Dosen Pengampu :
5. Novitasari (2019012432)
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Gerontik. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Konsep kesehatan sekolah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Kesehatan Sekolah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan mamisia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya. Keschatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehätan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya keschatan jiwa merupakan bagian
integral kesehatan. Upaya Keschatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat, Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya keschatan .
Penerima Pelayanan Kesehatan adalah setiap orang yang melakukan konsultasi tentang
kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada tenaga kesehatan, (Undang-undang Kesehatan No.36
tahun, 2014).
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampua reproduk dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, sescorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2009).
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu
penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tanpilan gejala yang tidak
khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan kreraktivitas).
Penyakit-penyakit yang ditemukan puda pasien geriatri umumnya adalah penyakit
degeneratif kronik (Kane, 2008).
Pengertian penyakit degeneratif secara umum dikatakan bahwa penyakit ini
merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua.
Namun ada kalanya juga bisa terjadi pada usia muda, akibat yang ditimbulkan adalah
penurunan derajat keschatan yang biasanya diikuti dengan penyakit. Akibat yang paling
bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit dan juga sangat menyita biaya terutama saat
masa tua, dan bisa juga akan berakhir dengan kematian (Darmojo, 2009).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah
selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan yata, banyak sekali lansia-lansia yang
menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke
panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan
anacucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus
bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hul-hal lainnya yang menjadi
penyebab gangguan keselamatan dan keamanan (Lueckenotte, 2005).
Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan sescorang atau lebih yang
terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram. Faktor-
faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan keamanan yaitu usia, tingkat
kesadaran, emosi, status mobilisasi, ganggu sensori,informasi/komunikasi, penggunaan
antibiotik yang tidak rasional, keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam
memproduksi sel darah putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan. Jatuh merupakan
masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya usia kondisi fisik,
mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dan kecelakaan pada lansia merupakan
penyebab kecacatan yang utama. Jatuh adalah kejadian secara tiba-tiba dan tidak
disengaja yang mengakibatkan sescorang mendadak terbaring atau terduduk dilantai
(Maryam, 2008).
Berdasarkan penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11.4% atau tercatat sekitar 28.8 juta orang yang menyebabkan jumlah
penduduk lansia terbesar di dunia (BPS, 2007). Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari
115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47% mengalami jatuh. Kejadian
jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness, serta faktor
ekstrinsik seperti lantui yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan
kurang karena cahaya kurang terang dan lain- lain (Darmojo, 2009).
Penyebab jatuh padi lansia adalah penyakit yang sedang diderita, seperti hipertensi,
stroke, sakit kepala pusing, nyeri sendi, reumatik dan diabetes. Perubahan- perubahan
akibat proses penuaan seperti penurunan pendengaran, penglihatan, status mental,
lambatnya pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang,
bendabenda dilantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat
buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu jalan yang tidak
tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada lansia (Maryam,
2008).
risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik antara lain
sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan sistem kardiovaskuler,
gangguan metabolisme, dan gangguan gaya berjalan. Faktor ekstrinsik meliputi
lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan. selama proses menua, lansia mempunyai
konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh dianggap
sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan menupakan bagian normal dari proses
penuaan (Stanley, 2006).
pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian jatuh pada lansia.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia,
mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk mencari adanya faktor intrinsik risiko
jatuh, keadaan lingkungan rumah yang berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus
dihilangkan. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk berpindah
tempat dan pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk mengurangi faktor
penyebab terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau mengatasi fraktur situasional dapat
dicegah dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodik
(Mariyam, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis beralasan mengambil judul penelitian
tentang "Asuhan Keperawatan Pada Klien Gerontik dengan Gangguan Keamanan :
Resiko Jatukeseimbangan dan gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari penerangan
yang kurang, bendabenda dilantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur
atau tempat buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu
jalan yang tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada
lansia (Maryam, 2008).
Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik antara lain
sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan sistem kardiovaskuler,
gangguan metabolisme, dan gangguan gaya berjalan. Faktor ekstrinsik meliputi
lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan. selama proses menua, lansia mempunyai
konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh dianggap
sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan menupakan bagian normal dari proses
penuaan (Stanley, 2006).
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian jatuh pada lansia.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia,
mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk mencari adanya faktor intrinsik risiko
jatuh, keadaan lingkungan rumah yang berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus
dihilangkan. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk berpindah
tempat dan pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk mengurangi faktor
penyebab terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau mengatasi fraktur situasional dapat
dicegah dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodik
(Mariyam, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis beralasan mengambil judul penelitian
tentang "Asuhan Keperawatan Pada Klien Gerontik dengan Gangguan Keamanan :
Resiko Jatuh ",
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien gerontik dengan gangguan keamanan :
resiko jatuh.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian dari resiko jatuh
b. Memahami penyebab dari jatuh pada lansia.
c. Memahami faktor risiko jatuh pada lansia.
d. Memahami pencegahan jatuh pada lansia.
e. Memahami komplikasi jatuh pada lansia.
f. Memahami pendekatan diagnostik dari jatuh pada lansia.
g. Memalami peatalaksanaan jatuh pada lansia.
h. Memahami asuhan keperawatan pada lansia
C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah terdiri dari:
1. Bagi Intitusi Pendidikan Sebagai bahan informasi untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Pada Klien Gerontik dengan Gangguan Keamanan : Resiko Jatuh dan
sebagai sumber bacaan bugi mahasiswa keperawatan, diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan, bahan kajian, atau pengembangan terhadap ilmu
keperawatan khususnya keperawatan gerontik.
2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
keluarga dan masyarakat bahwa kejadian jatuh pada lanjut usia berhubungan erat
dengan faktor kondisi lingkungun fisik rumah yang menbahuyakan schingga keluarga
dan masyarakat dapat memodifikasi kondisi lingkungan fisik rumah yang baik .
3. Bagi Peneliti. Sebagai bahan masukan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat, memberikan kritik dan saran, serta tambahan informasi guna
memecahkan masalah atau mencari solusi untuk menurunkan faktor risiko yang dapat
menyebabkan jatuh pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun disebut lansia. Proses menua
merupakan suatu hal yang bertahap sehingga menyebabkan berkurangnya ketahanan
tubuh dalam menghadapi suatu rangsangan dari luar maupun dalam tubuh (Kholifah,
2016). Menua adalah suatu proses yang terjadi secara alamiah dan tidak dapat dihindari
oleh setiap orang, seseorang tidak akan langsung menjadi tua, namun akan melewati
tahapan usai yaitu usia bayi hingga menjadi tua (Kholifah, 2016).
Menua dapat juga dimaksudkan sebagai menurunnya kenormalan fungsi dan
struktur serta keahlian jaringan untuk memperbaiki diri (Darmojo, 2015). Lansia
merupakan populasi berisiko (population at risk) yang semakin meningkat jumlahnya.
Allender, Rector, dan Warner (2014) menyebutkan bahwa populasi berisiko (population
at risk) adalah kumpulan orang-orang yang masalah kesehatannya memiliki kemungkinan
akan berkembang lebih buruk karena adanya faktor-faktor risiko yang memengaruhi.
Stanhope dan Lancaster (2016) mengatakan lansia sebagai populasi berisiko ini memiliki
tiga karakteristik risiko kesehatan yaitu, risiko 7 biologi termasuk risiko terkait usia,
risiko sosial dan lingkungan serta risiko perilaku atau gaya hidup.
Tahap usia lanjut adalah tahap dimana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami perubahan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kuliat, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit (Kholifah, 2016).
B. Batasan Lansia
1. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
b. Usia tua (old): 75-90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan (Dalam Kholifah, 2016).
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L.
2011).
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada
lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan
hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
2. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas).
e. Lingkungan.
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan, kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.
5. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi dan diisolasi atau menarik diri dari
kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
G. Defenisi Jatuh
Jatuh adalah kejadian yang tidak disadari oleh seseorang yang terduduk di tempat
yang lebih rendah tanpa disebabkan oleh hilangnya kesadaran, stroke, atau kekuatan yang
berlebih (BoedhiDarmojo, 2011). Jatuh pada lansia sebagian besar disebabkan oleh
perubahan terkait usia dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Sebaliknya,
penurunan pada orang yang berusia lebih dari 75 tahun biasanya dikaitkan dengan faktor
terkait penyakit dan obat (Miller, 2012). Penyebab dari jatuh adalah masalah dalam diri
lansia sendiri dan didukung dengan keadaan lingkungan rumah yang berbahaya
(Darmojo, 2011). Jatuh adalah kondisi medis serius yang mempengaruhi kesehatan
lansia. Jatuh merupakan salah satu sindrom geriatri yang paling umum yang mengancam
kemandirian lansia (Kamel, Abdulmajeed & Ismail, 2013).
K. Kerangka Teori
a. Lansia
1. Definisi Lansia
2. Batasan Lansia
3. Ciri-ciri Lansia
4. Teori Proses Menua
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
b. Jatuh
1. Definisi Jatuh
2. Faktor-faktor Risiko Jatuh
a) Faktor Intrinsik
b) Faktor Ektrinsik
3. Komplikasi Jatuh
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuban keperawatan pada lansia dengan
Resiko Jatuh di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2019,
penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada kliennya di Wisma Antokan. Panti Sosial
TresnaWerdha Sabai Nan Aluih Sicincin, klien tampak ekspresi sedikit kesal dan saat
ditanya klien kesal dengan teman sewismanya karena klien merasa terus digunjingkan
dirinya dengan orang lain. Saat pengkajinn, klien mengeluh susah berjalan karena
untuk melakukan aktivitas saja klien menggunakan alat bantu seperti kursi roda, jika
ada kegiatan seperti senam ataupun wirid dimushola klien hanya duduk dikursi roda
saja.
2. Rumusan diagnosa yang ditemukan pada klien yaitu hambatan mobilitas fisik,
intoleransi aktivitas, dan gangguan pengelolaan mood.
3. Rencana tindakan yang dilakukan pada klien adalah menjelaskan mengenai
pencegahan jatuh, manajemen lingkungan, manajemen nyeri, manajemen lingkungan
kenyamanan dan teknik menenagkan.
4. Tindakan keperáwatan yang dilakukan pada klien adalah menjelaskan mengenai
pencegahan jatuh, dan modifikasi perilaku.
5. Peneliti menegakkan diagnosa sesuai dengan kesamaan diagnosa pada klien dengan
teori yang ada. Namun, setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan perbedaan
diagnosa pada teori dengan diagnosa yang didapatkan pada klien yaitu Gangguan
penggelolaan maod herhubungan dengan peruhahan perilaku karena diagnosa ini
sesuaidengan data-data yang ditemukan dilapangan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebagai peneliti selanjutnya Diharapkan dapat dijadikan data dasar, sehingga hisa
menjadi bahan perbandingan dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada lansia
dengan Resikofanuh.
2. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Padang Hasil karya ilmiah ini diharapkan
dapat memberikan pembelajaran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan
keperawatan lansia dengan Resiko Jatuh pada Institusi Pendidikan Poltekkes
Kemenkes Padang.
3. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Melalui pimpinan UPTD
Panti Sosial Tresna Werdha hasil studi kasus diharapkan dapat digunakan sebagal
tambahan informasi dalam
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC
Anwar, A.2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Lagi Petugas Kesehatan.Depkes:
Jawa Timur