagnosis
setelah terjadi komplikasi (Smeltzer dan Bare, 2015).
3. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes Melitus tipe ini terjadi karena penyebab lain misalnya, defek genetik
pada fungsi sel-β, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas
(seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik endokrin, infeksi,
sindrom genetik lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam
pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ) (Smeltzer dan Bare,
2015).
4. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional ini merupakan Diabetes Melitus yang
didiagnosis selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama
kali pada masa kehamilan. Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang
saat melahirkan (Smeltzer dan Bare, 2015)
C. Etiologi
Umumnya Diabetes Melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel β dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu
Diabetes Melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam
memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau
sebab lain yang belum diketahui (Smeltzer dan Bare, 2015). Diabetes Melitus atau
lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab,
antara lain :
1. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya Diabetes Melitus. Konsumsi makanan yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang
memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya
akan menyebabkan Diabetes Melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes Melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang Diabetes Melitus.
3. Faktor genetik
Penyebab Diabetes Melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita Diabetes Melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan
cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untu proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat
meningkatkan risiko terkena Diabetes Melitus.
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab Diabetes Melitus. Jika
orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
Diabetes Melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang
tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor
utama penyebab Diabetes Melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar Kortikosteroid yang tinggi menyebabkan kehamilan Diabetes Melitus
Gestasional.
8. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin
D. Patofisiologi
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel β pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
eksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain). Namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang disebabkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perunahan kesadaran, koma
bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah
yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya belum
jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam
munculnya Diabetes Melitus Tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan
faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet,
dan tingginya kadar asam lemak bebas. Mekanisme terjadinya Diabetes Melitus Tipe
2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi Diabetes Melitus Tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi
insulin yang merupakan ciri khas Diabetes Melitus Tipe 2, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu, Ketoasidosis Diabetik tidak terjadi pada
Diabetes Melitus Tipe 2.
Meskipun demikian, Diabetes Melitus Tipe 2 yang tidak terkontrol akan
menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non
Ketotik (HHNK). Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan Diabetes Melitus Tipe 2 dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan,
seperti : kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa nya sangat tinggi).
Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit Diabetes Melitus selama
bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasisel. Diabetes Melitus jangka panjang
(misalnya, kelainan mata, Neuropati Perifer, kelainan Vaskuler Perifer) mungkin
sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2015)
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus terbagi menjadi dua yaitu gejala akut dan
gejala kronis sebagai berikut :
1. Gejala Akut
Polifagia atau banyak makan, Polidipsi atau banyak minum, Poliuria atau
sering kencing.
2. Gejala Kronis
Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di
kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa
terjadi (Impotensi) dan gatal-gatal di daerah vagina pada wanita (Fatimah, 2015
F. Penatalaksanaan
Menurut Brunner & Suddarth (2015), tujuan utama terapi Diabetes adalah
mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi Komplikasi Vaskuler serta Neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
Diabtes Melitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen
dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus :
1. Diet yang tepat
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
Diabetes Melitus. Menurut Departemen Kesehatan RI menetapkan bahwa
kebutuhan kalori individu sebesar 2000 kkalori/hari. Penatalaksanaan nutrisi pada
penderita Diabetes Melitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral).
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktasi kadar glukosa darah mendekati normal melalui caracara
yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
2. Latihan fisik
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan
lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat
(resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada Diabetes Melitus
karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan
mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan ini juga akan mengubah kadar lemak
darah yaitu, meningkatkan kadar HDL-Kolesterol dan menurunkan kadar
kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi
penyandang Diabetes Melitus mengingat adanya peningkatan resiko untuk terkena
penyakit kardiovaskuler pada Diabetes Melitus.
3. Pemantauan Kadar Glukosa Darah Secara Mandiri
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri (SMBG,
Self Monitoring of Blood Glucose) penderita Diabetes Melitus kini dapat
mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.
Cara ini memungkinkan deteksi dengan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia dan berperan untuk menentukan kadar glukosa darah normal yang
kemungkinan akan mengurangi komplikasi Diabetes Melitus jangka panjang
Beberapa metode kini tersedia untuk melakukan pemantauan mandiri kadar
glukosa darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan setetes darah
dari ujung jari tangan, aplikasikan darah tersebut pada strip pereaksi khusus. Strip
tersebut pertama-tama dimasukkan ke dalam alat pengukur sebelum darah
ditempelkan pada strip. Setelah darah melekat pada strip, darah tersebut dibiarkan
selama pelaksanaan tes. Alat pengukur akan memperlihatkan kadar glukosa darah
dalam waktu yang singkat (kurang dari 1 menit).
4. Terapi obat oral atau insulin (jika diperlukan)
Menurut Rendy, M. Clevo dan Margareth TH (2012) pada individu sehat,
sekresi insulin mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macam
dengan latihan fisik, sebaliknya, individu dengan Diabetes Melitus tidak mampu
menyekresi jumlah yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah.
Sebagai akibatnya, kadar glukosa meningkat tinggi sebagai respon terhadap
makanan dan tetap tinggi dalam keadaan puasa.
5. Pendidikan kesehatan
Menurut Corwin (2009) pasien Diabetes Melitus relatif dapat hidup normal
asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan
penyakit yang dideritanya. Menurut Prince dan Wilson (2006) mereka dapat
belajar menyuntikkan insulin sendiri, memantau kadar glukosa darah mereka dan
memanfaatkan informasi untuk mengatur dosis insulin serta merencanakan diet
serta latihan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi hiperglikemia atau
hipoglikemia. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer merupakan semua
29 aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada
populasi umum misalnya dengan kampanye makanan sehat dan penyuluhan
bahaya Diabetes Melitus. Pencegahan sekunder yaitu upaya mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang menderita penyakit Diabetes
Melitus dengan pemberian pengobatan dan tindakan deteksi dini penyakit.
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi atau
kecacatan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Upaya pencegahan ini
memberikan memerlukan keterlibatan semua pihak untuk mensukseskannya baik
dokter, perawat, ahli gizi, keluarga dan pasien itu sendiri. Perawat sebagai
edukator sangat berperan untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien
Diabetes Melitus tentang penyakit, pencegahan, komplikasi, pengobatan dan
pengelolaan Diabetes Melitus termasuk di dalamnya memberi motivasi dan
meningkatkan efikasi diri (kepercayaan pada kemampuan diri sendiri) (Brunner &
Suddarth, 2015).

3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

I. PENGKAJIAN

A. Data umum
1. Kepala keluarga (KK) :
2. umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan KK :
5. Pendidikan keluarga KK :
6. Komposisi keluarga : 6.1. Tabel Komposisi Keluarga

Status Imunisasi
Je Polio DPT Hepatitis
nis Hu
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 C
N Na Ke b Pendidi a Ket
o ma la Kel kan B m
mi KK C
p
n G a
k

b. Status Imunisasi
Bila status imunisasi tidak lengkap atau belum memasuki jadwal
imunisasi sesuai usianya, lanjutkan dengan pengkajian berikut ini.
▪ Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan perilaku
pencegahan penyakit infeksi
▪ Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan pengenalan
terhadap kemungkinan masalah terkait imunisasi
▪ Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan pengenalan
tentang pemberian imunisasi
▪ Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi
▪ Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang standart imunisasi
c. Genogram: minimal 3 garis keturunan

7. Tipe keluarga
Tipe Keluarga Batasan
 The Nuclear Familly Keluarga yang terdiri dari suami, istri
(keluarga inti) dan anak (kandung/angkat)
 The Extended Familly Keluarga yang terdiri dari 3 generasi
(keluarga besar) atau lebih yang hidup bersama dalam 1
rumah seperti keluarga inti
ditambah ;nenek, kakek, paman,
keponakan dll
 The Dyad Familly Keluarga yang terdiri dari suami istri
(keluarga tanpa anak) (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
1 rumah
 The single perant Keluarga yang terdiri dari satu orang
Familly (ayah/ibu) d engan anak, hal ini terjadi
karena perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
 Blanded familly Keluarga yang terbentuk oleh duda dan
janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya
 Dan lain-lain.....

8. Suku/ bangsa
 Asal suku bangsa
 Pengaruh suku terhadap keyakinan-keyakinan yang tidak sesuai
norma kesehatan (baik kebiasaan perilaku, makanan dll)
 Apakah keluarga menggunakan jasa-jasa pelayanan kesehatan
tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional yang ada
kaitannya dengan kesehatan
 Apakah semua anggota keluarga mengguanakan bahasa indonesia/
bahasa daerah
 Apakah perilaku dan kebiasan tersebut beresiko munculnya masalah
kesehatan
9. Agama
 Agama kepala keluarga : bila, agama kepala keluarga adalah islam,
lanjutkan pertanyaan dibawah ini ;
 Apakah keluarga aktif dalam kegiatan ibadah di masjid dan kegiatan
keagamaan lainnya
 Mengungkapkan kesulitan mematuhi keyakinan agama yang
diprogramkan
 Mengungkapkan kesulitan dalam mematuhi ritual keagamaan yang
diprogramkan (mis: sholat lima waktu berjamaah dimasjid atau
dirumah, membaca alquran)
10. Status social ekonomi keluarga
 Pendapatan / gaji kepala keluarga atau anggota keluarga yang lain
(dalam 1 bulan)
 Pengeluaran kebutuhan sehari-hari apakah mencukupi dengan
pendapatan perbulan yang dimiliki (dihitung out-input)
 Bila anggota keluarga sakit : dari mana biaya yang digunakan
keluarga untuk mengobati sakitnya (askes, BPJS,tabungan dll)
 Data diatas dikaitkan dengan fungsi ekonomi, dan dipakai untuk
menunjang diagnosa atau diagnosa lain yang relevan dengan faktor
ekonomi atau yang berkaitan dengan etiologi
11. Aktivitas rekreasi keluarga
 Bentuk kegiatan rekreasi atau waktu luang : nonton TV,
mendengarkan radio, mendengarkan musik, memancing dll
 Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi secara aktif sangat
dibutuhkan untuk kesehatan
 Bila nggota keluarga mengalami masalah apakah aktifitas rekreasi
dapat membantu (gali perasaan anggota keluarga)

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap Tahap Perkembangan Batasan
I Pasangan Dimulai saat individu lk/pr
baru/keluarga baru membentuk keluarga melalui
perkawinan, meninggalkan
keluarga mereka masing-masing
baik fisik/ psikologi.
II Keluarga kelahiran Keluarga menanti kelahiran dari
anak pertama kehamilan sampai kelahiran
anak pertama sampai anak
pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun)
III Keluarga anak pra Dimulai saat anak pertama
berusia 2,5 tahun dan berakhir
sekolah saat anak berusia 5 tahun
IV Keluarga anak sekolah Dimulai saat anak pertama
masuk sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir saat anak pada usia
12 tahun
V Keluarga anak remaja Dimulai saat anak pertama
meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah
satu pasangan meninggal
VI Keluarga anak dewasa Dimulai saat anak pertama
(pelepasan) meninggalkan rumah dan
berakhir saat anak terakhir
meninggalkan rumah
VII Keluarga usia Dimulai saat anak terakhir
pertengahan meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah
satu pasangan meninggal.
VIII Keluarga usia lanjut Dimulai saat salah satu pasangan
pensiun sampai salah satu atau
kedua-duanya meninggal.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap Tahap perkembangan Tugas perkembangan
I Pasangan  Membina hubungan intim yang
baru/keluarga baru memuaskan
 Membina hubungan
dengan keluarga lain,
teman, kelompok sosial
 Mendiskusikan rencana
memiliki anak (KB)
II Keluarga kelahiran  Persiapan menjadi orang tua
anak pertama  Adaptasi dengan perubahan
anggota keluarga : peran,
interaksi,hubungan sexual
kegiatan lain

 Mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan
pasangan
III Keluarga anak pra  Memenuhi kebutuhan anggota
sekolah keluarga seperti : kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
 Membantu anak bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga
harus
terpenuhi
 Mempertahankan hubungan
yang sehat baik di dalam/ di
luar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan)
 Pembagian waktu untuk
individu, pasangan dan anak
 Pembagian tanggung jawab
anggota keluarga
 Kegiatan dan waktu lain untuk
simulasi tumbang
IV Keluarga anak sekolah  Membantu sosialisasi anak
pada lingkungan, sekolah dan
tetangga
 Mempertahankan keintiman
pasangan
 Memenuhi kebutuhan dan
biaya hidup yang meningkat
termasuk kebutuhan akan
kesehatan
V Keluarga anak remaja  Memberikan kebebasan
seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa
danmeningkat otonominya
 Mempertahankan hubungan
intim dalam keluarga
 Mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan ortu
 Hindari perdebatan ,
kecurigaan dan permusuhan
 Perubahan sistem peran dan
peraturanuntuk tumbuh
kembang keluarga
VI Keluarga anak dewasa  Memperluas keluarga inti
(pelepasan) menjadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman
pasangan
 Membantu orang tua
suami/istri yang sedang sakit
dan memasuki masa tua
 Membantu anak untuk mandiri
di masyarakat
 Penataan kembali peran dan
kegiatan rumah tangga
VII Keluarga usia  Mempertahankan kesehatan
pertengahan  Mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan
teman lansia dan anak-anak
meningkatkan
keakraban pasangan
VIII Keluarga usia lanjut  Mempertahankan suasana
rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
 Mempertahankan keagrapan
suami istri dan saling merawat
 Mempertahankan hubungan
dengan anak dan sosial
masyarakat
 Melakukan life review

3. Riwayat kesehatan inti


 Riwayat kesehatan KK : Penyakit yang pernah diderita, dirawat,
kondisi kesehatan yang sering dirasakan, bantuan kesehatan yang
sering digunakan, pengetahuan tentang pencegahan penyakit yang
sering dirasakan, sikap terhadap kondisi kesehatan
 Riwayat kesehatan istri : Penyakit yang pernah diderita, dirawat,
kondisi kesehatan yang sering dirasakan, bantuan kesehatan yang
sering digunakan, pengetahuan tentang pencegahan penyakit yang
sering dirasakan, sikap terhadap kondisi kesehatan
 Riwayat kesehatan anak : penyakit yang pernah diderita, penyakit
infeksi yang berulang (berapa kali dalam 1 tahun), pengetahuan
orang tua terhadap pertolongan pertama pada kondisi kesehatan anak,
riwayat kondisi gizi anak, riwayat tumbuh kembang anak.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumya
 Penyakit yang pernah diderita, dirawat, bantuan kesehatan yang
pernah digunakan, penyakit yang diturunkan dari KK maupun istri.

C. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Denah rumah
b. Karakteristik lingkungan rumah
Data obyektif: terdapat gangguan lingkungan rumah (dijelaskan:
kebisingan, ventilasi tidak sesuai, lantai tanah licin atau tidak,
listrik tidak aman, polusi udara, adakah anggota keluarga yang
merokok dan anggota keluarga terpapar asap rokok dll),
ketidaktepatan suhu tempat tinggal, terdapat bau di dalam rumah
yang menyengat, jumlah anggota kelurga terlalu besar, adanya
hewan-hewan pembawa penyakit didalam rumah (nyamuk, kecoa,
lalat, tikus dll), terdapat gangguan yang berulang karena
ketidakhigienisan, infeksi pada anggota keluarga karena
ketidakhigienisan (riwayat atau aktual), lingkungan rumah yang
tidak bersih.
Data subyektif :anggota rumah tangga mengekspresikan kesulitan
dalam mempertahankan rumah mereka dalam keadaan bersih
dengan menggunakan cara nyaman, anggota rumah tangga meminta
bantuan dalam pemeliharaan rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
 Type lingkungan (desa/kelurahan atau kota) type tempat tinggal
(hunian, industri atau agraris), jalan
(baik/rusak/diperbaiki)
 Bila lingkungan industri (polusi udara, kebisingan) sanitasi saluran
pembuangan air sepanjang jalan
 Pelayanan kesehatan dasar yang ada: puskesmas, poliklinik, dokter,
bidan praktik, apotek, pasar dll
3. Mobilitas geografis keluarga
 Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini
 Bagaimana riwayat mobilitas geografisnya
 Dari mana keluarga tersebut berasal atau pindah
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
 Bagaimana keluarga memandang komunitasnya, bagaimana keluarga
menjalin interaksi dengan komunitasnya
 Apakah keluarga menyadari pentingnya peran komunitas dan
pelayanan yang relevan dengan masalah kesehatan (misal
transportasi dd)
5. system pendukung keluarga
 siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan kesehatan maupun bantuan yang lain (misal yang menjaga
anak, yang mengantar keluarga periksa, mengantar anak sekolah dll)
 sistem informal (teman, tetangga, kerabat, kelompokkelompok
sosial, majikan dll)
 sistem pendukung formal (pelayanan kesehatan, konseling dll)

D. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
 Bagaimana komunikasi keluarga yang fungsional
 Adakah komunikasi disfungsional (komunikasi kontradiktif,
mengendalikan, mengkritik, menghakimi diri sendiri atau keluarga,
ketidakmampuan mengekpresikan perasaan, berbohong, sistem
komunikasi yang tertutup, ketidakefektifan komunikasi dengan
pasangan )
2. Sruktur kekuatan keluarga
 Siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga, bila menghadapi
masalah
 Siapa yang mengatur dan mengelola keuangan keluarga, siapa yang
menentukan pilihan-pilihan dalam keluarga (misal:
dimana anak diperiksa, disekolahkan, dinikahkan dll)
 Tehnik pengambilan keputusan
3. Struktur peran
 Jelaskan posisis dan peran formal dan informal setiap anggota
keluarga, gambarkan bagaimana mereka melaksanakan perannya.
(apa tujuan peran informal itu ada?)
 Menunjukkan gangguan pada rutinitas pengasuhan, pengungkapan
tidak adekuat memenuhi kebutuhan anak
 Enggan berpartisipasi di dalam aktivitas pengasuhan yang biasa
dilakukan
 Takut dan cemas, mengungkapkan perasaan frustasi,
mengungkapkan perasaan bersalah
 Menyatakan prihatin tentang perubahan peran orang tua
(misal: fungsi, komunikasi dan kesehatan)
4. Nilai dan norma keluarga
 Nilai dan norma dalam keluarga (misal: nilai kesopanan, nilai
kejujuran, nilai kebersihan, nilai keindahan dll)
 Apakah ada nilai keluarga yang tidak sesuai dengan nilai yang
berlaku dikomunitasnya
 Bagaimana nilai nilai itu mempengaruhi status kesehatan keluarga.

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
 Apakah keluarga telah memenuhi kebutuhan anggota keluarga
 Apakah keluarga telah memberikan perhatian, perasaan akrab, intim
dan menunjukkan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya
 Apakah anggota keluarga saling mendukung satu dengan yang
lainnya.
2. Fungsi sosial
 Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini untuk
mendapatkan fungsi sosialisasi
 Keyakinan-keyakinan budaya apa yang mempengaruhi pola
membesarkan anak, bagaimana faktor sosial berpengaruh
 Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk
bermain.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
1) Mengenal masalah kesehatan
 Menunjukkan kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan
dasar
 Hambatan system pendukung pribadi
 Mengungkapkan keinginan untuk mengatasi penyakit
 Mengungkapkan kesulitan dalam regimen yang ditetapkan
 Mengungkapkan keinginan untuk menangani
penyakit
 Mengungkapkan kesulitan dengan regimen yang ditetapkan
 Kurang perhatian pada penyakit
 Menggambarkan penurunan faktor resiko
 Mengekpresikan keinginan untuk menangani penyakit
(misal : pengobatan, pencegahan )
 Mengekpresikan sedikit kesulitan dengan regimen yang
ditetapkan
 Tidak ada akselerasi yang tidak terduga tentang gejala
penyakit
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
 Kurang menunjukkan minat pada perbaikan perilaku sehat
 Membuat pilihan dalam ketidakefektifan hidup seharihari
untuk memenuhi tujuan kesehatan
 Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi kebutuhan
(misal: pengobatan, pencegahan)
 Menunjukkan penolakan terhadap perubahab status kesehatan
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
 Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi
praktik kesehatan dasar
 Kegagalan untuk mencakupkan kebiasaan pengobatan dalam
kehidupan sehari-hari
 Kegagalan untuk melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor risiko
 Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan
keluarga
 Kegagalan untuk melakukan tindakan untuk
mengurangi fakyor resiko
 Gagal mencapai pengendalian yang optimal

4) Kemampuankeluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat


 Menunjukkan kurang perilaku adaptif terhadap perubahan
lingkungan
5) Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
 Riwat kurang perilaku mencari bantuan kesehatan
b. Kebutuhan nutrisi kelurga
 Mengkonsumsi asupan makanan pada malam hari,
terlihat penggunaan makanan sebagai tindakan
menyenangkan
 Melakukan aktivitas dibarengi dengan makan
(nonton tv, belajar, dll, adanya gaya hidup
monoton
 Transisi yang cepat melewati batas normal BB
pada anak dan anggota kelurga
 Kurang pengetahuan tentang management
diabetes,pemantauan glukosa darah tidak tepat,
asupan diet , kurang penerimaan terhadap
diagnostik, kurang patuh terhadap rencana
managemen diabetik
 Tingkat aktivitas, status kesehatan fisik,
kehamilan, stress, penambahan berat badan atau
penurunan berat badan
 Perilaku makan pada anggota keluarga yang mal
adaptif (sulit makan atau makan berlebihan/ selera
makan yang berlebihan ), perilaku memberikan
makan oleh orang tua/ pengasuh yang mal adaptif
 Terdapat tanda-tanda adanya mal nutrisi pada
nggota
keluarga
c. Kebiasaan tidur, istirahat dan latihan
 Adakah anggota yang mengeluh perubahan pola tidurnya,
merasatidak puas terhadap kebutuhan tidur, menyatakan sering
terjaga tidurnya, merasa tidak cukup tidur
 Kebiasaan olah raga dari keluarga : jalan sehat, bersepeda,
renang dan lain-lain, berapa kali kebiasaan olah raga dilakukan
oleh keluarga dan anggotanya
 Bila keluarga tidak memiliki kebiasaan olah raga teratur :
ditanyakan kenapa/, tahukah keluarga manfaat olah raga, berapa
sering seharusnya keluarga melakukan olah raga? Aktivitas
latihan/olah raga yang tidak dilakukan diarahkan pada masalah
kesehatan yang bisa muncul akibat kurang olah raga.
4. Fungsi reproduksi
 Melakukan kunjungan prenatal secara teratur, menunjukkan respek
pada bayi yang dikandungnya
 Melaporkan ketersediaan sistem pendukung, melaporkan penangann
gejala kehamilan yang mengganggu rasa nyaman
 Mencari pengetahuan yang penting tentang persalinan dan
perawatan bayi baru lahir
 Kunjungan prenatal tidak teratur
 Kurang pengetahuan tentang persalinan, melahirkan dan perawatan
bayi baru lahir
 Kurang percaya diri, kehamilan yang tidak nyaman, kehamilan yang
tidak diinginkan
 Nutrisi ibu kurang optimal, kurang perencanaan kelahiran yang
realistik
5. Fungsi ekonomi
 Anggota rumah tangga menggambarkan krisis financial, anggota
rumah tangga menggambarkan pengeluaran lebih besar dari
pemasukan

F. Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka jangka pendek dan jangka panjang
 Apakah keluarga memiliki masalah (stressor) yang sedang dihadapi
keluarga yang mengakibatkan stress jangka pendek (masalah dapat
diselesaikan dalam waktu kurang dari 6 bulan)
 Apakah keluarga memiliki masalah (stressor) yang sedang dihadapi
yang mengakibatkan stress jangka panjang (masalah memerlukan
waktu yang panjang, mungkin bisa lebih dari 6 bulan)
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
 Apakah keluarga memilih atau mengidentifikasi pengalaman yang
mengoptimalkan kesejahteraan untuk mengatasi stress.
 Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak stress atau
masalah yang dihadapi terhadap pertumbuhan keluarga
 Keluarga menghendaki promosi kesehatan dalam menyelesaikan
masalah
 Keluarga mencoba mencari kelompok yang mengalami masalah
yang sama
3. Strategi koping yang digunakan
 Tidak menghormati kebutuhan klien, gangguan realitas mengenai
masalah kesehatan klien, penolakan
 Perawatan yang mengabaikan klien dalam kebutuhan dasar
manusia, mengabaikan dalam hal pengobatan
 Terlalu khawatir terus-menerus terhadap kondisi klien
4. Startegi adaptasi disfungsional
 Adakah keluarga menggunakan strategi adaptasi yang
disfungsional seperti : kekerasan keluarga (pasangan, anak,
saudara) perlakuan kejam terhadap anak, menggunakan ancaman,
pengabaian anak, otoriter (tunduk kepada dominasi yang menonjol)

G. Pemeriksaan fisik tiap individu anggota keluarga


………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………

H. Harapan keluarga
 Keluarga berharap memahami masalah kesehatan keluarga yang
dihadapi
 Keluarga berharap mendapatkan jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga
 Keluarga berharap mendapatkan bantuan (tenaga kesehatan/ mahasiswa
dan pelayanan kesehatan ) dalam menyelesaikan masalah kesehatan
yang dihadapi.
PENGKAJIAN TAMBAHAN KHUSUS GERONTIK

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Postur tulang belakang lansia : (1) Tegap (2) Membungkuk (3)
Kifosis (4) Skoliosis (5) Lordosis
a. TD : ..............mmHg
b. Suhu : ..............°C
c. Nadi : ..............x/mnt (kuat/lemah); (reguler/ireguler)
d. RR : ..............x/mnt (dalam/dangkal); (reguler/ireguler)
e. Kesadaran:
GCS motorik: ...... verbal: ...... eye: ......
2. Respiratori a Batuk : ya/tidak produktif/tidak produktif b Napas
bunyi : vesikuler/lainnya, jelaskan c Sesak napas saat
1 Ekspirasi 3 Istirahat
2 Inspirasi 4 Aktivitas
d. Tipe pernapasan
1 Perut Kussmaul
2 Dada Cynestokes
3 Biot Lainnya: …………………………..
e. Sianosis: (ya/tidak), jelaskan f Perokok ( ) Ya( ) Tidak, berapa lama…….,
habis berapa……./hari g Perkusi paru: (resonan/ sonor,
hipereronan/hipersonor, dullness/redup) Letak:……
h Bunyi napas: ……………….. i Fungsi
mental/gelisah:……………..

3. Kardiovaskular
1. Riwayat penyakit hipertensi/masalah jantung: … 2. Nyeri
dada ( ) Ya ( ) Tidak Provokatif / P:
Qualty/ Q:
Region/ R: Skala /S:
Timing /T:
Kesemutan:………….
Palpitasi ( ) Ya ( ) Tidak
Pusing ( ) Ya ( ) Tidak
Pingsan ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan lainnya, jelaskan…………………………………………………
Perdarahan, lokasi..............
Edema, lokasi..............grade: ..............
Hematoma, lokasi..............
4. Neurologis GCS:
A Riwayat kecelakanan/ penyakit cedera serebral/ cidera kepala dan
medulla spinalis ( ) Ya ( ) Tidak, Fraktur…………., Kapan:
……………….
Kondisi:………………… Pengobatan:……………….
Sembuh:……………………………
B Pupil : isokor/unisokor
C Reflek cahaya :
a. Sinistra : +/- cepat/lambat
b. Dextra : +/- cepat/lambat
d Bicara:
a. Komunikatif c. Mencong
b. Aphasia d. Pelo
e Keluhan lain
a. Kesemutan d. Gelisah
b. Bingung e. Kejang
c. Tremor
f. Koordinasi ekstrimitas
a. Normal b. Paralisis, lokasi__________ c. Plegia, lokasi_______
Keluhan lain:…………………………………………

5. Integumen
a. Warna kulit: 1Kemerahan 2 Jaundice 3 Pucat 4
Sianosis 5 Normal
b. Kelembaban
1 Lembab
2 Kering
c. Turgor 1 > 2 dt 2 < 2 dt
d. Nyeri ( ) Ya ( ) Tidak Provokatif / P:
Qualty/ Q:
Region/ R: Skala /S:
Timing /T:
e. Gatal ( ) Ya ( ) Tidak
f. Panas ( ) Ya ( ) Tidak
g. Lesi/luka/eritema: ( ) Ya ( ) Tidak Lokasi:………………………
Jumlah:……………..
Ukuran:………………… Warna dasar:…………..
Stadium:……… Tanda-tanda infeksi:………
h. Abnormalitas kuku:………………………
i. Keluhan lain, jelaskan…………………. …………………
Lokasi…………………………………………………….
6. Muskuloskeletal
a. Nyeri otot/tulang ( ) Ya ( ) Tidak Provokatif / P:
Qualty/ Q:
Region/ R: Skala /S:
Timing /T:
b. Kaku sendi, ( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi:…………………………..
c. Bengkak sendi, ( ) Ya ( ) Tidal Lokasi:…………………………….
d. Fraktur (terbuka/tertutup), ( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi:………………………..
e. Alat bantu, ( ) Ya ( ) Tidak
Jelaskan:…………………………
f. Pergerakan terbatas, ( ) Ya ( ) Tidak
Jelaskan:……………………………
g. Keluhan lain, jelaskan…………………………………

7. Pendengaran dan pengelihata


a. Riwayat trauma mata/telinga ( ) Ya ( ) Tidak
Kapan:………………….
b. Riwayat infeksi mata/telinga ( ) Ya ( ) Tidak
Kapan:…………………
c. Riwayat katarak ( ) Ya ( )
TidakKapan:………………….
d. Riwayat gloukoma ( ) Ya ( )
TidakKapan:………………….
e. Penglihatan
1 Berkurang 3 Kabur 2 Ganda 4 Buta/gelap
f. Pendengaran
1. Normal
2. Berdengung
3. Berkurang
4. Dengan alat bantu
5. Tuli

g. Visus :……………………….

h. Sklera ikterik : (ya/tidak)


i. Konjungtiva : (anemis/merah muda)
j. Nyeri : (ya/tidak), intensitas

k. Kornea : jernih/keruh/berbintik
l. Alat bantu : tidak ada/lensa kontak/kaca mata
m. Keluhan lain :……………………………………..

8. Nutrisi
Antropometri (BB, TB, LiLA,) :
a. Indek Massa Tubuh Tinggi badan :……cm Berat badan : ….Kg Berdasarkan
IMT, status gizi:
1. Sangat Kurus 4. Gemuk
2. Kurus 5. Obesitas
3. Normal
Biokimia (Lab) : Clinical (kondisi
umum, GCS) : Dietary (recall intake makanan) :
b. Pola makan
Frekuensi…………x/hr
Mampu menghabiskan ……. Porsi makan/hari
c. Nafsu makan: a Baik b Sedang c Tidak ada
d Berlebihan
d. Makanan yang disukai : …………
e. Makanan yang tidak disukai : …………
f. Alergi : …………
g. Pantangan : …………
h. Pola minum : ……………. gelas besar/hari Jenis:…………
Minuman yang disukai:…………
i. Konsumsi kopi: ( ) Ya ( ) Tidak, ………..gelas kecil/hari
j. Konsumsi soda: ( ) Ya( ) Tidak, ………..gelas kecil/hari
k. Konsumsi minuman alkohol: ( ) Ya ( ) Tidak,….gelas kecil/hari
l. Keluhan
1 Mual 3 Sakit menelan
2 Muntah 4 Sulit menelan
m. Diet khusus : …………
n. Keluhan lain : …………

9. Perkemihan
a. Riwayat gangguan ginjal( ) Ya ( ) Tidak
b. Riwayat penggunaan obat diuretik ( ) Ya ( ) Tidak
c. Rasa nyeri/terbakar saat kencing ( ) Ya ( ) Tidak
d. Nyeri pinggang: ( ) Ya ( ) Tidak
Provokatif / P:
Qualty/ Q:
Region/ R:
Skala /S:
Timing /T:
e. Buang air kecil
1 Lancar 4 Menetes
2 Inkontinensia 5 Retensi
3 Menggunaan kateter ukuran…………,jenis…………. sejak………...
f. Warna urine : ………………………………
g. Frekuensi urine: …………x/hari
h. Benjolan : (ya/tidak), lokasi: …………
i. Kesulitan BAK ( ) Ya ( ) Tidak
j. Frekuensi BAK……/hari
k. Karakter feses : warna:………… konsistensi:…………
l. Keluhan lain: ………………………………

10. Istirahat dan tidur


a. Pola tidur malam : lamanya…………jam; pukul……s/d………
b. Pola tidur siang : lamanya…………jam; pukul…………s/d………

c. Kualitas tidur:
1. Nyenyak
2. Sering terbangun
3. Menggunakan obat tidur: (ya/tidak)
d. Kebiasan sebelum tidur: ………………………………
e. Kelopak mata berwarna gelap ( ) Ya ( ) Tidak
f. Mata merah ( ) Ya ( ) Tidak
g. Terlihat menguap ( ) Ya ( ) Tidak

11. Kebersihan diri


a. Mandi : …………x/hari Dengan sabun : ………… ( ) Ya ( )
Tidak
b. Ganti baju : …………x/hari
c. Cuci rambut : …………x/minggu
d. Gosok gigi : …………x/hari
e. Keluhan lain : ………………………………………
Bau badan ( ) Ya ( ) Tidak
Kebersihan diri (bersih/tidak bersih)
Kuku (bersih/kotor, pendek/panjang)
Kulit kepala (bersih/tidak bersih) Kutu ( ) Ya ( ) Tidak
12. Reproduksi
a. Aktif dalam melakukan hubungan intim ( ) Ya ( ) Tidak
b. Pengunaan kondom saat hubungan intim ( ) Ya ( ) Tidak
c. Masalah/kesulitan dalam berhubungan intim( ) Ya( ) Tidak

Laki-laki
1.Kemerahan, lokasi
2.Gatal-gatal, lokasi
3.Kelainan kongenital, jelaskan
4.Lainnya

Wanita
1. Kemerahan, lokasi
2. Gatal-gatal, lokasi
3. Pengeluaran cairan
4. Kotor
5. Berbau
6. Payudara : (puting menonjol/inferted/datar/lecet)
7. Mastitis : …………
8. Benjolan: ya/tidak Lokasi: …………

13. Psikososial
a. Status pernikahan
1 Menikah
2 Tidak menikah
3 Cerai
b. Jumlah anak kandung: …………anak
c. Penampilan
1 Rapi 2 Tidak rapi
d. Bicara
1 Cepat 3 Membisu
2 Lambat 4 Kontak mata minimal
e. Gangguan orientasi (waktu, tempat, orang)
1 Ada 2 Tidak
f. Lainnya………………………………………
g. Suasana hati
1. Sedih
2. Tidak punya harapan
3. Takut
4. Cemas
5. Lainnya, jelaskan
h. Faktor stress:…………………………………………….
i. Cara mengatasi stress: ………………………………..
j. Masalah finansial: ………………………………………
k. Mekanisme koping
1.Adaptif Sebutkan:
2.Mal adaptif Sebutkan:
l. Peran dalam keluarga: …………………………………
m. Orang yang berarti
1. Suami/istri 3. Orang tua
2. Anak 4. Teman
n. Hubungan dengan orang lain
1. Baik
2. Tidak baik
o. Aktivitas motorik
 Lemah  Amuk
 Tegang  Mondar-mandir
 Agitasi  Lainnya,………
 Compulsive 

14. Pembelajaran
a. Bahasa dominan………………………………………,
b. Buta huruf………………………..
c. Tingkat pendidikan……………………………
d. Mempunyai pengetahuan tentang permasalahan kesehatan yang
sedang di alami dan perawatan yang perlu dilakukan:
( ) Ya ( ) Tidak
e. Harapan terhadap tim kesehatan:………………………………………

15. Spiritual
a. Percaya dengan Tuhan 1 Ya 2 Tidak
b. Kegiatan beribadah
1 Selalu 2 Kadang-kadang 3 Tidak pernah

B. Pemeriksaan diagnostik/ Laboratorium (bila ada):


Nilai Keterang
No Tanggal/Hari Pemeriksaan Hasil
Normal an
1.
2
C. Terapi medikasi (bila ada):
No Tanggal/Hari Nama Obat Dosis Alasan
1.
2.

D. Pengkajian Khusus (format terlampir) 1. Status sosial (APGAR keluarga) :


2. Resiko jatuh (Screening Fall) :
3. Status fungsional (Katz Indeks) : 4. Status psikologis (Skala
Depresi) :
5. Fungsi kognitif MMSE : 6. Fungsi
kognitif SPMSQ :
7. Potensi dekubitus (Skala Norton) :

1. PEMERIKSAAN APGAR KELUARGA


SELALU KADANG- TIDAK
NO ITEMS PENILAIAN (2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat
menyesuaikan diri dan
diterima keluarga (teman-
teman) saat saya mengalami
kesusahan
2 P : Partnership
Saya puas saat keluarga
(teman- teman)
memberitaukan dan
mengingatkan saya tentang
masalah saya.
3 G : Growth
Saya puas keluarga
(teman- teman) menerima
& mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktifitas baru
4 A : Afek
Saya puas dengan cara
keluarga (teman- teman)
mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah,
sedih atau mencintai
5 R : Resolve
Saya puas dengan cara
temanteman saya
menyediakan waktu untuk
bersama- ssma
JUMLAH
Penilaian :
Nilai 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri atau disfungsi
keluarga tinggi
Nilai 5-7 : fungsi sosial cukup atau disfungsi keluarga sedang
Nilai 8-19 : fungsi sosial normal atau disfungsi keluarga rendah

2. SCREENING FAAL:
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST
N Kegiatan
O
1 Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan
direntangkan kedepan
2 Beri tanda letak tangan start yang sejajar dengan garis O inci
3 Minta pasien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2
menit, dengan tangan direntangkan ke depan
4 Beri tanda letak tangan ke yang mencapai batas maximalpada
saat condong dengan pengaris menunjukkan batas end
5 Ukur jarak antara tanda tangan start& batas end
Interpretasi : Usia Lebih 70 Tahun : Kurang 6 Inchi : Resiko Jatuh

THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST


N Kegiatan
O
1 Posisi pasien duduk dikursi
2 Minta pasienberdiri dari kursi, berjalan 10 langkah(3meter),
kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik
Interpretasi :
≤ 10 detik : resiko rendah jatuh
11- 19 detik : resiko sedang jatuh
20– 29 detik : resiko tinggi jatuh
≥ 30 detik : kerusakan/gangguan mobilisas
3. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL (Indeks Kemandirian Katz)
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
N AKTIVITAS MANDIRI TERGANTUNG
O
1 Mandi
• Mandiri : Bantuan hanya
pada satu bagian mandi
(seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak
mampu) ataumandi sendiri
sepenuhnya
• Tergantung : Bantuan
mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak
mandi, serta tidak
mandisendiri
2 Berpakaian
• Mandiri : Mengambil baju
dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan
pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
• Tergantung : Tidak dapat
memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil
• Mandiri : Masuk dan
keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan
genetalia sendiri
• Tergantung : Menerima
bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah
• Mandiri : Berpindah ke dan
dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi
sendiri
• Bergantung : Bantuan
dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5 Kontinen
• Mandiri : BAK dan BAB
seluruhnya dikontrol
sendiri
• Tergantung : Inkontinensia
parsial atau total;
penggunaan
kateter,pispot, enema dan
pembalut
(pampers)
6 Makan
• Mandiri : Mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
• Bergantung : Bantuan
dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan
sama sekali, dan makan
parenteral (NGT)
ANALISA
1. Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
2. Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
3. Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
4. Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi tambahan
5. Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
6. Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
7. Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

4. GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA DEPRESI)


NO PERTANYAAN Tidak Iya
Apakah anda sebenarnya puas dengan
1 kehidupan anda? TIDAK
Apakah anda telah meninggalkan banyak
2 kegiatan dan minat/kesenangan anda YA
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? YA
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA
Apakah anda mempunyai semangat yang baik
5 setiap saat? TIDAK
Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk
6 akan terjadi pada anda? YA
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian
7 besar hidup anda? TIDAK
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? YA
Apakah anda lebih sering di rumah daripada
pergi keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang
9 baru? YA
Apakah anda merasa mempunyai banyak
masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
10 kebanyakan orang? YA
Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda
11 sekarang menyenangkan? TIDAK
Apakah anda merasa tidak berharga seperti
12 perasaan anda saat ini? YA
13 Apakah anda merasa penuh semangat? TIDAK
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda
14 tidak ada harapan? YA
Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik
15 keadaannya daripada anda? YA
JUMLAH
INTERPRETASI
Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor “1 “
( satu ) :
Skor 5-9 : kemungkinan depresi
Skor 10 atau lebih : depresi

5. FORMAT PENGKAJIAN MMSE


NO ITEM PENILAIAN BENAR SALAH
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang?
2. Musim apa sekarang ?
3. Tanggal berapa sekarang ?
4. Hari apa sekarang ?
5. Bulan apa sekarang ?
6. Dinegara mana anda tinggal ?
7. Di Provinsi mana anda tinggal ?
8. Di kabupaten mana anda tinggal ?
9. Di kecamatan mana anda tinggal ?
10. Di desa mana anda tinggal ?
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11.
…………………………………………..
12. ……………………………………….
13. ……………………………………….
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari
belakang, misal” BAPAK “
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang nama 3 obyek
19.
……………………………………………..
20.

………………………………………………
21.
……………………………………………..
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan
23. Pensil
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas !
26. Lipat dua !
27. Taruh dilantai !
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata
29. Tulis satu kalimat
30. Salin gambar
JUMLAH
Analisa Hasil < 21 point = kerusakan kognitif

6. PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF (SPMSQ)


N Pertanyaan BENAR SALAH
O
1 Jam berapa sekarang?
Jawab……………………..
2 Tahun berapa sekarang?
Jawab……………………..
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab……………………..
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang?
Jawab……………………..
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang?
Jawab……………………..
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama Bapak/Ibu?
Jawab……………………..
7 Siapa nama anggota keluarga yang
tinggal bersama Bapak/Ibu?
Jawab……………………..
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan
Indonesia? Jawab……………………..
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia
sekarang? Jawab……………………..
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1?
Jawab……………………..
JUMLAH
Analisa hasil
Skor Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skor Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan
Skor Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang
Skor Salah :8-10 : Kerusakan intelektual Berat

7. SKOR NORTON (untuk menilai potensi dekubitus) Lingkari jawaban


yang sesuai.
Kondisi umum
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran
Komposmentis 4
Apati 3
Konfus/soporuss 2
Stupor/koma 1
Aktifitas
Ambulan 4
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilisasi
Bergerak terbatas 4
Sedikit bergerak 3
Sangat terbatas 2
Tidak bisa bergerak 1
Inkontinitas
Tidak 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinesia urin 2
inkontinesia urin 1
Intrepertasi:
15-20 : tidak terjadi/kecil
terjadi
12-15: kemungkinan kecil
terjadi
< 12: kemungkinan besar
terjadi

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
DS:
1
DO:
DS:
2
DO:

3. Diagnosa keperawata
Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien DM:
1. Ketidakmampuan keluarga menganal masalah kesehatan keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetus mellitus seperti pengertian,
penyebab, tanda dan gejala.
2. Resiko terjadi komplikasi lebih lanjut pada klien berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan berhubungan dengan kurang mengatur keuntungan dan pemeliharaan
rumah yang sehat.

4. Intervensi
DP Tujuan Intervensi Rasional

Ketidak mampuan keluarga Setelah Kaji pengetahuan keluarga Menetahui


mengenal masalah dilakuakan tentang pengertian DM, tingkat
kesehatan keluarga tindakan penyebab DM, tanda dan pengetahuan
berhubungan dengan keperawatan gejala DM. keluarga tentang
kurangnya pengetahuan selama I Minggu DM.
Jelaskan pada keluarga
tentang penyakit diabetus keluarga mampu
tentang pengartian DM,
mellitus seperti pengertian, mengenal
penyebab DM, tanda dan
penyebab, tanda dan gejala. masalah
gejala DM.
kesehatan yang
Beri kesempatan pada
terjadi pada keluarga untuk
klien dan mengungkapkan.
keluarga mampu
:

Menyebutkan
pengertian DM.

Menyebutkan
penyebab DM.

Menyebutkan
tanda dan gejala
DM.

Kaji pengetahuan keluarga


Setelah Agar keluarga
tentang koplikasi DM,
dilakukan mengetahui
penanganan DM, makanan
tindakan komplikasi DM.
yang tidak boleh
keperawatan
dimakan/bebas dimakan dan Keluarga
selama I Minggu
boleh tapi dibatasi. mampu
keluarga mampu
melakukan
merawat Jelaskan pada keluarga
perawatan
Resiko terjadi komplikasi anggota tentang komplikasi DM,
mandiri pada
lebih lanjut pada klien keluarga yang penanganan DM dan
DM.
berhubungan dengan sakit untuk makanan yang tidak boleh
ketidakmampuan keluarga mencegah dimakan/bebas dimakan dan
merawat anggota keluarga komplikasi, boleh tapi dibatasi.
yang sakit. keluarga juga Berikesempatan pada
mampu : keluarga untuk

Menyebutkan mengungkapkan.
komplikasi DM. Beri reiforcement positif pada
keluarga atas jawaban yang
Menyebutkan
benar.
cara penanganan
DM.

Menyebutkan Kaji pengetahuan keluarga


makanan yang tentang arti rumah sehat dan
tidak boleh di ciri rumah sehat.
makan/bebas
dimakan, boleh
dimakan tapi Suport keluarga untuk

dibatasi. menjaga kebersihan


lingkungan rumah.

Jelaskan pada keluarga


tentang pentingnya
lingkungan yang sehat bagi
peningkatan derajat
Agar Keluarga
kesehatan.
dapat hidup
dilingkungan
yang sehat
Setelah
Ketidakmampuan keluarga
dilakukan
dalam memelihara
tindakan
lingkungan yang dapat
keperawatan
meningkatkan kesehatan
selama I Minggu
berhubungan dengan
keluarga mampu
kurang mengetahui
memelihara
keuntungan dan
lingkungan yang
pemeliharaan rumah yang
dapat
sehat.
meningkatkan
kesehatan,
keluarga juga
mampu :

Menyebutkan
arti rumah sehat.

Menyebutkan
ciri rumah sehat.

Memodifikasi
dan memelihara
lingkungan yang
sehat.

5. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana


keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah,
2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan, yaitu:
a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh
perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan,
misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan
perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-kultural, dan lain-
lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar
kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter.
Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric
tube (NGT), dan lain-lain.
c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari
profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam
hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi,
latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan


antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017) Menurut
(Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (proses)


Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan
teori) dan perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu SOAP (data
subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai
untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-
tanda akibat penyimpangan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada
3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera. Oleh karena itu, seing memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan
P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan dating (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang
dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi
yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for
planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC. Jakarta.

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Sjaifoellah, N. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa,
Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI.

Anda mungkin juga menyukai