Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ
tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan
menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman
berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk,
tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan
paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut,
dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak
efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia.

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat
atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan
prostat dan inkotenensia.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi lansia
2. Untuk mengetahui batasan lansia
3. Untuk mengetahui ciri-ciri lansia
4. Untuk mengetahui tipe lansia
5. Untuk mengetahui perkembangan lansia
6. Untuk mengetahui permasalahan lansia di Indonesia
7. Untuk mengetahui tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
8. Untuk mengetahui pendekatan perawatan lansia
9. Model pelayanan keperawatan gerontik pada lansia

1
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP LANJUT USIA

A. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam Undang-Undang No.13 Tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup
makin meningkat, sehingga jumlah lansia makin bertambah. Banyak diantara lansia yang
masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Menurut UU no. 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, ada tiga definisi lanjut
usia:
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
2. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang menghasilkan barang dan/atau jasa
3. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
B. BATASAN LANSIA
1. WHO menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (erderly) antara usia 60-74 tahun
c. Usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) >90 tahun
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun keatas
c. Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
C. TIPE LANSIA
Banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya:
1. Tipe arif bijaksana
Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan.
3. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status,teman yang disayangi, pemarah,tidak sabar, mudah
tersinggung,menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.

2
4. Tipe pasrah
Lansia yang selal menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan beribada,
ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5. Tipe bingung
Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif,acuh tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantungan pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini
diantaranya:
1. Tipe optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia dalam bentuk
bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2. Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi tinggi, humoris,
fleksbel dan sadar diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
3. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi,
masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif, dan tidak praktis dalam bertindak.
4. Tipe serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi panutan.
5. Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalakan orang lain,
menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
6. Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan egagalan, selalu mengeluh,
bersifat agresif dan curiga. Umunya memiliki pekerjaan yang tidak stabil disaat muda,
menganggap menjadi tua sebagai hal yang tida baik, takut mati, iri hati terhadap orang
yang masih muda, senang mengadu untuk pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang
buruk.
7. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri.
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, mengalami penurunan
sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaiakan diri, lansia tidak hanya mengalami kemarahan
, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan
berguna.

Berdasarkan tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan kemampuan dalam melakukan


aktivitas sehari-hari (indek Katz), lansia dikelompokkan menjadi beberapa tip, yaitu

1. Lansia mandiri sepenuhnya


2. Lansia mandiri dengan bantuan langsung dari keluarga
3. Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lansia dengan bantuan badan sosial
5. Lansia di panti jompo
6. Lansia yang dirawat di Rumah Sakit
7. Lansia dengan gangguan mental.

3
D. CIRI-CIRI LANSIA
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosia
menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk pada lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep
diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh:
lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan
keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno. Kondisi inilah yang menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
E. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA
Menurut Erikson (dalam Festi, W. Pipit) , kesiapan lansia untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan rang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
F. PERKEMBANGAN LANSIA
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir
dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakann perubahan kumulatif pada makhluk hidup. Termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia pemuaan

4
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf, dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas,
mereka lenih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
orangdewasa lain. Untuk menjelaskan peurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namn para ahli pada umunya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada
faktor genetik.
G. PERMASALAHAN LANSIA DI INDONESIA
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkiraka akan meningkat
menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050, satu dari empat
penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia
dibandingkan bayi atau balita.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU kesejahteraan lanjut usia
(UU no 13/1998) pasal 1 ayat 1: kesejahteraan ada;lah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin yang memungkikan bagi setia warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manuasia sesuai dengan
pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potensial (ayat3) dan
lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasil barang dan/atau jasa.
Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi lansia tidak potensial (ayat 7)
pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan
pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya
pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya
perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lansia dapat mewujudkann dan
menikmati taraf hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran sel-sel
tubuh, sehingga fungsi tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat.
Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan
keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang
sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan,
demensia osteoporosis, dsb.
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah.
Pemasalahan tersebut diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi radang
pensendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra penglihatan yang mulai
kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun,
sehingga sering sakit.
b. Masalah kognitif (intelektual)
Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah melemahnya
daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada

5
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang
sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan untuk
menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, mersa kurang tenang ketika
mengetahui bahwa anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah
ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

Selain itu, masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan juga terkena
infeksi penyakit menular. Beberapa penyakit lansia di Indonesia adalah:

1. Paru-paru
Penurunan fungsi paru-paru karena elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada makin
berkurang. Semakin tua usia seseorang, kekuatan kontraksi otot pernafasan dapat
berkurang sehingga sulit bernafas.
2. Kardiovaskuler (penyakit jantung)
Ukuran besar jantung pada lansia akan sedikit mengecil, sehingga aktifitas jantung pun
berkurang yang menyebabkan penurunan curah jantung, terutama pada rongga bilik kiri.
Ukuran sel-sel jantung juga mengalami penurunan, sehingaga kekuatan otot jantung juga
mengalami penurunan. Setelah berumur 20 tahun, kekuatan otot jantung berkurang sesuai
dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimal dan fungsi lain dari jantung juga
mengalami penurunan.
3. Hipertensi
Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor
utama penyebab terjadinya stroke pada lansia, payah jantung, dan penyakit jantung
koroner.
4. Pencernaan (gastritis)
Gastritis adalah penyakit pencernaan yang menyerang lambung yang disebabkan
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
5. Rematik
Nyeri sendi yang dialami oleh lansia dikenal oleh banyak orang dengan penyakit rematik.
Penyakit ini diakibatkan karena proses degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-
sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia terutama lansia dengan berat badan
berlebih.

H. TUJUAN PELAYANAN PADA LANSIA


Pelayanan pada umunya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu
pelayanan bagi lansia.
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari:
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada taraf yang setinggi-tingginya, sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengsn aktifitas-akfititas fisik dan mental.
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.

6
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang berada
dalam fase terminal sehingga lansia dapat menghadapi kematian dengan tenang dan
bermartabat.

I. MODEL PELAYANAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA


Model pelayanan keperawatan menurut Maryam, R. Siti(2008)(dalam ) sebagai berikut:
1. Promotion (peningkatan)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsun dan tidak langsung untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan
proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional, dan
masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya
promotif dilakukan untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan
seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka.
2. Preventif (pencegahan)
Mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
a. Pencegahan primer : meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko,
tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
b. Pencegahan sekunder : meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari
awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan
mengidap faktor risiko.
c. Pencegahan tersier : dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat, mencegah
cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan bertahap, yaitu
1) Tahap perawatan di rumah sakit
2) Rehabilitasi klien rawat jalan
3) Perawatan jangka panjang
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan)
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas
institusi
4. Disability limitation (pembatasan kecacatan)
Langkang yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan (assesment)
b. Identifikasi masalah (problem identification)
c. Perencanaan (planning)
d. Pelaksanaan (implementation)
e. Penilaian (evaluation)
5. Rehabilitation (pemulihan)
Pelaksana rehabilitasi adalah tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis, serta
petugas non medis). Sifat pelayanan keperawatan gerontik adalah:
a. Idependent (mandiri)
b. Interdependent (kolaborasi)
c. Humanistic (manuasiawi)
d. Holistic (menyeluruh)

J. PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA


1. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian
terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya,

7
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagiannya:
a. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih
mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.perawat
harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan dengan
kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
2. Pendekatan psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien
lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang asing,
penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab. Pearawat hendaknya memiliki
kasabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila ingin mengubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukanny
secara perlahan dan bertahap.
3. Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama denga
sesama klien lansia berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Dalam pelaksanaannya, perawata dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar
lansia maupun lansia dengan perawat.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh. Batasan lansia menurut para ahli berbeda-beda. Tipe lansia terdiri
dari tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah, dan tipe bingung. Ciri-ciri
lansia adalah lansia mengalami kemunduran, lansia memiliki status kelompok minoritas,
menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia. Lansia perlu
menyiapkan dirimenghadapi kondisi yang manurun agar bisa beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap perkembangan usia lanjut. Jumlah lansia di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Model pelayanan keperawatan gerontik pada lansia adalah promotif (peningkatan),
preventif (pencegahan), early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan
pengobatan), disability limitation (pembatasan kecacatan), dan rehabilitation (penyembuhan).
Pendekatan perawat lansia, yaitu pendekatan fisik, pendekatan psikologis, dan pendekatan
sosial.

9
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,S.2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Deepublish
Kholifah,S.N.2016. Keperawatan Gerontik: Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan.Pusdik SDM
Kesehatan.
Kurniasari,2015. Pengaruh Gabungan Sugesti Dan Musik Metrumentalia Terhadap Peningkatan
Kualitas Tidur Pada Lansia Digriya Lansia Santu Yosef Surabaya Prodi Pendidikan Ners
Surabaya,21-02-2020.Repostory.Unair.Ac.Id.
Muhith, Abdul. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.
Nubatonis,Robinson. 2015. Hubungan Perilaku Lansia Dengan Kejadia Hipertensi Di Puskesmas
Nglegok Kabupaten Blitar Stikes Patria Husada Blitar,21-02-2020. Repostory.Phb.Ac.Id
Sunaryo,Dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.
W,Pipit.2018. Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia” Perspektif Dan Masalah. Surabaya:UMSurabaya
Publishing.

10

Anda mungkin juga menyukai