OLEH:
MUHAMMAD AZKA KHAIRA
NIM. 201814401181137
i
LEMBAR PENGESAHAN STUDI KASUS
Mengetahui
Ketua STIKES Intan Martapura
ii
PERNYATAAN SIAP UJI STUDI KASUS
KATA PENGANTAR
iii
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT atas segala karunia dan limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan di STIKES
Intan Martapura sampai terlaksananya penulisan Studi
kasus ini.
Studi kasus ini Yang Bejudul “LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.R DENGAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG TRANSIT PRIA 1 RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM
TAHUN 2020” dan Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah
Satu Syarat Untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Keperawatan pada STIKES Intan Martapura.
Dalam menyusun studi kasus ini tidak lepas dari
rintangan dan hambatan. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan,
bantuan, saran dan doanya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Studi kasus ini. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
:
1. Ibu
Hj.Zubaidah,SST,S.Kep.MPH, selaku Ketua STIKES
Intan Martapura.
2. Ibu Any Zahrotul
Widniah,S.Kep.Ns.M.Kep, selaku dosen pembimbing
yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya
dalam pembuatan studi kasus.
3. Ibu Devi Hairani
Lestari,S.Kep.Ns.M.Kep, selaku dosen penguji studi
kasus ini.
4. Ayah dan Ibu serta
seluruh keluarga, penulis ucapkan banyak-banyak
terima kasih atas segala doa dan dukungannya.
5. Rekan-rekan mahasiswa
STIKES Martapura angkatan XXI (Dua Puluh satu)
iv
tahun 2021 dan semua teman-teman yang turut
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian studi
kasus ini.
Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak
yang telah membantu kelancaran pembuatan penyelesaian
studi kasus ini.
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan studi kasus ini, oleh sebab itu segala
bentuk arahan saran maupun kritik yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi kesempurnaannya.
DAFTAR ISI
v
COVER DEPAN STUDI KASUS...............................i
LEMBAR PENGESAHAN STUDI KASUS........................ii
PERNYATAAN SIAP UJI STUDI KASUS.....................iii
KATA PENGANTAR.......................................iv
DAFTAR ISI...........................................vi
Daftar Lampiran....................................viii
BAB I PENDAHULUAN.....................................1
A. Latar Belakang...................................1
B. Manfaat Penulisan................................4
C. Batasan Masalah..................................5
D. Tujuan...........................................5
1. Umum...........................................5
2. Khusus.........................................5
E. Metode Pengumpulan Data..........................6
BAB II LANDASAN TEORI.................................8
B. Konsep Isolasi sosial : menarik diri............10
1. Definisi........................................10
3. Penyebab........................................11
4. Rentang respon..................................13
5. Proses terjadinya masalah.......................15
6. Tanda dan gejala................................17
7. Akibat..........................................18
8. Mekanisme koping................................19
9. Penatalaksanaan.................................19
10. Pohon masalah.................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan.......................21
1. Pengkajian....................................21
2. Diagnosa Keperawatan..........................27
3. Rencana Asuhan Keperawatan....................27
4. Evaluasi......................................35
BAB III STUDI KASUS..................................38
1. Pengkajian......................................38
2. Diagnosa Keperawatan............................40
vi
3. Intervensi Keperawatan..........................42
4. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi...........52
BAB IV PEMBAHASAN....................................55
1. Pengkajian......................................55
2. Diagnosa Keperawatan............................56
3. Intervensi Keperawatan..........................57
4. Implementasi Keperawatan........................58
5. Evaluasi........................................61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................64
A. Kesimpulan......................................64
B. Saran...........................................65
Daftar Pustaka.......................................67
vii
Daftar Lampiran
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada
fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu yang sehat jiwa meliputi menyadari
sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi
stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa
nyaman bersama dengan orang lain (Keliat
dkk,2011).
Menarik diri adalah percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain. Menarik
diri adalah suatu tindakan melepaskan diri baik
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan
sosial secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap (Depkes RI,2013).
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami penurunan atau sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Yosep, 2011). Menurut penelitian
Maramis (2009) mengatakan sebanyak 75% pasien
mengalami isolasi sosial dari kasus skizofrenia
dan 64% mengalami penurunan kemampuan memelihara
diri (makan, mandi dan berpakaian). Menurut
penelitian Surtiningrum (2011) sebanyak 72% pasien
1
isolasi sosial sebagai akibat dari kerusakan
kognitif dan afektif.
Menurut WHO memperkirakan 450 juta orang
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa saat ini
termasuk isolasi sosial (WHO,2017). Berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun
2013, angka rata-rata nasional gangguan mental
emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas
yaitu 6%, angka ini setara dengan 14 juta
penduduk. Sedangkan gangguan jiwa berat, rata-rata
sebesar 0,17% atau setara dengan 400.000 penduduk.
Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun
di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu
meningkat. Berdasarkan data Departemen Kesehatan,
jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
mencapai 2,5 juta orang diperkirakan terdapat
200.000 kasus baru isolasi sosial setiap tahun di
United States,dan 2 juta diseluruh dunia. Kira-
kira sekitar 1% dari populasi di United States
menderita isolasi sosial. Angka kejadian ini
biasanya terjadi pada remaja tua dan dewasa muda,
dan angka itu kadang-kadang terjadi setelah usia
50 tahun, walaupun lebih jarang. Hampir 50% klien
isolasi sosial melakukan percobaan bunuh diri.
(KemenKes,2018)
2
Menurut Gloria M,dkk (2016) peningkatan
sosialisasi merupakan fasilitas kemampuan orang
untuk berinteraksi dengan orang lain . peningkatan
sosialisasi merupakan salah satu cara
untukmengatasi pasien dengan isolasi sosial oleh
karena itu menurut (Wakhidid ,dkk,2013 ) seorang
perawat jiwa memiliki kewajiban untuk meningkatkan
derajatbersosialisasi pada klien isolasi sosial
agar dapat berinteraksi dengan orang lain di dalam
masyarakat, dan agar terhindar dari dampak isolasi
sosial yang berkepanjangan. Beberapa peneliti yang
relevan dengan intervensi yang di terapkan seperti
penelitian Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Raka Prihutomo Aji (2017) dengan judul Upaya
Meningkatkan Sosialisasi Dengan Melatih Cara
Berkenalan Pada Pasien Isolasi Sosial klien dengan
isolasi sosial cenderung menarik diri dari orang
disekitarnya dan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap dirinya sendiri isolasi sosial digunakan
klien untuk menghindari orang lain agar pengalaman
yang tidak menyenangkan yang pernah di dapatkan
tidak terulang lagi. (Wakhidid,dkk 2013) seorang
perawat jiwa memiliki kewajiban untuk meningkatkan
derajat bersosialisasi pada klien isolasi sosial
agar dapat berinteraksi dengan orang lain di dalam
masyarakat, dan agar terhindar dari dampak isolasi
sosial yang berkepanjangan.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik
mengambil masalah asuhan keperawatan pada klien
gangguan sosial dengan masalah isolasi sosial.
3
B. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Menambah keluasan ilmu pengetahuan sehingga
meningkatkan ilmu pengetahuan dalam mencari
pemecahan permasalahan pada klien dengan
gangguan Isolasi Sosial “Menarik Diri”
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Klien dan Keluarga
Mendapatkan pengalaman serta dapat
menerapkan apa yang telah dipelajari dalam
penanganan kasus jiwa yang dialami dengan
kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan,
seperti bagaimana cara untuk mengatasi
perilaku menarik diri.
b. Bagi Perawat
Asuhan keperawatan ini menjadi dasar
informasi dan pertimbangan untuk menambah
pengetahuan, keterampilan serta perilaku
dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada
klien gangguan isolasi sosial “menarik diri”.
c. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Intan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai tambahan dan referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
pada klien dengan gangguan isolasi sosial “
menarik diri”.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan
dasar informasi dan pertimbangan peneliti
selanjutnya untuk menambah pengetahuan
tentang asuhan keperawatan gangguan isolasi
sosial”menarik diri”.
4
C. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, penyusun membatasi ruang
lingkup bahasan dalam pelaksanaan studi kasus
yaitu tentang bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa
dengan masalah utama isolasi sosial yang meliputi
pengkajian, penentuan, diagnosis keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
D. Tujuan
1. Umum
Setelah melakukan proses pembelajaran
lapangan/ klinik diharapkan mampu
mengaplikasikan teori dan pengalaman praktik
yang sudah diperoleh untuk memecahkan masalah
dalam bentuk asuhan keperawatan jiwa pada Tn.R
dengan masalah isolasi sosial.
2. Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan
data pada Tn.R dengan masalah isolasi
sosial di ruang transit pria 1 RSJ Sambang
Lihum.
b. Mampu merumuskan dan memprioritaskan
diagnose keperawatan pada Tn.R dengan
masalah isolasi sosial di ruang transit
pria 1 RSJ Sambang Lihum.
c. Mampu menyusun rencana dan tindakan
keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
pada Tn.R dengan masalah isolasi sosial di
ruang transit pria 1 RSJ Sambang Lihum.
d. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan
berdasarkan tindakan pada Tn.R dengan
5
masalah isolasi sosial di ruang transit
pria 1 RSJ Sambang Lihum.
e. Mendokumentasikan dalam bentuk laporan
studi kasus Asuhan keperawatan jiwa tentang
skizofenia paranoi pada Tn.R dengan masalah
isolasi sosial di ruang transit pria 1 RSJ
Sambang Lihum.
6
d.Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mempelajari catatn
medik dan keperawatan yang ada pada rekam
medic klien sesuai dengan masalah yang ada.
e.Data sekunder yaitu pengambilan data dari
status klien, catatan keperawatan untuk
dianalisa sebagai data yang mendukung
terhadap masalah klien.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara
cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2015).
9
(somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik)
ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak
terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa
penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi
bersamaan , lalu timbulah gangguan badan ataupun
jiwa(Maramis, 2015).
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana
seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
10
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian
yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Farida, 2012)
Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,
1993 dikutip Budi Keliat, 2001)
3. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang
maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (2007),
belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki
tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian,
11
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada
orang lain maupun lingkungan di kemudian
hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri
dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah
yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor
pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh
yang jelas mempengaruhi adalah otak . Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga
yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah
dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat volume otak serta
perubahan struktur limbik.
12
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial
dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu
kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79)
4. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart
(2006) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk
sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang
positif. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan
13
Interdependen
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan
dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling
memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam rangka
membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu
dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua
orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa
sendiri dan terasing dari lingkungannya, merasa
takut dan cemas.
14
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan
dalam membina hubungan dengan orang lain.
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu
ada tugas perkembangan yang harus dilalui individu
dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak
15
terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
(Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon
sosial maladaptive.
b. Stressor presipitasi
16
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo,
2014: 111)
b. Gejala objektif
17
7) Ekspresi wajah tidak berseri
7. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami pasien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo,
2014: 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien
makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan
orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam
perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku
masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk
2009)
8. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian
18
nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang
telah lain.
9. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial
termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang
bisa dilakukan adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan
2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
19
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon
bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam
otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan
merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik,
bersifat empati, menerima pasien apa adanya,
memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisipasi seseorang dalam melaksanakan
aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,
dan meningkatkan harga diri seseorang.
(Prabowo, 2014: 113)
Gangguan Konsep
Diri Causa
Harga Diri Rendah
(Sumber: Sutejo, 2017)
20
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status mental, suku bangsa, alamat, nomor
rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, diagnosis
medis.Identitas penanggung jawab : nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien, alamat.
b. Alasan Masuk
1. Apa penyebab klien datang ke RSJ?
2. Apa yang sudah dilakukan keluarga?
3. Bagaimana hasilnya?
c. Faktor Predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan
orangtua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan/frustasi berulang,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai
suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai
Klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
d. Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua sistem
yang ada hubungannya dengan klien depresi
berat didapatkan pada sistem integumen klien
tampak kotor, kulit lengket di karenakan
21
kurang perhatian terhadap perawatan dirinya
bahkan gangguan aspek dan kondisi klien .
e. Psikososial
Konsep Diri:
1) Gambaran Diri : Menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi
negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan
bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Ideal Diri : Mengungkapkan keputus asaan
karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
3) Harga Diri : Perasaan malu terhadap diri
sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
4) Penampilan Peran : Berubah atau berhenti
fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
5) Identitas Personal : Ketidak pastian
memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
f. Hubungan Sosial
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubungan sosial dengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
22
g. Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan
keyakian klien terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan norma dan agama yang dianut pandangan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
Kegiatan ibadah : kegiatan di rumah secara
individu atau kelompok.
h. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat
mepertahankan kontak mata, kurang dapat
memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan orang lain,
adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
1) Penampilan
Biasanya pada Klien menarik diriklien
tidak terlalu memperhatikan penampilan,
biasanya penampilan tidak rapi, cara
berpakaian tidak seperti biasanya (tidak
tepat).
2) Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan
dalam frekuensi, volume dan karakteristik.
Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien
berbicara dan volume di ukur dengan berapa
keras klien berbicara. Observasi frekuensi
cepat atau lambat, volume keras atau
lambat, jumlah sedikit, membisu, dan di
tekan, karakteristik gagap atau kata-kata
bersambungan.
3) Aktifitas Motorik
Aktifitas motorik berkenaan dengan
gerakan fisik klien. Tingkat aktifitas :
23
letargik, tegang, gelisah atau agitasi.
Jenis aktifitas : seringai atau tremor.
Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada
hubunganya dengan ansietas, mania atau
penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik
yang berulang atau kompulsif bisa merupakan
kelainan obsesif kompulsif.
4) Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri
klien tentang status emosional dan cerminan
situasi kehidupan klien. Alam perasaan
dapat di evaluasi dengan menanyakan
pertanyaan yang sederhana dan tidak
mengarah seperti “bagaimana perasaan anda
hari ini” apakah klien menjawab bahwa ia
merasa sedih, takut, putus asa, sangat
gembira atau ansietas.
5) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada
klien yang dapat di observasi oleh perawat
selama wawancara. Afek dapat di gambarkan
dalam istilah sebagai berikut : batasan,
durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek
yang labil sering terlihat pada mania, dan
afek yang datar,tidak selaras sering tampak
pada skizofrenia.
6) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perseptual :
halusinasi dan ilusi. Halusinasi di
definisikan sebagai kesan atau pengalaman
sensori yang salah. Ilusi adalah persepsi
atau respon yang salah terhadap stimulus
sensori. Halusinasi perintah adalah yang
24
menyuruh klien melakukan sesuatu seperti
membunuh dirinya sendiri, dan melukai diri
sendiri.
7) Interaksi Selama Wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana klien
berhubungan dengan perawat. Apakah klien
bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah
tersinggung, berhati-hati, apatis,
defensive,curiga atau sedatif.
8) Proses Pikir
Proses pikir merujuk “ bagaimana”
ekspresi diri klien proses diri klien
diobservasi melalui kemampuan berbicaranya.
Pengkajian dilakukan lebih pada pola atas
bentuk verbalisasi dari pada isinya.
9) Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik
yang diekspresikan dalam komunikasi klien.
Merujuk pada apa yang dipikirkan klien
walaupun klien mungkin berbicara mengenai
berbagai subjek selama wawancara, beberapa
area isi harus dicatat dalam pemeriksaan
status mental. Mungkin bersifat kompleks
dan sering disembunyikan oleh klien.
10)Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin
mengkaji orientasi klien terhadap situasi
terakhir. Berbagai istilah dapat digunakan
untuk menguraikan tingkat kesadaran klien
seperti bingung, tersedasi atau stupor.
11)Memori
Pemeriksaan status mental dapat
memberikan saringan yang cepat tehadap
25
masalah-masalah memori yang potensial
tetapi bukan merupakan jawaban definitive
apakah terdapat kerusakan yang spesifik.
Pengkajian neurologis diperlukan untuk
menguraikan sifat dan keparahan kerusakan
memori. Memori didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengingat pengalaman lalu.
12)Tingkat Konsentrasi Dan Kalkulasi
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk
memperhatikan selama jalannya
wawancara.Kalkulasi adalah kemampuan klien
untuk mengerjakan hitungan sederhana.
13)Penilaian
Penilaian melibatkan perbuatan keputusan
yang konstruktif dan adaptif termasuk
kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik
kesimpulan dari hubungan.
14) Daya Titik Diri
Penting bagi perawat untuk menetapkan
apakahklien menerima atau mengingkari
penyakitnya.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
Pengkajian diarahkan pada klien dan
keluarga klien tentang persiapan keluarga,
lingkungan dalam menerima kepulangan klien.
Untuk menjaga klien tidak kambuh kembali
diperlukan adanya penjelasan atau pemberian
pengetahuan terhadap keluarga yang mendukung
pengobatan secara rutin dan teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian
klinis tentang respon aktual atau potensial
26
dari individu, keluarga atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.
Rumusan diagnosis yaitu permasalahan (P)
berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya
ada hubungan sebab akibat secara ilmiah
(Carpenito dalam Yusuf, Fitryasari & Nihayati,
2015).
2) Tujuan khusus
a) TUK 1
Dapat membina hubungan saling percaya
27
(1) Kriteria hasil:
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
menerima kehadiran perawat. Pasien dapat
mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat
ini secara verbal:
(a) Mau menjawab salam
(b) Ada kontak mata
(c) Mau berjabat tangan
(d) Mau berkenalan
(e) Mau menjawab pertanyaan
(f) Mau duduk berdampingan dengan perawat
(g) Mau mengungkapkan perasaannya
(2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan
prinsip komunikasi terapetik
(a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
non verbal
(b) Perkenalkan diri dengan sopan
(c) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama
kesukaan pasien
(d) Jelaskan tujuan pertemuan
(e) Buat kontrak interaksi yang jelas
(f) Jujur dan menepati janji
(g) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien
apa adanya
(h) Ciptakan lingkungan yang tenang dan
bersahabat
(i) Beri perhatian dan penghargaan : temani
pasien walau tidak menjawab
(j) Dengarkan dengan empati beri kesempatan
bicara, jangan buru-buru, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti pembicaraan pasien
28
(k) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
pasien
b) TUK 2
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik
diri
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri
yang berasal dari:
(a) Diri sendiri
(b) Orang lain
(c) Lingkungan
(2) Intervensi
(a) Tanyakan pada pasien tentang
1. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar
pasien
2. Orang terdekat pasien dirumah/ diruang
perawatan
3. Apa yang membuat pasien dekat dengan orang
tersebut
4. Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang
tersebut
5. Upaya yang telah dilakukan untuk
mendekatkan diri dengan orang lain
(b) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku
menarik diri dan tanda-tandanya
(c) Beri kesemapatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri tidak mau bergaul
(d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku
menarik diri, tanda serta penyebab yang
muncul
29
(e) Berikan reinforcement (penguatan) positif
terhadap kemampuan pasien dalam
mengungkapkan perasaannya.
c) TUK 3
Pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain, misal:
(a) Banyak teman
(b) Tidak kesepian
(c) Bisa diskusi
(d) Saling menolong
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat
menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain, misal:
(a) Sendiri
(b) Tidak punya teman, kesepian
(c) Tidak ada teman ngobrol
(2) Intervensi
(a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan
keuntungan berhubungan dengan dengan orang
lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan
dengan orang lain
(b) Beri kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya tentang berhubungan
dengan orang lain
(c) Beri kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya tentang kerugian
bila tidak berhubungan dengan orang lain
30
(d) Diskusikan bersama tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
(e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak berhubungan dengan orang lain.
d) TUK 4
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial
secara bertahap
(1)Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat
mendemonstrasikan hubungan sosial secara
bertahap
(2)Intervensi
(a) Observasi perilaku pasien saat
berhubungan dengan orang lain
(b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk
berkenalan/ berkomunikasi dengan orang
lain melalui: pasien-perawat, pasien-
perawat-perawat lain, pasien-perawat-
perawat lain-
(c) pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-
pasien lain-masyarakat
(d) Beri reinforcement positif atas
keberhasilan yang telah dicapai
(e) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang lain
(f) Beri motivasi dan libatkan pasien dalam
terapi aktivitas kelompok sosialisasi
31
(g) Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan bersama pasien dalam mengisi
waktu luang
(h) Memotivasi pasien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
(i) Beri reinforcement atas kegiatan pasien
dalam memperluas pergaulan melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
e) TUK 5
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
setelah berhubungan dengan orang lain
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat
mengungkapkan perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain untuk diri sendiri dan
orang lain untuk untuk:
(a) Diri sendiri
(b) Orang lain
(c) Kelompok
(2) Intervensi
(a) Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain/kelompok
(b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan
manfaat berhubungan dengan orang lain
(c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya berhubungan
dengan orang lain.
32
f) TUK 6
Pasien dapat memberdayakan system
pendukung atau keluarga mampu mengembangkan
kemampuan pasien untuk berhubungan dengan
orang lain
(1) Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan keluarga dapat
menjelaskan tentang
(a) Pengertian menarik diri dan tanda gejalanya
(b) Penyebab dan akibat menarik diri
(c) Cara merawat pasien dengan menarik diri
(2) Intervensi
(a) Bina hubungan saling percaya dengan
keluarga: salam, perkenalkan diri,
sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi
perasaan keluarga
(b) Diskusikan pentingnya peranan keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku
menarik diri
(c) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
perilaku menarik diri , penyebab perilaku
menarik diri, akibat yang akan terjadi jika
perilaku menarik diri tidak ditanggapi,
cara keluarga menghadapi pasien menarik
diri
(d) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu
mengatasi pasien menarik diri
(e) Latih keluarga merawat pasien menarik diri
(f) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba
cara yang dilatih
(g) Anjurkan anggota keluarga untuk memberi
dukungan kepada pasien untuk berkomunikasi
dengan orang lain
33
(h) Dorong anggota keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk pasien minimal satu
kali seminggu
(i) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah
dicapai keluarga.
g) TUK 7
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar
dan tepat
(1)Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien
menyebutkan:
(a) Manfaat minum obat
(b) Kerugian tidak minum obat
(c) Nama, warna, dosis, efek samping obat
Setelah ...x interaksi, pasien mampu
mendemonstrasikan penggunaan obat dan
menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
(2)Intervensi
(a) Diskusikan dengan pasien tentang kerugian
dan keuntungan tidak minum, serta
karakteristik obat yang diminum (nama,
dosis, frekuensi, efek samping minum obat)
(b) Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip
5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu)
(c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya
kepada perawat agar pasien dapat merasakan
manfaatnya
(d) Beri reinforcement positif bila pasien
menggunakan obat dengan benar
34
(e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan dokter
(f) Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan
dokter/perawat apabila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
(Prabowo, 2014:215)
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperwatan pada
klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu
evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon klien dan
tujuan khusus serta umum yang telah dilakukan
(Azizah, Zainuri & Akbar, 2016).
35
A :Analisa ulang atas daya subjektif dan
objektif untuk menyimpulkan aoakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau
ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada, dengan membandingkan hasil dengan
tujuan khusus yang ingin dicapai.
P :Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan
hasil analisa pada respon klien yang terdiri
dari tindak lanjut klien (PR), dan tindak
lanjut oleh perawat.(Azizah, Zainuri &
Akbar, 2016).
36
Dokumentasi implementasi dan evaluasi
tindakan keperawatan oleh perawat serta peserta
didik keperawatan, dianjurkan menggunakan
formulir yang sama dengan lampiran. Dokumentasi
proses keperawatan di unit rawat jalan/gawat
darurat/rehabilitasi/ elektromedik, dianjurkan
menggunkan formulir yang sama dengan lampiran
E. (Azizah, Zainuri & Akbar, 2016).
37
BAB III
STUDI KASUS
1. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Initial : Tn.R
Umur : 28 thn
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Banjar
Informan : Pasien
Alamat : Banjarmasin
38
2. Pengobatan sebelumnya: pengobatan sebelumnya
kurang berhasil karena putus obat.
3. Riwayat Trauma / kekerasan : Pernah dianiaya
teman waktu kecil pada umur sekitar 12-13 tahun.
39
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Ket:
2. Konsep diri
40
2.3 Peran : anak ke-4 dari 5 bersaudara
3. Hubungan sosial :
4. Spiritual :
41
VI. STATUS MENTAL
1.Penampilan :
42
5.Afek : afek pasien datar, tidak tumpul, tidak
labil dan tidak sesuai
43
9.Isi fikir : pasien tidak mengalami obsesi,
fobia, hipokondria, depersonalisasi, ide yang
terkait, dan pikiran magis.
44
berhitung 1-10 dan mampu berkonsentrasi saat
menghitung mundur dari 10-1.
13.Kemampuan penilaian : -
Adaptif
Bicara dengan orang lain, : pasien tidak bisa
memulai pembicaraan kecuali pasien diajak bicara
baru mau bicara
45
Mampu menyelesaikan masalah : pasien mampu
menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi : pasien mampu mempraktekkan
teknik relaksasinapas dalam
Aktifitas konstruktif : pasien mampu melakukan
aktivitas konstruktif
Olah raga : pasien mau diajak berolahraga
Maladaptif
Minum alkohol / Narkoba : tidak pernah
Reaksi lambat/berlebihan : saat diwawancarai,
pasien lambat dalam memberikan jawaban
Bekerja berlebihan : tidak pernah
Menghindar : tidak pernah
Mencederai diri : tidak pernah
Lainnya
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
46
X. PENGETAHUAN KURANG, TENTANG: -
1. Isolasi sosial
6. Halusinasi penglihatan
Isolasi sosial
47
2. Diagnosa Keperawatan
Pioritas masalah utama : isolasi sosial
40
2. DS: Harga diri rendah
- Pasien mengatakan pernah dianiaya sama temannya saat
mandi sungai di umur sekitar 12-13 thn.
- pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan masyarakat.
DO:
- pasien tampak sering berada di kamar dan rebahan
- pasien tampak jarang bersosialisasi
41
Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Defisit keperawatan diri
4. Koping individu dan keluarga tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
42
1 Isolas Pasien TUK 1 setelah dilakukan (a) Bina Hubungan saling pecaya
i dapat tindakan keperawatan (b) Sapa pasien dengan ramah
Sosial berinteraks Dapat selam 20 menit, baik verbal maupun non
i dengan membina diharapkan pasien verbal
orang lain hubungan dapat menerima (c) Perkenalkan diri dengan
saling kehadiran perawat. sopan
percaya Pasien dapat (d) Tanyakan nama lengkap
mengungkapkan perasaan pasien dan nama kesukaan
dan keberadaannya saat pasien
ini secara verbal: (e) Jelaskan tujuan pertemuan
(f) Buat kontrak interaksi yang
(a) Mau menjawab salam jelas
(g) Jujur dan menepati janji
(b) Ada kontak mata
(h) Tunjukkan sikap empati dan
(c) Mau berjabat menerima pasien apa adanya
tangan (i) Ciptakan lingkungan yang
tenang dan bersahabat
(d) Mau berkenalan (j) Beri perhatian dan
penghargaan : temani pasien
(e) Mau menjawab walau tidak
pertanyaan (k) Dengarkan dengan empati
(f) Mau duduk beri kesempatan bicara,
berdampingan jangan buru-buru, tunjukkan
dengan perawat bahwa perawat mengikuti
pembicaraan pasien
(g) Mau mengungkapkan (l) Beri perhatian dan
perasaannya perhatikan kebutuhan dasar
43
pasien
44
diri dan tanda-tandanya
(c) Beri kesemapatan pada pasien
untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik
diri tidak mau bergaul
(d) Diskusikan pada pasien
tentang perilaku menarik
diri, tanda serta penyebab
yang muncul
(e) Berikan reinforcement
(penguatan) positif
terhadap kemampuan pasien
dalam mengungkapkan
perasaannya.
45
dan (a) Banyak teman untuk mengungkapkan
kerugian perasaannya tentang
bila tidak (b) Tidak kesepian berhubungan dengan orang
berhubungan lain
(c) Bisa diskusi
dengan
orang lain (c) Beri kesempatan pada pasien
(d) Saling setelah
untuk mengungkapkan
dilakukan tindakan
perasaannya tentang
keperawatan selam
kerugian bila tidak
20 menit,
berhubungan dengan orang
diharapkan pasien
lain
dapat menyebutkan
kerugian tidak (d) Diskusikan bersama tentang
berhubungan dengan keuntungan berhubungan
orang lain, misal: dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan
(a) Sendiri
dengan orang lain
(b) Tidak punya
(e) Beri reinforcement positif
teman, kesepian
terhadap kemampuan
(c) Tidak ada teman mengungkapkan perasaan
ngobrol tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain dan kerugian bila
tidak berhubungan dengan
orang lain
46
TUK 4 setelah dilakukan (a) Observasi perilaku pasien
tindakan keperawatan saat berhubungan dengan
Pasien selam 20 menit, orang lain
dapat diharapkan pasien
melaksanaka dapat (b) Beri motivasi dan bantu
n hubungan mendemonstrasikan pasien untuk berkenalan/
sosial hubungan sosial secara berkomunikasi dengan orang
secara bertahap lain melalui: pasien-
bertahap perawat, pasien-perawat-
perawat lain, pasien-
perawat-perawat lain-pasien
lain, pasien-perawat-
perawat lain-pasien lain-
masyarakat
(c) Beri reinforcement positif
atas keberhasilan yang
telah dicapai
(d) Bantu pasien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang
lain
(e) Beri motivasi dan libatkan
pasien dalam terapi
aktivitas kelompok
sosialisasi
47
(f) Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama pasien dalam
mengisi waktu luang
(g) Memotivasi pasien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat
(h) Beri reinforcement atas
kegiatan pasien dalam
memperluas pergaulan
melalui aktivitas yang
dilaksanakan
48
(b) Orang lain berhubungan dengan orang
lain
(c) Kelompok
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
TUK 6 selam 20 menit, (a) Bina hubungan saling percaya
diharapkan keluarga dengan keluarga: salam,
Pasien perkenalkan diri, sampaikan
dapat menjelaskan
dapat tujuan, buat kontrak
tentang
memberdayak eksplorasi perasaan
an system (a) Pengertian menarik keluarga
pendukung diri dan tanda
atau gejalanya (b) Diskusikan pentingnya
keluarga peranan keluarga sebagai
mampu (b) Penyebab dan pendukung untuk mengatasi
mengembangk akibat menarik diri perilaku menarik diri
an
kemampuan (c) Cara merawat (c) Diskusikan dengan anggota
pasien pasien dengan menarik keluarga tentang: perilaku
untuk diri menarik diri , penyebab
berhubungan perilaku menarik diri,
dengan akibat yang akan terjadi
orang lain jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi, cara
keluarga menghadapi pasien
menarik diri
49
(d) Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu mengatasi
pasien menarik diri
(e) Latih keluarga merawat
pasien menarik diri
(f) Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatih
(g) Anjurkan anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain
(h) Dorong anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk pasien minimal
satu kali seminggu
(i) Beri reinforcement atas hal-
hal yang telah dicapai
keluarga
50
Pasien selam 20 menit, keuntungan tidak minum,
dapat diharapkan pasien serta karakteristik obat
menggunakan menyebutkan: yang diminum (nama, dosis,
obat dengan frekuensi, efek samping
benar dan (a) Manfaat minum obat minum obat)
tepat
(b) Kerugian tidak (b) Bantu dalam menggunakan obat
minum obat dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis,
(c) Nama, warna,
cara, waktu)
dosis, efek samping
obat (c) Anjurkan pasien minta
sendiri obatnya kepada
setelah dilakukan
perawat agar pasien dapat
tindakan keperawatan
merasakan manfaatnya
selam 20 menit,
diharapkan pasien (d) Beri reinforcement positif
mampu bila pasien menggunakan
mendemonstrasikan obat dengan benar
penggunaan obat dan
menyebutkan akibat (e) Diskusikan akibat berhenti
berhenti minum obat minum obat tanpa konsultasi
tanpa konsultasi dengan dokter
dokter
(f) Anjurkan pasien untuk
konsultasi dengan
dokter/perawat apabila
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
51
4. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
52
- isolasi sosial belum teatasi
P:
- perawat : lanjutkan SP 2 (pasien-
perawat-perawat lain)
- pasien : masukkan dalam jadwal
harian
53
- perawat : lanjutkan SP 3 (pasien-
perawat-perawat lain-pasien lain)
- pasien : masukkan dalam jadwal
harian
54
Rabu, Isolasi 1. Melaksanakan S:
sosial hubungan sosial
25-11- secaa bertahap. SP 3 - Pasien mengatakan masih ingat
2020 (pasien-peawat- dengan nama perawat kemaren
perawat lain-pasien - Pasein mengatakan merasa senang
lain) setelah bisa bekenalan dengan
pasien lain
10.00
O:
- Pasien menyebutkan nama, tempat
tinggal, dan hobi perawat kemaren
- Pasien tampak berbincang-bincang
dengan pasien lain sambil bejabat
tangan
A:
- isolasi sosial teatasi sebagian
P:
- perawat : lanjutkan SP 4 (pasien-
perawat-perawat lain-pasien lain-
masyarakat)
- pasien : masukkan dalam jadwal
harian
55
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pada laporan kasus ini penulis melakukan
pengkajian pada klien dengan isolasi sosial:
menarik diri, pada isolasi sosial didapatkan Klien
(Tn.R) pasien mengatakan merasa kesepian dan
jarang berbicara dengan orang lain. menurut
(Damaiyanti, 2008) Isolasi sosial adalah keadaan
di mana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Dan menurut
(Farida, 2012) Isolasi sosial adalah suatu
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif
dan mengancam.
Menurut peneliti isolasi sosial: menarik diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu yang
55
terjadi adalah faktor predisposisi dan psikologis
sangat berkaitan dimana pasien penah beberapa kali
masuk RSJ karena sebelumnya pasien mengamuk tanpa
sebab. Faktor predisposisi yang mempengaruhi
adalah disaat setelah pasien mengamuk, pasien lalu
dijauhi oleh masyarakat sehingga pasien merasa
sulit untuk berinteraksi yang mengakibatkan pasien
mengalami isolasi. Faktor psikologis yang
mempengaruhi adalah dalam kondisi yang sepi sunyi
menyebabkan klien sering menyendiri di kamar.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari data yang di temukan muncul masalah
keperawatan seperti; Harga diri rendah, Defisit
perawatan diri, Resiko perilaku kekerasan,Koping
individu dan keluarga tidak efektif, Halusinasi
penglihatan, dan Uji isi fikir yang menyebabkan
Isolasi sosial.
56
kali, berbicara dengan suara pelan dan tidak mampu
memulai pembicaraan. Pada data objektif pasien
tampak berada dikamar terus, tampak jarang
bersosialisasi, TD: 120/80 mmHg, S: 36,7 °C, N :
108 x/m, RR: 20x/m.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga
aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian permasalahan (P) secara umum.
57
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang
perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya,
kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi
menjadi tiga aspek (Stuart & Laraia 2001 dalam
Azizah, Zainuri & Akbar, 2016 ),yaitu kemampuan
kognitif, psikomotor dan kemampuan afektif yang
perlu dimiliki agar klien percaya pada kemampuan
menyelesaikan masalah.
Pada kasus ini penulis menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan diagnosis prioritas
yaitu isolasi sosial. Dengan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan berupa :
SP 1:
- Membina hubungan saling pecaya,
membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial,
membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak behubungan dengan
orang lain, dan mengajarkan
pasien berkenalan.
SP 2:
SP 3:
58
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap
ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.Sebelum tindakan keperawatan
diimplementasikan, perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih
sesuai dengan kondisi pasien saat ini atau tidak
(Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015).
59
2. Impelemntasi hari ke dua tanggal 24 Desember
2020 melaksanakan evaluasi intervensi sp I dan
melaksanakan intervensi sp II pada klien dengan
isolasi sosial. Interaksi yang dilakukan yaitu
mengevaluasi sp I den melaksanakan sp II dengan
tujuan klien mampu Menyebutkan penyebab menarik
diri, menyebutkan keuntungan behubungan dengan
orang lain, dan Mengajakan pasien berinteraksi
secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama seorang perawat). Respon klien, Data
Subjektif : Pasien mengatakan merasa senang
setelah bisa bekenalan dengan perawat lain, dan
pasein mengatakan masih ingat cara pekenalan
kemaren. Data Objektif : Pasien tampak terbuka
kepada perawat lain, dan Pasien dapat
mendemonstrasikan cara bekenalan kepada perawat
lain.
60
perawat perlu membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan yang meliputi SP pasien. Sp
dibuat dengan menggunakan komunikasi terapeutik
yang terdiri dari fase orientasi, fase kerja, dan
terminasi (Trimeilia, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari dari
antara jam 09:00-10:00 WITA dengan melakukan
observasi keadaan klien agar mengetahui
perkembangan klien setiap hari. Pada hari Senin
tanggal 23 September 2020 klien Tn.R sudah bisa
mengatakan identitas dirinya, dan bersedia untuk
mengobrol dengan perawat bahwa dia lebih suka
menyendiri karena kurang bisa memulai pembicaraan,
pasien memang pendiam, Pasien mengetahui keuntungan
berinteaksi dengan orang lain dan kerugian menarik
diri. Intervensi dilanjutkan SP 2 (pasien-perawat-
61
perawat lain) dan memasukkan dalam jadwal hari
pasien. Sedangkan Pada hari selasa tanggal 24
September 2020 Pasien mengatakan merasa senang
setelah bisa bekenalan dengan perawat lain, dan
pasein masih ingat cara pekenalan kemaren.Pasien
tampak terbuka kepada perawat lain dan
mendemonstrasikan cara bekenalan kepada perawat
lain. Intevensi dilanjutkan SP 3 (pasien-perawat-
perawat lain-pasien lain) dan memasukkan dalam
jadwal harian pasien. Pada hari rabu tanggal 25
september 2020 Pasien mengatakan masih ingat dengan
nama perawat kemaren dan merasa senang setelah
bisa bekenalan dengan pasien lain. Pasien bisa
menyebutkan nama, tempat tinggal, dan hobi perawat
kemaren dan tampak berbincang-bincang dengan pasien
lain sambil bejabat tangan. Intevensi dilanjutkan
SP 4 (pasien-perawat-perawat lain-pasien lain-
masyarakat) dan memasukkan dalam jadwal harian
pasien.
62
diterapkan,memasukkan ke dalam jadwal harian dan
mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya, dan
mengurangi perilaku menarik diri dengan cara
berinteraksi dengan orang lain. Pada evaluasi hari
ketiga masalah teratasi sebagian karena SP 3 telah
diterapkan seperti mengevaluasi masalah dan latihan
sebelumnya, mengurangi perilaku menarik diri dengan
memasukkan pada kegiatan dalam jadwal harian (yang
biasa dilakukan oleh pasien).
63
BAB V
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan menggunakan kasus
Isolasi sosial: Menarik diri yang didapatkan
adalah pasien mengatakan merasa kesepian dan
jarang berbicara dengan orang lain
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang didapat dari keluhan pasien penulis
merumuskan diagnosa prioritas yaitu Isolasi
sosial: Menarik diri.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan berdasarkan analisa data yang
telah dilakukan dimana didapat diagnosa
keperawatan yaitu Isolasi sosial: menarik diri.
Rencana keperawatan pada masalah Isolasi sosial:
Menarik diri dari SP 1 – SP 3 meliputi SP 1
(membina hubungan saling percaya, membantu
mengenal penyebab isolasi sosial, memasukkanb ke
dalam jadwal. SP 2 (mengevaluasi SP 1, membina
hubungan saling percaya, memasukkan ke dalam
jadwal). SP 3 (mengevaluasi SP 1 dan SP 2,
64
mengajarkan untuk melakukan kegiatan untuk
menghindari perilaku menarik diri, memasukkan ke
dalam jadwal).
4. Implementasi keperawatan
pada implementasi keperawatan bisa saja berbeda
dengan intervensi yang di buat. Karena penulis
harus menyesuaikan kondisi pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan Isolasi sosial: Menarik diri
pada Tn.R dilakukan selama 3 hari, tindakan
keperawatan mendapatkan hasil positif melalui
teknik SOAP. Klien sudah jarang menyendiri, klien
kooperatif.
B. Saran
2. Bagi Perawat
Diharapkan mampu berkoordinasi dengan tim
kesehatan yang lain yakni, dokter, dan ahli gizi
karena untuk menangani klien membutuhkan asuhan
65
keperawatan yang mengutamakan rasa nyaman, care,
kepedulian dan kesabaran pada umumnya dan khususnya
pada klien Isolasi sosial: Menarik diri diharapkan
tenaga kesehatan lebih mengutamakan pelayanan yang
mampu membina hubungan saling percaya dan hubungan
terapeutik guna memberikan rasa nyaman dan
keterbukaan sehingga masalah cepat teratasi.
66
Daftar Pustaka
67
Keliat Budi Ana, 1999, Gangguan Konsep Diri, Edisi 1,
EGC, Jakarta.
68
World Health Organization (2017). Mental disorders fact
sheets. World Health Organization.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396
/en/ -Diakses Januari 2018
69
YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
Terakreditasi LAM-PT KesNomor : 0506/LAM PT Kes/Akr/Dip/VIII/2017 Akreditasi B
SK. KementerianRiset, Teknologi, danPendidikanTinggiNomor : 460/KPT/I/2019
Jl. Samadi No. 01 RT.01 RW.01 Kel.JawaKec.Martapura Kota Kab.Banjar Kalimantan Selatan 70611 Telp/Fax 0511-
4721812
Website :www.stikesintanmartapura.ac.id ; e-mail : stikes.intan19@gmail.com
55
YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
Terakreditasi LAM-PT KesNomor : 0506/LAM PT Kes/Akr/Dip/VIII/2017 Akreditasi B
SK. KementerianRiset, Teknologi, danPendidikanTinggiNomor : 460/KPT/I/2019
Jl. Samadi No. 01 RT.01 RW.01 Kel.JawaKec.Martapura Kota Kab.Banjar Kalimantan Selatan 70611 Telp/Fax 0511-
4721812
Website :www.stikesintanmartapura.ac.id ; e-mail : stikes.intan19@gmail.com
56