Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA URETRA

Oleh:
KELOMPOK 5 :

NURMIATI
SATRIANI
MUHAMMAD AKBAR
ASMUNANDAR
SASMITA SARI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2020
BAB 1
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya
berhubungan dengan intervensi pembedahan.”straddle injur” adalah trauma
yang terjadi bila pasien jatuh atau terkena trauma benda keras di daerah
selangkangan (perinium).Trauma dapat mengenai uretra pars membranasea,
uretra bulbosa, uretra pars dulum atau penis. (Purnawan junadi , Atiek S
Soesmanto, Husna Amelz, 1982)

B. Etiologi
1. Trauma uretra terjadi akibat cedera yangberasal dari luar dan cedera
iatrogenik akibat intrumentasi pada uretra.
2. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis,menyebabkan
ruptur uretra pars membranasea,sedangkan trauma tumpul pada
selangkangan atau ”straddle injury” dapat menyebabkan ruptur utetra
para bulbosa.
3. Pemasangan kateter pada uretra yangkurang hati-hati dapat menimbulkan
robekan uretra karena salah jalan (false route)

C. Patofisiologi
Trauma uretra pada pria
1. Lokasi : penis, membranosa
2. Kausa dan mekanisme : ureta bulbar , kuasa
3. Terjatuh mengangkang (misal pada stang sepeda, kecelakaan lau lintas
,penutup lubang selokan ,dsb).
4. Kecelakaan lalu lintas
5. Jatuh dari ketinggian
6. Rudapaksa menggilas mekanisme regangan uretra akibat pergeseran
posisi struktur fiksasinya ,ligamenta puboprostatik dan perlekatan kospus
karvenosum ke rami isio pubik.
D. Tanda dan gejala
1. Ringan
Gejala kliniknya adalah perdarahan per uretra yangbukan suatu
hematuria tetapi darah langsung keluardari uretra
2. Sedang
Gejala kliniknya adalah adanya hematom yang besartapi tidak progresif
karena hematom tetap dalambulbus karvenosus.
3. Berat
Gejala kliniknya darah akan mengalir keluar dan terusmenjular kebawah
kulit (subkutis) oleh karena ituterbentuk hematom progresif, mula-mula
didaerahperinium, terus ke skrotum ,daerahingunal,suprapubik sampai di
penis. Bila dari anamnesis diketahui ada trauma dan padapeadaan klinik
ditemukan hematom progresifdemikian ini jeals ”straddle injury” berat
tidak perlufoto rontgen lagi bila tidak segera diobati penderitadapat
meninggal akibat perdarahan atau urosepsis.(Purnawan junadi, Atiek S
Soesmanto, Husna Amelz,1982)

E. Komplikasi
1. Syok
2. Perdarahan dan peritonitis
3. Infeksi saluran kemih
4. Striktur uretra.

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakan melalui:
1. Foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui uretra, sehingga
dapatdiketahui adanya ruptur uretra dan lokasinya
2. Pemeriksaan radiologi pelvis menggambarkan beberapabagian luasnya
fraktur panggul
3. Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma padakandung
kemihyang tinggi
4. Urethrography tindakan untuk pencegahan asepticInfus urography untuk
mengevaluasi status renal dan leveldari bladder.( alken carl-
eric,sokeland jurgen,M.Eengel, 1982)

G. Penatalaksanan
1. Ringan
Selalu konservativ, lakukan sistostomi danantibiotika untuk profilaksi
ada bahaya strikturadikemudian hari.
2. Sedang
1) Bila hematom kecil dilakukan terapi konservatif, yaitukateter dover
selama 1-2 minggu dan antibiotika untuk profilaksis
2) Bila hematom besar, dilakukan prosedur yang samadengan yang
berat, karena kadang-kadang dalam hematom terjadi infeksi
sekunder sehingga terbentuk lubang dan kateter terlihat dari luar.
Sebelum terjadi kerusakan demikian lebih baik dilakukan operasi.
3. Berat
Dilakukan operasi peneotomi (dari kulit sampai daerahyang robek
atauhematom) dan :
a. Semua bekuan darah dikeluarkan
b. Kateter dipasang di uretra ,akan tampak ujung kateter menonjol
kedaerah operasi dan kateter akan dibelokan masuk uretra bagian
proksimal.
c. Hemostatis sebaik-baiknya.
d. Dinding uretra dijahit ”interrupted” dengan ”catgut” dan”non
traumatic neddle”
e. Tinggalkan drain di daerah operasiKarena ada bahaya striktura
dikemudianhari setiap kali dangan ‘’bogule’’(purnawan
junadi,Atiek S Soesmanto, Husna Amelz,1982).
Terapi dan penatalaksanaankemungkin trauma uretra dapat diminimalkan
denganmenggunakan kateter yang ukurannya tepat. Kateterterlebih
dahulu dilumasi secara adekuat sehingga dapatdimasukan kedalam uretra
dengan mudah danlancar. Penyisipan kateter ini dilakukan sejauh
mungkinkedalamkandung kemih untuk mencegah trauma jaringanuretra
pada saat balon retensi pada kateterdikembangkan.manipulasi kateter
paling sering menjadipenyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada
pasienyang mendapat kateterisasi.Dengan demikian infeksi akanterjadi
ketika urin mengenai mukosa yangrusak itu.Kateter harus difiksasi
dengan tepat untukmencegahgerakan kateteryang menyebabkan
reganganatau tarikan pada uretra atau yang membuat kateterterlepas
tanpa sengaja. Perhatianharus diberikan untukmemastikan agar setiap
pasien yang berada dalam kondisikebingungan tidak melepaskan kateter
tanpa disadari padasaat balon retensi masih mengembang karena kejadian
iniakan menyebabkan perdarahan dan trauma yang cukupluas pada
uretra.
Pada pasien laki-laki,selang drainase (bukab kateter)diplester disebelah
lateral pada pasien untuk mencegahpenekanan uretra pada sambungan
penoskrotal yangakhirnya dapat menyebabkan pembentukan
fistulauretrokutaneus.Pada pasien wanita, selang drainase yang
dihubungkandengan kateter diplester pada paha pasien untuk
mencegahtekanan dan tarikan pada kandung kemih.(Bruner and suddarth,
2002
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS TRAUMA URETRA

Oleh:

KELOMPOK 5 :
NURMIATI
SATRIANI
MUHAMMAD AKBAR
ASMUNANDAR
SASMITA SARI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.L DENGAN TRAUMA URETRA

KASUS
Pasien datang ke Rumah Sakit pada tanggal 27 Januari 2020 dengan keluhan
perdarahan dari saluran kemih sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah
keluar menetes dan berwarna merah segar. Pasien mengaku saat ingin BAK
dirasakan nyeri. Rasa nyeri yang digambarkan seperti tertusuk-tusuk. Skala nyeri
5/10. BAK keluar sedikit dan bercampur darah. Sebelumnya pasien mengalami
kecelakaan saat kerja saat naik di atas lemari untuk mengecat dinding dengan
ketinggian 2 meter, kemudian pasien jatuh,pubisnya terbenturpenyangga kursi
(terbuat dari kayu) yang berada tepat di bawah lemari, kemudian terjatuh dari
kursi ke lantai dengan benturan mengenai pinggang kanan.Setelah jatuh pasien
sempat merasa tidak dapat bangun sehingga dibantu oleh salah satu anggota
keluarga untuk di bawa ke rumah sakit. Saat ini pasien masih mengeluh nyeri saat
menggerakkan paha. Kemudian dilakukan pemasangan kateter, namun karena
keluar darah dari alat kelamin, pemasangan tidak dilanjutkan. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital pasien TD : 120/80 mmHG ; N : 84x/menit ; RR : 24x/menit : S :
36,8oC
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.L
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pekerja lepas
Alamat : Jln. Pasar Senen
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.K
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Pasar Senen
Hubungan dengan klien : Istri klien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit pada tanggal 27 Januari 2020 dengan
keluhan perdarahan dari saluran kemih sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Darah keluar menetes dan berwarna merah segar. Pasien
mengaku saat ingin BAK dirasakan nyeri. Rasa nyeri yang
digambarkan seperti tertusuk-tusuk. Skala nyeri 5/10. BAK keluar
sedikit dan bercampur darah. Sebelumnya pasien mengalami
kecelakaan saat kerja saat naik di atas lemari untuk mengecat dinding
dengan ketinggian 2 meter, kemudian pasien jatuh,pubisnya
terbenturpenyangga kursi (terbuat dari kayu) yang berada tepat di
bawah lemari, kemudian terjatuh dari kursi ke lantai dengan benturan
mengenai pinggang kanan.Setelah jatuh pasien sempat merasa tidak
dapat bangun sehingga dibantu oleh salah satu anggota keluarga
untuk di bawa ke rumah sakit. Saat ini pasien masih mengeluh nyeri
saat menggerakkan paha. Kemudian dilakukan pemasangan kateter,
namun karena keluar darah dari alat kelamin, pemasangan tidak
dilanjutkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien TD : 120/80
mmHG ; N : 84x/menit ; RR : 24x/menit : S : 36,8oC
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius, paling
hanya Diare.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti yang dialami.
4. Pola Kebiasaan
a. Makan
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Jenis Nasi dan lauk Nasi dan lauk
Masalah Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 6 – 7 gelas/hari 6 – 7 gelas/hari
1200 – 1400 1200 – 1400
Jumlah
cc/hari cc/hari
Jenis Air putih Air putih

c. Eliminasi Feses
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas

d. Eliminasi Urine
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 5 - 6 x sehari Lebih sering
1000 – 1200 Kadang hanya
Jumlah
cc/hari setetes
Bercampur
Warna Putih bening
darah

e. Istirahat Tidur
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah tidur 6 – 7 jam/hari 4 – 5 jam/hari
Kebiasaan tidur Tidak ada Pakai bantal

f. Personal Hygiene
Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Mandi
Frekuensi 2 x sehari 2 x sehari
Pakai sabun Ya Ya
Sikat Gigi
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Pakai pasta gigi Ya Ya

B. PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,8oC

 Kepala : Normochepal, Deformitas (-),


 Rambut :Hitam, lurus, tersebar merata, tidak mudah dicabut.
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
 Mulut : Mukosa kering (-), oral hygiene baik
 Telinga : Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-), nyeri tekan (-/-), nyeri
tarik (-/-), otore (-)

 Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), nyeri tekan sinus
(-), rinore (-)
 Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
 Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid dan kelenjar gatah bening tidak
teraba membesar
 Paru :
 Inspeksi : Simetris saat statis maupun dinamis
 Palpasi : Ekspansi dada baik, vocal fremitus kiri = kanan
 Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
 Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V 1 jari medial linea
midklavikula sinistra
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen :
 Inspeksi : Datar, jejas (-)
 Palpasi : Turgor baik, defans muscular (-), nyeri tekan (+) pada regio
supra pubis, hepar dan limpa tidak teraba membesar
 Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Kaki dan Tangan : Hangat
 Sudut costo vertebrae :
 Inspeksi : massa -/-, jejas +/+
 Palpasi : massa -/-, nyeri tekan -/+
 Perkusi : nyeri ketok -/-
 Regio suprapubis :
 Inspeksi : massa (-), jejas (-)
 Palpasi : buli-buli kosong, nyeri tekan (+)
 Perkusi : redup
 Genitalia eksterna
 Hiperemis (-), bengkak (-), nyeri (-), sekret (-) darah, OUE letak
normal,
 Skrotum : benjolan (-), tanda radang (-), tidak membesar
C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Perdarahan Uretra Resiko Syok
 Pasien mengatakan Hipovolemik
terjadi perdarahan
dari saluran kemih
sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit.
DO :
 Tampak darah
keluar menetes dan
berwarna segar.
 TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,8oC
2. DS : Cedera uretra Nyeri Akut
 Pasien mengaku
saat ingin BAK
dirasakan nyeri.
 BAK keluar sedikit
dan bercampur
darah.
P : kecelakaan kerja
Q : tertusuk-tusuk
R: nyeri saat
menggerakkan paha
S:5
T : 1 hari yang lalu
DO :
 Saat ini pasien masih
mengeluh nyeri saat
menggerakkan paha

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan uretra d/d pasien mengatakan
terjadi perdarahan saluran kemih sejak 1 hari yang lalu.
2. Nyeri akut b/d agen cedera fisik d/d pasien mengatakan nyeri saat BAK
keluar sedikit dan bercampur darah.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. Resiko syok hipovolemik Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Observasi
b/d perdarahan uretra d/d diharapkan syok dapat teratasi dengan :  Monitor status kardiopulmonal
pasien mengatakan terjadi Luaran Utama Terapeutik
perdarahan saluran kemih  Tingkat syok  Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine,
sejak 1 hari yang lalu. Luaran Tambahan jika perlu
 Tingkat infeksi Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV
2. Nyeri akut b/d agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Observasi
fisik d/d pasien mengatakan diharapkan nyeri dapat teratasi dengan :  Identifikasi lokasi, klasifikasi, durasi, frekuaensi,
nyeri saat BAK keluar Luaran Utama : kualitas, intensitas nyeri
sedikit dan bercampur  Tingkat nyeri  Identifikasi skala nyeri
darah. Luaran Tambahan : Terapeutik
 Kontrol nyeri  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik

Anda mungkin juga menyukai