O
L
E
H
Kelompok 5
Kelas : IIB
Prodi : DIII Keperawatan
ANGGOTA :
Nicolas Usman Pakaya
Nur Afia Fachrudin
Nur Alda Trinov Ahudulu
Rika Ismail
Vira Aprilia Hunawa
Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami
gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar.
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma
karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala
yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya
proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul,
pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).
Limbah metabolik harus disaring dari darah oleh ginjal dan dibuang melalui saluran
kemih, karena itu setiap cedera yang mempengaruhi proses tersebut bisa berakibat fatal.
Mencegah kerusakan menetap pada saluran kemih dan mencegah kematian tergantung
kepada diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Diagnosa banding:
Fraktur vertebra / iga dan hematom retroperineal.
Trauma traktus urogenitalis lain.
Penatalaksanaan:
Konservatif
1. Istirahat total.
2. Transfusi.
3. Obat-obat konservatif.
Operatif
1. Operasi untuk penjahitan suatu laserasi bila fungsi ginjal masih baik.
2. Nefrotomi.
Komplikasi
Awal : Infeksi, perdarahan.
Lanjut : Stenosis 9upture9 dari arteri ginjal, hipertensi, hidronefrosis.
Definisi
Sebagian besar trauma ureter (saluran dari ginjal yang menuju ke kandung kemih)
terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti histerektomi, reseksi kolon
atau uteroskopi. Seringkali terjadi kebocoran air kemih dari luka yang terbentuk atau
berkurangnya produksi air kemih. Trauma ureter jarang sekali terjadi karena struktunya
fleksibel dan terlindung oleh tulang dan otot.
Etiologi
Operasi daerah punggung dan abdomen, dimana ureter terpotong.
Tindakan kateterisasi : ujung kateter menembus dinding ureter.
Pemasukan zat alkali terlalu kuat.
Manifestasi Klinis
Anuria / oliguria berat setelah pembedahan didaerah pelvis dan abdomen.
Nyeri daerah panggul.
Ekstravasase urine.
Drainase urine melalui luka operasi.
Ileus terus menerus.
Pemeriksaan laboratorium / 10upture101010
Tes fungsi ginjal : abnormal bila traumanya bilateral.
Urografi ekskresi : ekstravasase urine.
Urografi retrogad : menentukan sifat dan tempat trauma.
Diagnosa banding
Vesikovagina dan uretrovaginal.
Kausa 10upture10 dan anuria pre renal.
Patofisiologi
Karena fungsi ureter sebagai saluran pengaliran urine dari ginjal ke vesika
urinaria. Apabila terjadi trauma pada ureter, maka akan terjadi gangguan aliran atau
terjadinya ekstravasase urine dan manifestasi klinis yang dihubungkan gangguan tersebut.
Komplikasi
Fistula ureter.
Infeksi retroperitoneal.
Pyelonefritis.
Obstruksi ureter karena stenosis.
Penatalaksanaan
Terapi terbaik adalah pencegahan dimana perlunya pemasangan kateter sebelum
dilakukan operasi pada daerah ginjal dan abdomen untuk identifikasi.
Diusahakan untuk mempertahankan aliran urine dengan cara :
1. Uretro Neosistomi bila ureter masih cukup panjang, Ureter dapat ditanamkan ke
buli-buli.
2. Uretro cutanostomi yaitu muara ureter dipindahkan ke kulit.
3. Uretro ileo sistostomi bila ureter pendek diganti dengan Ileal Lopp.
Terapi konservatif berupa analgetik dan 10upture101010.
Etiologi
Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.
Trauma tembus.
Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral Resection
(TUR)
Patofiisiologi
Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan terjadi
peningkatan tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli / buli-buli
pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan 11upture intraperitoneal.
Manifestasi Klinis
Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.
Hematuria.
Ketidakmampuan untuk buang air kecil.
Regiditas otot.
Ekstravasase urine.
Suhu tubuh meningkat.
Syok.
Tanda-tanda peritonitis.
Diagnosa banding
Ruptur uretra atau ginjal.
Komplikasi
Urosepsis.
Klien lemah akibat anemia.
Penatalaksanaan
Atasi syok dan perdarahan.
Istirahat baring sampai 12upture1212 hilang.
Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra peritoneal
dilakukan operasi 12upture alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
Etiologi
Umumnya disebabkan trauma langsung didaerah 12upture121212 dan pelvis.
Manifestasi Klinis
Perdarahan dari uretra.
Hematom perineal, mungkin disebabkan trauma bulbus cavernosus.
Retensio urine akibat spasme M. Spinkter uretra eksternum.
Bila buli-buli penuh terjadi ekstravasase sehingga terjadi nyeri berat dan keadaan
umum memburuk.
Klasifikasi
Trauma Grade I ( ringan )
Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, adanya perdarahan per uretra
( darah langsung keluar dari uretra.
Trauma Grade II ( sedang )
Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, bulbus cavernosus dan
kemungkinan ada hematom tetapi tidak progresif.
Trauma Grade III ( berat ).
Pada tingkat ini uretra mengalami 13upture, bulbus cavernosus hancur dan vesika
buck robek darah mengalir keluar, menjalar kebawah kulit, perdarahan mula-mula
pada daerah peritoneum terus ke scrotum selanjutnya ke daerah unguinal suprapubik.
Pemeriksaan Diagnostic
Rectal Toucher
Bila 13upture terjadi di pars membranosa, maka prostat tidak akan teraba, sebaliknya
akan teraba 13upture13 berupa masa lunak dan kenyal.
Uretrogram
Untuk mengetahui lokasi 13upture.
Komplikasi
Penyembuhan luka dapat menyebabkan 13upture1313 ureter.
Penatalaksanaan
Konservatif berupa pemasangan DC beberapa hari disertai pemberian antibiotika.
Jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan ( operasi perineostomi ) untuk
mengeluarkan bekuan darah, kemudian dipasang DC.
Kontrol uretra dengan menggunakan Bougie untuk mengetahui ada tidaknya striktura.
2.2.5 Trauma Penis
Trauma pada penis yang sedang ereksi disebabkan oleh pembalut karet atau
penyempit lain yang merobek jaringan kavernosa dan dapat menyebabkan necrosis.
Kadang-kadang terjadi kerusakan jaringan penis pada kecelakaan 13upture13 dalam hal
ini mungkin diperlukan skin graf.
4.6 IMPLEMENTASI
Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah proses
keperawatan
Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentang penyakitnya
Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
Mengobservasi TTV
Mengkaji pasien
4.7 Evaluasi
S : Px mengatakan masih terasa nyeri pada perut bagian bawah
O: TD: 110/90 mmHg, N: 65 x/meit, S: 36.5, RR: 20 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Planing selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami
gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar.
Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami
trauma karena luka tembus (tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun
pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin
(hematuria), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat
menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat, dapat
menurunkan tekanan darah (syok).
5.2 SARAN
Saran kepada pendidikan: Diharapkan kepada pendidik supaya memperlengkapi
perpustakaan terutama buku buku yang membahas tentang penyakit system perkemihan
agar mempermudah proses belajar dan mengajar.
Saran kepada mahasiswa: Diharapkan kepada mahasiswa untuk bisa memahami isi
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-Trauma-Ginjal
http://www.slideshare.net/nufrz/dradam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
http://caramengecilkanpaha.com/tips-menurunkan-kolesterol/
http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-kemih/trauma-
saluran-kemih.html
http://www.scribd.com/doc/40369056/Asuhan-Kekperawatan-Klien-Dengban-Trauma-
Sistem-Perkemihan