Anda di halaman 1dari 12

Departemen Keperawatan Gerontik

RESUME

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

DOSEN PENGAMPU:

ENY SUTRIA, S.KEP.NS., M.KES

AIDAH FITRIANI, S.KEP., NS.,M.KEP

DISUSUN OLEH:

RABIYATUL AWALIYAH

70300119010

KEPERAWATAN A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. Defenisi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia
pertengahan ialah usia 45-59 tahun, usia lanjut ialah 60-70 tahun, usia lanjut
tua ialah 75-90 tahun dan usia sangat tua di atas 90 tahun. Menua atau menjadi
tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki yang diderita. (Rhosma, 2020)
Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu
yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati
dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot
tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari Mengurangi
jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk
mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Perjalanan menuju lanjut usia sudah dimulai sejak pembuahan di dalam
kandungan. Nutrisi yang diasup, pola hidup yang dijalani sejak ibu hamil,
bayi, balita, anak usia sekolah dan remaja akan menentukan kondisi fisik dan
kesehatan saat dewasa dan lanjut usia.(Suputra, 2017)
B. Perkembangan Jumlah Penduduk Lansia Di Indonesia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk
lansia dibandingkan bayi atau balita. Sedangkan sebaran penduduk lansia pada
tahun 2010, Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan
yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan
yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan.
Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih
besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal
di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%). Kecenderungan
meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa
tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. (Rozami, 2018)
C. Batasan Lansia
WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2. Usia tua (old) :75-90 tahun
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
(Kholifah, 2016)
D. Tipe - Tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknya. Tipe-tipe lansia yaitu sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan
2. Tipe mandiri yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan
3. Tipe tidak puas yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman
4. Tipe pasrah yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik
5. Tipe bingung yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, minder, pasif, dan kaget.
(Damanik, 2019)
Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial,
dan ekonominya.
1. Tipe optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang
lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan
untuk menuruti kebutuhan pasifnya
2. Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai
toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini terlihat
sejak muda
3. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif, dan
tidak praktis dalam bertindak
4. Tipe defensif
Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan atau jabatan yang tidak
stabil, selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang
teguh kebiasaan, bersifat kompulsif aktif, takut, dan menyenangi masa
pension
5. Tipe militan dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan
bisa menjadi panutan.
6. Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk, dan sering
mengekspresikan kepahitan hidupnya
7. Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya
memiliki pekerjaan yang tidak stabil di saat muda, menganggap menjadi
tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang masih
muda, senang mengadu untung dari pekerjaan, dan aktif menghindari masa
yang buruk
8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri,
lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap
usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.
(Subekti, 2022)
E. Permasalahan Khusus Pada Lansia
Secara alamiah, tubuh akan mengalami penuaan yang ditandai dengan
terjadinya perubahan bentuk fisik dan fungsi tubuh yang mulai menurun.
Seiring dengan bertambahnya usia, timbul juga beberapa masalah yang harus
Anda perhatikan.
1. Kekurangan nutrisi
Adalah masalah yang paling sering dialami saat lanjut usia. Hal ini
disebabkan karena gigi sudah tidak bekerja secara optimal sehingga proses
mengunyah makanan pun tidak sempurna. Faktor lainnya juga bisa
disebabkan karena penurunan fungsi kecap dan penciuman yang
mengakibatkan nafsu makan turut menurun. Faktor lain seperti tinggal
sendirian tanpa keluarga yang menemani juga bisa berpengaruh pada
asupan nutrisi lansia. Masalah kekurangan nutrisi pada lansia dapat
dibantu dengan memberikan supplementasi nutrisi yang dapat membantu
melengkapi kebutuhan nutrisi hariannya. Anda bisa memberikan asupan
susu kalsium, protein whey, dan kandungan bergizi lainnya untuk
memudahkan konsumsi.
2. Penyakit penyerta
Semakin bertambah usia maka seseorang akan mengalami penyakit
penyerta, yaitu penyakit metabolic karena penurunan fungsi tubuh seperti
hipertensi dan diabetes mellitus atau sebagai komplikasi dari penyakit lain
yang diderita. Lansia juga rentan terkena osteoporosis, maka penting bagi
mereka untuk rutin mengkonsumsi susu kalsium.
3. Kemampuan berpikir menurun
Saat usia bertambah, kemampuan kognitif atau berpikir seseorang
seringkali menurun, bahkan tidak sedikit lansia yang mengalami demensia.
4. Permasalahan psikis
Kehilangan pasangan hidup, teman-teman yang mulai berkurang
dan anak-anak yang sudah tidak tinggal serumah adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi psikis para lansia. Selain itu beberapa lansia juga
mengalami post power syndrome atau kondisi dimana seseorang
kehilangan posisi atau jabatan tertentu sehingga membuat ia merasa tidak
dihargai atau dihormati yang kadang menjadi pemicu masalah psikisnya.
Kemudian munculnya penyakit yang membatasi gerak pun bisa jadi salah
satu faktor pemicu frustasi karena lansia sudah tidak bisa seaktif dulu.
5. Dianggap tidak mandiri
Kerapkali dianggap tidak mandiri adalah permasalahan umum yang
dialami lansia karena keluarga atau orang terdekat akan memperlakukan
mereka seperti halnya anak kecil. Hal ini secara tidak langsung dapat
membuat lansia kehilangan kepercayaan dirinya.
(Rozami, 2018)
F. Konsep Dasar Gerontik
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuaan yang
terjadi pada manusia pada umur 60 tahun. Keperawatan Gerontik adalah
Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan yang terdiri dari bio-psiko-social-cultur dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan (yang terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). (Damanik, 2019)
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif
terdiri dari bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). (Subekti, 2022)
Lingkup Keperawatan Gerontik asuhan keperawatan gerontik adalah
pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk
pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan
lansia. Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi),
humanistik dan holistik. (Kholifah, 2016)
G. Fokus Keperawatan Gerontik
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan
mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku yang sehat.
Contohnya adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi
seimbang pada lansia, perilaku hidup bersih dan sehat serta manfaat olah
raga.
2. Pencegahan penyakit (preventif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini
mungkin terjadinya penyakit, contohnya adalah pemeriksaan tekanan
darah, gula darah, kolesterol secara berkala, menjaga pola makan,
contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makanan
tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan
mengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.
3. Mengoptimalkan fungsi mental
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan
ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO)
dan melakukan terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan musik
bersama lansia lain dan menebak judul lagunya.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan
pada penyakit yang diderita lansia, terutama lansia yang memiliki resiko
tinggi terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan Posyandu Lansia.
(Sunaryo, 2018)
H. Lingkup, Peran, Tujuan, Tanggung Jawab & Sifat Pelayanan
Keperawatan Gerontik
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan. Lingkup asuhan keperawatan gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses
penuaan.
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses
penuaan. (Rhosma, 2020)
Dalam praktiknya perawat gerontik melakukan peran sebagai berikut:
1. Sebagai care giver/pemberi asuhan keperawatan langsung
2. Sebagai pendidik klien lansia
3. Sebagai motivator
4. Sebagai advokasi klien
5. Sebagai konselor. (Damanik, 2019)
Tujuan dari keperawatan gerontik yaitu:
1. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas Daily Living (ADL) dengan
upaya promotif, preventif, dan rehabilitative
2. Peningkatan dan mempertahankan kesehatan dan kemampuan lansia dalam
melakukan tindakan pencegahan dan perawatan
3. Membantu mempertahankan serta memperbesar daya hidup atau semangat
hidup klien lanjut usia
4. Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu.
5. Mempertahankan kebebasan yang maksimal dengan meningkatkan
kemandirian.
6. Membantu memahami individu terhadap perubahan klien lanjut usia
7. Memotivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup
lanjut usia
8. Merangsang para petugas kesehatan khususnya perawat untuk dapat
mengenal dan memastikan diagnosis yang tepat dan dini. (Kholifah, 2016)
Tanggung jawab perawat gerontik:
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.
2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukannya secara
manusiawi sampai meninggal. (Subekti, 2022)
Sifat pelayanan gerontik:
1. Independen
2. Interdependen
3. Humanistik
4. Holistik. (Kholifah, 2016)
I. Teori-Teori Proses Menua
1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
b. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
c. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
e. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati. (Damanik, 2019)
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya kontak komitmen.
(Sunaryo, 2018)
J. Integrasi Keislaman

Artinya : “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian(kamu dibiarkan hidup)supaya kamu sampai
kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua,
diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya).” QS. Al-Ghafir.40:67
DAFTAR PUSTAKA

Damanik. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Universitas Kristen


Indonesia.

Kholifah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.). Deepublish.

Rhosma, S. (2020). Buku Ajar Keperaatan Gerontik. Budi Utama.

Rozami, S. (2018). Definisi Lansia. Journal Of Chemical Information and


Modelling, 53 (9), 1689–1699.

Subekti. (2022). Keperawatan Usia Lanjut. Eureka Media Aksara.

Sunaryo, S. (2018). Psikologi Usia Lanjut. Gadjah Mada University Press.

Suputra, O. (2017). Definisi Lansia. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai