Oleh:
Daffa Ausar
201910330311066
2.5 Tujuan
1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih,
terutama padapasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat, terbatas
pergerakannya ataupasien dengan penurunan kesadaran.
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa
infeksi danoperasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh tegang
sehingga menekanunsur lain.
3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di kandung
kemih karenatidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga kulit tetap
utuh dan tidakterinfeksi.
4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara
normal
2.6 Pemasangan
1. Persiapkan semua alat dan bahan.
2. Kenakan sarung tangan steril dan pasang doek di sekitar penis.
3. Sterilisasi gland penis dan daerah sekitarnya.
4. Pegang penis kearah dinding abdomen.
5. Ujung kateter diberikan lubrikan dan pegang dengan tangan kanan. Masukkan kateter
ke dalam meatus uretra sampai urin keluar. Masukkan lagi kateter sampai batas
percabangannya.
6. Lakukan pengisian balon kateter dengan menyuntikkan air steril 10 - 30 cc. Untuk
memastikan balon sudah terisi dan kateter sudah terkunci, tarik kateter dengan perlahan
hingga menyumbat lubang trigonum.
2.7 Kesulitan Pemasangan Kateter
Kesulitan memasukkan kateter pada pasien pria dapat disebabkan oleh karena kateter
tertahan di uretra pars bulbosa yang bentuknya seperti huruf "S", ketegangan dari sfingter uretra
eksterna karena pasien merasa kesakitan dan ketakutan, atau terdapat sumbatan organik di uretra
yang disebabkan oleh batu, uretra, striktura uretra, kontraktur teller buli-buli, atau tumor uretra.
Ketegangan sfingter uretra eksterna dapat diatasi dengan cara:
1. Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung kateter sampai
terjadi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter dapat masuk dengan lancar ke
buli-buli.
2. Pemberian anestesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2% dengan
jelly 10 - 20 ml yang dimasukkan per-uretram sebelum dilakukan kateterisasi
(Gambar 16-5).
3. Pemberian sedativa par enteral sebelum kateterisasi.
Penyulit yang bisa terjadi pada tindakan kateterisasi di antara:
1. Kateterisasi yang kurang hati-hati (kurang kesabaran) dapat menimbulkan lesi
dan perdarahan pada uretra apalagi jika mempergunakan kateter logam. Tidak jarang pula
kerusakan uretra terjadi karena balon kateter sudah dikembangkan sebelum ujung kateter
masuk ke dalam buli-buli.
2. Tindakan kateterisasi dapat mengundang timbulnya infeksi.
3. Fiksasi kateter yang keliru akan menimbulkan nekrosis uretra di bagia
penoskrotal dan dapat menimbulkan fistula, abses, ataupun striktura uretra.
4. Kateter yang terpasang dapat bertindak sebagai inti dari timbulnya batu saluran
kernih.
5. Pemakaian kateter dalam jangka waktu lama akan menginduksi timbulnya
keganasan pada buli-buli
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeriksaan Genetalia pada Pria dapat dilakukan dengan inspeksi dan palpasi dan
pemasangan kateter, katater juga disebut seperti pipa yang terhubung pada kandung kemih untuk
menyalurkan urin, ada beberapa kesulitan dalam pemasangan kateter
DAFTAR PUSTAKA
- Emil AT, Maxwell VM. In Smith and Tanaghi’s General Urology 18ed. Lange
Publising. 2013
- Glands G, Charles B. In physical examination of the genitourinary tract in
CampbellWalsh Urology 11 th Edition. Elsevier Health Sciences. 2015
- Modul skill. 2020, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur