Oleh :
Kelompok 5 Kelas B14-B
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60
tahun keatas sekitar 7,18%. Pulau yang mempunyai jumlah penduduk lansia
terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk lanjut
usia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang
meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat (Effendi, 2009). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa,
meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa.
Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar
450.000 jiwa per tahun. Sehingga, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010).
Masalah kesehatan lanjut usia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses
kemunduran yang panjang. Ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara
perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat
dilakukan, dikenal sebagai “senescene”, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang
akan menjadi semakin tua pada awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada
laju kemunduran fisik dan mentalnya, dan juga tergantung pada masing-masing
individu yang bersangkutan. Penyebab fisik dari kemunduran ini merupakan suatu
perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus, tetapi karena proses
menua. Akibatnya terjadi penurunan pada peranan-peranan sosial dan timbulnya
gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Kemunduran juga bisa terjadi
oleh karena faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain,
pekerjaan dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan seseorang yang
menjadi eksentrik, kurang perhatian dan terasing sosial sehingga penyesuaian
dirinya menjadi buruk, akibatnya orang menurun secara fisik dan mental sehingga
mengalami penurunan dalam melakukan aktivitasnya. Seseorang yang mengalami
ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi laju kemunduran tersebut.
Demikian juga, bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran.
Dengan adanya gangguan tersebut, menyebabkan lanjut usia menjadi tidak mandiri
dan membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Hurlock,
2000).
Perawatan yang dilakukan anak sendiri diduga memberikan rasa aman dan
nyaman karena mereka lebih toleran terhadap lansia dibandingkan kerabat atau
orang lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa
terpenuhi dengan baik. Pada saat merawat lansia, akan sering timbul konflik pada
keluarga yang tinggal bersama atau dekat, sedangkan keluarga yang jauh dirindukan
tetapi tidak bisa sering berkunjung (Fatimah, 2010).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui,
mengerti, dapat menjelaskan kembali dan dapat menyusun asuhan keperawatan
pada keluarga dengan lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui,
mengerti, dapat menjelaskan kembali serta dapat mengembangkan teori yang
sudah ada, mengenai hal-hal berikut ini:
1. Mengetahui dan memahami konsep dari lansia.
2. Mengetahui dan memahami tugas perkembangan keluarga dengan lansia.
3. Mengetahui dan memahami peran anggota keluarga terhadap lansia.
4. Mengetahui dan memahami pendekatan keluarga dalam perawatan lansia.
5. Mengetahui dan memahami tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan
lansia.
6. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada keluarga dengan lansia.
7. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kasus pada keluarga dengan
lansia.
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang lansia serta mengetahui asuhan
keperawatan yang harus diterapkan pada keluarga dengan lansia secara
komprehensif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.
a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain : Penyakit
Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan Pneumonia.
b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara lain :
Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.
c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti Cerebro
Vaskuler Accident.
d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara lain :
Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis, Osteporosis.
e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.
f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain : Katarak,
Glaukoma, Presbikusis.
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain :
Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.
h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan perkemihan,
antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.
i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :
Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus Ekstremitas
Bawah, Pressure Ulcers.
j. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan psikis
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu
upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi
pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi keluarga bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
4. Pendekatan spiritual
Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau
mendeteksi kematian.
Depkes RI. 2003. Klasifikasi Lansia. Jakarta: Dinas Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses pada
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26951/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=E284EA7867E5D904459AC2F4E3C0FEFA?sequence=5
tanggal 15 Mei 2017 pukul 21.07 WIB
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta : EGC
Nugroho. W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC
Setianto. 2004. Pengaruh Aktifitas Sehari-hari Terhadap Keseimbangan Pada Lansia.
Jakarta: Unit Press.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih.Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R.,. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. C
KHUSUSNYA NY.F DENGAN HIPERTENSI DI BANJAR KEMENUH
KANGIN, KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR
TANGGAL 17 s/d 19 OKTOBER 2022
Kasus Semu
Ny. F 80 tahun tinggal di rumah dengan anaknya yang terakhir yang berusia 36
tahun. Ny. F tinggal di rumah kecil sederhana, di Banjar Kemenuh, Sukawati.
Suaminya sudah lama meninggal. Ny. F dahulu adalah seorang yang rajin dalam
pekerjaan rumahnya, namun aktifitasnya terganggu karena ingatannya mulai
menurun dan penglihatanya mulai kabur. Ketika diajak ngobrol seringkali Ny. F
mengulang pembicaraannya dan berhenti tiba – tiba. Ny. F juga susah mengenali
kamar mandi dan kamarnya sendiri. Karena itu Ny. F banyak menghabiskan waktu
di atas tempat tidur. Anak Ny. F bekerja dari siang sampai malam, jadi Ny. F merasa
dia hidup sendirian. Bahkan terkadang lupa kalau dia mempunyai anak yng tinggal
bersamanya. Kalau tetangga bertanya kepada Ny. F, Ny. F salalu menjawab dengan
jawaban yang sama dengan jawaban yang kemarin dia sampaikan. Dan ketika
ditanya mengenai masa lalunya Ny. F kebingungan dan seperti tidak fokus dalam
berbicara. Anak Ny. F berfikir Ny. F memang sudah tua dan wajar saja kalau
mengalami kepikunan dan keadaan Ny. F ini berlangsung cukup lama. Sampai
akhirnya Ny. F pergi keluar rumah dan tidak dapat pulang kerumah karena tidak
mampu mengenali rumahnya sendiri, beruntung ada tetangga yang menemukan Ny.
F sedang duduk di tepi sungai dan tampak kebingungan, karena khawatir tetangga
Ny. F langsung memabawa Ny. F ke rumah agar anaknya tidak khawatir. Ketika
ditanyai Ny. F tampak kebingungan menjawab peratanyaan, dan Ny. F tidak
mengingat apa yang dialami selama pergi dari rumah, yang dia ingat hanya dia pergi
ke pasar dan tidak tahu jalan pulang.
4.1 Pengkajian
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga/
Penanggung Jawab Keluarga :
Nama : Tn. C Pendidikan : SD
Umur : 36 tahun Pekerjaan : Sopir
Agama : Hindu Alamat : Banjar
Kemenuh
Kangin,
Sukawati.
b. Komposisi Keluarga
Tn. A Ny. F
Keterangan
: Laki-Laki : perempuan
Penjelasan :
Ny. F memiliki seorang suami yaitu Tn.A yang sudah almarhum karena penyakit stroke, Ny.F
memiliki 3 orang anak yaitu Tn. B,K, dan Tn. C , kedua orang anaknya telah menikah dan memiliki
tempat tinggal masing-masing, hanya Tn. C yaitu anak ketiga nya yang tinggal bersama dengan Ny.f
dalam satu lingkungan rumah
d. Tipe Keluarga
1. Jenis tipe keluarga: keluarga Ny. F merupakan keluarga kecil, karena
sekarang hanya ada Ny. F dengan anaknya yang terakhir dikarenakan anak –
anaknya sudah menikah dan keluar dari rumah. Terkadang Ny. F merasa
kesepaian karena anak terakhirnya bekerja dari pagi sampai malam.
2. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut: Ny. F menyatakan bahwa
keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan orang-orang
yang bersuku jawa. Ny. F berkomunikasi dengan bahasa Bali antara anggota
keluarga maupun kelurga sekitar. Agama dan kepercayaan yang
mempengaruhi kesehatan tidak ada.
e. Suku bangsa
Suku bangsa Keluarga Tn.C adalah bali, dalam suku mereka (daerah setempat)
Ny. F tidak memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga jika
sakit biasanya tetangga Ny. F dibawa ke Puskesmas yang berjarak 5 meter
dari rumah.
V. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga.
Namun Ny. F jarang berkomunikasi dengan anaknya karena anak Ny. F yang
hanya dirumah ketika malam.
Ny. F adalah sebagai penentu keputusan karena Ny. F adalah orang yang
paling tua, namun karena anak- anak Ny. F sudah beberapa yang
meninggalkan rumah. Ny. F tidak lagi menjadi penentu keputusan, dan ketika
Ny. F sakit, anak – anaknya jarang untuk mengingatkan karena kebutuhan
ekonomi yang sulit membuat anak- anak Ny. F bekerja keras.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. F mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik.
keluarga Ny. F menganut kebudayaan jawa. Keluarga Ny. F berusaha untuk
tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan
menghargai.
Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit : Jika ada keluarga yang
sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika sakitnya
berlarut segera dibawa ke Puskesmas terdekat.
5. Fungsi Reproduksi
Ny. F memiliki tiga orang anak yang 2 sudah menikah, dan 1 belum menikah.
Ny. F tidak menggunakan KB.
6. Fungsi Ekonomi
Keluarga Ny. F termasuk keluarga cukup mampu, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.2.800.000 /perbulan. Keluarga
Ny. F dapat memenuhi setiap kebutuhan pangannya dengan usaha yang keras
dari anak bungsunya.
7. Fungsi Pendidikan
KU Baik Baik
TD
120/80 mmHg Kunjungan I :130/90 mmHg
80x/menit 83x/menit
Nadi
36,5oC 36,2oC
Suhu
BB 65 kg 70 kg
RR 20x/menit 20x/menit
TB 165 cm 160 cm
LL 28 cm 40 cm
Jantung Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis tidak tampak, bunyi
bunyi jantung I,II murni jantung I,II murni
Abdomen Datar, simetris, tidak ada Datar, simetris, tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan
Ekstrimitas Tidak ada varises, tidak ada Tidak ada varises, tidak ada
edema edema.
ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tanggal Analisa : 17-18 Oktober 2022
No. Tanggal Data Diagnosa keperawatan
DS : Tn. C Mengatakan apa
yang dialamai Ny F itu wajar Defisit pengetahuan pada Tn. C
1. 17 Oktober
2022 karena Ny. F sudah tua.
DO : -
2. 18 Oktober 2022 DS : Keluarga mengatakan Pemeliharaan kesehatan tidak
lansia jarang mandi, tidak mau efektif dari keluarga pada Ny. F
makan, sering mengompol, tidak
mengganti pakaian.
DO : Ketidakmampuan
mengambil perlengkapan mandi,
ketidakmampuan mengancing
pakaian, ketidakmampuan
mengambil makanan dan
memasukkan ke mulut.
Diagnosa Keperawatan :
Defisit pengetahuan pada Tn. C
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut WHO lansia (elderly) yaitu antara usia 60-74 tahun, usia tua (old): 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia lebih dari 90 tahun. Sedangkan
menurut DepKes RI ada 3, yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia
yaitu usia 60 tahun ke atas, dan lansia beresiko yaitu usia lebih dari 70 tahun atau
lebih dari usia 60 tahun dengan masalah kesehatan. Masalah-masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan sistem, antara lain: 1) Lansia
dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain : Penyakit Paru
Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan Pneumonia, 2) Lansia dengan
masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara lain : Hipertensi, Penyakit
Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure, 3) Lansia dengan masalah kesehatan pada
sistem neurologi, seperti Cerebro Vaskuler Accident, 4) Lansia dengan masalah
kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara lain : Faktur, Osteoarthritis,
Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis, Osteporosis, 5) Lansia dengan masalah
kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM, 6) Lansia dengan masalah kesehatan
pada sistem sensori, antara lain : Katarak, Glaukoma, Presbikusis, 7) Lansia dengan
masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain : Ginggivitis / Periodontis,
Gastritis, Hemoroid, Konstipasi, 8) Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem
reproduksi dan perkemihan, antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia, 9)
Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain : Dermatitis
Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus Ekstremitas Bawah, Pressure
Ulcers, 10) Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.
5.2 Saran
Demikian jika ada keluarga yang masih memiliki lansia khususnya dengan
penyakit kronis sebaiknya diberi edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Selain itu juga menjaga kedekatan dan keharmonisan keluarga besar.