Anda di halaman 1dari 44

MODUL 3

TRAUMA SISTEM UROGENITAL


KELOMPOK 6
Tutor: dr. Noviana Zara, MKM.,Sp.KKLP
SKENARIO
TRAUMA SISTEM UROGENITAL
LEBAM DI PINGGANG
Lebam di pinggang Marni, 21 tahun, dibawa ke IGD RS setelah ditabrak oleh sepeda motor
dan terkena stang sepeda motor di bagian pinggang ketika sedang berlari pagi, kemudian ia
jatuh dan kesakitan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya lebam di bagian pinggang kanan,
nyeri pinggang perut kanan bawah, serta adanya darah di urine. Pemeriksaan lebih lanjut me-
nunjukkan adanya trauma pada kandung kemih dan urethra.Marnii dirawat kemudian diob-
servasi dengan terlebih dahulu dipasang indwelling cathether melalui urethtranya.
Di ruang yang sama ada laki-laki muda datang tidak sadarkan diri dengan syok hipovolemic
TD 80/60, HR 120x/i, dengan lebam dan bengkak di pinggang kanan. Dokter kemudian memu-
tuskan untuk melakukan explorasi laparatomy oleh karenan curiga ada perdarahan yang berasal
dari ginjal.
Di ruang obstetri ada seorang dokter yang sedang menangani pasien kasus pemerkosaan.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada kasus-kasus diatas?
JUMP 1: TERMINOLOGI

01 02 03
Inwedling cathether Eksplorasi laparotomi Syok hipovolemik
 (Kateter) alat medis yang disertai pe-  bedah terbuka yang dilakukan agar da-  kondisi gawat darurat yang disebabkan
nampungan urin pat menjangkau organ dan jaringan in- oleh hilangnya darah dan cairan tubuh
ternal tubuh untuk keperluan diagnostic dalam jumlah yang besar, sehingga jan-
tung tidak dapat memompa cukup
darah ke seluruh tubuh
JUMP 2 DAN JUMP 3
RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESA
1. Mengapa ibu marni mengalami lebam di pinggang kanan, nyeri dipinggang?
Jawab : Lebam terjadi akibat adanya pukulan benda tumpul, nyeri dipinggang
karena adanya cidera pada otot abdomen serta ada kerusakan jaringan

2. Bagaimana klasifikasi trauma kandung kemih?


Jawab :
Klasifikasi trauma kandung kemih yang lebih umum secara klinis:
• Trauma kandung kemih intraperitoneal: trauma kandung kemih yang berhubungan
dengan rongga peritoneum.
• Trauma kandung kemih ekstraperitoneal: trauma yang tidak berhubungan dengan
rongga peritoneum. Trauma jenis ini lebih sering terjadi.
3. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari trauma uretra?
Jawab :
Trauma dengan fraktur pelvis sebagian besar disertai trauma uretra posteriorPada kasus trauma ure-
tra posterior, uretra pars membranasea atau pars prostatika merupakan bagian prostat yang ruptur. Fraktur
pelvis menembus lantai pelvis dan sfingter volunter, dan robekan ligamen puboprostatik akan merobek
uretra membranosa dari apeks prostat.6 Kemudian akan terbentuk hematoma di retropubis dan
perivesika
•ETIOLOGI
Trauma uretra dapat disebabkan trauma tumpul, trauma tajam, atau trauma iatrogenik. Pada 20%
kasus fraktur penis juga dapat ditemukan ruptur uretra, terutama uretra bagian pendulosa. Trauma tajam
paling sering disebabkan oleh luka tembak dan luka tusuk. Tercatat 75% kasus fraktur pelvis dis-
ertai ruptur uretra. Trauma iatrogenik tersering pada instrumentasi endoskopi dan pemasangan
kateter uretra. Penyebab trauma uretra lainnya adalah perilaku seksual, fraktur penis, dan stimulasi in-
tralumen uretra
4. Mengapa perlu dipasang kateter indwelling pada Marni?
Jawab:
Berdasarkan skenario, Marni kemungkinan mengalami ruptur pada kandung kemih atau ruptur buli-buli tipe ek-
straperitoneal. Tipe ini paling umum terjadi sekitar 80-90% kasus. Hal ini disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma
tembus dan mekanisme diduga terjadi laserasi fragmen tulang pelvis langsung ke dalam kandung kemih.
Sedangkan indwelling catheter itu sendiri merupakan jenis kateter yang dipasang di dalam kandung kemih dan
biasanya digunakan untuk beberapa minggu pemakaian sebelum dilakukan pergantian kateter. Jadi dengan cara ini di-
harapkan buli-buli dapat sembuh setelah 7-10 hari sampai akhirnya pasien mampu berkemih dengan tuntas dan spontan.
5. Bagaimana cara pemasangan indwelling cathether?
Jawab:
Jenis kateter ini hampir sama dengan intermittent catheter yang ditujukan untuk pemakaian sementara
waktu. Hanya saja, kateter jenis ini dilengkapi dengan balon kecil yang berfungsi mencegah kateter bergeser
dan keluar dari tubuh. Balon tersebut akan dikempiskan dan dikeluarkan ketika kateter sudah selesai digu-
nakan.

Kateter jenis ini dipasang dengan dua cara.


•Pertama, dipasang melalui uretra. Air seni akan keluar melalui kateter dari kandung kemih dan ditampung di
kantong penampung urine.
•Cara kedua, kateter dimasukkan melalui lubang kecil yang dibuat di perut. Cara kedua ini hanya dapat di-
lakukan di rumah sakit dengan prosedur sterilisasi yang tepat.
6. Apa tatalaksana yang dapat diberikan pada Marni?
Jawab :
•Trauma bladder/kandung kemih
Menurut pedoman asosiasi urologi Amerika (AUA) untuk ruptur kandung kemih, rupture kandung kemih
Ekstraperitoneal tanpa komplikasi dapat diobati dengan drainase kateter selama 10 sampai 14 hari dan profilaksis
antibiotik. Sebelum melepas kateter, sistografi retrograde berulang dilakukan untuk memastikan penyembuhan ced-
era. Jika ekstravasasi berlanjut lebih dari tiga bulan setelah peristiwa traumatis, cedera harus diperbaiki dengan
pembedahan. Sementara pada ruptur kandung kemih Intraperitoneal diperbaiki dengan pembedahan karena risiko
sepsis intra- abdominal. Jika uretrogram retrograde menunjukkan cedera uretra, kateter suprapubik ditempatkan
baik melalui perkutan atau pendekatan terbuka.
•Trauma Uretra Perempuan
Pada pasien perempuan dengan ruptur uretra, penatalaksanaan setelah keadaanstabil. Operasi rekonstruksi
retropubis untuk uretra, buli, dan lantai pelvis jika cedera leher buli atau uretra proksimal. Jika cedera pada uretra
bagian distal, operasi penjahitan dapat dilakukan transvaginal.
7. Pada skenario ada pasien korban pemerkosaan, trauma genitalia apa saja yang dapat di-
alaminya?
Jawab :
Cedera di genitalia externa (Wanita)
• Cedera di fourchette posterior (70% dari kasus pemerkosaan), bisa ditandai dengan adanya rasa sakit
atau pendarahan dengan robekan kecil di fourchette posterior, dan eritema, lecet, atau memar
•Cedera di labia minora (53% dari kasus pemerkosaan)
•Cedera di hymen
•Cedera di fossa navicularis
Cedera di genitalia interna (Wanita)
•Cedera di leher vagina
• Cedera di vagina
Cedera Anorektal (Pria dan Wanita)
•Cedera di anal
•Cedera di rektum
8. Pemeriksaan fisik apa saja yang dpt dilakukan pada pasien kasus pemerkosaan?
Jawab :
❑ Pemeriksaan Tanda Vital
• Mengukur suhu tubuh pasien, denyut nadi, laju pernapasan, dan juga tekanan darah pasien
❑ Pemeriksaan top to toe,
• memiliki peran penting bagi dokter yaitu membantu dokter dalam memberikan perawatan / tatalaksana yang harus
dilakukan pada korban.
❑Pemeriksaan Anogenital
▪ Pemeriksaan Anogenital menurut Kliegman R. dalam buku Nelson textbook of pediatric berperan dalam mene-
mukan luka yang bersifat akut berupa edema, eritema, petekie, perdarahan atau laserasi, yang dikonfirmasi dengan
menggunakan kolposkopi untuk dokumentasi yang akan digunakan oleh penyidik dalam proses hukum suatu
kasus kejahatan seksual.
❑Dokumentasi Foto Hasil Pemeriksaan
▪ Pemeriksaan ini berperan bagi dokter dalam meminta pendapat dan masukkan kepada dokter lain. Dokumentasi
hasil pemeriksaan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan non medis selain untuk kepentingan hukum.
9. Apa tujuan Expolasi laparotomy dan interpretasi vital sign?
Jawab :
Tujuan explorasi laparotomy: Agar dapat menjangkau organ dan jaringan internal tubuh untuk keperluan diagnostik.
Interpretasi :
tekanan darah : 80/60 HR = hipotensi
takikardi
lebam kerena trauma ginjal
syok hipovolemik karena tekanan vaskular 
10. Apa yang membuat dokter curiga terjadi pendarahan yang berasal dari ginjal?
Jawab :
Organ retroperitoneal yang paling sering mengalami cedera adalah
ginjal. Trauma ginjal terjadi sekitar 1%-5% dari total seluruh trauma. Trauma ginjal dapat menjadi prob-
lem akut yang mengancam nyawa, namun sebagian besar trauma ginjal bersifat ringan dan dapat di-
rawat secara konservatif. Perkembangan dalam pencitraan dan derajat trauma selama 20 tahun terakhir
telah mengurangi angka intervensi bedah pada kasus-kasus trauma ginjal. Trauma tumpul biasanya ter-
jadi pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian, cedera saat olahraga atau berkelahi.
Informasi mengenai riwayat trauma sangat penting untuk diketahui sehingga dapat menilai besarnya proses
decelerasi yang terjadi. Decelerasi yang sangat cepat dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah, trombosis arteri renalis, peregangan pembuluh darah vena, atau avulsi pedikel ginjal
Pada pemeriksaan fisik dinilai adanya trauma tumpul berupa jejas atau laserasi dan hematoma pada re-
gio flank, lower thorax dan upper abdomen. Penemuan lain berupa hematuri, nyeri pada pinggang, patah
tulang iga bawah, atau distensi abdomen setelah trauma dapat dicurigai adanya trauma pada ginjal
Hematuria merupakan poin diagnostik penting untuk trauma ginjal. Namun tidak cukup sensitif dan
spesifik untuk membedakan apakah suatu trauma minor ataukah mayor. Perlu diingat beratnya hematuria
tidak berkorelasi lurus dengan beratnya trauma ginjal. Bahkan untuk trauma ginjal yang berat, seperti;
robeknya ureteropelvic junction, trauma pedikel ginjal, atau trombosis arteri dapat tampil tanpa disertai
dengan hematuria
JUMP 4: SKEMA
JUMP 5: LEARNING OBJECTIVE
1. Trauma sistem urinaria
a. Ginjal
b. Ureter
c. Vesica Urinaria
d. Uretra
2. Trauma sistem genitalia
b. Masculina
b. feminina
JUMP 7: SHARING INFORMATION
LO 1 TRAUMA SIS-
TEM URINARIUS
TRAUMA GINJAL
• Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindung oleh otot
punggung disebelah posterior dan oleh organ intraperitoneal di sebelah
anteriornya; karena itu cedera ginjal tidak jarang dikuti oleh cedera or-
gan sekitarnya. Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem
urogenitalia.
• Cedera ginjal dapat terjadi secara: (1) langsung akibat benturan yang
mengenai daerah pinggang atau (2) tidak langsung, yaitu merupakan
cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam
rongga retroperitoneum.
• Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan cederatumpul, luka
tusuk, atau luka tembak.
PENDERAJATAN TRAUMA GINJAL
Trauma ginjal dibedakan menjadi: (1) cedera minor, (2) cedera major, dan (3)
cedera pada pedikel atau pembuluh darah ginjal. Pembagian ini sesuai dengan
skala cedera organ (organ injury scale), cedera ginjal dibagi dalam 5 derajat :

Derajat Jenis kerusakan


Derajat I Kontusio ginjal/hematoma perirenal
Derajat II Laserasi ginjal terbatas pada korteks
Derajat III Laserasi ginjal sampai pada medulla ginjal,
mungkin terdapat trombosis arteri segmentalis
Derajat IV Laserasi sampai mengenai sistem kalises ginjal
Derajat V Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi trombosis
arteria renalis ginjal terbatas
Diagnosis
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat :
1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut
bagianatas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada
daerah itu.
2. Hematuria
3. Fraktur kosta sebelah bawah (T&-12) atau fraktur prosesus spinosus
vertebra
4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
5. Cedera deselerasi yang beat akibat jatuh dari ketinggian atau
kecelakaan lalu lintas.

Pencitraan
Jenis pencitraan tergantung keadaan klinis dan fasilitas. Pemeriksaan
pencitraan dimulai dari IVU guna menilai tingkat kerusakan ginjal dan
melihat keadaan ginjal kontralateral.
Jika IVU belum dapat menerangkan keadaan ginjal, perlu dilakukan
pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
Pengelolaan
Pada setiap trauma tajam, yang diduga mengenai ginjal harus difikirkan
untuk melakukan tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian
besar tidak memerlukan operasi. Terapi pada trauma ginjal antara lain :
a) Konservatif, tindakan ini ditujukan pada trauma minor . Pada keadaan
ini dilakukan observasi tanda vital (tensi, nadi, dan suhu tubuh),
kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang , adanya
pembesaran lingkaran perut, penurunan kadar Hb, dan perubahan
warna urine pada pemeriksaan urine serial. Jika selama observasi
ditemukan adanya tanda perdarahan atau kebocoran urine yang
menimbulkan infeksi, segera lakukan tindakan operasi.
b) Operasi, ditujukan pada taruma ginjal major. Tujuannya untuk
menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan
debridement, reparasi ginjal atau tidak jarang harus dilakukan
nefrektomi parsial atau total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.
TRAMA URETER
• Cedera yang sangat jarang dijumpai dan merupakan 1% dari seluruh cedera traktus urogeni-
talia.
• Cedera bisa terjadi karena trauma dari luar, tumpul maupun tajam, atau trauma iatrogenik.
• Cedera yang terjadi akibat tindakan operasi terbuka dapat berupa : ureter terikat, crushing
karena terjepit oleh klem, putus (robek), atau devaskularisasi karena terlalu banyak
jaringan vaskuler yang dibersihkan.
TINDAKAN
Tindakan yang dilakukan tergantung pada saat cedera
terdiagnosis. Tindakan yang mungkin dilakukan :
1.Ureter saling sambung (anastomosis end to end). Teknik ini dipilih
jika kedua ujung distal dan proksimal dapat didekatkan
tanpa tegangan (tension).
2. Inplantasi ureter ke buli-buli (neoimplantasi ureter pada
buli-buli, flap Boari, atau Psoas hitch). Cedera ureter distal yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan anastomosis end to end,
atau implantasi ureter ke buli-bulidisebabkan tidak cukup bagian ureter
distal. Bagian ureter distal dapat diganti dengan bagian
buli-buli yang dibentuk suatu tabung mirip ureter.
3. Uretero-kutaneostomi adalah menghubungkan ujung akhir
ureter dengan dunia luar, melalui lubang di kulit (stoma)
LANJUTAN
4)Transuretero-ureterotomi (menyambung ureter dengan ureter
pada sisikontralateral). Jika terlalu banyak segmen ureter distal yang rusak
teknik inidapat dipilih.
5)Nefrostomi sebagai tindakan diversi.
6)Nefrektomi, yaitu pengangkatan ginjal.
TRAUMA VESICA URINARIA
• Kandung kemih adalah organ yang paling sering
mengalami cedera selama operasi panggul. Cedera
tersebut dapat terjadi selama operasi transurethral, ​
prosedur ginekologi (paling sering histerektomi perut,
operasi caesar, eksisi massa panggul), atau reseksi usus besar. Faktor predis-
posisi termasuk jaringan parut dari
operasi sebelumnya atau terapi radiasi, peradangan, dan beban tumor yang
luas.
• Cedera kandung kemih diklasifikasikan sebagai
kontusio atau ruptur berdasarkan luasnya cedera yang terlihat secara radio-
grafi. Ruptur bisa ekstraperitoneal, intraperitoneal, atau keduanya; ke-
banyakan ekstraperitoneal.
Gejala dan Tanda
• Gejala mungkin termasuk nyeri suprapubik dan ketidakmampuan untuk berkemih;
tanda-tanda mungkin termasuk hematuria, nyeri tekan suprapubik, distensi, syok
hipovolemik (karena perdarahan), dan, dalam kasus ruptur intraperitoneal, tanda-tanda
peritoneal. Ruptur kandung kemih tumpul hampir selalu terjadi dengan fraktur pelvis dan hematuria berat. 

Tatalaksana
∙ Drainase kateter
∙ Terkadang perbaikan melalui operasi
∙ Kontusi kandung kemih hanya membutuhkan drainase kateter

sampai hematuria bruto sembuh. Sebagian besar ruptur ekstraperitoneal hanya


memerlukan drainase kateter jika urin mengalir dengan bebas dan leher kandung
kemih tidak terkena. Dengan keterlibatan leher kandung kemih, eksplorasi dan
perbaikan bedah diperlukan untuk membatasi kemungkinan inkontinensia.
TRAUMA URETHRA
• Trauma urethra adalah  rusaknya
integritas struktur normal uretra
akibat dari trauma yang berlebihan.

• Secara klinis trauma uretra dibedakan men-


jadi trauma uretra anterior dan trauma uretra
posterior
A) TRAUMA POSTERIOR
• Etiologi dan epidemiologi
• Ruptur urethra posterior terjadi pd 1,6 – 9,9 % dr fraktur pelvis
• Kebanyakan ruptur total ( 73% )
• Pada urethra pars membranacea
• Ruptur urethra pd wanita jarang terjadi

• Klasifikasi
Colapinto dan McCollum (1976) membagi derajat cedera uretra dalam 3 jenis :
1. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching (peregangan).
2. Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea, selanjutnya diafragma urogenitalia masih utuh.
3. Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak.
Diagnosis
Rupture uretra posterior seringkali memberikan gambaran yang khas berupa:
• Perdarahan per-uretram,
• Retensi urin, dan
• Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya floating prostate (prostat melayang)
di dalam suatu hematom.
Pada pemeriksaan uretrografi retrigrad mungkin terdapat elongasi uretra atau
ekstravasasi kontra pada pars prostate-membranasea.

Radiologis
• Foto polos abdomen : fraktur pelvis
• Urethrografi : adanya extravasasi kontras

Penatalaksanaan
• Diversi urin ( sistotomi) yg dilanjutkan dg delayed urethrotomi / urethroplasty (3
bulan post trauma)
• Early realigment (pemasangan kateter per endoskopi)
• Ruptur partial akan dapat sembuh spontan (sistostomi)

Komplikasi
Striktura uretra yang seringkali kambuh, disfungsi ereksi, dan inkontinensia urin
B) TRAUMA ANTERIOR
• Etiologi
• Cedera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan uretra anterior adalah straddle
injury (cedera selangkangan) yaitu uretra terjepit diantara tulang pelvis dan benda
tumpul. Jenis kerusakan uretra yang terjadi berupa: kontusio dinding uretra, rupture
parsial, atau rupture total dinding uretra.

• Patologi
• Rupture uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi
masih terbatas pada fasia Buck, dan terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Na-
mun jika fasia Buck ikut robek, ekstravasasi urin dan darah hanya dibatasi oleh fasia
Colles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau ke dinding abdomen. Oleh
karena itu robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut but-
terfly hematoma atau hematoma kupu-kupu.
Diagnosis
Tanda dan gejala :
• Riwayat trauma / straddel injury
• Perdarahan per-uretram atau hematuria
• Perineal / skrotal swelling
• Hematoma penis atau hematoma kupu-kupu
• Tidak bisa miksi

Tindakan
Pada rupture uretra parsial dengan ekstravasasi ringan : sistostomi untuk mengalihkan
aliran urin. Kateter sistostomi dipertahankan sampai 2 minggu, dan dilepas setelah
diyakinkan melalui pemeriksaan uretrografi bahwa sudah tidak ada ekstravasasi kontras
atau tidak timbul striktura uretra. Namun jika timbul striktura uretra, dilakukan reparasi
uretra atau sachse. Tidak jarang ruptur uretra anterior disertai dengan ekstravasasi urine
dan hematom yang luas sehingga diperlukan debridement dan insisi hematoma untuk
mencegah infeksi. Reparasi uretra dilakukan setelah luka menjadi lebih baik.

Komplikasi
Abses, fascitis, striktur, kurvatura penis, disfungsi ereksi.
LO 2 TRAUMA SIS-
TEM GENITALIA
Click icon to add picture
Thanks !

Anda mungkin juga menyukai