Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia

Oleh :
Kelompok 5 Kelas B14-B

1. Gusti Ayu Made Diah Dwi Meidayanti (213221275)


2. Nur’aini Prajna Paramitha (213221276)
3. I Putu Diah Pratama (213221277)
4. Ni Luh Evayani (213221278)
5. Komang Aditya Wedayana (213221279)
6. Ni Wayan Astini (213221280)
7. Ni Luh Ria Anggreni (213221281)
8. Ni Putu Elvian Febriana Putri (213221282)
9. Ni Made Sri Regiantari (213221283)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah atap
dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam
keperawatan karena keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga.
Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan
memperngaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu (Ali, 2010).

World Health Organization (WHO) menetapkan 60 tahun keatas sebagai usia


yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara
alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008). Jadi, proses menua adalah suatu
keadaan yang normal terjadi pada setiap manusia.

Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60
tahun keatas sekitar 7,18%. Pulau yang mempunyai jumlah penduduk lansia
terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk lanjut
usia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang
meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat (Effendi, 2009). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa,
meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa.
Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar
450.000 jiwa per tahun. Sehingga, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010).
Masalah kesehatan lanjut usia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses
kemunduran yang panjang. Ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara
perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat
dilakukan, dikenal sebagai “senescene”, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang
akan menjadi semakin tua pada awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada
laju kemunduran fisik dan mentalnya, dan juga tergantung pada masing-masing
individu yang bersangkutan. Penyebab fisik dari kemunduran ini merupakan suatu
perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus, tetapi karena proses
menua. Akibatnya terjadi penurunan pada peranan-peranan sosial dan timbulnya
gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Kemunduran juga bisa terjadi
oleh karena faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain,
pekerjaan dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan seseorang yang
menjadi eksentrik, kurang perhatian dan terasing sosial sehingga penyesuaian
dirinya menjadi buruk, akibatnya orang menurun secara fisik dan mental sehingga
mengalami penurunan dalam melakukan aktivitasnya. Seseorang yang mengalami
ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi laju kemunduran tersebut.
Demikian juga, bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran.
Dengan adanya gangguan tersebut, menyebabkan lanjut usia menjadi tidak mandiri
dan membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Hurlock,
2000).

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan


kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain perawatan fisik,
perawatan psikologis, perawatan sosial dan perawatan spiritual (Nugroho, 2008).
Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin
tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam
melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa
aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2008).

Perawatan yang dilakukan anak sendiri diduga memberikan rasa aman dan
nyaman karena mereka lebih toleran terhadap lansia dibandingkan kerabat atau
orang lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa
terpenuhi dengan baik. Pada saat merawat lansia, akan sering timbul konflik pada
keluarga yang tinggal bersama atau dekat, sedangkan keluarga yang jauh dirindukan
tetapi tidak bisa sering berkunjung (Fatimah, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari lansia?
2. Apa saja klasifikasi lansia?
3. Bagaimana tipe lansia?
4. Bagaimana perubahan-perubahan pada lansia?
5. Apa saja masalah yang terjadi pada lansia?
6. Apa saja tugas perkembangan keluarga dengan lansia?
7. Bagaimana peran anggota keluarga terhadap lansia?
8. Bagaimana pendekatan keluarga dalam perawatan lansia?
9. Apa tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan lansia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan umum pada keluarga dengan lansia?
11. Bagaimana asuhan keperawatan kasus pada keluarga dengan lansia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui,
mengerti, dapat menjelaskan kembali dan dapat menyusun asuhan keperawatan
pada keluarga dengan lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui,
mengerti, dapat menjelaskan kembali serta dapat mengembangkan teori yang
sudah ada, mengenai hal-hal berikut ini:
1. Mengetahui dan memahami konsep dari lansia.
2. Mengetahui dan memahami tugas perkembangan keluarga dengan lansia.
3. Mengetahui dan memahami peran anggota keluarga terhadap lansia.
4. Mengetahui dan memahami pendekatan keluarga dalam perawatan lansia.
5. Mengetahui dan memahami tujuan asuhan keperawatan keluarga dengan
lansia.
6. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada keluarga dengan lansia.
7. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kasus pada keluarga dengan
lansia.

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang lansia serta mengetahui asuhan
keperawatan yang harus diterapkan pada keluarga dengan lansia secara
komprehensif
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lansia


Menurut WHO lansia (elderly) yaitu antara usia 60-74 tahun, usia tua (old): 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia lebih dari 90 tahun. Sedangkan
menurut DepKes RI ada 3, yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia
yaitu usia 60 tahun ke atas, dan lansia beresiko yaitu usia lebih dari 70 tahun atau
lebih dari usia 60 tahun dengan masalah kesehatan.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan– lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000).

2.2 Klasifikasi Lansia


Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI
(2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari :
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa

e. Lansia tidak potensial


Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.

2.3 Tipe Lansia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam
Maryam dkk, 2008).

1. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas


Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan
acuh tak acuh.

2.4 Perubahan-perubahan pada Lansia


Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro, terjadi dalam sel seperti:
a. Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c. Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro, yang jelas terlihat seperti:
a. Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis
c. Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis
e. Atropi otot
f. Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi
h. Arterosklerosis
i. Manopause pada wanita
j. Demintia senilis
k. Kulit tidak elastis
3. Perubahan per sistem yang dialami oleh lansia:
1) Perubahan Sistem Pernapasan
a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, shg volume paru
berkurang
b. Penurunan aktivitas silia
c. Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
d. Penurunan tekanan parsial oksigen (75 mmHg)
e. Darah yg tereduksi bertambah
f. Kemampuan batuk efektif berkurang
g. Mudah terkena pneumonia
2) Perubahan Sistem Persyarafan
a. Lambat dalam merespon
b. Perubahan pancaindera
c. Penglihatan
d. Pendengaran
e. Pengecapan
f. perabaan
g. Mengecilnya syaraf indera
h. Sering terjadi neuritis dan hilangnya sensasi
3) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
a. Katub jantung menebal dan kaku
b. Kemampuan pompa menurun 1% stlh umur 20 th
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
d. Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer
4) Perubahan Sistem Genitourinari
a. Ginjal mengecil dan nefron atrofi
b. Blood flow ke ginjal menurun sampai 50%
c. Vesika urinaria, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
d. Frekwensi BAK meningkat
e. Pembesaran prostat + 75% pd usia 65th
f. Atrovi vulva
g. Vagina, selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi
menjadi berkurang
h. Keasaman vagina lebih alkalis basa
i. Permukaan menjadi halus
5) Perubahan Sistem endokrin
a. Produksi hampir semua hormon menurun
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
c. Menurunnya aktivitas tiroid, sehingga BMR menurun
d. Defisiensi hormonal sering terjadi pada lansia
e. Pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan produk : ACTH, TSH, FSH dan LH menurun.
f. Menurunnya Produksi aldosteron
6) Perubahan Sistem Pencernaan
a. Kehilangan gigi
b. Indera pengecapan menurun sampai 80%
c. Esofagus melebar
d. Rasa lapar menurun
e. Asam lambung menurun dan sering terjadi korosif
f. Peristaltik melemah, biasanya timbul konstipasi
g. Fungsi absorbsi melemah (terganggu)
h. Liver (hati), semakin mengecil dan menurunnya kemampuan
metabolisme karena blood flow menurun
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan densitas, sehingga mudah rapuh
b. Resiko terjadi fraktur
c. Kyphosis
d. Persendian besar dan menjadi kaku
e. Lansia wanita lebih resiko fraktur
f. Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas
g. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
8) Perubahan Integumen
a. Kulit menjadi keriput dan kehilangan jaringan lemak
b. Kulit kering dan elastisitas menurun
c. Kelenjar keringat mulai tidak bekerja
d. Pigmentasi kulit berkurang, dan sering timbul bercak hitam akibat
menurunnya aliran darah
e. Penyembuhan luka berkurang
f. Kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh
g. Pertumbuhan rambut berkurang, rambut mjd kelabu dan menipis
h. Pada wanita lebih dari 60 tahun rambut wajah kadang meningkat
i. Temperatur tubuh menurun
9) Perubahan Sistem reproduksi
a. Selaput lendir vagina menurun/kering
b. Ovarium dan uterus menciut
c. Payudara atrofi
d. Testis masih dapat berproduksi walaupun ada penurunan
e. Dorongan sex tetap sampai lebih dari 70 tahun asal sehat
f. Frekwensi sexual intercouse cenderung menurun, tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
g. Impotensi tersering kulit hitam : kulit putih : kulit berwarna ( 35% :
30% : 15% )
2.5 Masalah pada Lansia
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan sistem
(Yusuf, Ah dkk, 2015), antara lain:

a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain : Penyakit
Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan Pneumonia.
b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara lain :
Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.
c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti Cerebro
Vaskuler Accident.
d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara lain :
Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis, Osteporosis.
e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.
f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain : Katarak,
Glaukoma, Presbikusis.
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain :
Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.
h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan perkemihan,
antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.
i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :
Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus Ekstremitas
Bawah, Pressure Ulcers.
j. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.

2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia


1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Meningkatkan kehidupan beragama
3. Menjaga komunikasi dengan anak, cucu
4. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
5. Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu
6. Memperhatikan kesehatan masing-masing
7. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
8. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
9. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
10. Menemukan makna hidup
Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri,
keluarga dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana
melakukan perawatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama
individu tersebut memiliki semangat untuk hidup serta melakukan kegiatan-
kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia meskipun usianya telah
lanjut.

2.7 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia


Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan lansia dalam
keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia dalam keluarganya. Salah satunya dengan mengendalikan
penuaan diri, yaitu dengan cara:

1. Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah,


mengontrol, menunda dan memperbaiki apa yang tidak dapat dicegah.
2. Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktifitas fisik, terapi
medis dan farmakologis.

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

1. Peningkatan kesehatan (health promotion)


2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes, dimaksudkan
untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah atau
lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh
perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan
sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan
asuhan keperawatan di rumah atau panti. Asuhan keperawatan bagi lansia penting
karena jumlah lansia setiap tahunnya meningkat.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok


lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi
palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:
kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai,
misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran
jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia
pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh
oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah
agar tidak terjadi dekubitus (lecet).
3. Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
1) Berkurangnya jaringan lemak subkutan
2) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
3) Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh
4) Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya
dekubitus.

2.8 Pendekatan Keluarga dalam Perawatan Lansia


1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan
penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik
secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.

2. Pendekatan psikis

Disini keluarga mempunyai peranan penting untuk mengadakan


pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, keluarga dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Keluarga hendaknya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu
yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut
usia merasa puas.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
sayang dari lingkungan, termasuk anggota keluarga yang memberikan
perawatan. Untuk itu keluarga harus selalu menciptakan suasana yang aman,
tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimilikinya.
Keluarga harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang
dideritanya.Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena
bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi
gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi,
berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan
pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan
pergeseran libido.

3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu
upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi
pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi keluarga bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

4. Pendekatan spiritual
Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau
mendeteksi kematian.

2.9 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia


Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah


lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien lanjut usia (life support)
3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
gangguan baik kronis maupun akut.
4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2003. Klasifikasi Lansia. Jakarta: Dinas Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses pada
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26951/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=E284EA7867E5D904459AC2F4E3C0FEFA?sequence=5
tanggal 15 Mei 2017 pukul 21.07 WIB
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta : EGC
Nugroho. W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC
Setianto. 2004. Pengaruh Aktifitas Sehari-hari Terhadap Keseimbangan Pada Lansia.
Jakarta: Unit Press.

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih.Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R.,. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. C
KHUSUSNYA NY.F DENGAN HIPERTENSI DI BANJAR KEMENUH
KANGIN, KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR
TANGGAL 17 s/d 19 OKTOBER 2022

Kasus Semu
Ny. F 80 tahun tinggal di rumah dengan anaknya yang terakhir yang berusia 36
tahun. Ny. F tinggal di rumah kecil sederhana, di Banjar Kemenuh, Sukawati.
Suaminya sudah lama meninggal. Ny. F dahulu adalah seorang yang rajin dalam
pekerjaan rumahnya, namun aktifitasnya terganggu karena ingatannya mulai
menurun dan penglihatanya mulai kabur. Ketika diajak ngobrol seringkali Ny. F
mengulang pembicaraannya dan berhenti tiba – tiba. Ny. F juga susah mengenali
kamar mandi dan kamarnya sendiri. Karena itu Ny. F banyak menghabiskan waktu
di atas tempat tidur. Anak Ny. F bekerja dari siang sampai malam, jadi Ny. F merasa
dia hidup sendirian. Bahkan terkadang lupa kalau dia mempunyai anak yng tinggal
bersamanya. Kalau tetangga bertanya kepada Ny. F, Ny. F salalu menjawab dengan
jawaban yang sama dengan jawaban yang kemarin dia sampaikan. Dan ketika
ditanya mengenai masa lalunya Ny. F kebingungan dan seperti tidak fokus dalam
berbicara. Anak Ny. F berfikir Ny. F memang sudah tua dan wajar saja kalau
mengalami kepikunan dan keadaan Ny. F ini berlangsung cukup lama. Sampai
akhirnya Ny. F pergi keluar rumah dan tidak dapat pulang kerumah karena tidak
mampu mengenali rumahnya sendiri, beruntung ada tetangga yang menemukan Ny.
F sedang duduk di tepi sungai dan tampak kebingungan, karena khawatir tetangga
Ny. F langsung memabawa Ny. F ke rumah agar anaknya tidak khawatir. Ketika
ditanyai Ny. F tampak kebingungan menjawab peratanyaan, dan Ny. F tidak
mengingat apa yang dialami selama pergi dari rumah, yang dia ingat hanya dia pergi
ke pasar dan tidak tahu jalan pulang.
4.1 Pengkajian
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga/
Penanggung Jawab Keluarga :
Nama : Tn. C Pendidikan : SD
Umur : 36 tahun Pekerjaan : Sopir
Agama : Hindu Alamat : Banjar
Kemenuh
Kangin,
Sukawati.

Suku : Bali Nomor Telpon : 081234765011


Hubungan dengan pasien : Anak ke 3

b. Komposisi Keluarga

No. Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan


Ibu rumah
1. Ny. F P 80 Istri SD
Tangga
2. Tn. A L 82 Suami (Alm) Sopir SMA

3. Tn. B L 43 Anak ke 1 Buruh SMA


bangunan
4. Tn. K L 39 Anak ke 2 Sopir SMA

5. Tn. C L 36 Anak ke 3 Sopir SMA


c. Genogram

Tn. A Ny. F

Tn. B Tn. K Tn. C

Keterangan

: Laki-Laki : perempuan

: laki-laki sudah meninggal


: perempuan sudah meninggal

Penjelasan :

Ny. F memiliki seorang suami yaitu Tn.A yang sudah almarhum karena penyakit stroke, Ny.F
memiliki 3 orang anak yaitu Tn. B,K, dan Tn. C , kedua orang anaknya telah menikah dan memiliki
tempat tinggal masing-masing, hanya Tn. C yaitu anak ketiga nya yang tinggal bersama dengan Ny.f
dalam satu lingkungan rumah
d. Tipe Keluarga
1. Jenis tipe keluarga: keluarga Ny. F merupakan keluarga kecil, karena
sekarang hanya ada Ny. F dengan anaknya yang terakhir dikarenakan anak –
anaknya sudah menikah dan keluar dari rumah. Terkadang Ny. F merasa
kesepaian karena anak terakhirnya bekerja dari pagi sampai malam.
2. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut: Ny. F menyatakan bahwa
keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan orang-orang
yang bersuku jawa. Ny. F berkomunikasi dengan bahasa Bali antara anggota
keluarga maupun kelurga sekitar. Agama dan kepercayaan yang
mempengaruhi kesehatan tidak ada.
e. Suku bangsa
Suku bangsa Keluarga Tn.C adalah bali, dalam suku mereka (daerah setempat)

f. Agama dan kepercayaan


Keyakinan yang dianut Tn.C adalah agama hindu. Tidak ada perbedaan diantara
anggota keluarga. Keluarga Tn.C menjalankan ibadah sesuai ajaran agama.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Penghasilan keluarga ± Rp. 2.800.000 perbulan, yang diperoleh dari hasil nakanya
bekerja sebagai sopir Sedangkan Ny. F tidak menghasilkan uang karena hanya
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tingkat ekonomi keluarga Tn.C tergolong
ekonomi mencukupi. Saat ini keluarga Tn.C mengatakan belum dirasakan ada
keluhan ekonomi mereka (terbilang cukup).

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari hanya menonton TV, dan biasanya
Ny. F melihat TV sendirian karena anak – anaknya jarang menjenguknya.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Ny. F saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang
dimulai pada masa pensiun dan salah satu orang tua meninggal. 2 anak dari
Ny. F sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya
anak yang terakhir yang tinggal serumah dengannya dan belum menikah yaitu
Tn.C
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn.C belum berhasil dalam proses pemeliharaan kesehatan pada Ny.J
c. Riwayat kesehatan keluarga inti

Ny. F mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Ny. F mengatakan


beberapa minggu ini sering kebingungan ketika beraktifitas dan tidak pernah
bisa mengingat lagi.
Suami Ny. F (Tn. A) memiliki masalah kesehatan yaitu stroke
Anak Ny. F (Tn. B) tidak memiliki masalah kesehatan.
Anak Ny. F (Tn. K) tidak memiliki masalah
kesehatan. Anak Ny. F (Tn. C) tidak memiliki
masalah kesehatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Ny. F tidak dapat mengingat masa lalunya dengan baik, namun Ny. F ingat
kalau suaminya dulu meninggal karena penyakit stroke saat berusia 60 tahun,
dari pihak suaminya saat ini hubungannya baik, walaupun jarang sekali
bertemu.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI

IV. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. Karakteristik Rumah
a. Rumah Ny. F merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 5 x 3
meter. Di rumah tersebut terdapat :
1) Kamar tidur ( terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan
samping ruang tamu, 1 kamar tidur berada di samping ruang
keluarga ).
2) Ruang tamu berukuran 2 x 1 meter, Ruang tamu cukup rapi dan
bersih, terdapat perabotan
3) Ruang makan Ny. F biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau
ruang menonton TV.
4) Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 1 dan terpisah dari
rumah.
b. Lantai rumah Ny. F terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih
berupa tanah, Lantai dapur tampak licin dan lembab. Atap rumah dari
genteng. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, di ruang
keluarga, di 2 kamar tidur, serta dapur. Ventilasi masih terlalu sempit, < 5
m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20 watt, ruang
keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masing–masing kamar dan dapur
terdapat lampu pijar 10 watt.
c. Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air,
kualitas air tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh
kekuning-kuningan, pada musin kemarau warna air agak bening, kadang-
kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga menggunakan air
sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank
dengan sumur ± 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah
keluarga langsung ke kolam dibelakang rumah dengan membuat saluran
yang menuju ke kolam penampungan.
d. Pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah
kemudian di pindah dan di bakar di dalam lubang di samping rumah.
Sarana penerangan keluarga Ny. F menggunakan listrik semuanya.

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Rumah Ny. F berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk
sekitarnya adalah petani. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa
puskesmas. Di dekat rumah Ny. F ± 7 meter terdapat Pura. Tetangga Ny. F
mayoritas beragama Hindu serya memiliki sifat kebersamaan serta menganut
adat Bali, misalnya rutin mengadakan rapat/sangkep banjar, kerja bakti, lain-
lain. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya Ny. F diberitahu oleh
tetangga.

3. Mobilitas Geografis Keluarga:


Keluarga Ny. F Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh.
Kegiatan rutin Ny. F adalah pergi ke pasar untuk sekedar belanja sehari hari,
pasar tersebut tidak jauh dari rumahnya (sekitar 1 km), aktivitas lainnya
menonton TV.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :


Keluarga Ny. F mengatakan setiap hari raya semua anak-anak Ny. F
berkumpul di rumah. Namun terkadang kalau tidak ada biaya hanya
berkumpul Ny. F dan anak ke 3 nya.

5. Sistem Pendudukung Keluarga :

Ny. F tidak memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga jika
sakit biasanya tetangga Ny. F dibawa ke Puskesmas yang berjarak 5 meter
dari rumah.

V. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga.
Namun Ny. F jarang berkomunikasi dengan anaknya karena anak Ny. F yang
hanya dirumah ketika malam.

b. Struktur Kekuatan Keluarga:

Ny. F adalah sebagai penentu keputusan karena Ny. F adalah orang yang
paling tua, namun karena anak- anak Ny. F sudah beberapa yang
meninggalkan rumah. Ny. F tidak lagi menjadi penentu keputusan, dan ketika
Ny. F sakit, anak – anaknya jarang untuk mengingatkan karena kebutuhan
ekonomi yang sulit membuat anak- anak Ny. F bekerja keras.

c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)


1) Ny. F berperan sebagai ibu rumah tangga, seorang ibu dan nenek dari
cucunya.
2) Tn. A berperan sebagai bapak dari ke tiga orang anak dan suami Ny.F
3) Tn. B berperan sebagai anak ke 1 dari keluarga Tn.A dan Ny.F
4) Tn. K berperan sebagai anak ke 2
5) Tn. C berperan sebagai anak ke 3
d. dan Norma Keluarga

Ny. F mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-


menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga
Ny. F menganut agama Hindu, dalam kehidupan keseharian menggunakan
keyakinan sesuai agama dan adat istiadat hindu bali. Keluarga Ny. F
menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya
mejenukan (menengok) orang meninggal, dll. Disamping itu keluarga
menganut kebudayaan Bali, norma yang dianut juga kebudayaan Bali. Dalam
kebiasaan keluarga Ny. F tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
VI. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Ny. F mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota
keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Ny. F memang
rukun namun kebutuhan ekonomi dan keperluan keluarga yang membuat
keluarga Ny. F jarang berkumpul.

2. Fungsi Sosialisasi

Ny. F mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik.
keluarga Ny. F menganut kebudayaan jawa. Keluarga Ny. F berusaha untuk
tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan
menghargai.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit : Jika ada keluarga yang
sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika sakitnya
berlarut segera dibawa ke Puskesmas terdekat.

4. Fungsi Kesehatan Keluarga


a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga menganggap apa yang dialami Ny. F adalah hal yang biasa
dialami oleh orang tua, sehingga tidak ada usaha untuk mencari tahu
tentang penyakit Ny. F dan bagaimana mengenai kesehatannya.

b. Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Keluarga mengatakan kepikunan yang diderita oleh Ny. F merupakan sakit


yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga hanya mengingatkan Ny. F
untuk tidak pergi kemana-mana.
e. Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat.
Keluarga mengatakan 2 hari sekali membersihakan rumahnya. Sistem
pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang
rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah
kemudian di bakar di lubang pembakaran setiap dua hari sekali.
f. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
Keluarga Ny. F mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
Bidan, dan jika perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Ny. F
seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan kesehatan kecuali benar-benar
dirasa parah.

5. Fungsi Reproduksi
Ny. F memiliki tiga orang anak yang 2 sudah menikah, dan 1 belum menikah.
Ny. F tidak menggunakan KB.
6. Fungsi Ekonomi
Keluarga Ny. F termasuk keluarga cukup mampu, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.2.800.000 /perbulan. Keluarga
Ny. F dapat memenuhi setiap kebutuhan pangannya dengan usaha yang keras
dari anak bungsunya.

7. Fungsi Pendidikan

Keluarga Tn.C mengatakan anak-anak dari Ny.J semua telah melewati


jenjang pendidikan SMA.

VII. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek dan Panjang
a. Stresor jangka pendek
Keluarga Ny. F pernah mengalami stres karena suami Ny. F meninggal
mendadak karena penyakit stroke yang dideritanya. Namun hal ini dapat
segera diatasi oleh keluarga Ny. F.

b. Stresor jangka panjang

Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik


itu stes jangka panjang ( > 6 bulan ).
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Ny. F biasanya dengan cara musyawarah
antar anggota keluarga, karena keterbatasan Ny. F dalam aktifitas dan ingatan
semua masalah diselesaikan oleh anak bungsunya.
3. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Ny. F biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga
keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharia
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Hasil Nama Anggota Keluarga
Pemeriksaan
Tn.C Ny.NJ

KU Baik Baik

TD
120/80 mmHg Kunjungan I :130/90 mmHg

80x/menit 83x/menit
Nadi
36,5oC 36,2oC
Suhu
BB 65 kg 70 kg

RR 20x/menit 20x/menit

TB 165 cm 160 cm

LL 28 cm 40 cm

Kepala Mesocepal, rambut warna Mesocepal, rambut bersih, warna


hitam hitam dan lurus.

Mata Simetris, konjungtiva tidak Simetris, konjungtiva tidak


anemis, sclera tidak ikterik anemis, sclera tidak ikterik

Hidung Bersih, penciuman baik, Bersih, penciuman baik, tidak ada


tidak ada pernapasan cuping pernapasan cuping hidung.
hidung.

Telinga Bersih, simetris, tidak ada Bersih, simetris, tidak ada


serumen, fungsi serumen, fungsi pendengaran
pendengaran baik. baik.

Mulut Bersih, mukosa bibir Bersih, mukosa bibir lembab.


lembab.

Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran kelenjar


kelenjar tiroid tiroid

Dada Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada simetris, tidak


tidak ada penggunaan otot ada penggunaan otot

Paru – paru Auskultasi paru vaskuler Auskultasi paru vaskuler

Jantung Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis tidak tampak, bunyi
bunyi jantung I,II murni jantung I,II murni

Abdomen Datar, simetris, tidak ada Datar, simetris, tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan

Ekstrimitas Tidak ada varises, tidak ada Tidak ada varises, tidak ada
edema edema.

Genetalia jenis kelamin laki-laki jenis kelamin perempuan

Kesimpulan Sehat Sehat

IX. HARAPAN KELUARGA


Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam
keluarga dapat teratasi atas bantuan dari petugas kesehatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


X. Analisa Data

ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tanggal Analisa : 17-18 Oktober 2022
No. Tanggal Data Diagnosa keperawatan
DS : Tn. C Mengatakan apa
yang dialamai Ny F itu wajar Defisit pengetahuan pada Tn. C
1. 17 Oktober
2022 karena Ny. F sudah tua.
DO : -
2. 18 Oktober 2022 DS : Keluarga mengatakan Pemeliharaan kesehatan tidak
lansia jarang mandi, tidak mau efektif dari keluarga pada Ny. F
makan, sering mengompol, tidak
mengganti pakaian.

DO : Ketidakmampuan
mengambil perlengkapan mandi,
ketidakmampuan mengancing
pakaian, ketidakmampuan
mengambil makanan dan
memasukkan ke mulut.

XI. Diagnosa Keperawatan


SCORING/PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan :
Defisit pengetahuan pada Tn. C

No Kreteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran


1. Sifat Masalah Tn. C mengatakan hal itu
1. Aktual 3 3/ 3 x 1 wajar terjadi mengingat
1
2. Resiko Tinggi 2 =1 ibunya sudah tua.
3. Potensial 1
2. Kemungkinan Masalah Tn. C tidak
untuk diubah 2/2 x 2 mempedulikan masalah
1. Tinggi 2 2 =1 wandering ibunya lebih
2. Sedang 1 lanjut.
3. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah
1. Mudah 3/3 x 1 Tn. C mau untuk diberi
2. Cukup 3 1 =1 edukasi tentang
3. Tidak Dapat 2 kesehatan ibunya.
1
4. Menonjolnya masalah
1. Masalah 2 Ny. F sudah terbiasa
dirasakan, dan 1 2/2 x 1 dengan aktifitas
perlu =1 sendiri,walaupun
penanganan terkadang tidak bisa
segera pulang. Namun Ny. F
2. Masalah 1 sudah membiasakan hal
dirasakan, tidak itu.
perlu ditangani
segera
3. Masalah tidak
dirasakan 0
TOTAL 4

Pemeliharaan kesehatan tidak efektif dari keluarga pada Ny. F


No Kreteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah Ny. F terlihat tidak dapat
1. Aktual 3 3/ 3 x 1 merawat dirinya karena
1
2. Resiko Tinggi 2 =1 demensia yang
3. Potensial 1 dideritanya.
2. Kemungkinan Masalah Ny. F dapat mengingat
untuk diubah 2/2 x 2 kalau dibantu dalam
1. Tinggi 2 2 =1 berbicara dan beraktifitas
2. Sedang 1 sehari – hari.
3. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah
1. Mudah 2/3 x 1 Ny. F selalu lupa setelah
2. Cukup 3 = 2/3 melakukan kegiatan apa.
1
3. Tidak Dapat 2 Dan harus diawasi ketika
1 melakukan aktifitas
sehari – hari.
4. Menonjolnya masalah
1. Masalah 2 Ny. F sudah terbiasa
dirasakan, dan 1 2/2 x 1 dengan aktifitas
perlu =1 sendiri,walaupun
penanganan terkadang tidak bisa
segera pulang. Namun Ny. F
2. Masalah 1 sudah membiasakan hal
dirasakan, tidak itu.
perlu ditangani
segera
3. Masalah tidak
dirasakan 0
TOTAL 3 2/3

Diagnosa Keperawatan Keluarga berdasarkan Prioritas :


1. Defisit pengetahuan pada Tn. C
Domain 5 : Presepsi/ Kognitif, Class 4 : Kognitif
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif dari keluarga pada Ny. F
Domain 1 : Promosi Kesehatan, Class 2 : Manajemen Kesehatan
INTERVENSI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tanggal : 19 Oktober 2022


Diagnosa Tujuan Evaluasi
TUM TUK Kriteria Standar
Keperawatan Intervensi

Defisit Setelah Setelah Keluarga Keluarga Pendidikan Kesehatan


pengetahuan dilakukan dilakuka mampu dapat (5510)
pada Tn. C kunjuang n asuhan mengatas menyebut 1. Mampu mengenal masalah
Domain 5 : an keperaw i dan kan cara- kesehatan
Presepsi/ keluarga atan : meminim cara a. Identifikasi faktor
Kognitif, mampu lansia alkan untuk internal dan esternal
Class 4 : mengatas dapat wanderin mengatas yang mempengaruhi
Kognitif i kembali g pada i perilaku
wanderin ke lansia wanderin b. Tentukan pengetahuan
g pada rumah g kesehatan dan perilaku
lansia dengan gaya hidup dari
selamat indivadi maupun
keluarga
2. Mampu mengambil
keputusan yang tepat
tentang masalah keluarga
a. Dampingi individu
mupun keluarga untuk
mengklarifikasikan
keyakinan tentang
kesehatan.
3. Mampu melakukan
tindakan keperawatan
sederhana
a. Tentukan budaya yang
ada yang dapat
mempengaruhi atau
mengurangi suatu
perilaku kesehatan.
4. Mampu memodifikasi
lingkungan
a. Identifikasi sumber
yang ada untuk
melaksanakan
program kesehatan.
b. Tentukan support
keluarga untuk
merubah perilaku
individu
5. Rujuk individu bila
masalah terus berlanjut
Ketidakefekif Setelah Setelah 1.Keluarg 1. Modifikasi perilaku (4360)
an dilakukan dilakuka a mampu Keluarga 1. Mampu mengenal masalah
pemeliharaan kunjuang n asuhan membant membant kesehatan
kesehatan dari an keperaw u u a) Identifikasi masalah
keluarga pada keluarga atan : memenuh memenuh perilaku dalam
Ny. F mampu 1. i i hygiene keluarga.
Domain 1 : memberi Lansia kebutuha Ny. F b) Identifikasi perilaku
Promosi kan memilik n hygiene minimal keluarga yang perlu
Kesehatan, bantuan i hygine Ny. F 2x sehari diubah.
Class 2 : perawata yang 2. 2. Mampu mengambil
Manajemen n kepada adekuat Keluarga keputusan yang tepat
Kesehatan lansia. 2. mengetah tentang masalah keluarga
Asupan ui alat a) Dampingi keluarga
nutrisi alternatif untuk identifikasi
lansia untuk keuntungan mengubah
adekuat mandi perilaku
3. dan b) Diskusikan dengan
Kebersi hygiene kelurga tentang
han oral modifikasi perilaku
lingkung 3. Mampu melakukan
an tindakan keperawatan
adekuat sederhana.
a) Ubah perilku mulai
dari hal yang paling
kecil.
4. Mampu memodifikasi
lingkungan
a) Tentukan motivasi
keluarga untuk
merubah perilaku
b) Dorong keluarga
untuk
mempertahankan
perilaku sehat
5. Mampu memanfaatkan
sarana pelayanan
kesehatan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Menurut WHO lansia (elderly) yaitu antara usia 60-74 tahun, usia tua (old): 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia lebih dari 90 tahun. Sedangkan
menurut DepKes RI ada 3, yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia
yaitu usia 60 tahun ke atas, dan lansia beresiko yaitu usia lebih dari 70 tahun atau
lebih dari usia 60 tahun dengan masalah kesehatan. Masalah-masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan sistem, antara lain: 1) Lansia
dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain : Penyakit Paru
Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan Pneumonia, 2) Lansia dengan
masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara lain : Hipertensi, Penyakit
Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure, 3) Lansia dengan masalah kesehatan pada
sistem neurologi, seperti Cerebro Vaskuler Accident, 4) Lansia dengan masalah
kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara lain : Faktur, Osteoarthritis,
Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis, Osteporosis, 5) Lansia dengan masalah
kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM, 6) Lansia dengan masalah kesehatan
pada sistem sensori, antara lain : Katarak, Glaukoma, Presbikusis, 7) Lansia dengan
masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain : Ginggivitis / Periodontis,
Gastritis, Hemoroid, Konstipasi, 8) Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem
reproduksi dan perkemihan, antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia, 9)
Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain : Dermatitis
Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus Ekstremitas Bawah, Pressure
Ulcers, 10) Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.

Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia yaitu: Mempertahankan


pengaturan hidup yang memuaskan, meningkatkan kehidupan beragama, menjaga
komunikasi dengan anak, cucu, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun,
merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu, memperhatikan kesehatan masing-
masing, penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, pemeliharaan ikatan
keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut,
menemukan makna hidup. Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan
perawatan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang disekitarnya pun perlu
memahami bagaimana melakukan perawatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh
karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk hidup serta melakukan
kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia meskipun usianya
telah lanjut.

Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan lansia dalam


keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia dalam keluarganya. Salah satunya dengan mengendalikan
penuaan diri, yaitu dengan cara: 1) Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah
apa yang dapat dicegah, mengontrol, menunda dan memperbaiki apa yang tidak
dapat dicegah, 2) Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet,
aktifitas fisik, terapi medis dan farmakologis.

5.2 Saran
Demikian jika ada keluarga yang masih memiliki lansia khususnya dengan
penyakit kronis sebaiknya diberi edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
Selain itu juga menjaga kedekatan dan keharmonisan keluarga besar.

Anda mungkin juga menyukai